Anda di halaman 1dari 4

Manajerial dan Akuntansi Populer

(Oleh: Wempi Saputra, M.Sc.)

Manajerial
Apa, siapa, dan bagaimana?

Keterampilan Manajerial: How to be Apa yang membuat seseorang menjadi manajer yang berhasil? Bakat
bawaan (innate traits) atau keterampilan dari proses belajar (acquired skills)? Paparan ini dimaksudkan untuk
sekedar mengingatkan sidang pembaca yang kalau boleh kami katakan secara spesifik, akan menjadi seorang
wirausaha dan otomatis akan menjadi seorang manajer usahanya.

Seorang manajer yang sukses biasanya adalah mereka yang mempunyai 3 (tiga) keterampilan dasar, yaitu:
keterampilan teknis (technical skill), keterampilan inter-personal (human skill), dan keterampilan
konseptual (conceptual skill).

Keterampilan manajerial lebih menekankan kepada proses pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan
daripada mendefinisikan secara spesifik keterampilan manajerial. Beberpa diantaranya:

Keterampilan Teknis Keterampilan ini meliputi pemahaman dan kompetensi dalam aktivitas yang spesifik,
khususnya yang berkaitan dengan suatu metode, proses, prosedur tertentu yang bersifat teknis. Ia melibatkan
pengetahuan dan kemampuan analitis yang khusus dan mempunyai tahapan pemecahan masalah
(troubleshooting) yang relative baku/standar.

Keterampilan Inter-personal Ini berhubungan dengan kemampuan untuk bekerja dengan, memahami dan
memotivasi orang lain, memahami sudut pandang dan perilaku atasan, rekan sejawat, dan bawahan terhadap
suatu masalah dan memposisikan dirinya secara proporsional. Sehingga cukup sensitive terhadap keinginan
dan motivasi orang lain dalam kelompoknya. Keterampilan ini bisa juga diklasifikasikan dalam (a)
kepemimpinan dalam kelompok sendiri (intra-group skill), dan (b) keterampilan dalam mengelola
hubungan antar kelompok (inter-group skill).

Untuk menguasai keterampilan ini, seorang manajer harus dapat mengembangkan sendiri persepsi
pribadinya terhadap aktivitas orang lain sehingga ia dapat:
1. mengenali perasaan dan sentimen dalam situasi tertentu.
2. mempunyai sikap terhadap pengalaman sendiri dan berusaha untuk belajar dari pengalaman itu.
3. mengembangkan kemampuan untuk memahami apa yang ingin disampaikan seseorang melalui
tindakan dan kata-kata mereka.
4. mengembangkan kemampuan untuk mengkomunikasikan ide dan sikapnya kepada orang lain
secara tepat.

Keterampilan Konseptual Keterampilan ini melibatkan kemampuan untuk melihat suatu


perusahaan/organisasi secara utuh, mengenali cara kerja dan ketergantungan bermacam-macam fungsi yang
ada, dan lebih jauh lagi untuk memahami hubungan antara perusahaan/organisasinya dan industri,
masyarakat, dan situasi ekonomi dan social secara umum.
Pada dasarnya keterampilan ini lebih banyak melibatkan intuisi seorang manajer sehingga ia dapat
memahami gejala-gejala umum dan keterkaitan antar variabel-variabel elementer, memberikan penekanan
dan prioritas pola tindakan, serta dapat memperkirakan kencenderungan dan probabilitas hasil dari tindakan
yang akan dilakukan. Di luar teknis pelatihan manajemen, prinsip ‘learning by doing’ sangat dirasakan
penting untuk mengasah keterampilan konseptual ini. Sedangkan pelatihan manajemen strategi, pola promosi
kepada karyawan untuk menduduki posisi lebih tinggi dan melibatkan kerja antar kelompok juga merupakan
beberapa upaya untuk mengembangkan keterampilan ini secara lebih terstruktur.

Peran Manajerial: How to do


Bila kita sudah memahami ‘modal dasar’ keterampilan manajerial, maka segmen peran manajerial pun
penting untuk diketahui secara seksama. Peran-peran ini mencakup kegiatan-kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, implementasi, serta evaluasi dan pengawasan.
1
Perencanaan: Untuk mencapai target, diperlukan rencana yang dapat memetakan sukses. Rencana ini harus
dibuat dari yang global sampai yang rinci, sehingga mudah untuk memvisualisasikan pencapaian target di
masa depan. Pembuatan rencana menjadi kompleks karena mencakup rencana kerja dan interaksi antar-
anggota tim yang perlu diatur sedemikian rupa sehingga tidak saling menjegal, melainkan saling mendukung
untuk mencapai target. Perencanaan juga perlu memperhatikan keterbatasan sumber daya yang dimiliki dan
keterbatasan waktu yang dialokasikan untuk mencapai target yang telah ditentukan.

