Anda di halaman 1dari 6

Perkembangan Pasar Modal Berbasis

Syariah di Indonesia
October 20th, 2008
Perkembangan Pasar Modal Berbasis Syariah di Indonesia
oleh
Supriyanto
A. Sejarah Pasar Modal Berbasis Syariah di Dunia
Pada saat-saat awal, prinsip syariah diterapkan pada industri perbankan yaitu ditandai dengan
didirikannya bank Islam pertama di Cairo pada sekitar tahun 1971 dengan nama Nasser
Social Bank yang operasionalnya berdasarkan sistem bagi hasil (tanpa riba). Berdirinya
Nasser Social Bank tersebut, kemudian diikuti dengan berdirinya beberapa bank Islam
lainnya seperti Islamic Development Bank (IDB) dan The Dubai Islamic pada tahun 1975,
Faisal Islamic Bank of Egypt, Faisal Islamic Bank of Sudan dan Kuwait Finance House tahun
1977.
Perkembangan bank yang berbasis syariah tersebut ternyata ikut mendorong perkembangan
penggunaan prinsip-prinsip syariah di sektor pasar modal. Adapun negara yang pertama kali
mengimplementasikan prinsip syariah di sektor pasar modal adalah Yordania dan Pakistan,
karena kedua negara tersebut telah menyusun dasar hukum penerbitan obligasi syariah.
Selanjutnya pada tahun 1978, Pemerintah Yordania melalui Undang-Undang Nomor 13 tahun
1978 telah mengijinkan Jordan Islamic Bank untuk menerbitkan Muqaradah Bond. Ijin
penerbitan Muqaradah Bond ini kemudian ditindaklanjuti dengan penerbitan Muqaradah
Bond Act pada tahun 1981, sedangkan pemerintah Pakistan pada pada tahun 1980
menerbitkan The Madarabas Company dan Madarabas Ordinance.
Walaupun pembentukan kerangka hukum instrumen obligasi syariah pertama kali dilakukan
oleh Yordania dan Pakistan, namun demikian sampai dengan saat ini di kedua negara tersebut
belum ada perusahaan yang menerbitkan obligasi syariah. Berdasarkan informasi yang
dimuat dalam IOSCO Report of The Islamic Capital Market Task Force of The International
Organization of Securities Commissions, obligasi syariah yang pertama kali diterbitkan dan
cukup sukses adalah obligasi syariah yang diterbitkan oleh Pemerintah Malaysia pada tahun
1983, yaitu The Government Investment Issue (GII).
Dalam perkembangannya, berbagai instrument pasar modal berbasis syariah kini telah
tersedia pasar modal Malaysia antara lain Reksa Dana Syariah, Saham Syariah, Index Syariah
dan Obligasi Syariah.
B. Perkembangan Pasar Modal Berbasis Syariah di Indonesia
Momentum berkembangnya pasar modal berbasis syariah di Indonesia dimulai pada tahun
1997, yakni dengan diluncurkannya Danareksa Syariah pada 3 Juli 1997 oleh PT. Danareksa
Investment Management. Selanjutnya Bursa Efek Jakarta (kini telah bergabung dengan Bursa
Efek Surabaya, menjadi Bursa Efek Indonesia) berkerjasama dengan PT. Danareksa
Investment Management meluncurkan Jakarta Islamic Index (JII) pada tanggal 3 Juli 2000
yang bertujuan untuk memandu investor yang ingin menanamkan dananya secara syariah.
Dengan hadirnya indeks tersebut, maka para pemodal telah disediakan saham-saham yang
dapat dijadikan sarana berivestasi dengan penerapan prinsip syariah
Perkembangan selanjutnya, instrumen investasi syariah di pasar modal terus bertambah
dengan kehadiran Obligasi Syariah PT. Indosat Tbk pada awal September 2002. Instrumen
ini merupakan obligasi syariah pertama dan dilanjutkan dengan penerbitan obligasi syariah
lainnya.
