Anda di halaman 1dari 34

Permasalahan tenaga kerja : tenaga

kerja indonesia (tki)


KELOMPOK 8
1. Dwi Hasmitha Zai (070503114)
2. Zahra Sausan Siregar (070503129)
3. Ika Rizki Nirwana (070503132)
4. Rahmadiani (070503134)
5. Disi Aisa Fitri (070503144)
6. Riza Rianty Hasibuan (070503154)
Definisi tenaga kerja
Tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk
dalam usia kerja (working-age population).
Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah
atau sedang bekerja, sedang mencari pekerjaan,
dan yang melakukan kegiatan lain, seperti
bersekolah dan mengurus rumah tangga.
Definisi tenaga kerja
menurut pasal 1 Undang-Undang No.13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan :

Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu


melakukan pekerjaan guna menghasilkan
barang / atau jasa baik untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat
Definisi tenaga kerja
Pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja
dibedakan oleh umur. Undang-undang No. 25
Tahun 1997 tentang ketenagakerjaan telah
menetapkan batas usia kerja menjadi 15 tahun.
Sesuai dengan berlakunya Undang-Undang ini,
mulai tanggal 1 Oktober 1998, tenaga kerja
didefinisikan sebagai penduduk berumur 15
tahun atau lebih.
Pemilahan tenaga kerja menurut ilo

o Tenaga Kerja (man power)


 Angkatan kerja
 Bukan angkatan kerja
o Bukan Tenaga Kerja, memiliki umur kurang
dari 10 tahun
PERMASALAHAN TENAGA
KERJA saat ini
• Kurangnya lapangan pekerjaan
• Tingginya angka pengangguran
• Upah dan gaji kurang layak
• Minimnya perlindungan hukum bagi pekerja
• Permasalahan tenaga kerja yang dikirim ke Luar Negeri
• Pekerja di bawah umur (pekerja anak)
• Outsourcing
• Kurangnya kreativitas dan inovasi
• Faktor ekternal lainnya : krisis ekonomi, sosial, politik
Masalah ketenagakerjaan di Indonesia dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu :
- masih sulitnya arus masuk modal asing
- perilaku proteksionis negara maju dalam menerima ekspor
negara berkembang
- iklim investasi
- lemahnya posisi dalam menghadapi pasar global
- berbagai perilaku birokrasi dan regulasi yang tidak kondusif
bagi pengembangan usaha
- otonomi daerah yang dalam banyak hal tidak mendukung
penciptaan lapangan kerja baru
- rendahnya pendidikan
- tekanan kenaikan upah
Rendahnya
Sulitnya mencari
kebutuhan hidup
tingkat
pekerjaan di
semakin tinggi
dalam negeri
pendidikan

M
e
nj
a
di
T
K
I
TENAGA KERJA INDONESIA (tki)

Berdasarkan pasal 1 Undang-undang No.39


Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri :

“Tenaga Kerja Indonesia yang kemudian disebut


dengan TKI adalah setiap warga negara Indonesia
yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri
dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu
dengan menerima upah”
TENAGA KERJA INDONESIA (tki)

menurut pasal 1 Keputusan Menteri Tenaga


Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor KEP. 104A/MEN/2002 tentang
Penempatan Tenaga Kerja di luar negeri :
“Tenaga Kerja Indonesia (TKI) adalah warga negara
Indonesia baik laki-laki maupun perempuan yang
bekerja di luar negeri dalam jangka waktu tertentu
berdasarkan perjanjian kerja melalui prosedur
penempatan Tenaga Kerja Indonesia”
TENAGA KERJA INDONESIA (tki)
TKI sering disebut sebagai pahlawan devisa karena dalam setahun bisa
menghasilkan devisa 60 trilyun rupiah (2006), tetapi dalam
kenyataannya, TKI menjadi ajang pungli bagi para pejabat dan agen
terkait. Bahkan di Bandara Soekarno-Hatta, mereka disediakan terminal
tersendiri (terminal III) yang terpisah dari terminal penumpang umum.

