Anda di halaman 1dari 26

KONSEP PERANCANGAN STRUKTUR OFFSHORE

Oleh
Ir. Murdjito, MSc.Eng
Dosen Jurusan Teknik Kelautan FT Kelautan ITS Surabaya dan
Kepala Laboratorium Operasi Riset & Perancangan ITS Surabaya

1. PENGANTAR INDUSTRI LEPAS PANTAI

a. Pendahuluan

Aktivitas industri lepas pantai (offshore) pertama muncul di tahun 1947 hingga
sekarang ini banyak bergerak dibidang eksplorasi dan eksploitasi ladang
minyak/gas di lepas pantai. Di tahun 1947 untuk pertarna kalinya anjungan
lepas pantai struktur baja terpancang dengan berat 1200 ton yang
diinstalasikan di Teluk Mexico pada kedalaman laut 20 feet (6 m).

Perkembangan industri offshore selama ini sangat tergantung dengan


perkembangan industri minyak dan gas. Kenaikan harga minyak/gas pada
tahun 1973 telah mendorong pertumbuhan industri offshore termasuk usaha
mencari ladang-ladang minyak/as baru di perairan yang lebih dalam dengan
kondisi laut yang semakin ganas. Dengan demikian, meningkatnya harga
minyak dunia dan satu segi telah mendorong bertambahnya aktifitas di lepas
pantai, dan tentunya juga bertambahnya kebutuhan bangunan-bangunan laut
yang baru. Ladang minyak lepas pantai yang ditemukan di masa mendatang
kemungkinan mempunyai kapasitas yang relatif lebih kecil (marginal field)
seperti di ladang-ladang minyak/gas di Asia Tenggara, terletak di perairan
yang lebih dalam, atau cadangan mineralnya tidak cukup ekonomis bila digali
dengan teknologi yang ada. Untuk menghadapi permasalahan mi, bangunan
laut yang akan dioperasikan adalah jenis-jenis yang dianggap efektif dan segi
biaya, seperti jenis-jenis anjungan apung, anjungan lentur ataupun instalasi
bawah laut.

b. Proses Ekplorasi dan Ekploitasi Minyak/Gas di Lepas Pantai

Ada tiga tahap proses eksplorasi dan eksploitasi minyak/gas di lepas pantai,
yaitu:
1. Tahap prakiraan (Appraisal)
2. Tahap pengembangan (Development)
3. Tahap produksi (Production)

Tahap prakiraan (appraisal) bertujuan untuk mendapatkan kepastian akan


kapasitas ladang minyak/gas, komposisi kimia dan kandungan hidrokarbon
dan kondisi lingkungan operasi. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini ialah,
pertama, melakukan survey awal batuan baik dengan sistem sonar maupun
atas bantuan satelit. Bila dan survey awal ini didapatkan indikasi bahwa
kernungkinan ada ladang minyak/gas baru dilakukan pengeboran awal untuk
melihat kondisi batuan/soil mechanics, kondisi lingkungan dan untuk
memastikan akan ada atau tidaknya minyak/gas di ladang ini. Bila
pengeboran awal ini menunjukkan kemungkinan adanya ladang minyak/gas
tersebut positif, serta komposisi kimia hidrokarbon yang dikandung telah
diketahui baru dilakukan pengeboran sumur untuk melihat kapasitas ladang
dan pola penyebarannya. Dan hasil ini orang akan dapat memperkirakan
kapasitas produksi per tahun dan ladang yang ada serta melakukan kajian
engineering untuk menyiapkan proses pengeboran suinur produksi, proses
pengolahannya, pola transportasi produk dan penyimpanan awal. Dan kajian
ini akan dihasilkan kajian teknis dan ekonomis kelayakan produksi kandungan
minyak/gas tersebut.

Tahap pengembangan (development) merupakan tahap penyiapan dan


pembangunan fasilitas yang meliputi: perancangan dan pembangunan
fasilitas produksi, struktur pendukung serta sistem transportasi
produk/fasilitas, kemudian dilakukan pemasangan dan pengetesan semua
sistem.

Proses produksi minyak/gas melalui beberapa tahapan, yakni dan sumur-


sumur produksi minyak/gas akan mengalir ke sistem rangkaian pipa (riser)
menuju ke anjungan pengepul awal (wellhead platform). Di wellhead platform
tersebut minyak/gas dan sumur-sumur yang ada akan dilakukan proses awal
pemisahan minyak/gas dan air dan pasir pada wellhead separator.
Selanjutnya minyak/gas tersebut diproses lanjut di anjungan produksi
(production platform). Dan anjungan produksi minyak/gas yang telah
dibersihkan dan kandungan- kandungan yang tidak diinginkan dikirim ke
tempat rafinery/pengolahan di darat rnelalui pipa (pipe line) atau dengan
tanker. Untuk transportasi dengan tanker umumnya akan membutuhkan
tempat penyimpanan sementara (offshore storage) yang dapat berupa
berbagai tipe bangunan seperti Single Buoy Storage, (SBS), Catenary Anchor
Leg Mooring (CALM), Floating Production and Storage of Oil (FPSO), dll.

c. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh pada Industri Lepas Pantai

Tingkat perkembangan industri lepas pantai (offshore industries) sangat


ditentukan oleh berbagi macam faktor, antara lain: permintaan energi,
keberhasilan pengeboran, harga minyak/gas, tingkat investasi, kondisi cash
flow, tingkat suku bunga (tax regimes), peranan energi alternatif selain
minyaklgas, stabilitas politik dan perkembangan ekonomi. Perkembangan
ekonomi termasuk perkembangan harga minyak/gas merupakan faktor
terpenting yang mempengaruhi perkembangan industri offshore. Tingkat
pertumbuhan harga minyak sangat ditentukan oleh kondisi ketersediaan-
permintaan (supply-demand) minyak/gas di pasaran, dimana negara-negara
OPEC merupakan penentu utama sebagai negara pensuplai terbesar
kebutuhan minyak dunia.

Akibat peperangan antara negara-negata Arab satu sisi dengan Israel dan
Eropa Barat sebagai sekutunya pada tahun 1970-an dengan berakibat
penutupan terusan Suez untuk lalu-lintas kapal, telah mendorong kenaikan
harga minyak yang cukup drastis dan sekitar 10 $/barel hingga 38 $/barel.

Disamping itu, perkembangan ekonomi juga beperan penting dalam


menentukan pertumbuhan industri offshore. Pertumbuhan ekonomi akan juga
sangat tergantung dengan pertumbuhan industri pada umumnya, yang berarti
juga tergantung dengan kebutuhan akan sumber energi sebagai penggerak
industri. Sekarang ini sebagian besar kebutuhan energi dunia disupply oleb
minyak sebesar 40 %, batubara 28 %, gas 23 %, sumber energi hidro 3 %.
nuklir 6 % dan yang lain 1 %. Ketergantungan pertumbuhan industri masih
sangat tergantung dengan ketersediaan minyak/gas sebagai sumber energi
industri. Dengan demikian maka perkembangan harga minyak akan sangat
berpengaruh besar pada perkembangan industni lepas pantai.

