Oleh
Ir. Murdjito, MSc.Eng
Dosen Jurusan Teknik Kelautan FT Kelautan ITS Surabaya dan
Kepala Laboratorium Operasi Riset & Perancangan ITS Surabaya
a. Pendahuluan
Aktivitas industri lepas pantai (offshore) pertama muncul di tahun 1947 hingga
sekarang ini banyak bergerak dibidang eksplorasi dan eksploitasi ladang
minyak/gas di lepas pantai. Di tahun 1947 untuk pertarna kalinya anjungan
lepas pantai struktur baja terpancang dengan berat 1200 ton yang
diinstalasikan di Teluk Mexico pada kedalaman laut 20 feet (6 m).
Ada tiga tahap proses eksplorasi dan eksploitasi minyak/gas di lepas pantai,
yaitu:
1. Tahap prakiraan (Appraisal)
2. Tahap pengembangan (Development)
3. Tahap produksi (Production)
Akibat peperangan antara negara-negata Arab satu sisi dengan Israel dan
Eropa Barat sebagai sekutunya pada tahun 1970-an dengan berakibat
penutupan terusan Suez untuk lalu-lintas kapal, telah mendorong kenaikan
harga minyak yang cukup drastis dan sekitar 10 $/barel hingga 38 $/barel.
i. Pemilik/Owner
Pemilik anjungan/unit dapat perorangan, organisasi atau konsorsium.
Pemilik tidak selalu yang mernakai atau yang mengoperasikan
bangunan tersebut, seperti PT. PANN FINANCE sebagai pemilik kapal
Caraka Jaya dan Palindo Pax 500, tetapi sebagai operatomya adalah
perusahaan pelayaran (PELNI, Meratus, dll).
ii. Pemakai/Operator
Operator anjungan lepas pantai umumnya adalali perusahaan minyak
atau perusahaan jasa dibidang perminyakan, seperti PERTAMINA,
SHELL, BP-ARCO, CONOCO. Santa Fe, Mobile Oil, Texaco, Unocal,
Amoses, dll. Tuntutan operator terhadap anjungan meliputi:
Fungsionalitas (kesesuaian struktur terhadap operasi), kebutuhan
anjungan terhadap infrastruktur dun logistik, keselamatan jiwa
manusia, investasi, operasi dan lingkungan.
iii. Kontraktor/Galangan
Kontraktor adalah instansi yang membangun dan menyiapkan
keberadaan anjungan beserta fasilitasnya, maka kontraktor mempunyai
kepentingan tcrhadap aspek:
metoda pembangunan struktur (buildmethod), kesesuaian dengan
kapasitas dan fasilitas (buildfriendly), kemudahan mendapatkan material
dan peralatan. Contoh kontraktor: Guna Nusa Fabricator, Bukaka, Tn
Patra, PT. PAL, DKB, Sembawang Shipyard, IHI, Marathon, Welton
Feyenoord, Santa Fe, McDermott, dll.
v. Institusi Internasional
Institusi intemasional biasanya berperan sebagai penasihat. lnstitusi
intemasional juga berwenang mengeluarkan sertifikat tentang kelaikan
sesuatu aktivitas, yang sering disebut sebagai sertifikat statutoria.
Sertifikat statutoria dalam bidang maritim dikeluarkan biasanya oieh
international Maritime Organization (IMO). Hal ini tertuang dalarn
SOLAS (safety of life at sea) untuk keselamatan operasi di laut
tertutama keselamatan rnanusianya, MARPOL (Marine Polution) untuk
mencegah pencemaran laut, International Safety Management Codes
(ISM Codes) untuk managemen keselamatan operasi bangunan maritim
dan pencegahan pencemaran (disahkan oleh IMO), ISO 9000 untuk
managemen kendali mutu, ISO 14000 utuk managemen pengendalian
pencernaran, dll.
1. Struktur terpancang
Sebagai contoh dan struktur Anjungan lepas pantai terpancang ialah jacket
steel platform, gravity platform, monopod, tripod. dl. Pada konstruksi
terpancang, baik beban vertikal maupun beban horizontal dan momen dapat
ditransformasikan oleh struktur kaki-kakinya melalui pondasi ke dasar taut.
Ukuran pondasi akan menentukan distribusi beban ke dasar laut. Selain itu.
ukuran pondasi juga akan menentukan ukuran struktur secara keseluruhan.
Struktur anjungan terpancang sebagian besar digunakan sebagai fasilitas
produksi/pengolahan minyak/gas maupun sebagai fasilitas anjungan
pendukung produksi (supporting structure). Contoh anjungan terpancang
dapat dilihat pada gambar 1.1.
