Anda di halaman 1dari 16

Dalam kimia fisik, kinetika kimia atau kinetika reaksi mempelajari laju reaksi dalam

suatu reaksi kimia. Analisis terhadap pengaruh berbagai kondisi reaksi terhadap laju
reaksi memberikan informasi mengenai mekanisme reaksi dan keadaan transisi dari suatu
reaksi kimia. Pada tahun 1864, Peter Waage merintis pengembangan kinetika kimia
dengan memformulasikan hukum aksi massa, yang menyatakan bahwa kecepatan suatu
reaksi kimia proporsional dengan kuantitas zat yang bereaksi

Laju reaksi atau kecepatan reaksi menyatakan banyaknya reaksi yang berlangsung per
satuan waktu. Laju reaksi menyatakan konsentrasi zat terlarut dalam reaksi yang
dihasilkan tiap detik reaksi.

Daftar isi
[sembunyikan]
 1 Faktor yang mempengaruhi laju reaksi
o 1.1 Luas permukaan sentuh
o 1.2 Suhu
o 1.3 Katalis
o 1.4 Molaritas

o 1.5 Konsentrasi

[sunting] Faktor yang mempengaruhi laju reaksi


Laju reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

[sunting] Luas permukaan sentuh

Luas permukaan sentuh memiliki peranan yang sangat penting dalam banyak, sehingga
menyebabkan laju reaksi semakin cepat. Begitu juga, apabila semakin kecil luas
permukaan bidang sentuh, maka semakin kecil tumbukan yang terjadi antar partikel,
sehingga laju reaksi pun semakin kecil. Karakteristik kepingan yang direaksikan juga
turut berpengaruh, yaitu semakin halus kepingan itu, maka semakin cepat waktu yang
dibutuhkan untuk bereaksi ; sedangkan semakin kasar kepingan itu, maka semakin lama
waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi.

[sunting] Suhu

Suhu juga turut berperan dalam mempengaruhi laju reaksi. Apabila suhu pada suatu
rekasi yang berlangusng dinaikkan, maka menyebabkan partikel semakin aktif bergerak,
sehingga tumbukan yang terjadi semakin sering, menyebabkan laju reaksi semakin besar.
Sebaliknya, apabila suhu diturunkan, maka partikel semakin tak aktif, sehingga laju
reaksi semakin kecil.
[sunting] Katalis

Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu tertentu, tanpa
mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. Suatu katalis berperan dalam
reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk. Katalis memungkinkan reaksi
berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi pada suhu lebih rendah akibat
perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi. Katalis menyediakan suatu jalur pilihan
dengan energi aktivasi yang lebih rendah. Katalis mengurangi energi yang dibutuhkan
untuk berlangsungnya reaksi.

Katalis dapat dibedakan ke dalam dua golongan utama: katalis homogen dan katalis
heterogen. Katalis heterogen adalah katalis yang ada dalam fase berbeda dengan pereaksi
dalam reaksi yang dikatalisinya, sedangkan katalis homogen berada dalam fase yang
sama. Satu contoh sederhana untuk katalisis heterogen yaitu bahwa katalis menyediakan
suatu permukaan di mana pereaksi-pereaksi (atau substrat) untuk sementara terjerat.
Ikatan dalam substrat-substrat menjadi lemah sedemikian sehingga memadai
terbentuknya produk baru. Ikatan atara produk dan katalis lebih lemah, sehingga akhirnya
terlepas.