Perkembangan sosial masyarakat serta ilmu pengetahuan juga berpengaruh


penting pada pertumbuhan industri offshore. Untuk masa-masa mendatang
masalah populasi dan lingkungan merupakan permasalahan penting yang
dihadapi oleh masyarakat dunia. Pertumbuhan penduduk yang rata-rata 1,7
% per tahun sedang untuk negara berkembang sendiri petumbuhan populasi
penduduk sekitar 2,5 % per tahun merupakan permasalahan penting yang
hams dihadapi sebubungan dengan penyediaan tempat tinggal dan termasuk
kebutuhan akan sumber energi yang layak.
Dibandingkan dengan sumber energi altematif lainnya seperti tenaga surya,
nuklir dan Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC), unit biaya dan
minyak/gas masih lebih murah. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi diharapkan dimasa-masa yang akan datang sumber energi
altematif diatas akan semakin tumbuh pernakaiannya sehingga semakin
seimbang antara tingkat pemakaian minyak/ gas dan sumber energi altematif
yang lain.

d. Perkembangan Aktivitas Industri Offshore

Masyarakat teknologi kelautan dewasa mi sedang berusaha menernukan


pasar-pasar baru, yaitu terutama yang berkaitan dengan pemanfaatan
gelombang dan energi panas lautan (OTEC), budi daya perikanan lepas
pantai (mariculture), aktivitas industri dengan pabrik-pabrik di lepas pantai,
penggalian mineral selain minyak, jembatan terapung dan juga fasilitas
rekreasi.

Kecelakaan-kecelakaan katastropis, seperti halnya dengan ‘Herald of Free


Enterprise, ‘Exxon Valdez’, ‘Piper Alpha’, dan ‘Scandinavian Star’ telah
banyak memberikan kontribusi dalam meningkatkan kepedulian mengenai
keselamatan struktur, lingkungan dan hal-hal lain yang menyangkut biaya.
Perhatian terhadap kecelakaan katastropis yang berkaitan dengan hilangnya
daya apung pada kapal terbuka, serta kebakaran dan ledakan pada kapal-
kapal atau anjungan minyak, sebelumnya lebih banyak difokuskan path
argumentasi mengenai keselamatan pekerja. Namun demikian, karena
dewasa ini kepedulian dunia banyak mengarah pada masalah polusi, maka
pembahasan mengenai keselamatan bangunan laut kemudian telah bergeser
pada lebih banyak lagi menekankan segi-segi keselamatan lingkungan,
seperti OPA’90, MARPOL. 73/78 add. ‘92, ISM Codes, ISO 14000, dll., Salah
satu tendensi oleh adanya kepedulian tersebut adalab semakin besarnya
kemungkinan kapal tanki minyak di masa mendatang yang dibangun dengan
konfigurasi kulit ganda (double skin atau double hulls).
e. Peranan Intitusi Nasional dan Internasional

i. Pemilik/Owner
Pemilik anjungan/unit dapat perorangan, organisasi atau konsorsium.
Pemilik tidak selalu yang mernakai atau yang mengoperasikan
bangunan tersebut, seperti PT. PANN FINANCE sebagai pemilik kapal
Caraka Jaya dan Palindo Pax 500, tetapi sebagai operatomya adalah
perusahaan pelayaran (PELNI, Meratus, dll).

ii. Pemakai/Operator
Operator anjungan lepas pantai umumnya adalali perusahaan minyak
atau perusahaan jasa dibidang perminyakan, seperti PERTAMINA,
SHELL, BP-ARCO, CONOCO. Santa Fe, Mobile Oil, Texaco, Unocal,
Amoses, dll. Tuntutan operator terhadap anjungan meliputi:
Fungsionalitas (kesesuaian struktur terhadap operasi), kebutuhan
anjungan terhadap infrastruktur dun logistik, keselamatan jiwa
manusia, investasi, operasi dan lingkungan.

iii. Kontraktor/Galangan
Kontraktor adalah instansi yang membangun dan menyiapkan
keberadaan anjungan beserta fasilitasnya, maka kontraktor mempunyai
kepentingan tcrhadap aspek:
metoda pembangunan struktur (buildmethod), kesesuaian dengan
kapasitas dan fasilitas (buildfriendly), kemudahan mendapatkan material
dan peralatan. Contoh kontraktor: Guna Nusa Fabricator, Bukaka, Tn
Patra, PT. PAL, DKB, Sembawang Shipyard, IHI, Marathon, Welton
Feyenoord, Santa Fe, McDermott, dll.

iv. Biro Klasifikasi


Peranan Biro Kiasifikasi secara umum penyediaan jasa untuk
kepentingan pihak-pihak yang terkait (pemilik, pemerintah, asuransi,
bank, dll) didunia kemaritiman/kelautan dengan penilaian tenting kondisi
teknis bangunan maritim (kapal, offshore) untuk tercapainya tingkat
keselamatan di laut, baik manusia, barang dan pencemaran Iingkungan.
Untuk itu, sertifikat klas yang dikeluarkan oleh biro kiasifikasi disini
berperan penting dalam menentukan kelaikan bangunan maritim. Selain
ditentukan oleh sertifikat ini, kelaikan bangunan laut masih ditentukan
oleh sertifikat statutoria yang dikeluarkan oleh badan inteniasional (IMO)
atau biro kiasifikasi atau oragnisasi profesi yang teiah mendapat mandat
dan pemerintah/negara bendera. Disamping kegiatan resmi diatas, biro
klasifikasi juga dapat berperan sebagai konsultan engineering dan
badan riset. Contoh Biro Kiasifikasi: Lloyd Register of Shipping (LR),
American Bureau of Shipping (ABS), Oct norske Veritas (DnV),
Gennanischer Lloyd (GL), BureauVeritas (BV), Nippon Kaiji Kyokai
(NKK), Biro Klasifikasi Indonesia (BKI).

v. Institusi Internasional
Institusi intemasional biasanya berperan sebagai penasihat. lnstitusi
intemasional juga berwenang mengeluarkan sertifikat tentang kelaikan
sesuatu aktivitas, yang sering disebut sebagai sertifikat statutoria.
Sertifikat statutoria dalam bidang maritim dikeluarkan biasanya oieh
international Maritime Organization (IMO). Hal ini tertuang dalarn
SOLAS (safety of life at sea) untuk keselamatan operasi di laut
tertutama keselamatan rnanusianya, MARPOL (Marine Polution) untuk
mencegah pencemaran laut, International Safety Management Codes
(ISM Codes) untuk managemen keselamatan operasi bangunan maritim
dan pencegahan pencemaran (disahkan oleh IMO), ISO 9000 untuk
managemen kendali mutu, ISO 14000 utuk managemen pengendalian
pencernaran, dll.

vi. Institusi Nasional


Tujuan awal dan aturan yang dikeluarkan oleh institusi nasional untuk
melindungi kepentingan nasional (negara maupun konsumen) di negara
seternpat. Akan tetapi hal ini tidak menutup kemungkinan aturan
tersebut diadopsi dan diakui berlakunya oleb negara lain. Yang
tergolong sebagai institusi nasional seperti Departemen Migas yang
mengeluarkan aturan yang ada hubungannya dengan aktivitas
pertambangan di Indonesia, Departemen Perindustrian yang
mengeluarkan SNI (Standar Nasional Indonesia), American National
Standard Institute (ANSI), Deutches Institut fur Normung (DIN) untuk
bidang industri dan perdagangan, British Standard Institution (BSI), dlsb.

vii. Organisasi Profesi


Organisasi profesi juga sering mengeluarkan dan mengembangkan
aturan yang berlaku pada perancangan atau kendali mutu operasi dan
fabrikasi di berbagai macam aktivitas. Aturan yang dikeluarkan biasanya
meliputi bidang-bidang khusus, seperli material, pengelasan, listrik, dish.
Sebagai contoh organisasi profesi ialah American Welding Society
(AWS) untuk teknologi pengelasan, American Society for Testing
Materials (ASTM) untuk teknologi material, American Society of
Mechnical Engineers (ASME) untuk teknologi produksi dan
manufacturing, American Petroleum Institute (API) untuk industri
perminyakan, Japanese Industrial Standarad (JIS) untuk bidang industri
dan produk mineral, dlsb.

viii. Institusi Ahli ( Waranty Surveyor)


Sebagai contoh disini ialah Noble Denton & Associates yang bergerak
atas nama suatu jasa asuransi untuk mengawasi transportasi suatu
bangunan laut dan kesesuaian operasi bangunan laut di suatu lokasi.
P&I club suatu organisasi jasa asuransi yang mengurusi masalah klaim
asuransi dan kecelakaan bangunan maritim.