Pasar modal berbasis syariah di Indonesia secara resmi diluncurkan pada tanggal 14 Maret
2003 bersamaan dengan penandatanganan MOU antara BAPEPAM-LK dengan Dewan
Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Pola hubungan kerja antara
BAPEPAM-LK dengan DSN-MUI adalah hubungan koordinasi, konsultasi, dan kerjasama
untuk pengaturan yang efektif dan efisien dalam rangka akselerasi pertumbuhan produk
syariah, dalam bentuk:
a. penyusunan peraturan BAPEPAM-LK dan Fatwa DSN-MUI
b. penelaahan pernyataan pendaftaran penerbitan efek syariah
c. pengawasan kepatuhan pemenuhan prinsip syariah
d. pengembangan produk
e. peningkatan kualitas SDM
Setelah resmi diluncurkan pada tanggal 14 Maret 2003, instrumen-instrumen pasar modal
berbasis syariah yang telah terbit sampai dengan saat ini adalah sebagai berikut:
1. Saham Syariah
Saham merupakan surat berharga yang merepresentasikan penyertaan modal kedalam suatu
perusahaan. Sementara dalam prinsip syariah, penyertaan modal dilakukan pada perusahaan-
perusahaan yang tidak melanggar prinsip-prinsip syariah, seperti bidang perjudian, riba,
memproduksi barang yang diharamkan seperti bir, dan lain-lain.
Di Indonesia, prinsip-prinsip penyertaan modal secara syariah tidak diwujudkan dalam
bentuk saham syariah maupun non-syariah, melainkan berupa pembentukan indeks saham
yang memenuhi prinsip-prinisp syariah. Dalam hal ini, di Bursa Efek Indonesia terdapat
Jakarta Islamic Indeks (JII) yang merupakan 30 saham yang memenuhi kriteria syariah yang
ditetapkan Dewan Syariah Nasional (DSN). Indeks JII dipersiapkan oleh PT Bursa Efek
Indonesia (BEI) bersama dengan PT Danareksa Invesment Management (DIM).
JII dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolok ukur (benchmark) untuk mengukur kinerja
suatu investasi pada saham dengan basis syariah. Melalui index ini diharapkan dapat
meningkatkan kepercayaan investor untuk mengembangkan investasi dalam ekuiti secara
syariah.
Saham-saham yang masuk dalam Indeks Syariah adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak
bertentangan dengan syariah seperti:
a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang.
b. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan asuransi
konvensional.
c. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan dan minuman
yang tergolong haram.
d. Usaha yang memproduksi, mendistribusi dan/atau menyediakan barang-barang ataupun
jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.
Selain kriteria diatas, dalam proses pemilihan saham yang masuk JII, Bursa Efek Indonesia
melakukan tahap-tahap pemilihan yang juga mempertimbangkan aspek likuiditas dan kondisi
keuangan emiten, yaitu:
a. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan (kecuali termasuk dalam 10 kapitalisasi
besar).
b. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun berakhir yang
meiliki rasio Kewajiban terhadap Aktiva maksimal sebesar 90%.
c. Memilih 60 saham dari susunan saham diatas berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi
pasar (market capitalization) terbesar selama satu tahun terakhir.
d. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan
reguler selama satu tahun terakhir.
Pengkajian ulang akan dilakukan 6 bulan sekali dengan penentuan komponen index pada
awal bulan Januari dan Juli setiap tahunnya. Sedangkan perubahan pada jenis usaha emiten
akan dimonitoring secara terus menerus berdasarkan data-data publik yang tersedia.
2. Obligasi Syariah
Sesuai dengan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 32/DSN-MUI/IX/2002, “Obligasi
Syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang
dikeluarkan Emiten kepada pemegang Obligasi Syari’ah yang mewajibkan Emiten untuk
membayar pendapatan kepada pemegang Obligasi Syari’ah berupa bagi hasil/margin/fee,
serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.