Katalis homogen umumnya bereaksi dengan satu atau lebih pereaksi untuk membentuk
suatu perantarakimia yang selanjutnya bereaksi membentuk produk akhir reaksi, dalam
suatu proses yang memulihkan katalisnya. Berikut ini merupakan skema umum reaksi
katalitik, di mana C melambangkan katalisnya:

A + C → AC (1)
B + AC → AB + C (2)

Meskipun katalis (C) termakan oleh reaksi 1, namun selanjutnya dihasilkan kembali oleh
reaksi 2, sehingga untuk reaksi keseluruhannya menjadi :

A + B + C → AB + C

Beberapa katalis yang pernah dikembangkan antara lain berupa katalis Ziegler-Natta
yang digunakan untuk produksi masal polietilen dan polipropilen. Reaksi katalitis yang
paling dikenal adalah proses Haber, yaitu sintesis amoniak menggunakan besi biasa
sebagai katalis. Konverter katalitik yang dapat menghancurkan produk emisi kendaraan
yang paling sulit diatasi, terbuat dari platina dan rodium.

[sunting] Molaritas
Molaritas adalah banyaknya mol zat terlarut tiap satuan volum zat pelarut. Hubungannya
dengan laju reaksi adalah bahwa semakin besar molaritas suatu zat, maka semakin cepat
suatu reaksi berlangsung. Dengan demikian pada molaritas yang rendah suatu reaksi akan
berjalan lebih lambat daripada molaritas yang tinggi. Hubungan antara laju reaksi dengan
molaritas adalah:

V = k [A]m [B]n

dengan:

 V = Laju reaksi
 k = Konstanta kecepatan reaksi
 m = Orde reaksi zat A
 n = Orde reaksi zat B

[sunting] Konsentrasi

Karena persamaan laju reaksi didefinisikan dalam bentuk konsentrsi reaktan maka
dengan naiknya konsentrasi maka naik pula kecepatan reaksinya. Artinya semakin tinggi
konsentrasi maka semakin banyak molekul reaktan yang tersedia dengan demikian
kemungkinan bertumbukan akan semakin banyak juga sehingga kecepatan reaksi
meningkat.

Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Laju_reaksi"


Kategori tersembunyi: Artikel yang belum dirapikan Juli 2010

Hal-hal Yang Mempengaruhi Laju Reaksi


Oct 27, 2009 by indigoMorie
Banyak hal yang mempengaruhi kecepatan reaksi
biasanya kecepatan suatu reaksi dipengaruhi oleh beberapa factor sekaligus dan ada
kalanya factor-faktor ini saling mempengaruhi satu sama lain.

Beberapa factor yang mempengauhi kecepatan reaksi adalah:

Sifat alami suatu reaksi. Beberapa reaksi memang secara alami lambat atau lebih cepat
dibandingkan yang lain. Jumlah spesies yang ikut bereaksi serta keadaan fisik reaktan,
ataupun kekompleksan jalanya (mekanisme reaksi) dan factor lain sangat menentukan
kecepatan laju reaksi.

Konsentrasi reaktan. Karena persamaan laju reaksi didefinisikan dalam bentuk


konsentrsi reaktan maka dengan naiknya konsentrasi maka naik pula kecepatan
reaksinya. Artinya semakin tinggi konsentrasi maka semakin banyak molekul reaktan
yang tersedia denngan demikian kemungkinan bertumbukan akan semakin banyak juga
sehingga kecepatan reaksi meningkat.

Tekanan. Reaksi yang melibatkan gas, kecepatan reaksinya berbanding lurus dengan
kenaikan tekanan dimana factor tekanan ini ekuivalen dengan konsentrasi gas.

Orde reaksi. Orde reaksi menentukan seberapa besar konsentrasi reaktan berpengaruh
pada kecepatan reaksi.

Temperatur. Temperature berhubungan dengan energi kinetic yang dimiliki molekul-


molekul reaktan dalam kecenderungannya bertumbukan. Kenaikan suhu umumnya
menyediakan energi yang cukup bagi molekul reaktan untuk meningkatkan tumbukan
antar molekul. Akan tetapi tidak semua reaksi dipengaruhi oleh temperature, terdapat
reaksi yang independent terhadap temperature yaitu reaksi akan berjalan melambat saat
temperature di naikkan seperti reaksi yang melibatkan radikal bebas.
Pelarut. Banyak reaksi yang terjadi dalam larutan dan melibatkan pelarut. Sifat pelarut
baik terhadap reaktan, hasil intermediate, dan produknya mempengaruhi laju reaksi.
Seperti sifat solvasi pelarut terhadap ion dalam pelarut dan kekuatan interaksi ion dan
pelarut dalam pembentukan counter ion.

Radiasi elektromagnetik dan Intensitas Cahaya. Radiasi elektromagnetik dan cahaya


merupakan salah satu bentuk energi. Molekul-molekul reaktan dapat menyerap kedua
bentuk energi ini sehingga mereka terpenuhi atau meningkatkan energinya sehingga
meningkatkan terjadinya tumbukan antar molekul

Katalis. Adanya katalis dalam suatu sitem reaksi akan meningkatkan kecepatan reaksi
disebabkan katalis menurunkan energi aktifasi. Dengan penurunan energi aktifasi ini
maka energi minimum yang dibutuhkan untuk terjadinya tumbukkan semakin berkurang
sehingga mempercepat terjadinya reaksi.

Pengadukan. Proses pengadukan mempengaruhi kecepatan reaksi yang melibatkan


sistem heterogen. Seperti reaksi yang melibatkan dua fasa yaitu fasa padatan dan fasa cair
seperti melarutkan serbuk besi dalam larutan HCl, dengan pengadukan maka reaksi akan
cepat berjalan

http://belajarkimia.com/hal-hal-yang-mempengaruhi-laju-reaksi/

Reaksi kimia
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari

Uap hidrogen klorida dalam beker dan amonia dalam tabung percobaan bereaksi
membentuk awan amonium klorida

Reaksi kimia adalah suatu proses alam yang selalu menghasilkan antarubahan senyawa
kimia.[1] Senyawa ataupun senyawa-senyawa awal yang terlibat dalam reaksi disebut
sebagai reaktan. Reaksi kimia biasanya dikarakterisasikan dengan perubahan kimiawi,
dan akan menghasilkan satu atau lebih produk yang biasanya memiliki ciri-ciri yang
berbeda dari reaktan. Secara klasik, reaksi kimia melibatkan perubahan yang melibatkan
pergerakan elektron dalam pembentukan dan pemutusan ikatan kimia, walaupun pada
dasarnya konsep umum reaksi kimia juga dapat diterapkan pada transformasi partikel-
partikel elementer seperti pada reaksi nuklir.

Reaksi-reaksi kimia yang berbeda digunakan bersama dalam sintesis kimia untuk
menghasilkan produk senyawa yang diinginkan. Dalam biokimia, sederet reaksi kimia
yang dikatalisis oleh enzim membentuk lintasan metabolisme, di mana sintesis dan
dekomposisi yang biasanya tidak mungkin terjadi di dalam sel dilakukan.

Daftar isi
[sembunyikan]
 1 Jenis-jenis reaksi
 2 Kinetika kimia
 3 Lihat pula
 4 Bacaan lanjutan

 5 Referensi

[sunting] Jenis-jenis reaksi


Beragamnya reaksi-reaksi kimia dan pendekatan-pendekatan yang dilakukan dalam
mempelajarinya mengakibatkan banyaknya cara untuk mengklasifikasikan reaksi-reaksi
tersebut, yang sering kali tumpang tindih. Di bawah ini adalah contoh-contoh klasifikasi
reaksi kimia yang biasanya digunakan.