2. Struktur terapung
Yang termasuk didalam jenis anjungan terapung (Mobile Offshore Units)
adalab semi submersible, jack-up platform, drilling ship, barge dan anjungan
terapung lainnya. Anjungan terapung bisanya digunakan sebagai anjungan
pengeboran (drilling), anjungan pendukung operasi (support vessel), fasilitas
pendukung pemasangan pipa (pipe layer), sebagai fasilitas akomodasi dan
juga dapat dipakai sebagai anjungan produksi terutama untuk ladang-ladang
marginal yang waktu operasinya tidak terlalu lama.
2. Guyed Tower
Guyed Tower adalah konstruksi rangka langsing yang ditopang oleh
beberapa mooring lines disisi-sisinya dan sekitar permukaan air hingga dasar
laut. Dengan demikian beban horizontal dan momen melalui mooring lines
ditransformasikan ke dasar laut. Konstruksi pada dasar laut dapat fixed
structure atau juga konstruksi engsel. Pada daerah sekitar permukaan air
guyed tower biasanya dilengkapi dengan struktur apung. Lihat gambar 1.4.
3. Articulated Tower
Articulated Tower mirip dengan guyed tower hanya tidak dilengkapi dengan
mooring lines. Konstruksi penopang antara strukktur dengan dasar laut
biasanya berupa sambungan engsel. Articulated Tower diiengkapi dengaii
struktur apung yang cukup besar.
ii. Jenis Anjungan berdasar lama pemakaiannya
Hasil olahan dan anjungan produksi kemudian dikirim ke darat dapat melalui
pipa bawah laut atau disimpan pada tempat penampungan sementara
kemudian dengan kapal pengangkut minyak/gas (tanker) dibawa ke darat.
v. Pipe Layer
Untuk pipe layer telah berkembang dan tongkang yang sederhana hingga
semi submersible yang dilengkapi dengan fasilitas las dan pendukung yang
modern. Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh trntuk pipe layer adalali
kedalaman air dan kondisi laut tempat operasi.
4. PERANCANGAN STRUKTUR ANJUNGAN LEPAS PANTAI
a. Faktor Utama
Secara umum perancangan. sebagai sebuab kegiatan pengambilan
keputusan, dan perancangan sistem maritim, secara khusus, adalah sebuah
aktifitas multi-disiplin yang memerlukan pemanfaatan yang berdaya guna
atas berbagai sumber daya yang terbatas jumlahnya untuk mernenuhi
beberapa kebutuhan fungsional tertentu. Karena dalam dunia yang semakin
kompetitif ini merancang tidak dapat lagi dilakukan tanpa menggunakan
pendekatan optimasi. Merancang atau mendesign atau mensistesis struktur
berarti mengambil keputusan atas tata letak, geometri, bahan dan ukuran
struktur sedemikian rupa sehingga sebuah atau beberapa kriteria
perancangan mencapai tingkat tertentu sementara batasan-batasan atau
kendala-kendala dipenuhi (tidak dilanggar). Identifikasi rancangan yang
akhirnya terpilih umumnya melibatkan, secara berulang, penyediaan, evaluasi
dan pembandingan antara berbagai pilihan yang laik sedemikian sehingga
proses perancangan bergerak maju menuju pada sebuab penyelesaian yang
“terbaik” [Sen (1995)].
b. Prosedur Perancangan
Proses perancangan adalah dengan menggunakan pendekatan iteratif yang
melibatkan perhitungan, lazim disebut analisis, beberapa aspek rancangan
seperti kekuatan, stabilitas. keandalan, dsb. Sehingga diperoleh suatu
rentang pilihan rancangan yang laik. Sampai disini perlu diperhatikan bahwa
kegiatan perancangan mensyaratkan kemampuan analisis tertentu.
Pendekatan ini telah diterapkan dalam suatu prosedur perancangan yang
secara kiasik disebut “spiral perancangan”, seperti terlihat pada gambar
dibawah ini. Dengan perkembangan teknologi komputer, proses iteratif ini
selanjutnya dapat dipercepat dengan bantuan sistem-sistem CAD, dan proses
perancangan bahkan dapat mempertimbangkan banyak aspek perancangan
secara sekaligus dengan memanfaatkan metode mathematical programming
dalam kerangka Pengambilan Keputusan dengan Kriteria Majemuk (Multi-
Criteria Decision Making) [Rosyid (1993)].
d. Pertimbangan Perancangan
i. Pertimbangan Fungsi
Pengaruh fungsi anjungan pada struktur sebuah anjungan lepas pantai tidak
boleh diabaikan, karena akhirnya fungsi utama sebuah anjungan lepas pantai
adalah menyediakan sebuah bidang kerja datar yang kering dan untuk
mewadahi berbagai peralatan bebas dan air (gelombang). Kemampuan
anjungan untuk mernenuhi fungsinya ini merupakan perhatian utama orang
yang bekerja dan seringkali juga hidup di sana, dengan implikasi ekonomis
bagi pemiliknya.
