Anda di halaman 1dari 13

Kasus

Ny. T, 40 tahun saat ini klien tidak bekerja. Di rumah klien ditemani
oleh pembantu saja. Klien saat ini dirawat di Rumah Sakit Jiwa Tampan
untuk yang kedua kalinya, dengan alasan marah, merusak lingkungan
dan tidak mengurus diri. Klien mengatakan ia sering mendengar suara-
suara yang ingin membunuh dirinya. Suara tersebut sangat
menakutkan sehingga klien merasa ingin memukul, melempar barang-
barang agar suara tersebut hilang. Klien selalu menyendiri, duduk di
pojok atau tiduran ditempat tidur. Kadang klien berjalan mondar-
mandir. Klien sering berbicara dan tertawa sendiri.

1. Core problem dari kasus diatas adalah Gangguan orientasi


realitas: Halusinasi

2.

LAPORAN PENDAHULUAN

Proses Terjadinya Masalah

PENGERTIAN HALUSINASI

Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca


indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi
semua sistem penginderaan dimana terjadi pada saat
kesadaran individu itu penuh / baik (Stuart & Sundenn, 1998).

Halusinasi adalah terjadinya persepsi dalam kondisi sadar


tanpa adanya rangsang nyata terhadap indera (Wikipedia,
2009).
Halusinasi yaitu gangguan persepsi (proses penyerapan) pada
panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar pada pasien
dalam keadaan sadar.

halusinasi adalah persepsi sensoris yang palsu yang terjadi


tanpa adanya stimulus eksternal. pasien menganggap
halusinasi, sekurangnya secara sementara, sebagai sesuatu
yang nyata.

KLASIFIKASI HALUSINASI

1. Halusinasi pendengaran:

Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, terutama


suara orang-orang, biasanya mendengarkan orang
membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan
memerintahkan untuk melakukan sesuatu.

2. Halusinasi penglihatan

Karakterisrik dengan adanya stimulus penglihatan dalam


bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, panorama
yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan
dan menakutkan.

3. Halusinasi penghidu

Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan


bau yang menjijikkan seperti: darah, urine atau feses.
Kadang-kadang terhidu bau harum. Biasanya berhubungan
dengan stoke, tumor dan kejang.

4. Halusinasi peraba
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak
enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh merasakan
sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.

5. Halusinasi pengecap

Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang


busuk, amis dan menjijikkan.

6. Halusinasi sinestik

Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh


seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan
dicerna atau pembentukan urine.

TAHAPAN HALUSINASI

TAHAP KARAKTERISTIK PERILAKU KLIEN


Tahap I

- Memberi rasa - Mengalami - Tersenyum, tertawa


nyaman tingkat ansietas, kesepian, sendiri
ansietas sedang rasa bersalah dan
secara umum, ketakutan. - Menggerakkan bibir
halusinasi tanpa suara
merupakan suatu - Mencoba berfokus
kesenangan. pada pikiran yang - Pergerakkan mata
dapat yang cepat
menghilangkan
ansietas - Respon verbal yang
lambat
- Fikiran dan
pengalaman sensori - Diam dan
masih ada dalam berkonsentrasi
kontol kesadaran,
nonpsikotik.
Tahap II
- Menyalahkan - Pengalaman - Terjadi peningkatan
sensori menakutkan denyut jantung,
- Tingkat pernafasan dan
kecemasan berat - Merasa dilecehkan tekanan darah
secara umum oleh pengalaman
halusinasi sensori tersebut - Perhatian dengan
menyebabkan lingkungan
perasaan antipati - Mulai merasa berkurang
kehilangan kontrol
- Konsentrasi
- Menarik diri dari terhadap
orang lain non pengalaman sensori
psikotik kerja

- Kehilangan
kemampuan
membedakan
halusinasi dengan
realitas
Tahap III

- Klien menyerah - Perintah halusinasi


- Mengontrol
dan menerima ditaati
pengalaman sensori
- Tingkat kecemasan
(halusinasi) - Sulit berhubungan
berat
dengan orang lain
- Isi halusinasi
- Pengalaman
menjadi atraktif - Perhatian terhadap
halusinasi tidak
lingkungan
dapat ditolak lagi
- Kesepian bila berkurang hanya
pengalaman sensori beberapa detik
berakhir psikotik
- Tidak mampu
mengikuti perintah
dari perawat, tremor
dan berkeringat
Tahap IV