 Isomerisasi, yang mana senyawa kimia menjalani penataan ulang struktur tanpa
perubahan pada kompoasisi atomnya
 Kombinasi langsung atau sintesis, yang mana dua atau lebih unsur atau senyawa
kimia bersatu membentuk produk kompleks:

N2 + 3 H2 → 2 NH3
 Dekomposisi kimiawi atau analisis, yang mana suatu senyawa diurai menjadi
senyawa yang lebih kecil:

2 H2O → 2 H2 + O2
 Penggantian tunggal atau substitusi, dikarakterisasikan oleh suatu unsur
digantikan oleh unsur lain yang lebih reaktif:

2 Na(s) + 2 HCl(aq) → 2 NaCl(aq) + H2(g)


 Metatesis atau Reaksi penggantian ganda, yang mana dua senyawa saling
berganti ion atau ikatan untuk membentuk senyawa yang berbeda:

NaCl(aq) + AgNO3(aq) → NaNO3(aq) + AgCl(s)


 Reaksi asam basa, secara luas merupakan reaksi antara asam dengan basa. Ia
memiliki berbagai definisi tergantung pada konsep asam basa yang digunakan.
Beberapa definisi yang paling umum adalah:
o Definisi Arrhenius: asam berdisosiasi dalam air melepaskan ion H3O+;
basa berdisosiasi dalam air melepaskan ion OH-.
o Definisi Brønsted-Lowry: Asam adalah pendonor proton (H+) donors; basa
adalah penerima (akseptor) proton. Melingkupi definisi Arrhenius.
o Definisi Lewis: Asam adalah akseptor pasangan elektron; basa adalah
pendonor pasangan elektron. Definisi ini melingkupi definisi Brønsted-
Lowry.
 Reaksi redoks, yang mana terjadi perubahan pada bilangan oksidasi atom
senyawa yang bereaksi. Reaksi ini dapat diinterpretasikan sebagai transfer
elektron. Contoh reaksi redoks adalah:

2 S2O32−(aq) + I2(aq) → S4O62−(aq) + 2 I−(aq)


Yang mana I2 direduksi menjadi I- dan S2O32- (anion tiosulfat) dioksidasi menjadi
S4O62-.
 Pembakaran, adalah sejenis reaksi redoks yang mana bahan-bahan yang dapat
terbakar bergabung dengan unsur-unsur oksidator, biasanya oksigen, untuk
menghasilkan panas dan membentuk produk yang teroksidasi. Istilah pembakaran
biasanya digunakan untuk merujuk hanya pada oksidasi skala besar pada
keseluruhan molekul. Oksidasi terkontrol hanya pada satu gugus fungsi tunggal
tidak termasuk dalam proses pembakaran.

C10H8+ 12 O2 → 10 CO2 + 4 H2O


CH2S + 6 F2 → CF4 + 2 HF + SF6
 Disproporsionasi, dengan satu reaktan membentuk dua jenis produk yang berbeda
hanya pada keadaan oksidasinya.

2 Sn2+ → Sn + Sn4+
 Reaksi organik, melingkupi berbagai jenis reaksi yang melibatkan senyawa-
senyawa yang memiliki karbon sebagai unsur utamanya.

[sunting] Kinetika kimia


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kinetika kimia

Laju reaksi suatu reaksi kimia merupakan pengukuran bagaimana konsentrasi ataupun
tekanan zat-zat yang terlibat dalam reaksi berubah seiring dengan berjalannya waktu.
Analisis laju reaksi sangatlah penting dan memiliki banyak kegunaan, misalnya dalam
teknik kimia dan kajian kesetimbangan kimia. Laju reaksi secara mendasar tergantung
pada:
 Konsentrasi reaktan, yang biasanya membuat reaksi berjalan dengan lebih cepat
apabila konsentrasinya dinaikkan. Hal ini diakibatkan karena peningkatan
pertumbukan atom per satuan waktu,
 Luas permukaan yang tersedia bagi reaktan untuk saling berinteraksi, terutama
reaktan padat dalam sistem heterogen. Luas permukaan yang besar akan
meningkatkan laju reaksi.
 Tekanan, dengan meningkatkan tekanan, kita menurunkan volume antar molekul
sehingga akan meningkatkan frekuensi tumbukan molekul.
 Energi aktivasi, yang didefinisikan sebagai jumlah energi yang diperlukan untuk
membuat reaksi bermulai dan berjalan secara spontan. Energi aktivasi yang lebih
tinggi mengimplikasikan bahwa reaktan memerlukan lebih banyak energi untuk
memulai reaksi daripada reaksi yang berenergi aktivasi lebih rendah.
 Temperatur, yang meningkatkan laju reaksi apabila dinaikkan, hal ini dikarenakan
temperatur yang tinggi meningkatkan energi molekul, sehingga meningkatkan
tumbukan antar molekul per satuan waktu.
 Keberadaan ataupun ketiadaan katalis. Katalis adalah zat yang mengubah lintasan
(mekanisme) suatu reaksi dan akan meningkatkan laju reaksi dengan menurunkan
energi aktivasi yang diperlukan agar reaksi dapat berjalan. Katalis tidak
dikonsumsi ataupun berubah selama reaksi, sehingga ia dapat digunakan kembali.
 Untuk beberapa reaksi, keberadaan radiasi elektromagnetik, utamanya ultraviolet,
diperlukan untuk memutuskan ikatan yang diperlukan agar reaksi dapat bermulai.
Hal ini utamanya terjadi pada reaksi yang melibatkan radikal.

