Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH SIFAT FISIK TANAH TERHADAP EROSI

Tanah adalah suatu benda berbentuk tiga dimensi, tersusun dari masa padat, cair dan gas
yang terdapat di permukaan bumi, berasal dari hasil pelapukan batuan dan atau dekomposisi
bahan organik.
Tanah merupakan satu rantai di antara sistem tubuh alam yang keberadaannya tidak
dengan sendirinya, proses pembentukan dan keberadaannya sangat dipengaruhi oleh faktor alam
yang lain, seperti bahan induk, iklim, topografi atau relief, vegetasi atau organisme, manusia dan
waktu.
Proses perkembangan tanah adalah berkembangnya fase pembentukan tanah setelah
masa pelapukan batuan dan atau dekomposisi bahan organik. Berdasarkan pada kondisi tanah
tersebut maka perkembangannya dapat dibagi menjadi 2 (dua) fase :
1. Fase pembentukan horizon-horizon utama tanah.
Pada fase ini peranan semua faktor pembentuk tanah menjadi sangat penting. Secara
sistematis fase pembentukan horizon-horizon utama ini dapat dibagi menjadi beberapa tahap
sebagai berikut :
a. Tahap Pembentukan Horizon C.
Tahap pembentukan Horizon C yaitu tahap pelapukan batuan menjadi tanah mineral, sebagai
akibat dari efek komponen iklim terhadap batuan. Efek iklim ini mempengaruhi sifat fisik dan
kimia batuan sehingga sifat dan atau kimia batuan terubah menjadi tanah mineral dengan
indikator terbentuk Horizon C sebagai satu-satunya horizon. Horozon C dapat juga berasal dari
translokasi dan deposisi bahan atau lapisan (horizon) tanah yang tererosi dari lain tempat yang
disebut dengan bahan coluvium dan aluvium laut dan sungai.
b. Tahap pembentukan Horizon O dan atau Pertumbuhan Vegetasi.
Pada tahap ini terjadi pertumbuhan vegetasi di ats horozon C kemudian mati atau melepas
sisa-sisa bagian tanaman yang mati, tertimbun di permukaan atau
kemudian terdekomposisi menjadi humus atau tetap berupa seresah. Timbunan ini membentuk
horizon O (organik) atau H (histik). Bahan organik dapat berasal dari sisa atau vegetasi yang
tumbuh di atas horizon C tersebut atau berasal dari tempat lain.
Dengan demikian Horizon O ialah horizon timbunan bahan organik, berwarna gelap bila sudah
terdekomposisi, terdapat dan terlihat adanya jaringan tumbuhan dan umumnya terletak di
permukaan tanah, berstruktur lepas atau gembur (remah).
c. Tahap Pembentukan Horizon A.
Horizon A terbentuk dari hasil percampuran antara tanah mineral dengan bahan organik yang
dapat dilakukan oleh:
– Organisme tanah (dekomposisi dan mineralisasi serta metabolisme)
– Manusia (pengolahan tanah dan pemupukan).
– Proses alam lainya.
Ada korelasi positif antara tebalnya horizon O dan A, dengan banyaknya organisme tanah.
Semakin mudah bahan organik tersebut dikomposisi dan dimineralisasi dan semakin banyak
organisme tanah maka semakin tebal horizon A. Dengan demikian Horizon A ialah horizon
permukaan tanah mineral yang berwarna gelap atau kehitaman, berstruktur gembur (crumb),
bertekstur sedang hingga kasar, berpori makro lebih banyak daripada pori mikro (poros),
konsistensinya lepas-lepas hingga agak teguh, mempunyai batas horizon cukup jelas dengan
horizon yang ada di atas atau dibawahnya, terdapat banyak perakaran dan krotovinasi (lubang
cacing atau bekas akar yang mati, yang telah terisi oleh bahan lain selain matrik tanahitu sendiri).
d. Tahap Pembentukan Horizon B.
Horizon B adalah sub horizon tanah yang terbentuk dari adanya pencucian (elluviasi) koloid liat
dan atau koloid organik pada horizon A hingga terbentuk horizon Albik (E) kemudian ditimbun
pada horizon yang ada dibawahnya (illuviasi)
Dengan demikian Horizon B ialah horizon tanah dibawah permukaan (sub horizon) bertekstur
gumpal atau prismatik atau tiang (kolumnar) berwarna lebih merah dari horizon lainnya.
Berkonsistensi teguh hingga sangat teguh, berwarna lebih merah.
2. Fase pembentukan horizon-horizon penciri tanah.
Pada fase initerjadi perkembangan horizon utama tanah yang berkorelasi atau sejalan dengan
proses pedogenesis tanah sebagai akibat terus bekerjanya faktor pembentuk tanaha yang bersifat
sebagai faktor pengubah sifat jenis tanah.
Tahap pembentukan horizon penciri ini dapat dibagi menjadi 2 bagian:
a. Pembentukan horizon penciri pada permukaan tanah.
b. Pembentukan horizon penciri pada subhorizon ( horizon bawah permukaan)
Erosi tanah merupakan peristiwa terlepasnya butir-butir tanah dari agregat-agregatnya ,
kemudian terbawa baik oleh air maupun angin yang kemudian terendap di daerah lain. Erosi
dapat terjadi secara alami maupun dipercepat (akibat ulah manusia). Erosi yang alami ditandai
dengan laju erosi lebih lambat daripada laju pembentukan tanah. Sedangkan erosi dipercepat
ditandai dengan laju erosi lebih cepat daripada laju pembentukan tanah.

