FITRA MAULIDA RIBALDIANTIO PUTRA IDZHAR NANANG SUHARIYADI FANNY FIRDAUS KEKEBALAN PERWAKILAN DIPLOMATIK SEJARAH KEKEBALAN DIPLOMATIK
Sejarah kekebalan diplomatik sudah ada sejak
zaman dahulu, Pope Gelasius I adalah yang pertama paus yang pernah tercatat secara historis menikmati kekebalan diplomatik, seperti yang dicatat dalam suratnya Duo sunt kepada Kaisar Anastasius. Dalam tradisi Islam, seorang utusan tidak boleh dirugikan, bahkan jika datang dari musuh dan sekutu yang sangat provokatif atau pesan ofensif. Awal imunitas modern
sejak abad ke-16 dan 17 di Eropa dimana pertukaran perwakilan
diplomatik sudah dianggap sebagai hal yang umum saat itu, hal mengenai kekebalan dan keistimewaan diplomatik sudah dapat diterima dalam praktik negara-negara dan pada abad ke-17 sudah dianggap sebagai sebuah kebiasaan internasional. Kekebalan dan keistimewaan diplomatik tidak terbatas ada kepala perwakilannya saja, akan tetapi juga terhadap anggota keluarganya yang tinggal bersamanya, diplomat lain yang menjadi anggota perwakilan dan kadang-kadang staf pembantu lain. Pada pertengahan abad ke 18, aturan-aturan kebiasaan hukum internasional mengenai kekebalan diplomatik mulai diterapkan termasuk harta milik, gedung dan komunikasi para diplomat. Pada abad ke 20, kekebalan dan keistimewaan diplomatik itu cenderung mengarah pada bentuk baru komunikasi diplomatik. Pada tahun 1815, negara-negara Eropa menyepakati The Vienna Regulation of 1815, yang mengatur klasifikasi kepala- kepala misi diplomatik. Pada tahun 1895, The Institute of International Law telah mengadopsi draft kodifikasi hukum diplomatik. The Havana Convention on Diplomatic Officers tahun 1928 dan The Harvard Draft Convention on Diplomatic Privileges and Immunities tahun 1932 disusun untuk semakin mempertajam ide pengkodifikasian hukum diplomatik. Baru pada tahun 1961, kodifikasi hukum diplomatik mencapai puncaknya dengan ditandatanganinya The Vienna Convention on Diplomatic Relations. Konvensi ini mulai berlaku pada tanggal 24 Juni 1964. Untuk melengkapi Konvensi ini, negara- negara menyepakati The Vienna Convention on Consular Relations pada tahun 1963 dan The UN Convention on Special Missions pada tahun 1969. Kekebalan perwakilan diplomatik
TIGA TEORI mengenai landasan hukum dari kekebalan dan
keistimewaan diplomatik :
1.Teori ekstrateritorialitas
2.Teori representatif
3.Teori fungsional Kekebalan Kekebalan perwakilan perwakilan diplomatik diplomatik
a. Kekebalan Diri Pribadi Pejabat Diplomatik
Kekebalan diri pribadi pejabat diplomatik dalam Pasal 29 Konvensi Wina 1961 disebutkan bahwa:
The person of a diplomatic agent shall be inviolable. He
shall not be liable to any form of arrestor detention. The receiving State shall treat him with due respect and shall take all appropriate steps to prevent any attack on his person, freedom or dignity. Kekebalan diri pribadi pejabat diplomatik dapat diperinci menjadi empat bagian, antara lain: 1. Kekebalan terhadap kekuasaan negara penerima 2. Hak mendapatkan perlindungan terhadap gangguan atau serangan atas diri pribadi dan kehormatannya. 3. Kekebalan terhadap jurisdiksi pengadilan negara penerima diatur dalam Pasal 31 Konvensi Wina 1961, an 4. Kekebalan dari kewajiban menjadi saksi diatur dalam Pasal 31 ayat 2 Konvensi Wina 1961 5. Kekebalan dari Pajak dan Iuran diatur dalam konvensi viena pasal 34 b. Kekebalan Kantor Perwakilan dan Rumah Kediaman Perwakilan Diplomatik
Pasal 22 Konvensi Wina 1961 menyebutkan bahwa:
1.Gedung-gedung perwakilan asing tidak boleh diganggu-gugat. Alat-alat negara dari negara penerima tidak diperbolehkan memasuki gedung tersebut kecuali dengan izin kepala perwakilan;
2.Negara penerima mempunyai kewajiban khusus untuk
mengambil langkah-langkah seperlunya guna melindungi perwakilan tersebut dari setiap gangguan atau kerusakan dan mencegah setiap gangguan ketenangan perwakilan-perwakilan atau yang menurunkan harkat dan martabatnya;
3.Gedung-gedung perwakilan, perabotannya dan harta milik
lainnya yang berada di dalam gedung tersebut serta kendaraan dari perwakilan akan dibebaskan dari pemeriksaan, penuntutan, pengikatan atau penyitaan. c. Kekebalan Terhadap Korespondensi Perwakilan Diplomatik
communication on the part of the mission for all official purposes. In communicating with the Government and the other missions and consulates of the sending State, wherever situated, the mission may employ all appropriate means, including diplomatic couriers and messages in code or cipher. However, the mission may install and use a wireless transmitter only with the consent of the receiving State. TERIMA KASIH