Laju reaksi berhubungan dengan konsentrasi zat-zat yang terlibat dalam reaksi.
Hubungan ini ditentukan oleh persamaan laju tiap-tiap reaksi. Perlu diperhatikan bahwa
beberapa reaksi memiliki kelajuan yang tidak tergantung pada konsentrasi reaksi. Hal ini
disebut sebagai reaksi orde nol.

http://id.wikipedia.org/wiki/Reaksi_kimia

Teori Tumbukan
Kata Kunci: laju reaksi, tumbukan
Ditulis oleh Jim Clark pada 23-09-2004

Reaksi yang hanya melibatkan satu partikel mekanismenya sederhana dan kita tidak perlu
memikirkan tentang orientasi dari tumbukan. Reaksi yang melibatkan tumbukan antara
dua atau lebih partikel akan membuat mekanisme reaksi menjadi lebih rumit.

Reaksi yang melibatkan tumbukan antara dua partikel


Sudah merupakan suatu yang tak pelak lagi jika keadaan yang melibatkan dua partikel
dapat bereaksi jika mereka melakukan kontak satu dengan yang lain. Mereka pertama
harus bertumbukan, dan lalu memungkinkan terjadinya reaksi.

Kenapa “memungkinkan terjadinya reaksi”? Kedua partikel tersebut harus bertumbukan


dengan mekanisme yang tepat, dan mereka harus bertumbukan dengan energi yang cukup
untuk memutuskan ikatan-ikatan.
Orientasi dari tumbukan

Pertimbangkan suatu reaksi sederhana yang melibatkan tumbukan antara dua molekul
etena CH2=CH2 dan hidrogen klor, HCl sebagai contoh. Keduanya bereaksi untuk
menghasilkan kloroetan.

Sebagai hasil dari tumbukan antara dua molekul, ikatan rangkap diantara dua karbon
berubah menjadi ikatan tunggal. Satu hidrogen atom berikatan dengan satu karbon dan
atom klor berikatan dengan satu karbon lainnya.

Reaksi hanya dapat terjadi bila hidrogen yang merupakan ujung dari ikatan H-Cl
mendekati ikatan rangkap karbon-karbon.Tumbukan selain daripada itu tidak bekerja
dikarenakan kedua molekul tersebut akan saling bertolak.

Tumbukan-tumbukan(collisions) yang ditunjukkan di diagram, hanya tumbukan 1 yang


memungkinkan terjadinya reaksi.

Jika Anda belum membaca halaman tentang mekanisme reaksi, mungkin Anda bertanya-
tanya mengapa tumbukan 2 tidak bekerja dengan baik. Ikatan rangka dikelilingi oleh
konsentrasi negatifitas yang tinggi sebagai akibat elektron-elektron yang berada di ikatan
tersebut. Pendekatan atom klor yang memiliki negatifitas lebih tinggi ke ikatan rangkap
menyebabkan tolakan karena kedua-duanya memiliki negatifitas yang tinggi.

Di dalam tumbukan yang melibatkan partikel-partikel yang tidak simetris, Anda dapat
menduga mekanisme melalui bagaimana cara mereka bertumbukan untuk menentukan
dapat atau tidaknya suatu reaksi terjadi.

Energi tumbukan

Aktivasi Energi

Walaupun partikel-partikel itu berorientasi dengan baik, Anda tidak akan mendapatkan
reaksi jika partikel-partikel tersebut tidak dapat bertumbukan melampui energi minimum
yang disebut dengan aktivasi energi reaksi.

Aktivasi energi adalah energi minimum yang diperlukan untuk melangsungkan terjadinya
suatu reaksi. Contoh yang sederhana adalah reaksi exotermal yang digambarkan seperti di
bawah ini:

Jika partikel-partikel bertumbukan dengan energi yang lebih rendah dari energi aktivasi,
tidak akan terjadi reaksi. Mereka akan kembali ke keadaan semula. Anda dapat
membayangkan energi aktivasi sebagai tembok dari reaksi. Hanya tumbukan yang
memiliki energi sama atau lebih besar dari aktivasi energi yang dapat menghasilkan
terjadinya reaksi.

Di dalam reaksi kimia, ikatan-ikatan diceraikan (membutuhkan energi) dan membentuk


ikatan-ikatan baru (melepaskan energi). Umumnya, ikatan-ikatan harus diceraikan
sebelum yang baru terbentuk. Energi aktivasi dilibatkan dalam menceraikan beberapa
dari ikatan-ikatan tersebut.

Ketika tumbukan-tumbukan tersebut relatif lemah, dan tidak cukup energi untuk memulai
proses penceraian ikatan. mengakibatkan partikel-partikel tersebut tidak bereaksi.
Distribusi Maxwell-Boltzmann

Karena energi aktivasi memegang peranan penting dalam menentukan suatu tumbukan
menghasilkan reaksi, hal ini sangat berguna untuk menentukan bagaimana macam bagian
partikel berada untuk mendapatkan energi yang cukup ketika mereka bertumbukan.

Di dalam berbagai sistem, keberadaan partikel-partikel akan memiliki berbagai variasi


besar energi. Untuk gas, dapat diperlihatkan melalui diagram yang disebut dengan
Distrubis Maxwell-Boltzmann dimana setiap kumpulan beberapa partikel memiliki
energinya masing-masing.

Luas dibawah kurva merupakan ukuran banyaknya partikel berada.

Distribusi Maxwell-Boltzmann dan energi aktivasi

Ingat bahwa ketika reaksi berlangsung, partikel-partikel harus bertumbukan guna


memperoleh energi yang sama atau lebih besar daripada aktivasi energi untuk
melangsungkan reaksi. Kita dapat mengetahui dimana energi aktivatisi berlangsung dari
distribusi Mazwell-Boltzmann.
Perhatikan bahwa sebagian besar dari partikel-partikel tidak memiliki energi yang cukup
untuk bereaksi ketika mereka bertumbukan. Untuk membuat mereka bereaksi kita dapat
mengubah bentuk dari kurva atau memindahkan aktivasi energi lebih ke kanan.Hal ini
akan dijelaskan lebih lanjut di halaman-halaman berikutnya.

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_fisika1/laju_reaksi1/teori_tumbukan/
1. Terjadi Perubahan Warna

Pada reaksi kimia, reaktan diubah menjadi produk. Perubahan yang terjadi dapat
disebabkan adanya pemutusan ikatan-ikatan antaratom reaktan dan pembentukan ikatan-
ikatan bru yang membentuk produk. Untuk memutuskan ikatan diperlukan energi. Untuk
membentuk ikatan yang baru, dilepaskan sejumlah energi. Jadi, pada reaksi kimia terjadi
perubahan energi.