Berbagai tipe tanah mempunyai kepekaan terhadap erosi yang berbeda-beda. Kepekaan
erosi tanah yaitu mudah atau tidaknya tanah tererosi adalah fungsi berbagai interaksi sifat-sifat
fisik dan kimia tanah.Sifat – sifat tanah yang penting dalam menentukan erodibilitas tanah (mudah
atau tidaknya tanah tererosi) adalah: tekstur tanah, struktur tanah, infiltrasi tanah, permeabilitas
tanah, dan stabilitas agrerat.

1. Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif dalam persen (%) antara fraksi-fraksi pasir, debu
dan liat. Tekstur erat hubungannya dengan plastisitas, permeabilitas, keras dan kemudahan,
kesuburan dan produktivitas tanah pada daerah geografis tertentu. Tekstur tanah menunjukkan
kasar atau halusnya suatu tanah. Teristimewa tekstur merupakan perbandingan relatif pasir, debu
dan liat atau kelompok partikel dengan ukuran lebih kecil dari kerikil (diameternya kurang dari 2
milimeter). Pada beberapa tanah, kerikil, batu dan batuan induk dari lapisan-lapisan tanah yang
ada juga mempengaruhi tekstur dan mempengaruhi penggunaan tanah.
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif berbagai golongan besar, partikel tanah dalam
suatu massa tanah terutama perbandingan relatif suatu fraksi liat, debu dan pasir. Tekstur dapat
menentukan tata air dalam tanah berupa akecepatanm infiltrasinya, penetrasi setta kemampuan
mengikat air.
Jika beberapa contoh tanah ditetapkan atau dianalisa di laboratorium, maka hasilnya selalu
memperlihatkan bahwa tanah itu mengandung partikel-partikel yang beraneka ragam ukurannya,
ada yang berukuran koloi, sangat halus, halus, kasar dan sangat kasar.
Jenis Diameter /mma) Diameter /mmb) Jumlah Luas permukaan
Partikel /gram dalam 1 gram, cm2
Pasir sangat kasar 2,00-1,00 - 90 11
Pasir kasar 1,00-0,50 2,00-0,20 720 23
Pasir sedang 0,50-0,25 - 5700 45
Pasir halus 0,25-0,10 0,20-0,02 46000 91
Pasir sangat halus 0,10-0,05 - 722000 227
Debu 0,05-0,002 0,02-0,002 5776000 454
Liat < 0,002 < 0,002 90250853000 8000000c)

Tabel 1. Beberapa Ciri Karakteristik Pemisahan Tanah

a). Sistem united States Departemen of Agriculture (USDA)