Kedalaman
Karena lebar dasar struktur penyangga anjungan jarang sekali lebih besar
dan tingginya, bagian dasar ini biasanya dirakit sedemikian agar efisiensi alat
angkat galangan pembangun dapat dimaksimalkan. Persyaratan tiang
pancang, lebar dasar, dan kemampuan dan efisiensi galangan perakit
merupakan pertimbangan-pertimbangan utama dalam perancangan anjungan
dengan ukuran besar, memerlukan evaluasi yang seksama serta pemahaman
yang mendalam atas kondisi-kondisi setempat atau batasan-batasan yang
dapat menentukan faktor-faktor tersebut atau mempengaruhi biaya retatifnya.
Konfigurasi hampir semua anjungan (dilaut yang tidak dangkal namun juga
tidak dalam) umumnya tidak begitu saja dapat ditentukan seperti untuk
anjungan dangkal dan anjungan dalam. Untuk rnemperoleh konfigurasi yang
terbaik, faktor- faktor berikut harus diperhitungkan:
1. Luas geladak yang dibutuhkan
2. Jumlali sumur
3. Ukuran dan kapasitas menara pembor
4. Berat bahan-bahan supply
5. Jenis produksi
6. Persyaratan penyimpanan hasil produksi
7. Potensi operasi secara simultan
8. Kriteria Iingkungan ekstrim
9. Kondisi lingkungan yang paling dominan yang dijumpai selama opertasi
normal
10. Kedalaman perairan
11. Perbedaan pasang surut
12. Kondisi dasar laut lokal
13. Karakteristik pondasi
14. Kesulitan-kesulitan proses pemancangan
15. Kemampuan dan keterbatasan fasilitas perakitan anjungan
16. Batasan-batasan transportasi anjungan
17. Kapasitas dan jangkauan alat-alat angkat
18. Kondisi cuaca yang mungkin teijadi saat instalasi.
Sekalipun persoalan ukuran mud-mat tidak terlalu parah pada tanah yang
Iebih strong (keras), namun rincian struktur yang lain juga memerlukan
perhatian. Beban tumpu (bearing load) pada braces pada daerah mud-line
mungkin akan memberi momen lengkung yang cukup besar dan mempersulit
penilaian atas ketidakstabilan struktur terhadap hydrostatic collapse.
Ketahanan tanah terhadap pentrasi tiang pancang dapat mempengaruhi
kontrol elevasi, terutama apabila penutup kaki struktur penyangga yang
dibutuhkan untuk memberikan daya apung diletakkan pada dasar kaki
tersebut.
Untuk Indonesia, dengan daerah rawan gempa di lepas pantai yang cukup
luas, gempa bumi akan memberikan beban dinamis yang besar, terutama
untuk anjungan terpancang, dan karena waktu terjadinya gempa tidak dapat
diramalkan secara tepat, pengosongan personil dan anjungan menjadi tidak
mungkin seera praktikal sehingga pertimbangan keselamatan memerlukan
perhatian yang amat mendalam. Cuaca yang tidak bersahabat akan
mempengaruhi waktu kegiatan instalasi, operasi bawah air. pemeriksaan
(inspeksi), dan reparasi.
v. Pertimbangan Ekonomi
Setiap cadangan minyak/gas (reservoir) akan menghadapi batasan sebagai
fungsi waktu. Seperti halnya dalam pelakasanaan investasi untuk berbagai
jenis industri. maka perlu dilakukan pertimbangan ekonomi. Pertimbangan
ekonomi ini difokuskan pada pertimbangan antara besamya capital
expenditure (CAPEX) dengan operational expenditure (OPEX). Adanya
margin yang significant antara CAPEX terhadap OPEX merupakan tujuan
penting dan perancangan.
e. Kriteria Perancangan
Kriteria perancangan anjungan lepas pantai umumnya dikelompokkan dalam
dua bagian. yakni kriteria operasional dan kriteria ekonomi. Kriteria
perancangan terpenting adalah keandalan (Reliability) struktur, sekalipun
keandalan struktur anjungan lepas pantai bukan satu-satunya kritenia
perancangan yang harus diperhatikan-disamping kernampurawatan,
kesiapan, biaya fabrikasi dan bahkan disposability. Hal ini mencerminkan
bahwa keselamatan - baik personil, lingkungan hidup, dan investasinya
sendiri sebagian dinyatakan sebagai fungsi dan keandalan struktur tersebut.