Pemisahan ini beralasan untuk melindungi TKI tetapi juga menyuburkan


pungli, termasuk pungutan liar yang resmi seperti pungutan Rp.25.000,-
berdasarkan Surat Menakertrans No 437.HK.33.2003, bagi TKI yang
pulang melalui Terminal III wajib membayar uang jasa pelayanan
Rp25.000. (saat ini pungutan ini sudah dilarang)
TENAGA KERJA INDONESIA (tki)
Pada 9 Maret 2007 kegiatan operasional di bidang
Penempatan dan Perlindungan TKI di luar negeri
dialihkan menjadi tanggung jawab BNP2TKI.
Sebelumnya, seluruh kegiatan operasional di bidang
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di
luar negeri dilaksanakan oleh Ditjen Pembinaan dan
Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri (PPTKLN).
KENAPA MENJADI TKI ?
- Kurangnya kesempatan mendapat pekerjaan di dalam
negeri
- Keahlian yang dimiliki terbatas, sedang pekerjaan
yang ditawarkan biasanya cenderung hanya
keterampilan sederhana
- Pendapatan yang jauh lebih besar dibandingkan
bekerja di dalam negeri
- Ingin meningkatkan taraf kehidupan ekonomi,
terutama bagi TKI yang berasal dari pedesaan
Apa syarat menjadi tki ?
Persyaratan – persyaratan tertentu yang telah ditetapkan dalam UU No.
39 Tahun 2004 pasal 35-36, yaitu :
Berusia sekurang-kurangnya 18 (delapan belas) tahun kecuali bagi
calon yang akan dipekerjakan pada pengguna perseorangan
sekurang-kurangnya berusia 21 (dua puluh satu) tahun;
Sehat jasmani dan rohani ;
Tidak dalam keadaan hamil, bagi calon tenaga kerja wanita ;
Berpendidikan sekurang-kurangnya lulus Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP) atau sederajat ;
Berminat bekerja di luar negeri dan harus terdaftar pada instansi
pemerintah Kabupaten/ Kota yang bertanggung
Apa hak calon tki ?
Setiap calon Tenaga Kerja Indonesia mempunyai hak dan kesempatan
yang sama untuk bekerja di luar negeri :
Memperoleh informasi yang benar mengenai pasar kerja di luar
negeri dan prosedur penempatan Tenaga Kerja Indonesia di luar
negeri;
Memperoleh pelayanan dan perlakuan yang sama dalam
penempatan di luar negeri ;
Memperoleh kebebasan menganut agama dan keyakinannya serta
kesempatan untuk menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
keyakinan yang dianutnya ;
Memperoleh upah sesuai dengan standar upah yang berlaku di
negara tujuan ;
(continue)
APA HAK CALON TKI ?
Memperoleh hak, kesempatan dan perlakuan yang sama yang
diperoleh tenaga kerja asing lainnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan di negara tujuan;
Memperoleh perlindungan hukum sesuai dengan peraturan
perundang-undangan atas tindakan yang dapat merendahkan
harkat dan martabatnya serta pelanggaran atas hak-hak yang
ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan selama
penempatan di luar negeri ;
Memperoleh jaminan keselamatan dan keamanan kepulangan
Tenaga Kerja Indonesia ke tempat asal ;
Memperoleh naskah perjanjian kerja yang asli. (UU No. 39
Tahun 2004 pasal 8)
Apa Masalah yang dihadapi tki ?

maraknya penipuan yang dilakukan terhadap


calon TKI, terutama bagi mereka yang berasal
dari pedesaan
tindakan kekerasan terhadap TKI
perlakuan tidak adil
PENIPUAN YANG DIALAMI
TKI
Dalam proses pemberangkatan tidak jarang TKI tidak mendapatkan
informasi yang cukup, mengalami penipuan dengan janji pekerjaan dengan
upah yang besar dari para calo yang datang ke kampungnya.

Kebanyakan TKI tidak ditempatkan seperti yang dijanjikan sebelumnya.


Misalnya, dijanjikan akan dipekerjakan di pabrik justru dijadikan pekerja
rumah tangga atau kuli bangunan, dsb.