Tidak semua emiten dapat menerbitkan obligasi syariah. Untuk menerbitkan Obligasi
Syariah, beberapa persyaratan berikut harus dipenuhi:
a. Aktivitas utama (core business) yang halal, tidak bertentangan dengan substansi Fatwa No:
20/DSN-MUI/IV/2001. Fatwa tersebut menjelaskan bahwa jenis kegiatan usaha yg
bertentangan dengan syariah Islam diantaranya: (i) usaha perjudian dan permainan yang
tergolong judi atau perdagangan yang dilarang; (ii) usaha lembaga keuangan konvensional
(ribawi), termasuk perbankan dan asuransi konvensional; (iii) usaha yg memproduksi,
mendistribusi, serta memperdagangkan makanan dan minuman haram; (iv) usaha yg
memproduksi, mendistribusi, dan atau menyediakan barang2 ataupun jasa yg merusak moral
dan bersifat mudarat.
b. Peringkat investment grade: (i) memiliki fundamental usaha yg kuat; (ii) memiliki
fundamental keuangan yg kuat; (iii) memiliki citra yg baik bagi publik.
c. Keuntungan tambahan jika termasuk dalam komponen JII.
Di Indonesia terdapat dua skema obligasi syariah yaitu obligasi syariah mudharabah dan
obligasi syariah ijarah. Obligasi syariah mudharabah merupakan obligasi syariah yang
menggunakan akad bagi hasil sedemikian sehingga pendapatan yang diperoleh investor atas
obligasi tersebut diperoleh setelah mengetahui pendapatan emiten. Sedangkan obligasi
syariah ijarah merupakan obligasi syariah yang menggunakan akad sewa sedemikian
sehingga kupon (fee ijarah) bersifat tetap, dan bisa diketahui/diperhitungkan sejak awal
obligasi diterbitkan.
3. Reksa Dana Syariah
Reksa Dana Syariah merupakan Reksa Dana yang mengalokasikan seluruh dana/portofolio
kedalam instrument syariah seperti saham-saham yang tergabung dalam Jakarta Islamic
Indeks (JII), obligasi syariah, dan berbagai instrument keuangan syariah lainnya.
Dalam rangka pengembangan pasar modal berbasis syariah di Indonesia, DSN-MUI telah
menerbitkan fatwa-fatwa terkait pasar modal berbasis syariah, yaitu:
a. No.05/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual Beli Saham;
b. No.20/DSN-MUI/IX/2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana
Syariah;
c. No.32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah;
d. No.33/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah Mudharabah;
e. No.40/DSN-MUI/IX/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip
syariah di Bidang Pasar Modal;
f. No.41/DSN-MUI/III/2004 tentang Obligasi Syariah Ijarah;
g. No. 65/DSN-MUI/III/2008 tentang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD)
Syariah dan Fatwa DSN-MUI;
h. No. 66/DSN-MUI/III/2008 tentang Waran Syariah.
Sejalan dengan langkah DSN-MUI, BAPEPAM-LK dalam Master Plan Pasar Modal
Indonesia 2005-2009 menjadikan pengembangan pasar modal berbasis syariah sebagai salah
satu prioritas utama di dalam Master Plan.
Berdasarkan Sasaran V, “Mengembangkan Pasar Modal Berbasis Syariah”, Master Plan
Pasar Modal Indonesia 2005-2009, BAPEPAM-LK menyiapkan dua strategi untuk
mengembangkan pasar modal berbasis syariah di Indonesia, yaitu
a. Strategi 5.1, “Mengembangkan Kerangka Hukum untuk Memfasilitasi Pengembangan
Pasar Modal Berbasis Syariah”, yang diwujudkan dalam implementasi strategi:
1) Mengatur penerapan prinsip syariah di pasar modal (2006)
2) Menyusun standar akuntansi yang terkait dengan penerapan prinsip syariah
di pasar modal (2007)
3) Menyusun pola pemberdayaan pelaku pasar (profesi ahli syariah pasar modal)
dalam rangka pengembangan pasar modal berbasis syariah (2009)
b. Strategi 5.2, “Mendorong Pengembangan Produk Berbasis Syariah”, yang diwujudkan
