terutama manusia, kita diberi akal untuk menggunakannya, hmm saya akan
mengisahkan tentang perubahan pola pikir masyarakat penambang pasir di
bantaran Bengawan Solo, Penambang pasir di Bojonegoro dulu masih
menggunakan manual, alias penambang tersebut menyelam untuk mengambil
pasir di dasar sungai, keadaan berubah setelah tahun 2003 seorang pendatang
mempunyai ide untuk mendatangkan alat sedot pasir dari Mojokerto, kita tahu
Kabupaten Mojokerto di aliri sungai berantas dan pada saat itu gencar –
gencarnya operasi penertiban alat sedot pasir oleh Satpol PP Mojokerto , maka
babak baru dimulai para pengusaha pasir yang mempunyai modal kuat
memborong alat sedot pasir untuk dioperasikan di Bojonegoro khususnya sungai
Bengawan Solo. alat ini awalnya dijual seharga 8 – 12 juta rupiah,
hmm
seiring membanjirinya alat sedot pasir ini tanpa kita sadari mereka telah
memperparah kerusakan ekosistem yang tidak dapat diperbaharui, masalahnya
hanya alasan perut saja mereka melakukan itu untuk menyambung hidup,
pemerintah sepertinya tidak bisa mencarikan jalan keluar kepada para penambang
dengan memberikan lapangan kerja baru, sekarang belum begitu terasa