Secara hukum keberadaan calo atau sponsor, PJTKI memang diatur dalam
UU No.39 tahun 2004 tentang penempatan dan perlindungan Tenaga kerja
Indonesia di Luar Negeri BAB IV Pasal 10. Ini berarti secara formal
eksistensinya diakui. Dengan posisi yang demikian, dianggap wajar calo
menyalahgunakan wewenang yang kemudian merugikan calon TKI,
terutama penipuan pembiayaan.
PERLAKUAN TIDAK ADIL

Perlakuan tidak adil yang dialami oleh TKI berupa :


- gaji tidak dibayar oleh majikan
- ditahannya dokumen asli mereka oleh majikan atau
oleh pihak penyalur TKI
- kurang diperhatikannya keamanan di lingkungan kerja
- tindakan kekerasan yang dilakukan oleh majikan
PENIPUAN YANG DIALAMI
TKI
Biaya penempatan TKI sangat beragam antar perusahaan dengan pola yang
sangat tidak beraturan. Keberagaman biaya penempatan menunjukkan bahwa
biaya penempatan sangat bebas ditentukan oleh perusahaan pengerah/PJTKI.
Kebebasan menentukan jenis komponen dan besar biaya penempatan tidak
dapat dikatakan sebagai penyimpangan terhadap peraturan yang ada
(Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor :
104.A/Men/2002, yang diikuti dengan ketentuan operasionalnya melalui
Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja Luar
Negeri Nomor : Kep. 312.A/O.P2TKLN/2002). Akan tetapi, merupakan
akibat dari ketidakjelasan, ketidaktegasan, dan ketidaklengkapan aturan yang
ditetapkan untuk mengatur pembiayaan penempatan.
TINDAKAN KEKERASAN TERHADAP
TKI
Tindakan kekerasan yang dialami para TKI bisa terjadi
sebelum atau setelah keberangkatan. Tindakan
kekerasan ini bisa berupa penghinaan, pelecehan,
penganiayaan, pemukulan, penyiksaan dan perampasan
hak hidup secara layak. Banyak sekali kasus TKI yang
meninggal di tempat kerjanya di luar negeri akibat dari
penyiksaan majikan mereka.
CONTOH KASUS TKI
Ceriyati adalah seorang TKW di malaysia yang mencoba kabur
dari apartemen majikannya. Ceriyati berusaha turun dari lantai 15
apartemen majikannya karena tidak tahan terhadap siksaan yang
dilakukan kepadanya. Dalam usahanya untuk turun Ceriyati
menggunakan tali yang dibuatnya sendiri dari rangkaian kain.
Usahanya untuk turun kurang berhasil karena dia berhenti pada
lantai 6 dan akhirnya harus ditolong petugas Pemadam
Kebakaran setempat. Tetapi kisahnya dan juga gambarnya
(terjebak di lantai 6 gedung bertingkat) menjadi headline surat
kabar Indonesia serta Malaysia, dan segera menyadarkan
pemerintah kedua negara adanya pengaturan yang salah dalam
pengelolaan TKI.
CONTOH KASUS TKI
Nirmala Bonat (19), Kupang NTT bekerja di Kuala Lumpur Malaysia.
“Kali pertama saya dianiaya bermula dari kesilapan kecil yaitu
memecahkan sebuah cangkir. Majikan saya berang lalu menyiramkan air
panas ke badan saya. Sejak itu sekurang-kurangnya sekali sehari saya
dipukul, walaupun kesalahan kecil saja. Pada pukul 3 petang suatu malam
majikan saya sekali lagi mendera saya dengan memukul memukul kepala
saya menggunakan cawan besi sehingga bengkak. Itu terjadi karena dia
tidak puas dengan pakaian yang saya setrika. Perbuatan kejam seperti
menyiram dengan air panas, memukul dengan benda keras, atau
menggunakan setrika panas, hanya dilakukan oleh majikan wanita yang
sehari-harinya tidak bekerja. Majikan wanita juga telah memaksa saya
untuk menandatangani sepucuk surat yang mengatakan saya telah
mencederai dirinya sendiri. (dituturkan Nirmala kepada wartawan di
KBRI, Waspada, 21 Mei 2004)
APA YANG SEHARUSNYA
DILAKUKAN PEMERINTAH?
- membuat kebijakan yang berpihak pada TKI
- mewajibkan perusahaan penyalur TKI untuk
melakukan pelatihan keterampilan kepada calon
TKI sebelum keberangkatan mereka
- menetapkan biaya penempatan TKI dengan pola
yang teratur dan wajar bagi seorang calon TKI,
sehingga PJTKI tidak terlalu bebas menetapkan
biaya penempatan tersebut.
APA YANG SEHARUSNYA
DILAKUKAN PEMERINTAH?
- kedutaan Indonesia sebagai wakil dari
pemerintah di luar negeri harus lebih aktif lagi
memantau kondisi warganya di luar negeri,
terutama TKI, serta cepat tanggap apabila
terjadi masalah.
- Memaksimalkan kinerja Badan Nasional
Penempatan dan Perlindungan TKI
Badan nasional penempatan dan
perlindungan tki (bnp2tki)
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia (disingkat BNP2TKI)
adalah sebuah Lembaga Pemerintah Non
Departemen di Indonesia yang mempunyai fungsi
pelaksanaan kebijakan di bidang penempatan dan
perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri
secara terkoordinasi dan terintegrasi. Lembaga ini
dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor
81 Tahun 2006.
Badan nasional penempatan dan
perlindungan tki (bnp2tki)
Tugas pokok BNP2TKI adalah:
• melakukan penempatan atas dasar perjanjian secara tertulis antara
Pemerintah dengan Pemerintah negara Pengguna TKI atau
Pengguna berbadan hukum di negara tujuan penempatan;
• memberikan pelayanan, mengkoordinasikan, dan melakukan
pengawasan mengenai: dokumen; pembekalan akhir
pemberangkatan (PAP);
• penyelesaian masalah; sumber-sumber pembiayaan;
pemberangkatan sampai pemulangan; peningkatan kualitas calon
TKI; informasi; kualitas pelaksana penempatan TKI; dan
peningkatan kesejahteraan TKI dan keluarganya.
• Keanggotaan BNP2TKI terdiri dari wakil-wakil instansi Pemerintah
terkait.
BERBAGAI KEBIJAKAN YANG
BERKAITAN DENGAN TKI
Bila kita selidiki produk-produk kebijakan yang dihasilkan,
tampak bahwa beberapa kebijakan pemerintah secara
struktural ikut menciptakan budaya kekerasan terhadap TKI,
misalnya Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.28 tahun
1985, tentang Pola Perjanjian Kerja Antar Negara yang
menetapkan secara implisit bahwa jam kerja tenaga kerja
Indonesia di luar negeri adalah 16 jam sehari dan lampiran
Keputusan Menaker No. 420 tahun 1985 tentang persyaratan
dan Kewajiban PPTKI yang menjelaskan larangan tenaga
kerja Indonesia untuk berbicara dengan wartawan.
BERBAGAI KEBIJAKAN YANG
BERKAITAN DENGAN TKI

