Anda di halaman 1dari 6

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kacang-kacangan dan umbi-umbian cepat sekali terkena jamur (aflatoksin) sehingga

mudah menjadi layu dan busuk. Untuk mengatasi masalah ini, bahan tersebut perlu

diawetkan. Hasil olahannya dapat berupa makanan seperti keripik, tahu, dan tempe, serta

minuman seperti bubuk dan susu kedelai.

Kedelai mengandung protein 35 % bahkan pada varitas unggul kadar proteinnya dapat

mencapai 40 - 43 %. Dibandingkan dengan beras, jagung, tepung singkong, kacang hijau,

daging, ikan segar, dan telur ayam, kedelai mempunyai kandungan protein yang lebih tinggi,

hampir menyamai kadar protein susu skim kering.

Bila seseorang tidak boleh atau tidak dapat makan daging atau sumber rotein hewani

lainnya, kebutuhan protein sebesar 55 gram per hari dapat dipenuhi dengan makanan yang

berasal dari 157,14 gram kedelai.

Selain itu tahu merupakan komoditi turunan kedelai yang memiliki nilai ekonomi

yang cukup tinggi dan di minati oleh masyarakat, sehingga menciptakan lapangan kerja yang

selama ini kita kenal sebagai lapangan kerja sector informal.

Produk yang mereka jual sebagian besar ditunjukan untuk masyarakat menengah ke

bawah. Persaingan pasar disektor ini sangat ketat, karena hambatan masuk dan keluarnya

rendah (contestable market). Ciri konsumen pasar ini adalah peka terhadap kenaikan harga

(price elastic), sehingga apabila harga naik permintaan akan mudah turun.

Apa yang dapat mereka lakukan apabila dari sisi input hampir semua bahan yang

dibutuhkan harganya naik, seperti bahan bakar, kedelai dan sebagainya. Di satu sisi mereka

tidak mudah menaikan harga jual produknya, sementara di sisi lain biaya sulit di tekan.
Dalam jangka pendek pilihannya adalah mengurangi marjin keuntungan, mengurangi

ukuran produk atau bahkan menurunkan mutu produk yang dijual. Penurunan marjin

keuntungan tidak membawa dampak negatif apabila dikompensasi dengan perputaran atau

omset yang lebih besar.

Yang dikhawatirkan adalah apabila dilakukan penurunan mutu seperti menggunakan

bahan baku kelas rendah dan sebagainya, karena praktik ini dalam jangka panjang justru akan

mengurangi daya tarik sector ini, karena akan semakin ditinggalkan oleh masyarakat yang

daya belinya sedikit lebih baik (negative income elasticity).

Itu sebabnya harapan usaha mikro-kecil sebenarnya sangat sederhana. Mereka

mengharapkan ketersediaan bahan baku dan penunjang terjaga dalam jumlah dan harga. Pada

harga yang stabil saja kehidupan mereka sudah susah, apalagi jika kondisi harga-harga terus

naik.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

Apakah pengkajian agribisnis usaha agroindustri tahu dapat meningkatkan pendapatan

masyarakat?

1.3 Tujuan Penelitian.

Adapun tujuan dari penelitian ini untuk membangun dan membuka peluang usaha

agribisnis agroindustri tahu di pedesaan agar dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna:

 Bagi mahasiswa sebagai bahan kajian dalam usaha agroindustri tahu.


 Bagi masyarakat untuk meningkatkan pendapatan usahanya.

 Bagi pemerintah sebagai bahan pertimbangan untuk memberikan bantuan penyediaan

sarana produksi kepada masyarakat untuk pelaksanaan usaha agroindustri tahu.

1.5 Pendekatan Masalah

II. METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui metode pengkajian

di lapang (OFAR=on farm research) yang efisien dan mudah diterima. Selain itu dengan

metode literatur dengan mempelajari data-data yang sudah ada.

2.2 Jenis dan Teknik Pengambilan Data

Jenis dan teknik pengumpulan data yang dilakukan penelitian ini, yaitu data primer dan

data sekunder :

1. Data Primer: Data yang diperoleh langsung dari pengusaha tahu sebagai

responden dengan cara menyeberkan angket (kuesioner) yang berisi pertanyaan-

pertanyaan berstruktur yang telah disiapkan.