3. JENIS DAN FUNGSI ANJUNGAN LEPAS PANTAI

Fungsi utama struktur anjungan tepas pantai (offshore platform) adalah


marnpu mendukung bangunan atas beserta fasilitas operasionalnya diatas air
laut selama waktu operasi dengan aman. Terlepas dan jenis operasionalnya,
gerakan horizontal dan vertikal suatu struktur offshore platform merupakan
kriteria penting yang sangat menentukan perilaku anjungan tersebut diatas
air.
Atas dasar hal diatas maka ada dua parameter utama yang perlu
dipertimbangkan dalam rancang bangun struktur anjungan, yakni:
1. Teknik menahan beban vertikal sebagai akibat dari beban fungsional
dan berat struktur serta fasilitas pendukung.
2. Teknik menahan beban horizontal dan lomen lentur (shear force,
bending moment) sebagai akibat dan beban lingkungan (angin
gelombang, arus, dll).

a. Jenis-jenis struktur anjungan lepas pantai (Offshore Platform)

i. Jenis Anjungan berdasar konstruksinya


Berdasar jenis konstruksi. maka struktur anjungan lepas pantai (offshore
platform)
dapat dibedakan atas:

1. Struktur terpancang
Sebagai contoh dan struktur Anjungan lepas pantai terpancang ialah jacket
steel platform, gravity platform, monopod, tripod. dl. Pada konstruksi
terpancang, baik beban vertikal maupun beban horizontal dan momen dapat
ditransformasikan oleh struktur kaki-kakinya melalui pondasi ke dasar taut.
Ukuran pondasi akan menentukan distribusi beban ke dasar laut. Selain itu.
ukuran pondasi juga akan menentukan ukuran struktur secara keseluruhan.
Struktur anjungan terpancang sebagian besar digunakan sebagai fasilitas
produksi/pengolahan minyak/gas maupun sebagai fasilitas anjungan
pendukung produksi (supporting structure). Contoh anjungan terpancang
dapat dilihat pada gambar 1.1.

2. Struktur terapung
Yang termasuk didalam jenis anjungan terapung (Mobile Offshore Units)
adalab semi submersible, jack-up platform, drilling ship, barge dan anjungan
terapung lainnya. Anjungan terapung bisanya digunakan sebagai anjungan
pengeboran (drilling), anjungan pendukung operasi (support vessel), fasilitas
pendukung pemasangan pipa (pipe layer), sebagai fasilitas akomodasi dan
juga dapat dipakai sebagai anjungan produksi terutama untuk ladang-ladang
marginal yang waktu operasinya tidak terlalu lama.

Untuk mengantisipasi perilaku struktur anjungan terapung diatas air biasanya


anjungan terapung dilengkapi dengan fasilitas penambatan (mooring). Ada
dua sistem penambatan yang ada pada anjungan terapung, yaitu: catenary
mooring dan dynamic positioning. Catenary Mooring adalab sistem
penambatan yang menggunakan jangkar dan rantai atau wire ropes.
Tergantung dengan kedalaman air dan beban yang harus didukung oleh
sistem penambatan, maka jumlah dan mooring lines bervariasi dari 4 hingga
24 buah. Karakteristik dan catenary mooring ini tidak hanya ditentukan oleh
beban statis, tetapi juga sangat ditentukan oleh perilaku dinamis dan struktur
anjungan yang ditambat. Sedang dynamic positioning ialah sistem
penambatan yang menggunakan fasilitas komputer dan fasilitas penggerak
(propulsion system). Dynamic positioning ini biasanya digunakan untuk
penambatan kapal atau semi submersible di perairan yang dalam atau lokasi
kerja yang rawan untuk sistem penambatan yang lain. Contoh anjungan
terapung jenis jack-up dan semi Submersible dapat dilihat pada gambar 1.2.

3. Struktur Lentur (Compliant Platform)


Konstruksi dan jenis anjungan ini pada umunya selain ditopang di dasar laut
juga memiliki daya apung (bouyancy). Keuntungan dan anjungan jenis ini
ialah posisi geladak yang tetap berada diatas air dan gerakan vertikal struktur
yang dapat dielimininasi. Selain itu pada strukturjenis ini pipa-pipa conductor
dapat dipasang disamping struktur. Sedang kerugian dan struktur compliant
antara lain: konstruksi compliant biasanya sangat besar karena biasanya
untuk perairan dalam, kerugian kedua, sambungan antara struktur dengan
dasar laut pada umunya bersifat sambungan engsel (ball joint) sehingga
konstruksi ini sangat lemah untuk menahan beban dinamis struktur yang
demikian besar. Kerugian ketiga, daya muat struktur yang tidak terlalu besar.

Beberapa contoh dan anjungan lentur (compliant) ialah sebagai berikut:


1. Tension Leg Platform (TLP)
TLP pada umumnya digunakan sebagai fasilitas produksi (production
platform). Konstruksi TLP terdiri atas badan (hull), super structure (deck & top
side facilities), tali- tali penambat vertikal. Badan TLP sekilas mirip dengan
badan semi submersible, akan tetapi kolom-kolom horizontalnya (floaters)
pada urnumnya lebih kecil dan sederhana. Badan TLP terdiri atas kolom-
kolom tegak yang umumnya berjumlah 4 atau 6 kemudian kolom-kolom
horizontal sebagai penghubung antar kolom-kolom tegak dan penegar-
penegar diagonal. Tali-tali penambat vertikal (tethers) biasanya berupa wire
ropes yang menghubungkan hull dengan pondasi pada dasar laut. Tali-tali ini
diberi tegangan tarik awal sedemikian rupa sehingga bila muatan di geladak
(beban) bertambah dan ada penurunan penmukaan air karena pasang surut
misalnya, maka posisi TLP relatif tidak berubah. Selain itu tali-tali vertikal ini
juga dapat mentranformasikan beban horizontal ke dasar laut sehingga
pergeseran horizontal dapat direduksi. lihat gambar 1.3.

2. Guyed Tower
Guyed Tower adalah konstruksi rangka langsing yang ditopang oleh
beberapa mooring lines disisi-sisinya dan sekitar permukaan air hingga dasar
laut. Dengan demikian beban horizontal dan momen melalui mooring lines
ditransformasikan ke dasar laut. Konstruksi pada dasar laut dapat fixed
structure atau juga konstruksi engsel. Pada daerah sekitar permukaan air
guyed tower biasanya dilengkapi dengan struktur apung. Lihat gambar 1.4.

3. Articulated Tower
Articulated Tower mirip dengan guyed tower hanya tidak dilengkapi dengan
mooring lines. Konstruksi penopang antara strukktur dengan dasar laut
biasanya berupa sambungan engsel. Articulated Tower diiengkapi dengaii
struktur apung yang cukup besar.
ii. Jenis Anjungan berdasar lama pemakaiannya

Berdasar atas lama pemakaiannya, maka anjungan dapat dibedakan atas:


1. Konstruksi Permanen
Anjungan permanen dibangun dengan tujuan untuk dioperasikan selamanya
hanya pada satu lokasi kerja. Termasuk dalam katagori anjungan permanen
ialah anjungan produksi yang beroperasi pada satu lokasi hingga 20 s/d 30
tahun, seperti anjungan terpancang dan compliant. Konstruksi anjungan
permanen tidak dimaksudkan untuk dipindah untuk operasi dilokasi kerja
yang lain. .lika waktu operasi telah selesai, anjungan ini biasanya
dibesituakan atau dihancurkan.