Pada tahun 2004, telah disahkan Undang-Undang Penempatan


dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri (UU
PPTKILN) yaitu UU No. 39 tahun 2004, namun substansi dari
undang-undang ini tidak menyentuh kepentingan tenaga kerja
yang tidak berdokumen padahal kenyataannya sebagian besar
tenaga kerja yang bermasalah adalah tenaga kerja tidak
berdokumen.
Menjadikan TKI sebagai asset di negara
tujuan
Beberapa cara yang harus dilakukan pemerintah untuk
menjadikan TKI sebagai aset, yaitu:
a. Pengiriman pekerja harus memberikan kontribusi
positif terhadap pertumbuhan output dinegara tujuan.
b. Pengiriman TKI jangan sampai menghambat Tenaga
Kerja lokal dalam mendapat pekerjaan.
Menjadikan TKI sebagai asset di negara
tujuan
Kebijakan yang dapat dilakukan pemerintah
untuk meningkatkan TKI yang mahir dan
professional:
a. Ciptakan kondisi yang kondusif dalam pelatihan
b. Depnakertrans bertanggung jawab terhadap
pelatihan yang ada.
c. Kurikulum pelatihan yang diberikan harus sesuai
dengan pekerjaannya.
sumber
• http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-kalsum.pdf
• www.scribd.com/doc/19553274/tkw-pahlawan-devisa
• http://besole.radiomadufm.com/index2.php?
option=com_content&do_pdf=1&id=22
• http://suarapembaca.detik.com/
• http://visijobs.com
• http://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Perusahaan_Jasa_Tenaga_Kerja_Indonesia&action=ed
it&redlink=1
sumber
• Skripsi dari Sunarti yang berjudul “Aspek
Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja
Wanita ( Tkw ) Dalam Perjanjian Kerja” tahun
2006 Universitas Negeri Semarang.
• http://www.bnp2tki.go.id/
• http://blogs.unpad.ac.id/ramadhan_peksos/?p=27

Anda mungkin juga menyukai