Oleh :
Indriati Amarini
Abstrak
A. PENDAHULUAN
B. PEMBAHASAN
Selain itu apa yang dimaksud dengan sengketa Tata Usaha Negara yang
merupakan kompetensi absolut Pengadilan Tata Usaha Negara juga harus
diperhatikan karena dapat mengakibatkan gugatan dinyatakan tidak dapat
diterima atau tidak berdasar (dismissed). Adapun pengertian Sengketa Tata
Usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang Tata Usaha Negara
antara orang atau badan hukum perdata dengan Badan atau Pejabat Tata
Usaha Negara, baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya
Keputusan Tata Usaha Negara, termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Berdasarkan pengertian sengketa tata usaha negara diatas maka ada dua
unsur sengketa tata usaha negara yaitu,
4. Gugatan dikabulkan
Apabila gugatan itu ditolak, tidak diterima dan dinyatakan gugur maka tidak
diperlukan follow up. Sedangkan apabila gugatan dikabulkan, dapat berupa
pembatalan untuk seluruhnya atau sebagian dari keputusan Tata Usaha Negara
yang digugat.
Pengadilan Tata Usaha Negara dalam hal ini tidak berwenang untuk
mengeluarkan sesuatu keputusan Tata Usaha Negara karena exclusievly
merupakan wewenang Pemerintah. Oleh karena itu pada akhirnya putusan
Pengadilan itu harus dilaksanakan oleh pemerintah. Demikian pula dalam hal
suatu Keputusan Tata Usaha Negara yang telah dibatalkan harus dihapuskan,
dimana keputusan yang dinyatakan batal itu masih harus dicabut oleh Badan
atau Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan. Jadi dalam diktum
putusan Pengadilan hanya memuat perintah agar keputusan Tata Usaha Negara
yang disengketakan dan dinyatakan tidak sah itu dicabut.
Dari ketiga jenis upaya paksa tersebut diatas, baru dua yang dapat
dilaksanakan yaitu pemberitahuan di media cetak dan sanksi administratif
(khususnya untuk pegawai negeri sipil) sebagaimana diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Sanksi
membayar uang paksa atau dwangsom belum bisa dilaksanakan karena belum
ada Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang cara pembayaran uang
paksa, siapa yang harus menanggung uang paksa (pejabat yang bersangkutan
atau negara) dan untuk siapa uang paksa itu akan diberikan.
PENGUMUMAN
Jurusita/Jurusita Pengganti Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta
berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta
Nomor ……..tanggal……tahun……….dengan ini mengumumkan bahwa :
Jakarta, 2006
JURUSITA/JURUSITA PENGGANTI
……………………………..
NIP.
• Panggilan-panggilan sidang
• Pemberitahuan putusan
• Teguran/peringatan (Aanmaning)
• Dan surat-surat lain
C. SIMPULAN
Dalam negara hukum yang menjunjung tinggi prinsip “the rule of law” maka
negara harus menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia, menjunjung tinggi
legalitas hukum dan keharusan adanya badan peradilan bebas yang mempunyai
kewenangan mengadakan penilaian terhadap perbuatan-perbuatan yang
dilakukan oleh penguasa (pejabat).
Memasuki usia ke lima belas tahun, Pengadilan Tata Usaha Negara masih
belum bertaring. Meskipun Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 telah direvisi
dengan mengadakan perubahan beberapa pasal dalam Undang-Undang Nomor
9 Tahun 2004. Salah satu penambahan dengan diadakannya upaya paksa. Ada
tiga macam upaya paksa sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 9
Tahun 2004 yaitu membayar uang paksa atau dwangsom, sanksi administratif
dan pemberitahuan di media cetak setempat.
D. DAFTAR PUSTAKA
Setiadi, Wicipto, 1994, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara Suatu
Perbandingan, Jakarta, Raja Graffindo Persada
Ikatan Hakim Indonesia, Varia Peradilan, Tahun XX No. 240 September 2005
Peraturan Perundang-undangan
BIODATA