Anda di halaman 1dari 12

Nur Arifiani (M2A007069)

GANGGGUAN PERKEMBANGAN ANAK DAN REMAJA


Perilaku abnormal anak-anak adalah tergantung pada bagaimana tingkah laku anak dipandang dari
kacamata orang tua pada budaya tertentu yang dilasifikasikan sebagai tindakan yang dapat diterima atau
abnormal, titik batas menyiimpang atau tidak diterima secara sosial.
Terapi anak harus disesuaikan dengan perkembangan kognitif, sosial dan emosional anak seperti
terapi bermain dan menggambar. Terapi juga khusus disesuaikan dengan budaya dan kelompok
kebutuhan anak berdasarkan budaya.
Prevalensi gangguan dan masalah kesehatan mental anak diketahui bahwa anak laki-laki memiliki
risiko lebih besar mengembangkan banyak masalah di masa kanak-kanak berkisar dari autisme sampai
hiperaktivitas hingga gangguan eliminasi, masalah kecemasan dan depresi. Namun pada masa remaja
gangguan kecemasan dan mood lebih banyak dijumpai pada perempuan.

GANGGUAN PERKEMBANGAN PERVASIF


Gangguan perkembangan pervasif menunjukkan hendaya perilaku atau fungsi pada berbagai area
perkembangan dan ciri-ciri yang sama seperti hendaya sosial dan emosional, keanehan berkomunikasi
dan perilaku motorik yang stereotip.
Tipe gangguan pervasif yaitu gangguan autistik (autisme), gangguan asperger, gangguan Rett, gangguan
disintegratif pada anak-anak.
1. Gangguan autistik (autisme)
Autisme merupakan tipe mayor dari gangguan perkembangan pervasif. Karakteristik gangguan
autistik yaitu hendaya interaksi sosial, komunikasi dan pola perilaku yang terbatas, repetitif dan
stereotip. Diagnosis membutuhkan kombinasi dari ciri-ciri yang ada pada beberapa kelompok berikut
ini. Tidak semua ciri dari setiap kelompok harus ada untuk dapat dilakukan diagnosis.
a. Hendaya interaksi sosial
1. Hendaya pada perilaku nonverbal seperti ekspresi wajah, postur tubuh, gestur, Dn kontak mata
yang biasanya mengatur interaksi sosial.
2. Tidak mengembangkan hubungan teman sebaya yang sesuai dengan usianya.
3. Kegagalan dalam berbagi kegembiraan dengan orang lain.
4. Tidak menunjukkan reaksi sosial dan emosional timbal balik (memberi dan menerima)
b. Hendaya komunikasi
1. Keterlambatan pada perkembangan bahasa verbal (juga tidak ada usaha untuk mengatasi
kekurangan ini melalui isyarat)
2. Bila perkembangan bahasa adekuat, kurangnya kemampuan untuk memulai dan
mempertahankan percakapan tetap tampak.

1
3. Menunjukkan abnormalitas pada bentuk atau isi bahasa (misalnya bahasa stereotip atau repetitif
seperti ekolalia penggunaan kata yang tidak lazim, bicara tentang diri sendiri dengan
menggunakan kata dia atau kamu)
4. Tidak memperhatikan kemampuan bermain sosial spontan atau imajinatif (bermain pura-pura)
c. Pola perilaku yang terbatas, repetitif dan stereotip
1. Menunjukkan minat yang terbatas
2. Memaksakan rutinitas (misalnya selalu menggunakan rute yang sama untuk bepergian dari satu
tempat ke tempat lain).
3. Menunjukkan gerakan-gerkan stereotip
4. Menunjukkan fokus yang berlebihan pada bagian-bagian objek (misal memutar roda mobil-
mobilan secara berulang-ulang) atau kelekatan tidak biasa dengan objek.
Kemunculannya terjadi sebelum usia 3 tahun yang tampak dari fungsi abnormal pada paling tidak satu
dari hal-hal berikut ini seperti: perilaku sosial. Komunikasi atau bermain imajinatif.
Prevalensi lebih banyak pada laki-laki mulai usia 18-30 bulan usia 6 tahun baru dapat memperoleh
diagnosis autisme.
2. Gangguan Asperger
Gangguan asperger merupakan bentuk ringan dari gangguan pervasif lebih ringan ditunjukkan
adanya defisit pada interaksi sosial dan perilaku stereotip. Gangguan tidak melibatkan defisit yang
signifikan pada kemampuan bahasa dan kognitif.
Karakteristik Gangguan Asperger antara lain
a. Hendaya yang nyata pada interaksi sosial (misalnya kegagalan mempertahankan kontak mata atau
mengembangkan hubungan pertemanan yang sesuai usia atau kegagalan untuk mencari orang lain
guna berbagi aktivitas atau minat yang menyenangkan).
b. Perkembangan perilaku, minat dan aktivitas yang sempit, repetitif, dan stereotip (misalnya
memainkan tangan atau jari-jari, secara kaku mengikuti rutinitas atau ritual yang tidak jelas
tujuannya)
c. Tidak adanya keterlambatan pada perkembangan bahasa atau kognitif maupun perkembangan
keterampilan self help atau perilaku adaptif yang tidak berkaitan dengan interaksi sosial.
3. Gangguan Rett
Gangguan Rett gangguan pervasif yang lebih jarang muncul. Karakteristik gangguan Rett
Sesudahnya adanya perkembangan yang tampak normal selama beberapa bulan pada awal kehidupan,
muncul abnormalitas seperti:
a. Pertumbuhan kepala melambat
b. Kemunduran pada keterampilan motorik
c. Perkembangan yang stereotip pada gerakan tangan

2
d. Perkembangan buruk pada koordinasi gerakan seluruh badan
e. Hilangnya minat sosial
f. Hambatan yang berat pada perkembangan bahasa
g. Sering dihubungkan dengan retardasi mental yang berat
4. Gangguan disintegrasi kanak-kanak
Karakteristik gangguan disintegrasi kanak-kanak, setelah perkembangan yang tampak normal
selama paling tidak 2 tahun pertama kehidupan terjadi:
a. Hilangnya secara signifikan keterampilan-keterampilan yang telah dikuasai sebelumnya seperti
pada area pemahaman atau penggunaan bahasa, fungsi sosial atau adaptif, kontrol dalam buang
air kecil dan besar, bermain atau keterampilan motorik.
b. Keabnormalan fungsi seperti yang tampak pada gangguan interaksi sosial dan komunikasi dan
perkembangan tingkah laku,minat atau aktivitas sempit, repetitif dan stereotip
PERSPEKTIF TEORETIS
1. Abnormalitas otak, kerusakan gen atau rcun terhadap bayi dalam kandungan
2. Teori belajar. Anak-anak menjadi terikat dengan pengasuh utama mereka diasosiasikan dengan
reinforcer primer seperti makanan dan pelukan. Anak-anak autistik memperhatikan makanan atau
pelukan tetapi tidak menghubungkannya dengan orang tua.
3. Teori kognitif. Anak autistik tampak mengalami kesulitan mengintegrasikan informasi dari berbagai
indera. Mereka tampak terlalu sensitif pada rangsangan, namun juga tidak sensitif. Defisit perseptual
dan kognitif tampak mengurangi kapasitas untuk menggunakan informasi.
PENANGANAN
 Metode operant conditioning, reward dan hukuman secara sistematis diaplikasikan untuk
meningkatkan kemampuan anak memperhatikan orang lain, bermain dengan anak lain,
mengembangkan kemampuan akademik dan menghilangkan perilaku self mutilative.
 Reinforcer seperti pujian, makanan yang dapat digunakan untuk membentuk dan memberi contoh
perilaku. Keterlibatan keluarga dan terapis membantu mempertahankan perubahan perilaku.
 Pemusnahan perilaku menghilangkan perilaku self mutilative yang dipertahankan karena reinforcer
internal meningkatkan stimulasi sehingga diberhentikan reinforcer. Stimulasi aversif dapat digunakan
kejutan listrik jika pendekatan lunak tidak efektif. Penggunaan stimulasi aversif seharusnya
digabungkan dengan reinforcer positif bagi perilaku alternatif yang diterima.
 Pendekatan biologis menggunakan obat-obatan yang meningkatkan aktivitas serotonin, mengurangi
pikiran dan perilaku repetitif dan agresivitas sehingga dapat memperbaiki hubungan sosial dan
penggunaan bahasa pada individu autistik dewasa.

3
RETARDASI MENTAL
Retardasi mental adalah keterlambatan yang mencakup rentang yang luas dalam perkembangan
fungsi kognitif dan sosial. Retardasi mental didiagnosis berdasarkan kombinasi dari 3 kriteria
1. Skor rendah pada tes intelegensi formal
2. Adanya bukti hendaya dalam melakukan tugas sehari-hari dibandingkan dengan orang lain dalam
lingkup budaya tertentu
3. Perkembangan gangguan terjadi sebelum usia 18 tahun.
DSM mengklasifikasikan berdasarkan tingkat keparahan
1. Retardasi mental ringan (mild) dengan IQ 50-55 sampai sekitar 70
2. Retardasi mental sedang (moderate) dengan IQ 35-40 sampai 50-55
3. Retardasi mental berat (severe) dengan IQ 20-25 sampai 35-40
4. Retardasi mental parah (profound) dibawah 20 atau 25
PENYEBAB RETARDASI MENTAL
1. Biologis
Penyebab biologis mencakup gangguan kromosom dan genetis, penyakit infeksi dan
penyalahgunaan alkohol pada saat ibu mengandung.
a. Sindrom down dan abnormalitas kromosom
Adanya kelebihan kromosom atau kromosom ketiga pada pasangan kromosom 21 sehingga
menyebabkan jumlah kromosom menjadi 47. Hal ini dapat disebabkan jika pasangan kromosom ke-
21 pada sel telur atau sperma gagal untuk membelah secara normal.
Anak sindrom down memiliki berbagai defisit dalam belajar dan perkembangan, mereka
cenderung tidak terkoordinasi dan kurang memiliki tekanan otot yang cukup kuat sehingga sulit
melakukan tugas fisik dan bermain. Mereka mengalami defisit memori sehingga kesulitan
mengikuti instruksi guru.
Abnormalitas kromosom sex selain mengakibatkan sindrom down juga sindrom klinelfelter
dan turner. Sindrom klinelfelter muncul pada laki-laki dengan kromosom X ekstra. Pria ini
memiliki testis kecil, tidak berkembang, pembesaran payudara, infertil, dan retardasi mental.
Sindrom Turner ditemukan pada wanita yang memiliki X tunggal. Indung telur tidak berkembang,
infertil, mengalami retardasi ringan.
b. Sindrom Fragile x dan abnormalitas genetis lain
Mutasi gen pada kromosom X. Gen rusak pada area kromosom tampak rapuh. Efeknya
adalah gangguan belajar ringan sampai retardasi parah yang bisa menyebabkan gangguan bicara dan
fungsi berat.
c. Fenilketonuria.

4
Adanya satu gen resesif yang menghambat anak untuk melakukan metabolisme asam amino
fenilalanin yang terdapat pada banyak makanan. Konsekuensinya asam fenilketonurik menumpuk
dan mengakibatkan kerusakan pada sistem saraf pusat menyebabkan retardasi dan gangguan
emosional.
d. Faktor Prenatal
Penyalahgunaan obat, alkohol, merokok, rubella, sifilis, cyptomegalovirus, dan herpes
genital selama kehamilan. Komplikasi kelahiran seperti kekurangan oksigen, cedera kepala,
prematur, infeksi otak seperti meningitis, encephalitis dan racun timah.
2. Faktor Budaya dan Keluarga
Faktor psikososial seperti lingkungan rumah dan sosial yang miskin yaitu tidak ada stimulasi
intelektual, penelantaran dan kekerasan orang tua. Keluarga miskin mainan, buku dan stimulasi
intelektual menyebabkan anak gagal mengembangkan keterampilan bahasa dan belajar.
INTERVENSI
Intervensi tergantung pada derajat keparahan dan tipe retardasi. Pelatihan tepat untuk anak
retardasi mental ringan dapat mencapai kemampuan, keterampilan vokasional melalui pekerjaan yang
bermakna. Anak dengan retardasi mental berat butuh penanganan institusi dan pelayanan resindetal untuk
mengontrol perilaku destruktif dan agresif.
Konseling psikologis bagi penderita untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan di masyarakat.
konseling suportif digabungkan dengan teknik perilaku membentu mereka memperoleh keterampilan
mengenai kesehatan pribadi, pekerjaan dan hubungan sosial. Pendekatan perilaku mengajarkan orang
dengan retardasi mental untuk belajar perilaku kesehatan seperti menggosok gigi, menyisir rambut dan
memakai pakaian.
Pelatihan keterampilan sosial memfokuskan pada keterampilan pengelolaan amarah membantu
individu mengembangkan cara efektif menyelesaikan konflik.