dalam implementasi strategi:
1) Melakukan sosialisasi penerapan prinsip syariah di pasar modal dalam rangka peningkatan
pengetahuan dan pemahaman pelaku pasar (2005-2009)
2) Mengembangkan produk pasar modal berbasis syariah yang telah ada (2006-2009)
3) Menciptakan produk pasar modal berbasis syariah yang baru (2006-2009)
4) Melakukan kerjasama pengkajian pengembangan produk pasar modal berbasis syariah
antara regulator, DSN-MUI, dan pelaku pasar (2006-2009)
Sesuai dengan Strategi 5.1, implementasi strategi ”Mengatur penerapan prinsip syariah di
pasar modal”, BAPEPAM-LK telah menerbitkan dua peraturan terkait pasar modal berbasis
syariah, yaitu
1. Peraturan No. IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah, yang mengatur penerbitan efek
syariah berupa:
a. Saham
b. Sukuk
c. Reksa Dana Syariah
d. Efek Beragun Aset Syariah
2. Peraturan no. IX.A.14 tentang Akad-akad yang Digunakan dalam Penerbitan Efek Syariah
di Pasar Modal, yang mengatur tentang akad:
a. Mudharabah
b. Ijarah
c. Kafalah
d. Wakalah
Kemudian terkait penyusunan standar akuntansi yang terkait dengan penerapan prinsip
syariah di pasar modal, pada tahun 2007 BAPEPAM-LK dhi. Tim Studi Standar Akuntansi
Syariah di Pasar Modal melakukan studi standar akuntansi syariah di pasar modal Indonesia
dan telah menyusun draft Peraturan Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Penerbitan Sukuk
sebagai salah satu bahan masukan untuk menyusun peraturan terkait perlakuan akuntansi
penerbitan sukuk.
Selanjutnya, untuk mendorong pengembangan produk berbasis syariah di pasar modal
terutama untuk memberikan kesempatan yang lebih luas dalam berinvestasi, pada tanggal 30
Mei 2008 BAPEPAM-LK melalui Surat Keputusan Ketua BAPEPAM-LK Nomor
194/BL/2008 telah menerbitkan Daftar Efek Syariah (DES) periodik untuk ketiga kalinya.
DES tersebut disusun berdasarkan Laporan Keuangan Tahunan Emiten dan Perusahaan
Publik yang berakhir per 31 Desember 2007. Di samping penerbitan DES periodik tersebut,
sejak awal tahun 2008, BAPEPAM-LK juga secara berkelanjutan menerbitkan DES insidentil
terkait dengan Emiten yang melakukan Initial Public Offering (IPO) saham dan sukuk. Pada
tahun 2008, telah terbit 19 kali penerbitan DES insidentil terkait dengan IPO Emiten.
Langkah-langkah yang diambil oleh BAPEPAM-LK dan DSN-MUI untuk mengembangkan
pasar modal syariah di Indonesia nampaknya sudah menunjukkan hasil. Berdasarkan siaran
pers “31 Tahun Diaktifkannya Kembali Pasar Modal Indonesia” oleh BAPEPAM-LK,
perkembangan produk syariah di pasar modal pada tahun 2008 (sampai dengan bulan
Agustus 2008) menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan tahun 2007. Sejak
awal tahun 2008 sampai dengan awal Agutus tahun 2008 terdapat 6 (enam) Emiten yang
memperoleh Pernyataan Efektif dari Bapepam-LK untuk menawarkan Sukuk dengan total
nilai emisi sebesar Rp 1,69 triliun, yang terdiri dari 4 (empat) Sukuk Ijarah dengan nilai emisi
sebesar Rp1,09 triliun dan 2 (dua) Sukuk Mudharabah dengan nilai emisi sebesar Rp 600
miliar. Hal ini berarti jumlah sukuk yang telah memperoleh Pernyataan Efektif dari
Bapepam-LK telah tumbuh sebesar 28,57% (dibandingkan dengan jumlah sukuk pada akhir
2007 sebesar 21 Sukuk) dan nilai emisi tumbuh sebesar 52,25% (dibandingkan nilai emisi
pada akhir 2007 sebesar Rp 3,23 triliun). Emiten yang telah mendapat Pernyataan Efektif dari
Bapepam-LK untuk menerbitkan sukuk mencapai 27 (dua puluh tujuh) Emiten dengan total
nilai emisi Rp 4,92 trilliun ( 3,37% dari total nilai emisi obligasi).