Pengalaman sensori - Perilaku panik


- Klien sudah dikuasai
mungkin menakutkan
oleh halusinasi
jika individu tidak - Resiko tinggi
mengikuti perintah mencederai
- Klien panik
halusinasi, bisa
berlangsung dalam - Agitasi atau kataton
beberapa jam atau
hari apabila tidak ada - Tidak mampu
intervensi terapeutik. berespon terhadap
lingkungan

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB HALUSINASI

A. FAKTOR PREDISPOSISI

1. BIOLOGIS: Gangguan perkembangan dan fungsi otak,


susunan syaraf-syaraf pusat dapat menimbulkan gangguan
realita. Gejala yang mungkin timbul adalah hambatan dalam
belajar, berbicara, daya ingat dan muncul perilaku menarik
diri.
2. PSIKOLOGIS: Cara asuh keluarga serta lingkungan dapat
mempengaruhi respons psikologis klien, sikap atau keadaan
yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas
seperti penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang
hisup klien.
3. SOSIOBUDAYA: Kondisi sosial budaya mempengaruhi
gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan, konflik sosial
budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan
yang terisolasi disertai stress.

B. FAKTOR PRESIPITASI

Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul


gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan,
tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak
berdaya.

TANDA DAN GEJALA


• Bicara, senyum dan tertawa sendiri
• Menarik diri dan menghindar dari orang lain
• Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan tidak nyata
• Tidak dapat memusatkan perhatian
• Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan
lingkungannya), takut
• Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung
 Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul
 Menghindar dari orang lain (menyendiri)
 Komunikasi kurang/ tidak ada. Klien tidak tampak
bercakap-cakap dengan klien lain/ perawat
 Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk
 Berdiam diri di kamar/ klien kurang mobilitas
 Menolak berhubungan dengan orang lain, klien
memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap
 Tidak/ jarang melakukan kegiatan sehari-hari.
• Memperlihatkan permusuhan
• Mendekati orang lain dengan ancaman
• Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
• Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
• Mempunyai rencana untuk melukai

(Budi Anna Keliat, 1999)

PENYEBAB DARI HALUSINASI

Salah satu penyebab dari Gangguan orientasi realitas :


halusinasi yaitu isolasi social : menarik diri. Menarik diri
merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan
orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain
(Rawlins,1993).
AKIBAT DARI HALUSINASI

Pasien yang mengalami gangguan orientasi realitas:


halusinasi dapat beresiko mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungannya. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan
yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang
lain dan lingkungan.

Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji

1. Analisa data:

Data Masalah Keperawatan


Data Subjektif
- Klien Gangguan orientasi realitas :
mengatakan ia sering Halusinasi
mendengar suara-suara
yang ingin membunuh
dirinya.
- Suara
tersebut sangat
menakutkan sehingga
klien merasa ingin
memukul, melempar
barang-barang agar
suara tersebut hilang.

Data objektif
- Ny. T,
40 tahun.
- Klien
tidak bekerja
- Diruma
h klien ditemani oleh
pembantu saja
- Klien
saat ini dirawat di Rumah
Sakit Jiwa Tampan untuk
yang ke dua kalinya
dengan alasan marah,
merusak lingkungan dan
tidak mau mengurus diri
- Klien
selalu menyendiri, duduk
di pojok atau tiduran di
tempat tidur
- Kadang
klien berjalan mondar-
mandir
- Klien
sering berbicara dan
tertawa sendiri

Pohon Masalah

Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan


gangguan pemeliharaan
kesehatan

Gangguan orientasi realitas: halusinasi pendengaran

Isolasi sosial : menarik diri


defisit perawatan diri

Dari pohon masalah di atas didapat masalah keperawatan berikut ini:

1. gangguan persepsi/sensori: halusinasi pendengaran


2. resiko perilaku mencedrai diri
3. isolasi sosial:
4. defisit perawatan diri
5. gangguan pemeliharaan kesehatan

Diagnosa Keperawatan

Gangguan persepsi/sensori : Halusinasi pendengaran

Asuhan keperawatan

1. Pengkajian
• Periksalah pasien untuk mencari kemungkinan adanya gangguan
medis dan neurologis. Apakah terdapat delirium? Apakah pasien
hipertiroidisme atau hipotiroidisme? Apakah pasien mempunyai
epilepsi atau infeksi system saraf pusat?