GANGGUAN BELAJAR
Gangguan belajar yang paling umum adalah disleksia. 80% kasus gangguan belajar dan terjadi
pada individu yang kesulitan membaca. Tipe gangguan belajar antara lain
1. Gangguan matematika adalah kurangnya kemampuan aritmatika kurang dapat memahami istilah
matematika dan dasar operasi seperti penjumlahan dan pengurangan dan simbol matematika. Maslah
ini mungkin tampak pada kelas 1 SD.
2. Gangguan menulis mengacu keterbatasan anak dalam kemampaun menulis seperti kesalahan mengeja,
tata bahasa, tanda baca, kesulitan membentuk paragraf dan kalimat.

5
3. Gangguan membaca mengacu keterbatasan dalam mengenali kata-kata dan memahami bacaan. Mereka
membaca dengan lambat dan kesulitan dan mereka mengubah menghilangkan atau mengganti kata-
kata ketika membaca dengan keras, kesulitan mengenali huruf dan mempersepsikan huruf.
PERSPEKTIF TEORITIS
Abnormalitas otak yang mengarah pada defisit otak dalam memproses informasi visual dan
auditori. Kerusakan pada stasiun pemancar visual di otak sehingga tidak dapat menguraikan stimulasi
visual yang dibutuhkan untuk mengenali kata-kata. Kerusakan pada sirkuit otak mengakibatkan anak
kesulitan memahami suara percakapan.
INTERVENSI
 Model psikoedukasi menekankan pada kekuatan-kekuatan dan preferensi anak.
 Model behavioral menekankan belajar akademik dibangun di atas hierarki keterampilan-keterampilan
dasar atau perilaku yang memampukan seperti belajar mengenali huruf, suara kemudian
mengkombinasikannya.
 Model medis menekankan pada patologi yang mendasarinya dan bukan pada ketidakmampuan belajar.
 Model neuropsikologi menekankan kombinasi psikoedukasi dan medis. Program pendidikan diadaptasi
untuk memperhatikan defisit pengolahan informasi dan disesuaikan dengan kebutuhan anak.
 Model linguistik menekankan defisiensi dasar dalam bahasa anak seperti kegagalan mengenali suara
dan kaya saling dikaitkan. Model ini mengajarkan keterampilan bahasa secara bertahap membantu
murid-murid menangkap struktur dan menggunakan kata-kata.
 Model kognitif berfokus pada bagaimana anak mengatur pemikiran mereka ketika belajar materi
akademik.

GANGGUAN KOMUNIKASI
Gangguan komunikasi meliputi kesulitan-keulitan dalam pemahaman atau penggunaan bahasa.
Kategori dari gangguan komunikasi adalah gangguan bahasa ekspresif, gangguan bahasa campuran
reseptif/ekspresif, fonologis dan gagap.
 Gangguan bahasa ekspresif melibatkan hendaya penggunaan bahasa verbal seperti perkembangan
kosa kata yang lambat, kesalahan dalam tata bahasa, kesulitan mengingat kembali kata-kata dan
masalah memproduksi kalimat.
 Gangguan bahasa reseptif memiliki hendaya baik memahami dan memproduksi bahasa verbal. Anak
kesulitan memahami tipe kata atau kalimat tertentu seperti perbedaan kuantitas, istilah spasial dan tipe
kalimat.
 Gangguan fonologik melibatkan kesulitan dalam artikulasi suara dalam berbicara tanpa adanya
kerusakan pada mekanisme bicara atau hendaya neurologis. Anak mungkin menghilangkan, mengganti
atau salah mengucapkan bunyi tertentu.
6
 Gagap melibatkan gangguan pada kemampuan untuk bicara lancar dengan waktu yang tepat.
Karakteristik gangguan ditandai dengan repetisi dari suara dan suku kata, perpanjangan suara tertentu,
penyisipan suara yang tidak tepat, kata-kata yang terputus, hambatan dalam berbicara, circumlocution
(substitusi kata alternatif untuk menghindari kata yang bermasalah), tampak adanya tekanan fisik
ketika mengucapkan kata, repetisi kata yang terdiri satu kata tunggal.

GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DAN PERILAKU BERMASALAH


Kategori gangguan mengacu pada masalah attention deficit hyperactivity (ADHD), gangguan
tingkah laku (CD), dan gangguan sikap menenatang (ODD).
1. ADHD
Anak memperlihatkan impulsivitas, tidak ada perhatian, dan hiperaktivitas yang dianggap tidak
sesuai dengan tingkat perkembangan mereka. Ada tiga subtipe yaitu predominan tidak ada perhatian,
predominan hiperaktif, dan kombinasi tidak ada perhatian dan hiperaktivitas.
Tipe ADHD
 Kurangnya perhatian
1. Gagal memperhatikan detail atau melakukan kecerobohan dalam tugas sekolah
2. Kesulitan mempertahankan perhatian di sekolah atau bermain
3. Tampak tidak memperhatikan apa yang dikatakan orang lain
4. Tidak bisa mengikuti instruksi atau menyelesaikan tugas
5. Kesulitan mengatur pekerjaan dan aktivitas lain
6. Menghindari pekerjaan atau aktivitas yang menuntut perhatian
7. Kehilangan alat-alat sekolah
8. Mudah teralihkan perhatian
9. Sering lupa melakukan aktivitas sehari-hari
 Hiperaktivitas
1. Tangan atau kaki bergerak gelisah
2. Meninggalkan kursi pada situasi belajar yang menuntut duduk tenang
3. Berlarian dan memanjat benda-benda secara terus menerus
4. Kesulitan untuk bermain dengan tenang
 Impulsivitas
1. Sering berteriak di kelas
2. Tidak bisa menunggu giliran dalam antrean, permainan
Untuk dapat didiagnosis ADHD, gangguan harus muncul sebelum usia 7 tahun, harus secara
signifikan menghambat fungsi akademik, sosial dan pekerjaan dan harus ditandai oleh sejumlah ciri