Sementara itu, dalam periode yang sama terdapat 6 (enam) Reksa Dana Syariah yang
memperoleh Pernyataan Efektif dari Bapepam-LK. Hal ini berarti Reksa Dana Syariah yang
beredar telah tumbuh sebesar 23,08% (dibandingkan dengan 26 Reksa Dana Syariah pada
akhir tahun 2007) dan Nilai Aktiva Bersih (NAB) tumbuh sebesar 41,98% (dibandingkan
dengan nilai NAB pada akhir tahun 2007 sebesar Rp 2.203,09 miliar). Secara kumulatif
hingga akhir Juli 2008 terdapat 31 Reksa Dana Syariah yang beredar (5,92% dari total Reksa
Dana sebesar 514 Reksa Dana) dengan NAB sebesar Rp 3.128,60 miliar (3,28% dari total
NAB sebesar Rp 95.369,30 miliar).
Perkembangan produk syariah di pasar modal Indonesia dalam beberapa tahun terakhir
memang cukup menggembirakan. Namun, pengembangan produk syariah tersebut juga
mengalami beberapa hambatan. Berdasarkan hasil studi tentang investasi syariah di Indonesia
oleh Tim Studi tentang Investasi Syariah di Indonesia-BAPEPAM LK menunjukkan terdapat
beberapa hambatan dalam pengembangan pasar modal berbasis syariah di Indonesia,
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Tingkat pengetahuan dan pemahaman tentang pasar modal syariah;
b. Ketersediaan informasi tentang pasar modal syariah;
c. Minat pemodal atas efek syariah;
d. Kerangka peraturan tentang penerbitan efek syariah;
e. Pola pengawasan (dari sisi syariah) oleh lembaga terkait;
f. Pra-proses (persiapan) penerbitan Efek syariah;
g. Kelembagaan atau Institusi yang mengatur dan mengawasi kegiatan pasar modal syariah di
Indonesia.
Semoga perkembangan pasar modal berbasis syariah di Indonesia akan semakin meningkat
ditahun-tahun mendatang, dan menjadi alternatif investasi yang halal dan menguntungkan
bagi kita. Selamat berinvestasi di pasar modal berbasis syariah! *_*
Referensi:
1. Fatwa DSN-MUI No.05/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual Beli Saham
2. Fatwa DSN-MUI No.20/DSN-MUI/IX/2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi
Untuk Reksa Dana Syariah
3. Fatwa DSN-MUI No.32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah
4. Fatwa DSN-MUI No.33/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah Mudharabah
5. Fatwa DSN-MUI No.40/DSN-MUI/IX/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum
Penerapan Prinsip syariah di Bidang Pasar Modal
6. Fatwa DSN-MUI No.41/DSN-MUI/III/2004 tentang Obligasi Syariah Ijarah
7. Master Plan Pasar Modal di Indonesia 2005-2009, BAPEPAM-LK
8. Naskah Siaran Pers “31 Tahun Diaktifkannya Kembali Pasar Modal Indonesia”, Agustus
2008, BAPEPAM-LK
9. Peraturan Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah, BAPEPAM-LK
10. Peraturan Nomor IX.A.14 tentang Akad-Akad Yang Digunakan Dalam Penerbitan Efek
Syariah di Pasar Modal, BAPEPAM-LK
11. Pengumuman Saham Emiten yang Baru dalam Jakarta Islamic Index, Peng-
133/BEI.PSH/U/06-2008, Bursa Efek Indonesia
12. “Studi Standar Akuntansi Syariah di Pasar Modal Indonesia”, Tim Studi Standar
Akuntansi Syariah di Pasar Modal Indonesia, BAPEPAM-LK, 2007
13. “Studi tentang Investasi Syariah di Pasar Modal Indonesia”, Tim Studi tentang Investasi
Syariah di Pasar Modal Indonesia, BAPEPAM-LK, 2004
14. “Semarak Pasar Modal Syariah”, Ngapon, 19 April 2005
15. www.bapepam.go.id
16. www.idx.co.id
17. www.mui.or.id

Anda mungkin juga menyukai