• Apakah pasien memiliki riwayat gangguan psikiatrik primer


dimana halusinasi adalah merupakan geajalanya. Jika ada
bagaimana perjalanan gangguan? Apakah episode sebelumnya
ditandai dengan halusinasi yang mirip? Apakah pasien datang
untuk mendapatkan pengobatan karena halusinasi telah
meningkat frekuensi atau intensitasnya.
• Apakah pasien melakukan tindakan yang berbahaya sebagai
respon terhadap halusinasi (sebagai contohnya melakukan
bunuh diri untuk mematuhi suara-suara)?

Intervensi
Intervensi rasional
• bina hubungan saling • hubungan saling percaya
percaya dengan klien. akan membantu perawat
dan klien dalam proses
• observasi tingkah laku klien pemulihan klien.
yang terkait dengan • mengetahui tingkah laku
halusinasinya klien yang terkait dengan
halusinasinya.

• diskusikan dengan klien


tentang apa yang • klien dapat
dirasakannya jika terjadi mengungkapkan
halusinasi bagaimana perasaannya
terhadap halusinasi
• diskusikan dengan klien tersebut.
tentang cara baru
mengontrol halusinasinya • klien dapat mengontrol
(menghardik,bercakap- halusinasinya saat suara-
cakap dengan orang suara tersebut datang.
lain,melakukan kegiatan
sehari-hari).

• contoh menghardik
halusinasi:
”pergi! saya tidak mau
mendengar kamu, saya mau
mencuci piring/bercakap-
cakap dengan dengan suster.”
• diskusikan bersama • mengalihkan perhatian
klien jadwal klien untuk klien dari halusinasi yang
melatih diri,mengisi kegiatan mengganggunya.
dengan bercakap-cakap, dan
mengisi jadwal kegiatan. • memotivasi klien untuk
• beri pujian yang realistis mempercepat
terhadap keberhasilan klien. penyembuhannya.

• latih klien untuk • membantu klien untuk


melakukan kegiatan yang melakukan kegiatan yang
telah disepakati dan telah dijadwalkan dan klien
masukkan ke dalam jadwal dapat mengontrol
kegiatan. halusinasinya.

Intervensi Rasional
• Observasi tanda halusinasi • Mencegah respon agresif
pada pasien (sikap karena perintah
mendengarkan, tertawa atau halusinasi.
bicara sendiri, berhenti
ditengah-tengah kalimat)’

• Hindari untuk menyentuh • pasien dapat saja


pasien. menerima sentuhan
sebagai ancaman dan
berespon secara agresif.

• Suatu sikap menerima akan • Hal ini penting agar


mendorong pasien kemunginan cedera pada
membagikan isi dari pasien atau orang lain
halusinasinya dengan anda. karena perintah
halusinasi dapat dicegah.
• Perawat harus jujur
• Jangan menguatkan kepada pasien bahwa ia
halusinasi. Gunakan kata-kata menyadari bahwa
“suara tersebut” dari pada halusinasi tersebut tidak
kata-kata seperti “ mereka” nyata.
yang menyatakan validasi
tidak langsung. Biarkan
pasien tahu bahwa anda tidak
membagikan persepsi
tersebut. Katakan “ walaupun
saya menyadari bahwa suara-
suara tersebut nyata untuk
anda, tapi saya tidak
mendengarkan suara apapun
berbicara.”
• Pelibatan-pelibatan
• Cobalah untuk mengalihkan dalam aktifitas-aktifitas
pasien dari kesalahan interpersonal dan
persepsi. penjelasan situasi aktual
akan membawa pasien
kembali kepada realita.
Terapi Obat
Halusinasi yang diharapkan untuk menghilang dengan cepat
dapat diobati dengan Benzodiazepin karena dapat mengendalikan
prilaku secara cepat. Antidepresan, lithium, dan antikonvulsan
biasanya tidak mulai diberikan pada lingkungan gawat darurat tetapi
harus dimulai jika pasien dilibatkan dalam pengobatan yang
berkelanjutan, karena pemakaian efektif dari obat tersebut
membutuhkan wakktu dan kepatuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Ners Semarang. (2009). Jiwa. Diperoleh tanggal 28 april 2009 dari


http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-siti%20saidah.pdf

Stuart & Sundeen. (1995). Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC.

Townsend,Mary.C.(1998).Diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri.


(N.H.C.Daulima, Terj.).(Ed 3).Jakarta:EGC.

Wikipedia. (2009). Halusinasi. Diperoleh tanggal 28 april 2009 dari


http://id.wikipedia.org/wiki/Halusinasi

Anda mungkin juga menyukai