7
klinis serta telah terjadi lebih dari 6 bulan paling tidak pada dua situasi seperti sekolah, rumah atau
pekerjaan.
PERSPEKTIF TEORETIS
 Faktor genetis , kurang aktifnya otak bagian depan korteks yang mempertahankan self control, dan
menghambat impuls.
 Ibu perokok selama masa kehamilan menyebabkan kerusakan pada otak selama perkembangan
prenatal, tingginya konflik dalam keluarga, stres emosional selama kehamilan, dan buruknya
pengasuhan orang tua dalam menangani gangguan perilaku anak.
PENANGANAN
 Obatan-obatan dan stimulan memiliki efek menenangkan dan meningkatkan rentang perhatian anak-
anak ADHD, mengurangi impulsivitas, overaktivitas, dan perilaku agresif.
 Penanganan biologis dipadu dengan penanganan kognitif-behavioral menggabungkan modifikasi
perilaku didasarkan reinforcement.
2. Gangguan tingkah laku
Anak-anak dengan gangguan tingkah laku secara sengaja melakukan perilaku antisosial yang
melanggar norma sosial dan hak orang lain, tidak memiliki perasaan bersalah. Gangguan tingkah laku
umumnya terjadi pada anak laki-laki bentuknya lebih pada mencuri, berkelahi, merusak, dan masalah
disiplin di sekolah. Gangguan perilaku pada perempuan cenderung pada berbohong, membolos, lari
dari rumah, penggunaan obat-obatan, dan pelacuran.
3. Gangguan sikap menentang.
Merupakan gangguan psikologis pada masa kanak-kanak dan remaja yang ditandai oleh sikap
menentang yang berlebihan atau kecenderungan menolak permintaan dari orang tua atau orang lain
secara berlebihan. Anak cenderung negatif atau menentang, melawan tokoh otoritas, mengganggu
orang lain, mudah marah, menyalahkan orang lain.
PERSPEKTIF TEORETIS
 Ekspresi tempramen anak sebagai anak tipe sulit
 Konflik orang tua anak yang tidak terselesaikan atau kontrol orang tua terlalu ketat
 Psikodinamika
Tanda dari fiksasi pada masa anal konflik anak dan orang tua muncul pada toilet training.
Konflik masih terisisa dan diekspresikan melalui sikap menentang dengan harapan orang tua.
 Belajar
Penggunaan strategi reinforcement yang tidak tepat dari orang tua. Orang tua memberikan
reinforcement tidak tepat pada perilaku menentang dengan menyerah pada tuntutan anak setiap kali
anak menolak patuh.
 Faktor keluarga
8
Gaya pengasuhan yang tidak efektif, disiplin yang kasar dan tidak konsisten untuk perilaku
buruk. Interaksi negatif serta penuh paksaan, model perilaku antisosial orang tua, distres orang tua.
PENANGANAN
 Obat-obatan Ritalin efektif mengurangi perilaku antisosial pada anak dan remaja.
 Penanganan residential yang menetapkan aturan eksplisit dan reward yang jelas.
 Keterampilan untuk menangani amarah untuk mengatasi situasi konflik tanpa amarah.
 Terapi kognitif behavioral digunakan untuk melatih anak yang terlibat perilaku agresif dan antisosial.
 Pendekatan sistem keluarga, fokus pada bagaimana anak melanggar aturan dan dipengaruhi oleh
sistem-sistem yang berinteraksi. Pendekatan ini berusaha mengubah hubungan anak dengan berbagai
sistem untuk menghentikan interaksi yang mengganggu.

GANGGUAN KECEMASAN AKAN PERPISAHAN


Gangguan kecemasan akan perpisahan didiagnosis jika kecemasan akan perpisahan persisten dan
berlebihan atau tidak sesuai dengan perkembangan. Anak-anak dengan gangguan ini cenderung terikat
pada orang tua dan mengikuti kemana pun mereka berada di lingkungan rumahnya. Bentuk kecemasan
akan perpisahan seperti fobia sekolah. Anak-anak menolak untuk pergi sekolah dipandang sebagai bentuk
dari kecemasan akan perpisahan.
PERSPEKTIF TEORETIS
 Psikoanalisis
Kecemasan dan ketakutan pada masa kecil melambangkan konflik yang tidak disadari.
 Kognitif
Memfokuskan pada peran bias-bias kognitif yang mendasari reaksi kecemasan. Anak-anak
yang cemas menunjukkan bias kognitif dalam mengolah informasi seperti meragukan kemampuan,
interpretasi situasi ambigu sebagai hal yang mengancam.
 Belajar
Munculnya kecemasan menyeluruh dapat menyentuh tema-tema yang luas seperti ketakutan
akan penolakan atau kegagalan yang dibawa pada berbagai situasi. Ktakutan terhadap penolakan atau
self perception yang tidak adekuat.
PENANGANAN
 Relaksasi
 Teknik kognitif self talk
 Penanganan obat-obtan seperti fluvoxamine

9
DEPRESI MASA KANAK-KANAK DAN REMAJA
Anak-anak dan remaja dapat menderita gangguan mood termasuk gangguan bipolar dan depresi
mayor. Anak-anak dan remaja ini memiliki perasaan tidak berdaya, pola pikir yang terdistorsi,
kecenderungan untuk menyalahkan diri sendiri sehubungan dengan kejadian-kejadian negatif, serta self
esteem, self confidence, dan persepsi akan kompetensi lebih rendah. Ada episode kesedihan dan
menangis merasa apatis, sulit tidur, lelah dan kurang nafsu makan, serta ada pikiran untuk bunuh diri.
Depresi pada anak seperti menolak masuk sekolah, takut akan kematian orang tua dan terikat pada orang
tua. Depresi pada remaja seperti agresivitas dan perilaku seksual yang berlebihan.
Anak yang mengalami depresi kurang memiliki berbagai keterampilan termasuk keterampilan
akademik, atletik dan sosial. Mereka kesulitan untuk berkonsentrasi di sekolah dan mengalami hendaya
memori hingga sulit meningkatkan nilai. Anak menyimpan sendiri perasaannya, perasaan negatif
diekspresikan dalam bentuk kemarahan, cemberut, tidak sabar sehingga mengakibatkan konflik orang tua
yang memperpanjang depresi.
PENANGANAN
 Terapi kognitif behavioral melibatkan model keterampilan coping pelatihan keterampilan sosial untuk
meningkatkan kemungkinan memperoleh reinforcement sosial. Terapi mencakup cara pemecahan
masalah dan meningkatakan frekuensi aktivitas menyenangkan serta mengubah gaya berpikir depresi.
 Terapi keluarga membantu keluarga memecahkan konflik dan mengatur kembali hubungan anggota
keluarga menjadi lebih suportif.

GANGGUAN ELIMINASI
Gangguan eliminasi dibagi menjadi dua yaitu eneuresis dan enkopresis.
1. Enuresis
Enuresis adalah kegagalan mengontrol buang air kecil setelah seseorang mencapai usia normal
untuk melakukan kontrol.
Ciri-ciri diagnostik enuresis
1. Anak berulang kali mengompol di tempat tidur atau pakaian (disengaja atau tidak)
2. Usia kronologis anak minimal 5 tahun ( atau anak berada pada tingkat perkembangan setara)
3. Perilaku muncul setidaknya dua kali seminggu selama 3 bulan atau menyebabkan hendaya yang
signifikan dalam fungsi atau distres.
4. Gangguan tidak ada dasar organik
PERSPEKTIF TERORETIS
 Psikodinamika
Enuresis merepresentasikan ekspresi kemarahan terhadap orang tua karena toilet training yang
keras, representasi regresi terhadap kelahiran saudara kandung dan sumber stres dalam kehidupan.

10
 Belajar
Enuresis muncul paling sering pada anak-anak dengan orang tua yang mencoba melatih mereka
sejak usia dini. Kegagalan masa awal dapat menghubungkan kecemasan dengan usaha mengontrol
buang air kecil.
 Genetis
Enuresis primer menyangkut gen yang mengatur kecepatan perkembangan dari kontrol motorik
terhadap refleks eliminatori oleh korteks serebral.
PENANGANAN
 Behavioral
Metode mengkondisikan anak-anak bangun bila kandung kemih sudah penuh. Salah satu
contoh adalah metode bel dan bantal. Metode menggunakan bantalan khusus yang ditempatkan di
bawah anak yang sedang tidur. Bila bantalan basah sirkuit listrik menutup, menyebabkan bel berbunyi
dan membangunkan anak yang masih tidur.
 Terapi obat
Obat fluvoxamine antidepresan bekerja pada sistem otak yang mengontrol buang air kecil.
2. Enkopresis
Enkopresis adalah kurangnya kontrol terhadap keinginan buang air besar yang bukan
disebabkan oleh masalah organik. Minimal terjadi pada usia 4 tahun. Mengotori dapat dilakukan
sengaja dan tidak sengaja.
PENYEBAB
 Toilet training yang tidak konsisten atau tidak lengkap dan sumber stres psikologis seperti kelahiran
saudara atau mulai bersekolah
 Kecemasan sehubungan dengan soiling meningkat dikarenakan anak membuat jarak dengan teman-
temannya, tuntutan self control dan hukuman berat orang tua.
PENANGANAN
Metode operant conditioning dapat membantu soiling. Reward untuk keberhasilan self control dan
hukuman untuk ketidaksengajaan. Bila enkopresis bertahan rekomendasi evaluasi medis dan psikologis
dapat diberikan untuk penanganan tepat.

DAFTAR PUSTAKA
Nevid, Jeffrey S. 2003. Psikologi Abnormal. Jakarta : Erlangga

11
12

Anda mungkin juga menyukai