2. Konstruksi Rergerak (Mobile Units)


Konstruksi ini dioperasikan hanya beberapa waktu saja, beberapa minggu
atau bulan, kemudian berpindah tempat untuk operasi yang lain. Jenis
pekerjaan konstruksi ini kadang-kadang juga bervariasi dan sebagai fasilitas
untuk pengeboran hingga sebagai pipe layer. Termasuk dalam jenis
konstruksi anjungan ini ialah anjungan terapung, seperti jack-up drilling rig,
semi submersible. kapal dan tongkang.

Disamping kedua jenis diatas ini, kadang-kadang orang masih membedakan


atas konstruksi semi permanen, artinya konstruksi anjungan jenis ini
beroperasi hanya beberapa tahun (5 -10 tahun) kemudian dipindahkan ke
tempat lain. Pada umumnya hal ini terjadi pada ladang-ladang minyak/gas
marginal. Termasuk dalam katagori ini ialah kapal untuk produksi, jack-up
production platform, dan tempat-tempat penampungan dan pemindahan
muatan lepas pantai (buoy).

b. Fungsi Anjungan Lepas Pantai (Offshore Platform)


Fungsi anjungan lepas pantai sangat bervariasi, tergantung jenis
pekerjaannya. Dibawah mi akan diberikan beberapa contoh fungsi anjungan
lepas pantai yang selama ini sering terjadi:

i. Anjungan Pengeboran (drilling platform/well platform)


Anjungan ini digunakan untuk mengebor sumur-sumur minyak/gas, dapat
berupa pengeboran awal untuk melihat struktur dan kapasitas kandungan
(reservoir) ataupun untuk pengeboran lanjutan sebagai kebutuhan
produksi/exploitasi. Tergantung dengan jumlah sumur dan jenis pengeboran
yang dilakukan, maka lamanya operasi dapat berlangsung dan beberapa
bulan hingga beberapa tahun. Pada umumnya untuk pengeboran satu sumur
yang 1000 m dibawah dasar laut rata-rata memerlukan waktu 2 bulan.
Sebagai anjungan pengeboran dapat berupa struktur terpancang ataupun
struktur terapung (mobile offshore units). Anjungan terapung seperti jack-up,
semi submersible maupun tongkang karena kemampuan mobilitasnya banyak
dipakai orang sebagai fasilitas pengeboran. Kombinasi antara jack-up dengan
jacket platform sebagai anjungan pengeboran juga sering teijadi, sehingga
setelah selesai pengeboran jacket platform tersebut tetap berada pada lokasi
dan berfungsi sebagai well head platform yang menghubungkan antara sumur
dengan anjungan produksi.
ii. Anjungan Produksi (Production/Treatment Platform)
Anjungan produksi digunakan sebagai tempat untuk pengolahan atau proses
pemisahan antara gas, minyak dan air. Anjungan produksi banyak berupa
bangunan terpancang seperti jacket steel platform maupun gravity platform.
Belakangan ini anjungan terapung (mobile offshore units) juga sering
digunakan sebagai fasilitas produksi, seperti jack-up platform, semi
submersible maupun kapal.

Hasil olahan dan anjungan produksi kemudian dikirim ke darat dapat melalui
pipa bawah laut atau disimpan pada tempat penampungan sementara
kemudian dengan kapal pengangkut minyak/gas (tanker) dibawa ke darat.

Fasilitas produksi pada umumnya sebagian besar telah dilakukan pre-


fabrikasi di darat dan dikelompokkan menurut module-module dan jenis
operasi. Berat dari tiap module sangat bervariasi. Untuk operasi produksi gas
di ladang Natuna diperkirakan rnenggunakan jacket steel platform dengan
berat 18.000 ton (64 x 105 m), berat per module bervariasi dan 2500 ton
hingga 3800 ton, sedang berat top side facilities untuk produksi sebesar
33.500 ton. Fasilitas ini digunakan untuk melayani kebutuhan daya sebesar
400 MWatt per deck dan untuk menghasilkan gas sebesar 480 Mcfd.

iii.Anjungan Akomodasi (Quarter Platform)


Selain anjungan yang terpancang sekarang banyak juga anjungan terapung
yang dirnanfaatkan sebagai anjungan akomodasi. Setelab kecelakaan yang
terjadi pada semi submersible Alexander Kielland di tahun 80-an dan Piper
Alpha di tahun 90-an maka peraturan yang berhubungan dengan bahaya
kebakaran dan keselamatan semakin ketat. Hal mi terbukti dengan akan
diberlakukannya ISM Codes untuk anjungan terapung mulai tahun 2003.
Selain itu struktur anjungan akomodasi juga sangat ditentukan oleh jumlah
personil, serta sistem penggunaan (sebagai hotel atau transit).

iv. Anjungan Instalasi (Instalation Platform)


Anjungan ini digunakan untuk membantu instalasi anjungan lain seperti
fasilitas derek (hook-up). Sebagai anjungan instalasi kebanyakan berupa
anjungan terapung baik itu kapal, semi submersible ataupun jack-up platform.
Selain kapasitas angkut juga perilaku di laut sangat menentukan kriteria
anjungan ini, seperti stabilitas, gerakan dan lamanya waktu tidak operasi
(down time) karena faktor lingkungan.

v. Pipe Layer
Untuk pipe layer telah berkembang dan tongkang yang sederhana hingga
semi submersible yang dilengkapi dengan fasilitas las dan pendukung yang
modern. Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh trntuk pipe layer adalali
kedalaman air dan kondisi laut tempat operasi.
4. PERANCANGAN STRUKTUR ANJUNGAN LEPAS PANTAI

a. Faktor Utama
Secara umum perancangan. sebagai sebuab kegiatan pengambilan
keputusan, dan perancangan sistem maritim, secara khusus, adalah sebuah
aktifitas multi-disiplin yang memerlukan pemanfaatan yang berdaya guna
atas berbagai sumber daya yang terbatas jumlahnya untuk mernenuhi
beberapa kebutuhan fungsional tertentu. Karena dalam dunia yang semakin
kompetitif ini merancang tidak dapat lagi dilakukan tanpa menggunakan
pendekatan optimasi. Merancang atau mendesign atau mensistesis struktur
berarti mengambil keputusan atas tata letak, geometri, bahan dan ukuran
struktur sedemikian rupa sehingga sebuah atau beberapa kriteria
perancangan mencapai tingkat tertentu sementara batasan-batasan atau
kendala-kendala dipenuhi (tidak dilanggar). Identifikasi rancangan yang
akhirnya terpilih umumnya melibatkan, secara berulang, penyediaan, evaluasi
dan pembandingan antara berbagai pilihan yang laik sedemikian sehingga
proses perancangan bergerak maju menuju pada sebuab penyelesaian yang
“terbaik” [Sen (1995)].

Didalam mengembangkan konsep perancangan, maka faktor-faktor utama


yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut:

Gambar 1.5. Faktor-faktor Utama Perancangan

b. Prosedur Perancangan
Proses perancangan adalah dengan menggunakan pendekatan iteratif yang
melibatkan perhitungan, lazim disebut analisis, beberapa aspek rancangan
seperti kekuatan, stabilitas. keandalan, dsb. Sehingga diperoleh suatu
rentang pilihan rancangan yang laik. Sampai disini perlu diperhatikan bahwa
kegiatan perancangan mensyaratkan kemampuan analisis tertentu.
Pendekatan ini telah diterapkan dalam suatu prosedur perancangan yang
secara kiasik disebut “spiral perancangan”, seperti terlihat pada gambar
dibawah ini. Dengan perkembangan teknologi komputer, proses iteratif ini
selanjutnya dapat dipercepat dengan bantuan sistem-sistem CAD, dan proses
perancangan bahkan dapat mempertimbangkan banyak aspek perancangan
secara sekaligus dengan memanfaatkan metode mathematical programming
dalam kerangka Pengambilan Keputusan dengan Kriteria Majemuk (Multi-
Criteria Decision Making) [Rosyid (1993)].

Kecenderungan terakhir yang rnernbutuhkan perancangan anjungan lepas


pantai pada perairan yang sernakin dalam memerlukan peninjauan ulang atas
metode-metode perancangan yang ada selama ini. Dengan eksplorasi pada
kedalaman 1000 m, rancangan-rancangan baru ini menunjukkan laju
pertumbuhan ukuran anjungan lepas pantai. Adalah amat penting untuk
menentukan seberapa jauh pengetahuan yang ada kini dapat diekstrapolasi
untuk mainpu dipakai menganalisis anjungan-anjungan di laut dalam tersebut.
Juga penting untuk memahami metode-metode analisis yang paling mutahir
yang dapat memberikan taksiran perilaku struktur anjungan secara lebih
akurat [Brebia (1978)].

Gambar l.6. Spiral Diagram Perancangan

Perhatian khusus diperlukan untuk memahami kelemahan Langkah-langkah


analitik yang berbeda. Proses perancangan yang banyak dipakai sekarang
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1. Karakteristik lingkungan (angin, gelombang), yang kemungkinan besar
amat besar; lebih realistis apabila karakterisasi ini secara statistik.
2. Dengan memilih konfigurasi (tataletak, geometri, bahan, ukuran) awal,
mentransformasi besaran-besaran lingkungan menjadi besaran-besaran
beban. Langkah ini memasukan unsur ketidakpastian baru.
3. Perhitungan beban yang bekerja pada anjungan dengan berbagai kondisi,
yakni operasional dan kondisi ekstrem jika terjadi badai. Sesuai dengan
kondisi operasional anjungan di laut dengan faktor ketidakpastian tinggi,
maka memasukkan komponen probalistik dan dinamis dalam analisis
akan lebih realistis.
4. Menentukan respons struktur anjungan akibat beban-beban tersebut.
Langkah ini telah dibantu oleh perangkat-perangkat analisis yang
semakin akurat, untuk perilaku struktur linier. Ketidakpastian terbesar
adalah pada taksiran sifat-sifat tanah, dan umur (fatique life) struktur.
Petunjuk-petunjuk perancangan untuk dua hal akhir ini relatif rnasih
langka, dan tidak begitu dapat diandalkan akibat data eksperimental yang
sedikit jumlahnya, serta kebutuhan untuk mengembangkan teknik-teknik
analisis yang lebih memadai.
5. Melakukan analisis repons dengan membandingkan besaran-besaran
respons (tegangan, lendutan, frekuensi natural, dsb) dengan besaran-
besaran ijin (allowable quantities) sebagaimana ditentukan oleh Rules
dan dianjurkan dalam Recommended Practices. Apabila besaran-besaran
respons melebihi besaran-besaran ijin. maka Iangkah ke-2 diulang
kembali. demikian seterusnya.
6. Melakukan analisis biaya dan ekonomi untuk mengetahui kebutuhan
investasi dan kelayakan ekonominya dengan mengacu pada kriteria
kelayakan investasi.
7. Untuk memanfaatkan laut dan berbagai sumber daya alam yang ada di
dalamnya, diperlukan sistem-sistem rekayasa yang dirancang dengan
memperhatikan lingkungan laut tempat kerja sistem-sistem tersebut.
Salah satu sub-sistem penyusun sistem rekayasa maritim tersebut yang
terpenting adalah strukturnya. Salah satu ciri pokok yang membedakan
sebuah struktur anjungan lepas pantai dengan struktur-struktur land-
based lainnya adalah bahwa sebuah struktur lepas pantai dibuat dan
dirakit di sebuah tempat. Ini berarti proses perancangan tidak hanya
harus memperhatikan keadaan dan tugas as installed at its intended
location, namun juga juga harus memperhatikan bagaimana struktur
dibuat, dan diangkut ke tempat yang telah ditentukan.

c. Tahapan Dalam Perancangan dan Pembangunan Struktur

Tahapan dalam perancangan hingga pemasangan siap operasi suatu


anjungan lepas pantai dapat diringkas sebagai berikut:
i. Rancangan Awal (Pre-conceptual design)
Pekerjaan yang biasa dilakukan pada tahap rancangan awal meliputi:
perkiraan biaya investasi, penentuan lokasi, perkiraan kapasitas produksi,
pemilihan pola operasional dan penentuan kebutuhan operasional.
ii. Rancangan konsep (Conceptual design)
Pekerjaan rancangan konsep biasanya dilakukan oleh konsultan
perencanaan, yang meliputi: alternatif anjungan, pemilihan tipe platform, dan
penyiapan dasar untuk pekerjaan detailed design.
iii. Rancangan Rinci (Detailed design)
Pekerjaan rancangan rinci meliputi: perhitungan struktur, pembuatan detailed
drawing, Spesifikasi design, appraisal untuk mendapatkan sertifikat dan
penyempurnaan dokumen untuk tender konstruksi dan instalasi.
iv. Kontrak fabrikasilPembangunan (Fabrication contract)
Dalam pelaksanaan pembangunan suatu anjungan penawaran tender dan
fabricator meliputi: lumpsum price, rencana aktivitas, cost breakdown,
prosedur quality assurance. Bila telah terjadi kontrak pembangunan,
selanjutnya fabricator mebuat shop drawing kemudian melakukan fabrikasi
sesuai kesepakatan dan terakhir melakukan load out dan sea fastening.
v. Instalasi (Installation and hook-up)
Setelah proses pembanguan selesai dan dilakukan load-out selanjutnya
dilakukan kegiatan instalasi anjungan. Instalalasi dimulai pada wellhead
platform, kemudian wellhead deck. Hookup dilakukan setelah instalasi
dilakukan.
vi. Testing
Untuk melihat kesiapan fasilitas dan keseuaian dengan rencana dilakukan uji
coba sebelum anjungan beroperasi. Pengujian dilakukan setelah
installation/hook up selesai. Selanjutnya dilakukan penyerahan unit untuk
mulai aktivitas atau commisioning.

d. Pertimbangan Perancangan

i. Pertimbangan Fungsi
Pengaruh fungsi anjungan pada struktur sebuah anjungan lepas pantai tidak
boleh diabaikan, karena akhirnya fungsi utama sebuah anjungan lepas pantai
adalah menyediakan sebuah bidang kerja datar yang kering dan untuk
mewadahi berbagai peralatan bebas dan air (gelombang). Kemampuan
anjungan untuk mernenuhi fungsinya ini merupakan perhatian utama orang
yang bekerja dan seringkali juga hidup di sana, dengan implikasi ekonomis
bagi pemiliknya.

ii. Pertimbangan Lokasi/geografis


Lokasi dimana anjungan akan beroperasi menentukan ukuran dan konfigurasi
anjungan. Lokasi sangat menentukan sistem transportasi produk, dengan
sistem pipa atau tanker, dan sistem logistik yang dibutuhkan waktu operasi.