b). Sistem International soil Science society (ISSS)
c). Luas permukaan partikel-partikel liat monmorillonit yang berbentuk lempung ditentukan dengan
metoda retensi glycol oleh Sor Kemper (SSA proceedings, vol.23, p.106, 1959).
Partikel-partikel ini telah dibagi ke dalam grup atau kelompok-kelompok atas dasar ukuran
diameternya, tanpa memandang komposisi kimianya, warna, berat atau sifat lainnya. Kelompok
partikel ini pula disebut dengan “separate tanah”. Analisa partikel laboratorium dimana partikel-
partikel tanah itu dipisahkan disebut analisa mekanis. Dalam analisa ini ditetapkan distribusi
menurut ukuran-ukuran partikel tanah.
Segitiga tekstur merupakan suatu diagram untuk menentukan kelas2 testur tanah. ada 12
kelas tekstur tanah yang dibedakan oleh jumlah persentase ketiga fraksi tanah tersebut.
Tekstur tanah yang ideal terdiri dari pasir 40%, debu 40% dan lempung 20%.
Tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap kemampuan daya serap air, ketersediaan air
di dalama tanah, besar aerasi, infiltrasi dan laju pergerakan air (perkolasi). Tanah-tanah yang
bertekstur kasar (tanah-tanah berpasir) mempunyai kapasitas dan laju infiltrasi yang tinggi
sehingga jika tanah tersebut dalam maka erosi dapat diabaikan, demikian pula dengan tanah
bertekstur pasir halus juga mempunyai kapasitas infiltrasi yang tinggi tetapi jika terjadi aliran
permukaan maka butir-butir halus ini akan mudah sekali terangkut. Tekstur tanah yang paling
peka terhadap erosi adalah debu , pasir sangat halus.

2. Struktur Tanah
Struktur tanah digunakan untuk menunjukkan ukuran partikel-partikel tanah seperti pasir ,
debu dan liat yang membentuk agregat satu dengan yang lainnya yang dibatasi oleh bidang belah
alami yang lemah. Agregat yang terbentuk secara alami disebut dengan ped. Struktur yang
daapat memodifikasi pengaruh terkstur dalam hubungannya dengan kelembaban porositas,
tersedia unsur hara, kegiatan jasad hidup dan pengaruh permukaan akar. Tipe struktur terdapat
empat bentuk utamanya yaitu :
1. Struktur tanah berbutir (granular): Agregat yang membulat, biasanya diameternya tidak lebih
dari 2 cm. Umumnya terdapat pada horizon A yang dalam keadaan lepas disebut “Crumbs” atau
Spherical.
2. Kubus (Bloky): Berbentuk jika sumber horizontal sama dengan sumbu vertikal. Jika sudutnya
tajam disebut kubus (angular blocky) dan jika sudutnya membulat maka disebut kubus membulat
(sub angular blocky). Ukuranya dapat mencapai 10 cm.
3. Lempeng (platy): Bentuknya sumbu horizontal lebih panjang dari sumbu vertikalnya. Biasanya
terjadi pada tanah liat yang baru terjadi secara deposisi (deposited).
4. Prisma: Bentuknya jika sumbu vertikal lebih panjang dari pada sumbu horizontal. Jadi agregat
terarah pada sumbu vertikal. Seringkali mempunyai 6 sisi dan diameternya mencapai 16 cm.
Banyak terdapat pada horizon B tanah berliat. Jika bentuk puncaknya datar disebut prismatik dan
membulat disebut kolumner.

Keempat bentuk utama di atas akhirnya menghasilkan tujuh tipe struktur tanah. Suatu
pengertian tentang sebab-sebab perkembangan struktur di dalam tanah perlu diperhatikan,
karena sturktur tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan dapat berubah karena
pengelolaan tanah.
Struktur dapat berkembang dari butir-butir tunggal ataupun kondisi massive. Dalam rangka
menghasilkan agregat-agregat dimana harus terdapat beberapa mekanisme dalam mana partikel-
partikel tanah mengelompok bersama-sama menjadi cluster. Pembentukan ini kadang-kadang
sampai ke tahap perkembangan struktural yang mantap.
Struktur tanah dapat memodifikasi pengaruh tekstur dalam hubungannya dalam
kelembaban, porositas, tersedianya unsur hara, kegiatan jasad hidup dan pertumbuhan akar.
Struktur lapisan olah dipengaruhi oleh praktis dan di mana aerasi dan drainase membatasi
pertumbuhan tanaman, sistem pertanaman yang mampu menjaga kemantapan agregat tanah
akan memberikan hasil yang tinggi bagi produksi pertanian. Tanah yang berstruktur kersai atau
granular lebih terbuka dan lebih jarang sehingga akan menyerap air lebih cepat dan lebih banyak
dibandingkan tanah yang berstruktur dengan susunan butir-butir primernya lebih rapat.