Pengorganisasian: Karena banyak pekerjaan yang harus dikerjakan oleh sebuah tim yang merupakan
kumpulan dari beberapa orang, supervisor atau manajer perlu melakukan pengorganisasian orang, tugas,
waktu, dan fasilitas yang diperlukan. Dalam menjalankan fungsi ini, manajer perlu menempatkan orang yang
tepat di pekerjaan yang sesuai dengan keterampilan, minat orang tersebut (staffing). Pekerjaan ini juga
menuntut manajer untuk membuat time table (scheduling) untuk mengatur lalu lintas orang dan kegiatan agar
tidak ada yang bentrok.

Implementasi: Langkah selanjutnya adalah mengimplementasikan rencana yang sudah dibuat sesuai dengan
pengorganisasian yang telah ditetapkan, serta memperhatikan titik-titik evaluasi yang telah ditentukan.
Untuk itu perlu disusun berbagai skenario implementasi yang sesuai dengan rencana dan jenis pekerjaan
yang harus diselesaikan. Misalnya, implementasi bisa dilakukan dengan menerapkan alternatif skenario
optimis, skenario kondisi normal, dan skenario pesimis (Jika ternyata kondisi yang dihadapi sangat mirip
dengan skenario optimis, maka yang bisa dipilih adalah alternatif implementasi yang optimis.

Evaluasi dan pengawasan: Setelah rencana disusun, orang-orang, kegiatan, dan sumber daya lain diatur
sedemikian rupa, dan strategi implementasi dipilih, langkah berikutnya adalah melakukan evaluasi dan
pengawasan atas pelaksanaan tugas-tugas. Evaluasi dan pengawasan ini tidak hanya dilakukan pada satu titik
saja (titik awal, atau titik akhir), melainkan dilakukan secara reguler di beberapa titik sepanjang perjalan
menuju target. Fungsi dari evaluasi dan pengawasan ini adalah untuk melihat apakah semua kegiatan sudah
berjalan dengan lancar dan menuju ke arah yang benar, yaitu pencapaian target. Jika ternyata ada
penyimpangan atau hambatan, bisa segera diketahui dan dapat ditindaklanjuti dengan melakukan
penyesuaian, ataupun penerapan alternatif ataupun rencana ”B”. Hasil evaluasi dan pengawasan ini perlu
disampaikan pada pihak-pihak yang terkait agar penyesuaian yang diperlukan segera bisa dilakukan.

FAQ: Manajerial dalam praktik


Apa yang kita tahu dan apa yang tidak
Setelah tahap menjadi seorang manajer dan pemahaman mengenai perannya, maka selayaknya modal dasar
tersebut di implementasikan dalam kegiatan nyata seorang calon wirausaha. Action speaks louder than
words paling tidak dapat memberikan inspirasi pentingnya usaha nyata daripada sekedar memahami aspek
teoretis saja. Usaha nyata yang akan kita bahas dalam hal ini adalah bagaimana mengimplementasikan aspek
manajerial yang sudah kita miliki dalam kegiatan wirausaha. Karena segmen ini difokuskan kepada studi
kasus manajemen strategi keuangan dan investasi, maka kami akan menjelaskan proporsinya dalam kerangka
teori manajemen keuangan dan investasi.

1. Risk-return trade-off. Setiap usaha akan membawa risiko, semakin besar tingkat keuntungan yang
akan diperoleh, maka semakin besar risikonya.
(High risk, high return). Bagaimana cara mengendalikannya?
Dalam setiap bentuk usaha, ada 2 (dua) macam risiko yang akan selalu menyertai. Yang pertama,
risiko stokastik atau risiko yang tidak dapat dihindari dan berada diluar jangkauan seorang manajer
untuk mengendalikannya. Yang kedua adalah risiko deterministik, yang lebih bersifat internal dan dapat
dikendalikan. Contoh risiko stokastik adalah tingkat inflasi, kenaikan harga BBM, risiko akibat bencana
alam, dsb. Sedangkan contoh risiko deterministik adalah tingkat kerugian, dsb.
Secara praktik, studi kelayakan usaha merupakan cara yang cukup baik untuk menghadapi kedua
jenis risiko tersebut. Banyak kasus seseorang yang terjun ke dunia usaha dan hanya mengandalkan ide
bisnisnya tanpa mengindahkan pasar, misalnya dalam bentuk keyakinan bahwa ide bisnis nya sangat jitu
dan potensi pasar sedemikian besar sehingga akan memberikan reaksi positif, sehingga ia
menginvestasikan modalnya dalam proporsi maksimal. Alhasil, ia mengalami kegagalan dalam usahanya
karena kekurangan informasi bagaimana membaca prospek bisnis dan tanggapan pasar.