Jumlah sumur yang harus diakomodasi anjungan mempengaruhi persyaratan


struktural dalam berbagai cara. Beban gelombang pada sumur ini dapat
mencapai 40% dan seluruh beban lateral pada anjungan, dan tergantung
pada lokasinya di dalam struktur, sumur-sumur ini akan menimbulkan beban
puntir yang tidak dapat diabaikan dalam analisis. Pada saat anjungan
melendut pada mudline, anjungan ini menarik sumur-sumur tersebut
bersama-sama, menyebabkan terjadinya beban geser dan momen pada
sumur-sumur tersebut. Sumur-sumur ini tidak boleh diperhitungkan dalam
menyediakan ketahanan geser anjungan.

iii. Pertimbangan operasi


Pertimbangan operasi memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Keselamatan personel
2. Fasilitas penunjang
3. Keselamatan Shut-down systems
4. Sistem Flare dan Emergency Relief systems
5. Ventilasi
6. Logistics
7. Personel transport
8. Pencegahan Polusi
9. Korosi. erosi dan perawatan preventif sistcm pipa

Alokasi ruangan dan distribusi beban merupakan bagian integral dalam


penentuan konfigurasi awal sebuah anjungan. Pertimbangan ekonomis
menentukan, sejauh rnungkin. agar semua atau sebagian bcsar peralatan
dan sistem pemrosesan hidrokarbon diletakkan pada seksi geladak dan diikat
di galangan fabrikasi. Kesulitan pencapaian dan logistik, pemakaian peralatan
maritim yang mahal, biaya untuk mengakomodasi pekerja, dan penundaan
pekerjaan akibat cuaca menyebabkan biaya instalasi anjungan lepas pantai
dan pengikatan fasilitas produksi menjadi dua atau tiga kali lebih besar
daripada pckerjaan yang sama di darat.

Sistem-sistem yang telah terpasang sebelumnya (pie-installed) harus


ditempatkan pada lower decks untuk menghindari gangguang access pada
menara pembor. Peralatan harus diletakkan menuju ke bagian interior area
produksi sehingga pinggir-pinggir geladak yang lebih mudah dijangkau masih
terbuka untuk perlatan-peralatan yang mungkin akan ditempatkan kemudian,
atau peralatan-peralatan yang hanya dapat dipasang di lokasi anjungan.
Pipa-pipa dan kawat-kawat harus dipre-installed di bawah geladak untuk
meniadakan persoalan pencapaian ke daerah ini, dan untuk mempertahankan
ruangan sebesar-besarnya bagi peralatan.

iv. Pertimbangan lingkungan


Kondisi lingkungan merupakan faktor dengan pengaruh terbesar pada
kebutuhan kekuatan dan ruangan minimal bagi sebuah anjungan lepas
pantai. Angin, badai, dan gelombang tidak hanya membawa beban lateral
pada anjungan, namun juga mempersulit dukungan logistik bahan-bahan
yang dibutuhkan bagi kegiatan di anjungan, yang kemudian akan
memperbesar jumlah storage yang dibutuhkan, dan secara mencolok akan
memperbesar payload, yaitu beban pada modul geladak anjungan.
Selanjutnya, akibat payload membesar, akan dibutuhkan struktur yang lebih
besar.

Kedalaman

Kedalaman laut merupakan ukuran untuk memerlukan besarnya tantangan


yang harus dihadapi oleh sebuah struktur anjungan lepas pantai. Untuk
kondisi Iingkungan yang bagaimanapun (gempa, angin, gelombang, dsb),
pengaruh kondisi Iingkungan ini bertambah dengan pertambahan kedalaman.
Kedalaman ini juga akan menentukan tinggi struktur penyangga yang
terendam air, dan ukuran, bentuk, dan berat struktur rangka penyangga ini
akan menetukan pemilihan jenis anjungan dan akan mempengaruhi
persyaratan yang harus dipenuhi oleh galangan fabrikasi dan tongkang
pengangkat yang dibutuhkan.

Kedalaman perairan tempat sebuah anjungan lepas pantai ditempatkan


disebut dangkal apabila kombinasi antara kedalaman dan kondisi lingkungan
tidak begitu berpengaruh pada konfigurasi struktur dan apabila persyaratan
tata letak fungsional dan ruangan menentukan bentuk struktur. Dengan
demikian, merancang sebuah anjungan lepas pantai di laut dangkal
membutuhkan masukan pengalaman operasional yang sebanyak-banyaknya
dalam tahapan penentuan ukuran awal struktur. Fungsi anjungan harus
terdefinisikan dengan tepat dan dipahami oleh perancang bersama-sama
dengan apresiasi terhadap keterkaitan antara berbagai sistem dan peralatan
yang diperlukan pada anjungan tersebut.

Sebaliknya, anjungan lepas pantai laut dalam adalah anjungan dengan


persvaratan fungsional yang tidak mempengaruhi pilihan konfigurasi struktur,
dan momen guling (overturning moment) yang besar merupakan
pertimbangan struktur utama. Anjungan-anjungan seperti ini biasanya
dikonfigurasi dan bawah ke atas (bottorn-up). Beban dan kedalaman pancang
untuk anjungan laut dalam hampir secara langsung ditentukan oieh lebar
dasar struktur di dasar laut. Lebar dasar struktur ini juga mempengaruhi
stabilitas di tempat anjungan tersebut selama pembangunannya hingga tahap
instalasi tiang pancang diselesaikan.

Karena lebar dasar struktur penyangga anjungan jarang sekali lebih besar
dan tingginya, bagian dasar ini biasanya dirakit sedemikian agar efisiensi alat
angkat galangan pembangun dapat dimaksimalkan. Persyaratan tiang
pancang, lebar dasar, dan kemampuan dan efisiensi galangan perakit
merupakan pertimbangan-pertimbangan utama dalam perancangan anjungan
dengan ukuran besar, memerlukan evaluasi yang seksama serta pemahaman
yang mendalam atas kondisi-kondisi setempat atau batasan-batasan yang
dapat menentukan faktor-faktor tersebut atau mempengaruhi biaya retatifnya.

Konfigurasi hampir semua anjungan (dilaut yang tidak dangkal namun juga
tidak dalam) umumnya tidak begitu saja dapat ditentukan seperti untuk
anjungan dangkal dan anjungan dalam. Untuk rnemperoleh konfigurasi yang
terbaik, faktor- faktor berikut harus diperhitungkan:
1. Luas geladak yang dibutuhkan
2. Jumlali sumur
3. Ukuran dan kapasitas menara pembor
4. Berat bahan-bahan supply
5. Jenis produksi
6. Persyaratan penyimpanan hasil produksi
7. Potensi operasi secara simultan
8. Kriteria Iingkungan ekstrim
9. Kondisi lingkungan yang paling dominan yang dijumpai selama opertasi
normal
10. Kedalaman perairan
11. Perbedaan pasang surut
12. Kondisi dasar laut lokal
13. Karakteristik pondasi
14. Kesulitan-kesulitan proses pemancangan
15. Kemampuan dan keterbatasan fasilitas perakitan anjungan
16. Batasan-batasan transportasi anjungan
17. Kapasitas dan jangkauan alat-alat angkat
18. Kondisi cuaca yang mungkin teijadi saat instalasi.

Karena banyak dan faktor-faktor tersebut yang perancangan akan


memerlukan beberapa kali iterasi.

Karaketristik Dasar Laut

Kondisi pondasi yang diharapkan dan pengaruhnya terhadap struktur


anjungan merupakan aspek-aspek yang cukup sulit dalam penentuan konsep
dan ukuran awal struktur. Perijinan, ketersediaan peralatan, dan keadaan
cuaca dapat menunda pernerolehan data khas lokasi yang ditinjau.
Perancangan awal harus dirnulai berdasarkan pada informasi pondasi untuk
wilayah yang lebih umum. Karakteristik dasar laut dapat ditaksir dengan
menggunakan informasi yang tetah ada untuk daerah di sekitar lokasi yang
kini ditinjau. Apabila data geofisika rnenunjukkan geologi lapisan dekat-
permukaan dasar laut yang konsisten.