3. Infiltrasi Tanah
Infiltrasi dari segi hidrologi penting, karena hal ini menandai peralihan dari air permukaan yang
bergerak cepat ke air tanah yang bergerak lambat dan air tanah. Kapasitas infiltrasi suatu tanah
dipengaruhi oleh sifat-sifat fisiknya dan derajat kemampatannya, kandungan air dan permebilitas
lapisan bawah permukaan, nisbi air, dan iklim mikro tanah. Air yang berinfiltrasi pada sutu tanah
hutan karena pengaruh gravitasi dan daya tarik kapiler atau disebabkan juga oleh tekanan dari
pukulan air hujan pada permukaan tanah.
Infiltrasi adalah proses masuknya air dari permukaan ke dalam tanah. Perkolasi adalah
gerakan aliran air di dalam tanah (dari zone of aeration ke zone of saturation). Infiltrasi
berpengaruh terhadap saat mulai terjadinya aliran permukaan dan juga berpengaruh terhadap laju
aliran permukaan (run off).
Faktor yang Berpengaruh Terhadap Laju Infiltrasi
Beberapa faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi laju infiltrasi adalah :
1. Dalamnya genangan di atas permukaan tanah dan tebal lapisan yang jenuh.
2. Kelembaban tanah
3. Pemampatan tanah oleh curah hujan
4. Penyumbatan oleh bahan yang halus (bahan endapan)
5. Pemampatan oleh orang dan hewan
6. Struktur tanah
7. Tumbuh-tumbuhan
8. Udara yang terdapat dalam tanah
9. Topografi
10. Intensitas hujan
11. Kekasaran permukaan
12. Mutu air
13. Suhu udara
14. Adanya kerak di permukaan.

4. Permeabilitas Tanah
Sifat lapisan tanah yang menentukan kepekaan erosi tanah adalah permeabilitas lapisan
tersebut. Permeabilitas ditentuken oleh struktur dan tekstur tanah. Tanah yang lapisan bawahnya
bertekstur granular dan permeabel, kurang peka erosi dubandingkan dengan tanah yang lapisan
bawahnya padat dan permeabilitasnya rendah.
Semua jenis tanah bersifat lolos air (permeable) dimana air bebas mengalir melalui ruang-
ruang kosong (pori-pori) yang ada di antara butiran-butiran tanah. Tekanan pori diukur relatif
terhadap tekanan atmosfer dan permukaan lapisan tanah yang tekanannya sama dengan tekanan
atmosfer dinamakan muka air tanah atau permukaan freasik, di bawah muka air tanah. Tanah
diasumsikan jenuh walaupun sebenarnya tidak demikian karena ada rongga-rongga udara.
Permeabilitas tanah menunjukkan kemampuan tanah dalam meloloskan air. Struktur dan
tekstur serta unsur organik lainnya ikut ambil bagian dalam menaikkan laju permeabilitas tanah.
Tanah dengan permeabilitas tinggi menaikkan laju infiltrasi dan dengan demikian, menurunkan
laju air larian.
Koefisien permeabilitas terutama tergantung pada ukuran rata-rata pori yang dipengaruhi oleh
distribusi ukuran partikel, bentuk partikel dan struktur tanah. Secara garis besar, makin kecil
ukuran partikel, makin kecil pula ukuran pori dan makin rendah koefisien permeabilitasnya.
Pada kebanyakan tanah, pada kenyataan konduktivitas hidroulik tidak selamanya tetap.
Karena berbagai proses kimia, fisika dan biologi, konduktivitas hidroulik bisa berubah saat air
masuk dan mengalir ke dalam tanah. Perubahan yang terjadi pada komposisi ion kompleks yang
dapat dipertukarkanseperti saat air memasuki tanah mempunyai komposisi atau konsentrasi zat
terlarut yang berbeda dengan larutan awal, bisa sangat merubah konduktivitas hidroulik. Secara
umum konduktivitas akan berkurang bila konsentrasi zat terlarut elektrolit berkurang, disebabkan
oleh penomena pengembangan dan dispersi yang juga dipengaruhu oleh jeni-jenis kation yang
ada pelepasan dan perpindahan partikel-partikel lempung, selama aliran yang lam, bisa
menghasilkan penyumbatan pori. Interaksi zat terlarut dan matrik tanah dan pengaruhnya
terhadap konduktivitas hidroulik khususnya penting pada tanah-tanah masam dan berkadar
natrium tinggi.