Reaksi kimia yang menghasilkan energi dalam bentuk panas disebut dengan reaksi
eksotermis. Reaksi yang menyerap energi panas disebut dengan reaksi endotermis.

Contoh: Api dapat menghangatkan tubuh yang kedinginan dan ketika bernafas panas
yang ada dalam tubuh akibat berolahraga dikeluarkan sehingga tubuh menjadi dingin.

percobaan

2. Terjadi Perubahan Suhu

Pada reaksi kimia, reaktan diubah menjadi produk. Perubahan yang terjadi dapat
disebabkan adanya pemutusan ikatan-ikatan antaratom pereaksi dan pembentukan ikatan-
ikatan baru yang membentuk produk. Untuk memutuskan ikatan diperlukan energi.
Reaksi kimia yang menghasilkan energi dalam bentuk panas disebut dengan reaksi
eksotermis, sedangkan reaksi yang menyerap energi panas disebut reaksi endotermis.

Reaksi kimia terjadi pada suatu ruang yang kita sebut dbngan sistem, tempat di luar
sistem disebut dengan lingkungan.

Pada reaksi eksotermis, terjadi perpindahan energi panas dari sisitem ke lingkungan.

Pada reaksi endotermis terjadi perpindahan energi panas dari lingkungan ke sistem.

percobaan

3. Terjadi Pembentukan Endapan

Ketika mereaksikan dua larutan dalam sebuah tabung reaksi, kadang-kadang terbentuk
suatu sneyawa yang tidak larut, berbentuk padat, dan terpisah dari larutannya. Padatan itu
disebut dengan endapan (presipitat)

percobaan

4. Terjadi Pembentukan Gas

Secara sederhana, dalam reaksi kimia adanya gas yang terbentuk ditunjukkan dengan
adanya gelembung-gelembung dalam larutan yang direaksikan. Adanya gas dapat
diketahui dari baunya yang khas, seperti asam sulfida (H2S) dan amonia (NH3) yang
berbau busuk.
Diterbitkan di: September 03, 2010   Updated: Oktober 05, 2010
http://id.shvoong.com/exact-sciences/chemistry/2046598-ciri-ciri-reaksi-kimia/

Kamis, 02 September 2010


Teori Tumbukan pada Laju reaksi

Teori tumbukan didasarkan atas teori kinetik gas yang mengamati tentang
bagaimana suatu reaksi kimia dapat terjadi. Menurut teori tersebut kecepatan reaksi
antara dua jenis molekul A dan B sama dengan jumiah tumbukan yang terjadi per
satuan waktu antara kedua jenis molekul tersebut. Jumlah tumbukan yang terjadi
persatuan waktu sebanding dengan konsentrasi A dan konsentrasi B. Jadi makin
besar konsentrasi A dan konsentrasi B akan semakin besar pula jumlah tumbukan
yang terjadi.
TEORI TUMBUKAN INI TERNYATA MEMILIKI BEBERAPA KELEMAHAN,
ANTARA LAIN :
- tidak semua tumbukan menghasilkan reaksi sebab ada energi tertentu yang
harus dilewati (disebut energi aktivasi = energi pengaktifan) untak dapat
menghasilkan reaksi. Reaksi hanya akan terjadi bila energi tumbukannya lebih
besar atau sama dengan energi pengaktifan (Ea).