Persyaratan tiang pancang, baik lateral maupun aksial, dan kemampuan


untuk rnemancangkannya merupakan faktor-faktor yang penting. Telaah
konfigurasi praktis dapat memberikan informasi rnengenai penetrasi
maksimum yang rnungkin dicapai oleh operasi pemancangan tiang pancang
normal untuk lokasi yang ditinjau dengan menggunakan pemukul terbesar
yang sesuai yang tersedia. Berdasarkan batasan-batasan ini. Taksiran
beban-beban perancangan untuk berbagai ukuran tiang pancang dapat
dihitung dan dengan memakai taksiran kasar atas, beban gravitasi dan
momen guling yang akan bekerja, kombinasi jumlah, ukuran dan tata letak
tiang pancang yang memuaskan dapat dievaluasi sebelum analisis yang lebih
rinci dimulai.

Karaktersitik tanah di dekat dasar laut juga mempengaruhi rancangan struktur


anjungan. Anjungan pada lokasi tanah yang weak (lembek) akan memiliki
lendutan lateral yang terlalu besar yang hanya dapat dikurangi dengan
pemakaian tiang pancang yang .dengan ukuran atau jumlah yang Iebih besar
daripada yang diperlukan untuk menahan beban gravitasi dan momen guling.
Anjungan seperti ini juga memerlukan mud-mat yang amat besar di dasar
struktur penyangga untuk secara sementara rnenyangga berat struktur
penyangga dan bagian-bagian tiang pancang sampai instalasi selesai dan
hubungan-hubungan ke struktur penyangga diselesaikan. Penetrasi struktur
penyangga dan penurunan jangka-pendek (selama periode instalasi) harus
dibatasi untuk mempertahankan tinggi geladak yang diperlukan dan kontrol
tinggi yang tepat.

Sekalipun persoalan ukuran mud-mat tidak terlalu parah pada tanah yang
Iebih strong (keras), namun rincian struktur yang lain juga memerlukan
perhatian. Beban tumpu (bearing load) pada braces pada daerah mud-line
mungkin akan memberi momen lengkung yang cukup besar dan mempersulit
penilaian atas ketidakstabilan struktur terhadap hydrostatic collapse.
Ketahanan tanah terhadap pentrasi tiang pancang dapat mempengaruhi
kontrol elevasi, terutama apabila penutup kaki struktur penyangga yang
dibutuhkan untuk memberikan daya apung diletakkan pada dasar kaki
tersebut.

Untuk Indonesia, dengan daerah rawan gempa di lepas pantai yang cukup
luas, gempa bumi akan memberikan beban dinamis yang besar, terutama
untuk anjungan terpancang, dan karena waktu terjadinya gempa tidak dapat
diramalkan secara tepat, pengosongan personil dan anjungan menjadi tidak
mungkin seera praktikal sehingga pertimbangan keselamatan memerlukan
perhatian yang amat mendalam. Cuaca yang tidak bersahabat akan
mempengaruhi waktu kegiatan instalasi, operasi bawah air. pemeriksaan
(inspeksi), dan reparasi.

v. Pertimbangan Ekonomi
Setiap cadangan minyak/gas (reservoir) akan menghadapi batasan sebagai
fungsi waktu. Seperti halnya dalam pelakasanaan investasi untuk berbagai
jenis industri. maka perlu dilakukan pertimbangan ekonomi. Pertimbangan
ekonomi ini difokuskan pada pertimbangan antara besamya capital
expenditure (CAPEX) dengan operational expenditure (OPEX). Adanya
margin yang significant antara CAPEX terhadap OPEX merupakan tujuan
penting dan perancangan.

e. Kriteria Perancangan
Kriteria perancangan anjungan lepas pantai umumnya dikelompokkan dalam
dua bagian. yakni kriteria operasional dan kriteria ekonomi. Kriteria
perancangan terpenting adalah keandalan (Reliability) struktur, sekalipun
keandalan struktur anjungan lepas pantai bukan satu-satunya kritenia
perancangan yang harus diperhatikan-disamping kernampurawatan,
kesiapan, biaya fabrikasi dan bahkan disposability. Hal ini mencerminkan
bahwa keselamatan - baik personil, lingkungan hidup, dan investasinya
sendiri sebagian dinyatakan sebagai fungsi dan keandalan struktur tersebut.
Sekalipun keselamatan sebuah anjungan lepas pantai tidak hanya ditentukan
oleh keandalan strukturnya, keandalan struktur memberi sumbangan besar
bagi keandalan sistem rekayasa maritim tersebut secara menyeluruh. Ini
disebabkan karena subsistem struktur memberi wadah bagi penempatan
subsistem-subsistem lain. Sebuah anjungan lepas pantai berfungsi untuk
menyediakan suatu bidang kerja horizontal tempat manusia dan berbagai
peralatan (elektrikal, mekanikal, pneumatik, dsb.) dapat bekerja secara
normal tanpa terganggu oleh lingkungan laut (air) secara langsung.
Keandalan struktur ditentukan oleh kondisi luar atau beban-beban yang
bekerja pada struktur anjungan tersebut. Secara umum jenis beban yang
bekerja struktur anjungan lepas pantai dapat dikelompokkan sebagai berikut:

I. Beban Mati (Dead loads)


Beban mati adalah beban dan komponen-komponen kering serta beban-
beban dan peralatan, perlengkapan dan permesinan yang tidak berubah dan
moda operasi pada suatu anjungan lepas pantai, seperti berat kering struktur,
berat alat bor dan proses, boat landing, risers, boat bumper, dsb.

ii. Beban Hidup (Live loads)


Beban hidup adalah beban yang terjadi pada anjungan selama
dipakai/berfungsi dan berubah dari moda operasi ke moda operasi yang lain.
Contoh beban hidup, adalah:
berat pengeboran dan peralatan produksi yang dapat ditambah atau
dipindahkan dan anjungan, berat living quarter, berat consumable, dsb. Nilai
beban hidup tergantung pada fiingsi deck, rata-rata antara ~3-17 kN/m 2

iii. Beban Lingkungan (Environmental Loads)


Beban lingkungan adalah beban yang terjadi karena dipengaruhi oleh
lingkungan operasi atau bekerja anjungan lepas pantai. Beban lingkungan
dapat berupa: beban angin, gelombang, arus, gempa, tekanan hidrostatis,
beban hempasan gelombang.

iv. Beban Akibat kecelakaan (Accidental Loads)


Beban kecelakaan merupakan beban yang tak dapat diduga sebelumnya
terjadi pada suatu anjungan. Beban kecelakaan dapat terjadi sebagai akibat
dari: tabrakan dengan kapal pemandu operasi, putusnya tali crane, putusnya
tali tambat, kebakaran, letusan, ledakan, benda jatuh mengenai geladak, dll.

v. Beban Khusus (Special Loads)


Beban khusus adalah beban yang terjadi dalam suatu waktu tertentu, seperti:
beban penambatan dan beban dorong untuk anjungan apung, beban akibat
panas ataupun tegangan sisa akibat pekerjaan las, beban fabrikasi, beban
penarikan (towing), beban pengangkatan (lifting), peluncuran dan transporta-
si.