5. Stabilitas Agrerat
Kemantapan agregat adalah ketahanan rata-rata agregat tanah melawan pendispersi oleh
benturan tetes air hujan atau penggenangan air. Kemantapan tergantung padaketahanan jonjot
tanah melawan daya dispersi air dan kekuatan sementasi atau pengikatan, Faktor-faktor yang
berpengaruh dalam kemantapan agregat antara lain bahan-bahan penyemen agregat tanah,
bentuk dan ukuran agregat, serta tingkat agregasi Stabilitas agregat yang terbentuk tergantung
pada keutuhan tanag permukaan agregat pada saat rehidrasi dan kekuatan ikatan antarkoloid-
partikel di dalam agregat pada saat basah. Pentingnya peran lendir (gum) microbial sebagai agen
pengikat adalah menjamin kelangsungan aktivitas mikroba dalam proses pembentukan ped dan
agregasi.
Peranan bahan organik dalam pembentukan agregat tanah sangatlah besar. Fungsi bahan
organik dalam pencegahan terjadinya erosi antara lain dapat memperbaiki daerah perakaran.
Selanjutnya dikatakan bahwa pengaruh bahan organik dalam mengurangi aliran permukaan,
peningkatan infiltrasi dan pemantapan agregat tanah. tanah-tanah dengan kandungan bahan
organik kurang dari 2 % umumnya peka terhadap erosi.
Faktor yang mempengaruhi pembentukan agregat
1. Bahan Induk
Variasi penyusun tanah tersebut mempengaruhi pembentukan agregat-agregat tanah serta
kemantapan yang terbentuk. Kandungan liat menentukan dalam pembentukan agregat, karena liat
berfungsi sebagai pengikat yang diabsorbsi pada permukaan butiran pasir dan setelah dihidrasi
tingkat reversiblenya sangat lambat. Kandungan liat > 30% akan berpengaruh terhadap agregasi,
sedangakan kandungan liat < 30% tidak berpengaruh terhadap agregasi.
2. Bahan organik tanah
Bahan organik tanah merupakan bahan pengikat setelah mengalami pencucian. Pencucian
tersebut dipercepat dengan adanya organisme tanah. Sehingga bahan organik dan organisme di
dalam tanah saling berhubungan erat.
3. Tanaman
Tanaman pada suatu wilayah dapat membantu pembentukan agregat yang mantap. Akar
tanaman dapat menembus tanah dan membentuk celah-celah. Disamping itu dengan adanya
tekanan akar, maka butir-butir tanah semakin melekat dan padat. Selain itu celah-celah tersebut
dapat terbentuk dari air yang diserp oleh tnaman tesebut.
4. Organisme tanah
Organisme tanah dapat mempercepat terbentuknya agregat. Selain itu juga mampu berperan
langsung dengan membuat lubang dan menggemburkna tanaman.Secara tidak langsung
merombak sisa-sisa tanaman yang setelah dipergunakan akan dikeluarlan lagi menjadi bahan
pengikat tanah.
5. Waktu
Waktu menentukan semua faktor pembentuk tanah berjalan. Semakin lama waktu berjalan, maka
agregat yang terbentuk pada tanah tersebut semakin mantap.
6. Iklim
Iklim berpengaruh terhadap proses pengeringan, pembasahan, pembekuan, pencairan. Iklim
merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan agregat tanah.

Usaha-usaha mengendalikan erosi


a. Secara biologi (vegetasi)
Tujuan metode ini adalah melindungi permukaan tanah terhadap pukulan tetesan air hujan,
memperkecil run-off dan meningkatkan daya inflitrasi tanah.
Metode vegetatif yang banyak dilakukan, antara lain:
• Penamaman strip sesuai kontur
Beberapa tanaman pokok ditanam dalam strip yang berselang-seling dengan tanaman
penutup tanah yang disusun memotong lereng.
• Pergiliran tanaman (rotation)
Penanaman berbagai tanaman secara bergilir dalam urutan waktu tertentu.
• Penanaman tanaman penutup tanah (cover crop).
• Pemberian mulsa (seresah) atau mulching
Pemberian mulsa (mulching) dilakukan dengan tujuan menutupi tanah menggunakan sisa-
sisa tanaman, seperti daun, ranting, dsb.
b. Secara mekanik
Dengan cara mekanik diharapkan lahan terhindar dari erosi akibat air limpasan permukaan
(run off)
• Pembuatan parit sesuai dengan kontur lahan
• Pembuatan teras-teras (sengkedan) pada lahan miring
• Minimum tillage (pengolahan minimum)
c. Secara kimia
Metode ini dilakukan dengan menggunakan bahan kimia untuk meningkatkan kemantapan
agregat tanah dan struktur menjadi lebih ramah. Dengan demikian tanah menjadi tahan
terhadap pukulan tetes air hujan, inflitrasi tetap besar dan run-off kecil. Bahan kimia yang
digunakan disebut soil conditioner, contohnya adalah PVA.

Anda mungkin juga menyukai