- molekul yang lebih rumit struktur ruangnya menghasilkan tumbukan yang tidak
sama jumlahnya dibandingkan dengan molekul yang sederhana struktur
ruangnya.
Teori tumbukan di atas diperbaiki oleh tcori keadaan transisi atau teori laju reaksi
absolut. Dalam teori ini diandaikan bahwa ada suatu keadaan yang harus dilewati
oleh molekul-molekul yang bereaksi dalam tujuannya menuju ke keadaan akhir
(produk). Keadaan tersebut dinamakan keadaan transisi. Mekanisme reaksi keadaan
transisi dapat ditulis sebagai berikut:
A + B    T* --> C + D
dimana:

- A dan B adalah molekul-molekul pereaksi


- T* adalah molekul dalam keadaan transisi
- C dan D adalah molekul-molekul hasil reaksi

SECARA DIAGRAM KEADAAN TRANSISI INI DAPAT DINYATAKAN SESUAI


KURVA BERIKUT

Dari diagram terlibat bahwa energi pengaktifan (Ea) merupakan energi keadaan awal
sampai dengan energi keadaan transisi. Hal tersebut berarti bahwa molekul-molekul
pereaksi harus memiliki energi paling sedikit sebesar energi pengaktifan (E a) agar
dapat mencapai keadaan transisi (T*) dan kemudian menjadi hasil reaksi (C + D).
Catatan :
energi pengaktifan (= energi aktivasi) adalah jumlah energi minimum yang
dibutuhkan oleh molekul-molekul pereaksi agar dapat melangsungkan reaksi

Kamis, 02 September 2010


Teori Tumbukan pada Laju reaksi

Teori tumbukan didasarkan atas teori kinetik gas yang mengamati tentang
bagaimana suatu reaksi kimia dapat terjadi. Menurut teori tersebut kecepatan reaksi
antara dua jenis molekul A dan B sama dengan jumiah tumbukan yang terjadi per
satuan waktu antara kedua jenis molekul tersebut. Jumlah tumbukan yang terjadi
persatuan waktu sebanding dengan konsentrasi A dan konsentrasi B. Jadi makin
besar konsentrasi A dan konsentrasi B akan semakin besar pula jumlah tumbukan
yang terjadi.
TEORI TUMBUKAN INI TERNYATA MEMILIKI BEBERAPA KELEMAHAN,
ANTARA LAIN :
- tidak semua tumbukan menghasilkan reaksi sebab ada energi tertentu yang
harus dilewati (disebut energi aktivasi = energi pengaktifan) untak dapat
menghasilkan reaksi. Reaksi hanya akan terjadi bila energi tumbukannya lebih
besar atau sama dengan energi pengaktifan (Ea).

- molekul yang lebih rumit struktur ruangnya menghasilkan tumbukan yang tidak
sama jumlahnya dibandingkan dengan molekul yang sederhana struktur
ruangnya.
Teori tumbukan di atas diperbaiki oleh tcori keadaan transisi atau teori laju reaksi
absolut. Dalam teori ini diandaikan bahwa ada suatu keadaan yang harus dilewati
oleh molekul-molekul yang bereaksi dalam tujuannya menuju ke keadaan akhir
(produk). Keadaan tersebut dinamakan keadaan transisi. Mekanisme reaksi keadaan
transisi dapat ditulis sebagai berikut:
A + B    T* --> C + D
dimana:

- A dan B adalah molekul-molekul pereaksi


- T* adalah molekul dalam keadaan transisi
- C dan D adalah molekul-molekul hasil reaksi

SECARA DIAGRAM KEADAAN TRANSISI INI DAPAT DINYATAKAN SESUAI


KURVA BERIKUT
Dari diagram terlibat bahwa energi pengaktifan (Ea) merupakan energi keadaan awal
sampai dengan energi keadaan transisi. Hal tersebut berarti bahwa molekul-molekul
pereaksi harus memiliki energi paling sedikit sebesar energi pengaktifan (E a) agar
dapat mencapai keadaan transisi (T*) dan kemudian menjadi hasil reaksi (C + D).
Catatan :
energi pengaktifan (= energi aktivasi) adalah jumlah energi minimum yang
dibutuhkan oleh molekul-molekul pereaksi agar dapat melangsungkan reaksi
http://www.susilochem04.co.cc/2010/09/teori-tumbukan-pada-laju-reaksi.html

Anda mungkin juga menyukai