f. Metoda Perancangan
Sesuai dengan karakteristik beban yang bekerja pada struktur anjungan,
yakni: sifat beban statis atau dinamis serta perilakunya yang deterministik
atau stokastik, maka dalam perancangan anjungan lepas pantai dikenal
beberapa tahapan analisis yang disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis
anjungan yang dirancang. Bebarapa contoh analisis yang sering dilakukan
dalam perancangan anjungan adalah sebagai berikut:

i. Analisis Statis
Analisis ini ditujuan untuk menentukan kekuatan struktur dalam menahan
beban operasional baik dalam kondisi normal maupun kondisi badai yang
kemungkinan terjadi selama operasi. Dalam analisis statis dilakukan
pengkajian kekuatan struktur berdasar tiga kriteria yaitu: untuk seluruh
elemen struktrur (member) dilakukan AISC Check, untuk sambungan silinder
(tubular) dilakukan API Check dan untuk melihat besarnya tegangan aktual
yang teijadi terhadap tegangan ijin struktur dengan Unity Check (Interation
ratio Check)

ii. Pile Analisis


Analisis tiang pancang (pile) dilakukan hanya pada struktur anjungan
terpancang atau yang terhubungkan secara permanen dengan dasar laut.
Analisis tiang pancang untuk mengetahui besarnya daya dukung struktur dan
kelayakan pondasi

iii. Analisis Dinamis dan Fatigue


Analisis kelelahan (fatigue) dilakukan untuk menentukan umur struktur /sam-
bungan sebagai akibat bekerjanya beban berulang baik kondisi normal atau
badai selama umur operasi struktur. Untuk struktur anjungan lepas pantai
yang mempunyai periode natural lebih dari 3 detik, konstrobusi beban dinamis
terhadap perilaku struktur menjadi dominan

iv. Seismic Analisis


Pada daerah yang rawan gempa perlu dilakukan kajian terhadap kemampuan
struktur menahan beban akibat gempa, terutama untuk ajungan terpancang.

v. Loadout Analisis
Load-out adalah suatu proses dimana anjungan yang telah selesai dibangun
di galangan dipindahan ke alat angkut untuk dibawa ke tempat operasi.
Proses ini membutuhkan kecer-matan dan kehatihatian mengingat kondisi
lingkungan yang penuh ketidakpastian, besarnya ukuran struktur dan
keterbatasan fasilitas serta resiko investasi/kecelakaan.

vi. Transportation Analisis


Selama dalam pemindahan anjungan menuju ke lokasi operasi banyak faktor
yang dapat menyebabkan kegagalan operasi, seperi ketersediaan alat angkut
(kapal/tongkang), kapal penarik (tug boat), kondisi lingkungan, dll. Analisis
transportasi berkaitan analisis sea fastening dan stabilitas alat angkut

vii. Installation/stability analisis


Penempatan anjungan di lokasi operasi membutuhkan kondisi lingkungan
yang tenang dengan alat pendukung yang memadai, beserta dampaknya
terhadap perilaku anjungan merupakan tujuan dan analisis ini.

viii. Pile driven analisis


Untuk anjungan terpancang perlu dilakuan analisis ini untuk melihat kemam-
puan dan pola pemancangan.

g. Pemodelan Struktur
Dalam pemodelan struktur anjungan lepas pantai dapat dilakukan dengan
dua pendekatan, yakni: pemodelan struktur global ataua stick model dan
pemodelan struktur lokal atau detailed model.

Stick model merupakan pemodelan struktur dengan pendekatan lumped


mass method atau Discret Element Method dengan menerapkan prinsip
equivalent model dengan kondisi struktur sebenamya. Metode ini merupakan
penyederhanaan struktur dalam bentuk struktur global untuk menangkap
repsons struktur berupa gaya tumpuan dan perpindahan, sehingga
pemodelan ini dapat dilakukan dengan cepat dan tanpa menuntut tersedianya
fasilitas komputer yang canggih.
Detailed model menggunakan pendekatan Metode Elemen Hingga atau Finite
Element Method yang menipakan suatu metode pemodelan dan analisa
struktur yang lebib kompleks dan detail. Metode ini menjadikan bentuk fisik
model struktur sebagai suatu sistem linier yang berkesinambungan dengan
jalan membagi bentuk fisik struktur menjadi kelompok elemen yang lebih
kecil. Elemen-elemen ini dihubungkan dengan simpul-simpul (nodes)
sehingga menjadi suatu sistem yang kontinyu. Sebagai acuan perhitungan
dalam metode elemen hingga biasanya adalah displacement method, yaitu
perpindahan dan simpul-simpul yang dianalisa dinyatakan sebagai parameter
yang belum diketahui. Dengan demikian, untuk mendapatkan respon model
keseluruhan diperlukan persiapan yang matang dalam pembuatan model dan
memerlukan waktu perhitungan yang relatif lama.

Gambar 1.6 Stick Model Kaki Jack-Up


Garnbar1.7 Detailed Model Kaki Jack-Up

h. Kendala- Kendala
Para fabrikator anjungan telah lama mencoba untuk mengantisipasi
persyaratan anjungan masa depan. Namun demikian, pertambahan cakupan,
dan skala anjungan lepas pantai telah terjadi demikian cepat, dan telah
terbukti lazim bahwa proyek lepas pantai yang lebih menantang ternyata telah
menghadapi kendala keterbatasan kemampuan galangan fabrikasi dan
peralatannya. Konfigurasi rangka yang inovatif, dengan rincian sambungan
medan (field splice) yang cerdas dan efisisen telah berhasil dirancang bangun
setelah mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan tersebut.

Salah satu akibat buruk yang paling mahal yang menggembungkan biaya
investasi sebuah anjungan terjadi apabila dibutuhakan peralatan
pembangunan yang khusus, atau fasilitas fabrikasi harus dibuat khusus untuk
proyek itu.

i. Kendala Instalasi
Elemen kunci pada instalasi sebuah anjungan adalah kapal atau tongkang
pengangkat (derrick/lift barge). Karakteristik setiap tongkang/kapal
pengangkat tidak hanya ditunjukkan oleh bentuk lambung dan kapasitas kran-
nya, namun juga ditunjukkan oleh parameter-parameter lainnya, seperti: tinggi
angkatan maksimum, hook speed, sistem tambat, dll.

ii. Kendala Berat, Panjang dan Ukuran


Berat dan tinggi struktur penyangga, panjang tiang pancang akan
menentukan karakteristik tongkang pengangkat dan biaya instalasi anjungan.
iii. Kendala Fabrikasi
Kendala ini mencakup keterbatasan kran yang tersedia di galangan fabrikasi,
lebar dan panjang daerah peluncuran. Telaah rinci pada proses fabrikasi,
transportasi dan instalasi akan membuka jalan bagi rancangan struktur
anjungan yang paling memenuhi syarat dan paling cost-effective.

DAFTAR PUSTAKA

1. API RP 2A Recommended Practice for Planning, Designing and


Constructing Fixed Offshore Platforms, 1993.
2. Bramlette Mc. Cleland: Planning and Design of Fixed Offshore
Structure, Van Nostrand Reinhold Co, New York, 1986
3. Tim Standarisasi Ditjen Migas: The New Code For Planning, Designing
and Cosntructing Fixed Offshore Structures, Short Course, Denpasar
1998
4. Maxus: Structural Standard Design Practice: GS 600
5. Wardenier. J: Offshore and Hydraulic Steel Structrures, Delfi University
of Technology, Deift, Netherlands, 1998
6. Murdjito: Bangunan Lepas Pantai, Diktat Kuliah, FT Kelautan ITS 1998
7. Chakrabarti, S.K.: Hydrodynamics of Offshore Structures, Springer-
Verlag, berlin,
1987
8. Center for Marine Research, ITB: Short Course in Offshore
Mechanics, Bandung, 1996
8. Soedjono, JJ, Soejantoko: Perancangan Sistem Bangunan Laut, P2T2,
FT Kelautan ITS, Surabaya, 1999.
9. Rosyid D.M.: Perancangan Struktur Anjungan Iepas Pantai, Pelatihan
Segitiga Biru, FT Kelautan ITS Surabaya, 1996.

Anda mungkin juga menyukai