2
Dalam kaitan dengan studi kelayakan usaha, kita perlu melakukan riset pasar, seberapa besar potensi
pasar bisnis yang akan kita masuki, siapa saja dan bagaimana peta persaingannya, dan berapa tingkat
pertumbuhan pasarnya, dan berapa besar tingkat kebutuhan pasar terhadap produk/jasa yang akan kita
jual. Bila sudah didapat datanya, kita mulai berhitung. Secara umum tingkat perhitungan pengembalian
investasi (return on investment/ROI) paling lazim digunakan untuk kasus ini. Kita juga perlu
memperkirakan berapa lama masa tanpa keuntungan dan berapa lama investasi kita harus kembali.
Cara kedua lazim disebut dengan diversifikasi risiko. Hal ini dimaksudkan agar modal yang dimiliki
dapat diinvestasikan pada beberapa jenis usaha, misalnya 30% investasi reksadana, 30% untuk
pembuatan tempat kursus, dan 40% untuk wartel dan warnet. Karena karakteristik risiko masing-masing
usaha berbeda, maka seorang wirausaha dapat meminimalisasi risiko kerugian yang mungkin diderita
dibandingkan dengan investasi pada satu jenis usaha saja. Pesan untuk memulai bisnis adalah don’t put
all your eggs in one basket.

2. Profit is important, but Cash not profit is king.


Orientasi profit adalah jangka pendek, sedangkan perputaran kas menuju profit dalam jangka panjang.
Aksioma ini memberikan pedoman betapa pentingnya perputaran uang kas dibandingkan dengan peroleh
profit dalam jangka pendek. Seorang wirausaha yang membuka bisnis penjualan kaset, misalnya. Fokus
pertamanya adalah kaset lagu dangdut dan pop. Hasil penjualan dapat ia gunakan untuk menambah asset
perusahaannya (misalnya dengan pembelian kaset jenis lagu yang lain) sehingga para konsumen merasa
mendapatkan kelengkapan lebih dan memperluas segmen konsumen yang ada. Hasil yang diharapkan
dalam jangka panjang adalah toko kaset itu akan menjadi referensi one stop shopping untuk produk
kaset dengan penguasaan pasar yang lebih luas.

3. The curse of competitive market.


Kita harus melakukan pilihan posisi bisnis kita di pasar. Intinya adalah bagaimana memberikan nuansa
eksklusif dari produk/jasa yang kita tawarkan kepada konsumen ditengah tingkat persaingan yang sangat
ketat. Contohnya, bisnis wartel dan warnet. Dalam perkembangan bisnis yang sangat kompetitif ini dan
modal yang sangat terbatas, kita mungkin hanya berada pada posisi market niche (ceruk pasar). Alih-alih
untuk menjadi raja dalam pasar, untuk bertahan saja rasanya sulit. Dalam kasus ini, kita bisa
memberikan fitur khusus pada bisnis warnet dan wartel kita misalnya dengan memberikan bonus
minuman the botol bila konsumen berbelanja lebih dari Rp 10,000 atau lebih dari 5 kali mengunjungi
wartel dan warnet kita. Pesan dalam aksioma ini adalah be brave but also be patient dalam menghadapi
persaingan pasar.

4. The agency problem.


Intervensi pemilik modal atau perusahaan sering menjadi hal yang sangat krusial bagi perkembangan
bisnis. Tak jarang malah intervensi yang terlalu besar membuat keputusan-keputusan bisnis melenceng
dari rencana semula yang berujung pada kerugian. Seringkali komitmen dalam AD/ART perusahaan
hanya menjadi pajangan dan dokumen resmi yang ditumpuk saja tanpa makna yang berarti. Dalam hal
ini, perlu dibuatkan suatu komitmen jangka pendek dan jangka panjang bagi para manajer dan pemilik
modal/perusahaan. Para manajer bertugas menjalankan perusahaan sebaik mungkin dan akan dinilai
perfromanya pada periode tertentu, sedangkan pemilik modal akan menjadi supervisor dari kegiatan
manajer. Bila komitmen sudah disepakati, usahakan untuk dijalankan secara konsisten. Pesan dalam
aksioma ini adalah we are moving toward the same objective; I’ll do mine, you do yours.

5. Taxes bias business decisions.


Pengetahuan secara optimal tentang perpajakan adalah mutlak dalam rangka menjalankan usaha secara
legal. Seorang manajer seharusnya mempunyai pengetahuan yang memadai tentang perpajakan ini untuk
dijadikan pedoman perencanaan bisnisnya. Ketidaktahuan tentang hal ini dapat mengakibatkan
timbulnya biaya-biaya yang tidak perlu dan seringkali menyita waktu. Perencanaan pajak yang dibuat
sejalan dengan perencanaan bisnis akan banyak membantu pemecahan masalah ini. Pesan dalam
aksioma ini adalah taxes are inevitably painful, so be careful.

Referensi
• M.J. Arul from R.L. Katz's article in Harvard Business Review, Sept-Oct 1974, pp. 90-102.

3
• John D. Bigelow, Teaching Managerial Skills: Moving Beyond Current Practice, Management
Department, Boise State University, 1998.
• Keown, Arthur J and William Petty, Basic Financial Management, Prentice Hall, 1994.
• http://www.swa.co.id/primer/manajemen

Anda mungkin juga menyukai