2. Data Skunder: Data yang diperoleh dari literature-literatur dan intansi-intansi

terkait yang ada hubunganya dengan penelitian ini.

2.3 Operasionalisasi Variabel

Agar memudahkan operasionalisasi dalam penelitian ini perlu dikemukakan secara tegas

variabel-variabel yang digunakan.


Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini :

1. Variabel biaya adalah pembiayaan yang terkait dengan usaha tani yang mencakup

biaya tetap dan biaya variabel. Biaya Tetap (Fixed Cost) adalah biaya yang relatif

tetap jumlahnya, terus dikeluarkan, tidak tergantung kepada besar-kecilnya produksi

yang diperoleh. Biaya Variabel (Variable Cost) adalah biaya yang besar-kecilnya

dipengaruhi oleh jumlah produksi yang diperoleh.

2. Variabel analisis usaha tani adalah analisis yang dipakai dalam melakukan analisis ini

yang terdiri dari analisis finansial dan analisis ekonomi. Analisis finansial adalah data

biaya yang dipakai adalah data riil yang sebenarnya dikeluarkan sedangkan analisis

ekonomi adalah data biaya yang dipakai menurut ukuran harga bayangan (shadow

price).

2.4 Kerangka Analisis

2.5 Tempat dan Waktu Penelitian.

Tempat dan waktu penelitian dilaksanakan di kampung Cidadap desa Setiawaras

kecamatan Cibalong kabupaten Tasikmalaya pada tanggal 29 Mei 2010.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN.

1. Data responden Pengusaha Agroindustri Tahu


Nama Pengusaha : Ade Daryono
Umur : 28 Tahun
Pendidikan Terakhir :
a. Formal : SMP
b. Non Formal : Kursus pembuatan tahu.
Pengalaman Berusaha : 7 Tahun

Tanggungan Keluarga : 2 Orang

Pekerjaan Utama : Usaha penbuatan tahu.


Pelatihan yang pernah diikuti : Kursus pembuatan tahu di sumedang.

2. Kegiatan Agroindustri
Jumlah bahan baku : 60 Kg/proses produksi
Jumlah hasil produksi : 4320 biji/proses produksi
Harga jual hasil produksi : Rp 150/biji

3. Biaya Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Usaha Agroindustri tahu.


A. Biaya Tetap (Fixed Cost)
a. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) : Rp.8000/Tahun.
b. Penyusutan Alat
No Jenis Volu Harga Jumlah Umur Penyusutan
Barang/Alat me (Rp.) (Rp.) Ekonomi (Rp.)
(satu kali
produksi)
1. Cetakan 6 set 110000 660000 3 tahun
2. Pisau 2 10000 20000
3. Saringan 1 70000 70000 3 tahun
4. Ember 12 25000 300000 0 tahun
5. Kuali + Tungku 1 200000 200000 2 tahun
6. M.penghancur 1 7000000 7000000 5 tahun
JUMLAH

c. Biaya membuat :
 Surat Izin Usaha :Rp800000,-
 P-IRT dari Departemen Kesehatan :Rp…………………….,-
 Sertifikat Halal :Rp…………………….,-

Jumlah Biaya Tetap / 1 kali proses Produksi (A) =Rp………………….,-


B. Biaya Variabel (Variabel Cost) per satu kali produksi
No Jenis Bahan Banyaknya Harga Jumlah (Rp.)
1. Kacang Kedelai 60 kg 5000 300000
2. Sekam 15 karung 2000 30000
3. Solar 1.5 liter 5000 7500
4. Listrik 1 bulan 30000 30000
5. Cuka 1 jeligen 25000 50000
JUMLAH

C. Biaya Tenaga Kerja


No Tenaga Kerja Jumlah Tenaga Kerja (orang) Upah (Rp.) Jumlah (Rp.)
1. Produksi 1 24000 24000
2. Suplayer 3 30000 90000
JUMLAH 114000
D. Biaya Total (Total Cost) per satu kali produksi
(A+B) = Rp,-

E. Penerimaan (Revenue) satu kali produksi


Produksi Tahu 4320 Biji@ Rp.150 = Rp 648000,-

F. Pendapatan (E – D) satu kali produksi = Rp,-

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai