Anda di halaman 1dari 3

Labioschisis

Sumbing pada bibir atau biasa disebut labioschisis atau cheiloschisis merupakan
kelainan kongenital yang memiliki prevalensi cukup tinggi, yakni 1 kasus diantara 700-1000
kelahiran dengan prediksi ras yang bervariasi. Kasus bibir sumbing lebih sering terjadi pada
bayi laki-laki dan lebih sering terjadi secara unilateral pada bagian kiri daripada bagian kanan
(2:1).

Etiologi :
Penyebab bibir sumbing tidak diketahui secara pasti. Sebagian besar kasus bibir
sumbing dijelaskan dengan hipotesis multifaktor. Teori multifaktor yang diturunkan
menyatakan bahwa gen-gen yang beresiko berinteraksi satu dengan lainnya dan dengan
lingkungan, menyebabkan cacat pada perkembangan janin. Sumbing bibir merupakan
kegagalan bersatunya jaringan selama perkembangan. Gangguan pola normal pertumbuhan
muka dalam bentuk defisiensi processus muka merupakan penyebab kesalahan
perkembangan bibir. Sebagian besar ahli embriologi percaya bahwa defisiensi jaringan terjadi
pada semua deformitas sumbing sehingga struktur anatomi normal tidak terbentuk.

Labioschisis :

Sumbing pada bibir umumnya terjadi pada minggu ke 6-7 intrauterin, sesuai dengan
waktu perkembangan bibir normal dengan terjadinya kegagalan penetrasi dari sel
mesodermal pada groove epitel diantara processus nasalis medialis dan processus nasalis
lateralis. Sumbing unilateral pada bibir dapat juga terjadi apabila processus maxillaris dan
processus frontonasalis gagal bergabung pada salah satu sisi. Sedangkan sumbing bibir pada
bagian bawah selalu dibagian tengah akibat gagalnya perpaduan kedua processus
mandibularis.

Semua hal yang mengganggu pembelahan sel pada masa kehamilan bisa
menyebabkan kelainan tersebut, misal kekurangan zat besi, obat-obat tertentu, dan radiasi.
Selain itu, faktor lingkungan juga mempengaruhi terjadinya bibir sumbing. Faktor-faktor
lingkungan tersebut antara lain infeksi virus seperti rubella, dan agen teratogenik seperti
steroid dan antikonvulsan.

Klasifikasi :
 Klasifikasi Veau :
1. Kelas I : Terdapat takik unilateral pada tepi merah bibir dan meluas
sampai bibir.
2. Kelas II : Bila takik pada merah bibir sudah meluas ke bibir, tetapi tidak
mengenai dasar hidung.
3. Kelas III : Sumbing unilateral pada merah bibir yang meluas melalui
bibir ke dasar hidung.
4. Kelas IV : Setiap sumbing bilateral pada bibir yang menunjukkan takik
tak sempurna atau merupakan sumbing yang sempurna.

Gejala klinis :

Gejala klinis sangat bervariasi. Sumbing bibir juga diklasifikasikan menjadi unilateral
(hanya sebelah / satu sisi) dan bilateral (melibatkan dua sisi bibir), serta lengkap dan tidak
lengkap. Bibir sumbing tidak lengkapditandai oleh garis sumbing yang tidak mencapai dasar
lubang hidung (nasal sill). Dalam hal ini nasal sill harus intak, dan bagian ini sering disebut
sebagai Simonart’s band. Bibir sumbing lengkap melibatkan seluruh ketebalan bibir dan
prosesus alveolaris (palatum primer), meluas menuju nasal sill dan tidak terdapat Simonart’s
band, serta sering disertai sumbing palatum (sumbing langit-langit). Biasanya sebagai
konsekuensi adanya bibir sumbing, hidung juga mengalami perubahan bentuk.

Gambar. A. Bibir sumbing tidak lengkap, B. Bibir sumbing lengkap

Pemeriksaan :
 HPA (histopatologi anatomi)
 Rontgenologis
Daftar Pustaka

http://www.kesehatan-anak.com/kesehatan-anak-pertumbuhanperkembangan/bibir-sumbing

http://www.klikdokter.com/illness/detail/104

Anda mungkin juga menyukai