Sekalipun keselamatan sebuah anjungan lepas pantai tidak hanya ditentukan
oleh keandalan strukturnya, keandalan struktur memberi sumbangan besar
bagi keandalan sistem rekayasa maritim tersebut secara menyeluruh. Ini
disebabkan karena subsistem struktur memberi wadah bagi penempatan
subsistem-subsistem lain. Sebuah anjungan lepas pantai berfungsi untuk
menyediakan suatu bidang kerja horizontal tempat manusia dan berbagai
peralatan (elektrikal, mekanikal, pneumatik, dsb.) dapat bekerja secara
normal tanpa terganggu oleh lingkungan laut (air) secara langsung.
Keandalan struktur ditentukan oleh kondisi luar atau beban-beban yang
bekerja pada struktur anjungan tersebut. Secara umum jenis beban yang
bekerja struktur anjungan lepas pantai dapat dikelompokkan sebagai berikut:
f. Metoda Perancangan
Sesuai dengan karakteristik beban yang bekerja pada struktur anjungan,
yakni: sifat beban statis atau dinamis serta perilakunya yang deterministik
atau stokastik, maka dalam perancangan anjungan lepas pantai dikenal
beberapa tahapan analisis yang disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis
anjungan yang dirancang. Bebarapa contoh analisis yang sering dilakukan
dalam perancangan anjungan adalah sebagai berikut:
i. Analisis Statis
Analisis ini ditujuan untuk menentukan kekuatan struktur dalam menahan
beban operasional baik dalam kondisi normal maupun kondisi badai yang
kemungkinan terjadi selama operasi. Dalam analisis statis dilakukan
pengkajian kekuatan struktur berdasar tiga kriteria yaitu: untuk seluruh
elemen struktrur (member) dilakukan AISC Check, untuk sambungan silinder
(tubular) dilakukan API Check dan untuk melihat besarnya tegangan aktual
yang teijadi terhadap tegangan ijin struktur dengan Unity Check (Interation
ratio Check)
v. Loadout Analisis
Load-out adalah suatu proses dimana anjungan yang telah selesai dibangun
di galangan dipindahan ke alat angkut untuk dibawa ke tempat operasi.
Proses ini membutuhkan kecer-matan dan kehatihatian mengingat kondisi
lingkungan yang penuh ketidakpastian, besarnya ukuran struktur dan
keterbatasan fasilitas serta resiko investasi/kecelakaan.
g. Pemodelan Struktur
Dalam pemodelan struktur anjungan lepas pantai dapat dilakukan dengan
dua pendekatan, yakni: pemodelan struktur global ataua stick model dan
pemodelan struktur lokal atau detailed model.
h. Kendala- Kendala
Para fabrikator anjungan telah lama mencoba untuk mengantisipasi
persyaratan anjungan masa depan. Namun demikian, pertambahan cakupan,
dan skala anjungan lepas pantai telah terjadi demikian cepat, dan telah
terbukti lazim bahwa proyek lepas pantai yang lebih menantang ternyata telah
menghadapi kendala keterbatasan kemampuan galangan fabrikasi dan
peralatannya. Konfigurasi rangka yang inovatif, dengan rincian sambungan
medan (field splice) yang cerdas dan efisisen telah berhasil dirancang bangun
setelah mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan tersebut.
Salah satu akibat buruk yang paling mahal yang menggembungkan biaya
investasi sebuah anjungan terjadi apabila dibutuhakan peralatan
pembangunan yang khusus, atau fasilitas fabrikasi harus dibuat khusus untuk
proyek itu.
i. Kendala Instalasi
Elemen kunci pada instalasi sebuah anjungan adalah kapal atau tongkang
pengangkat (derrick/lift barge). Karakteristik setiap tongkang/kapal
pengangkat tidak hanya ditunjukkan oleh bentuk lambung dan kapasitas kran-
nya, namun juga ditunjukkan oleh parameter-parameter lainnya, seperti: tinggi
angkatan maksimum, hook speed, sistem tambat, dll.
DAFTAR PUSTAKA