Anda di halaman 1dari 30

Pelaksanaan Demokrasi di

Indonesia
Created by :
1. Elina Wardatul Istiqomah (12)
2. Indah Nur Fitria (16)
3. Mujibatur Rohmah (19)
4. Syukma Rara Youlanda (30)
Percayakah Anda
bahwa Demokrasi
memiliki sisi
buruk???
Kekuatan Demokrasi
berada di
tangan perusak dan
koruptor.
Orang yang jujur dan
mampu jarang terpilih
di dalam demokrasi.
Demokrasi
Liberal
1. Orde Lama
a. Demokrasi Liberal (1945-1959)
. 17 Agustus 1945 (Setelah Kemerdekaan
Indonesia), Ir. Soekarno yang menjadi
Ketua PPKI dipercaya menjadi Presiden
Republik Indonesia.

. 29 Agustus 1945, Ir. Soekarno dilantik oleh


Kasman Singodimedjo.
. Bersamaan dengan itu, dibentuk Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Badan
ini bertujuan untuk membantu tugas
Presiden. Hasilnya antara lain :
1) Terbentuknya 12 departemen
kenegaraan dalam pemerintahan yang
baru.
2) Pembagian wilayah pemerintahan RI
menjadi 8 provinsiyang masing-masing
terdiri dari beberapa karesidenan.
.Namun, kebebasandan kemerdekaan
berdemokrasi di dalam KNIP justru
mengusung pemerintah RI kepada sistem
parlementer untuk menghindari kekuasaan
Presiden yang terpusat.

. 7 Oktober 1945 lahir memorandum yang


ditandatangani oleh 50 orang dari 150
orang anggota KNIP. Isinya antara lain :
1) Mendesak Presiden untuk segera
membentuk MPR.
2) Meminta kepada Presiden agar anggota-
anggota KNIP turut berwenang
melakukan fungsi dan tugas MPR,
sebelum badan tersebut terbentuk.

. 16 Oktober 1945 keluar Maklumat Wakil


Presiden No. X tahun
1945 yang isinya :
“Bahwa komite nasional pusat, sebelum
terbentuk MPR dan DPR diserahi
kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan
GBHN, serta menyetujui bahwa pekerjaan
komite-komite pusat sehari-hari
berhubung dengan gentingnya keadaan
dijalankan oleh sebuah badan pekerja
yang dipilih di antara mereka dan
bertanggung jawab kepada komite
nasional pusat.”
. 3 November 1945, keluar maklumat untuk
kebebasan membentuk banyak partai atau
multipartai sebagai persiapan pemilu yang
akan diselenggarakan bulan Juni 1946.
. 14 November 1945 terbentuk susunan
kabinet berdasarkan sistem parlementer
(Demokrasi Liberal).
. Sejak berlakunya UUDS1950 pada 17
Agustus 1950 dengan sistem demokrasi
liberal selama 9 tahun tidak menunjukkan
adanya hasil yang sesuai harapan rakyat.
Bahkan, muncul disintegrasi bangsa. Antara
lain :
1) Pemberontakan PRRI, Permesta, atau
DI/TII yang ingin melepaskan diri dari
NKRI.
2) Konstituante tidak berhasil menetapkan
UUD sehingga negara benar-benar
dalam keadaan darurat.
Untuk mengatasi hal tsb dikeluarkan
Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
Hal ini menandakan bahwa Sistem
demokrasi liberal tidak berhasil
dilaksanakan di Indonesia, karena tidak
sesuai dengan pandangan hidup dan
kepribadian bangsa Indonesia.
m o k ra si
De
e rp i m p i n
T
b. Demokrasi Terpimpin (1959-1966)
. Dengan dikeluarkannya Dekrit Presiden 5
Juli 1959, maka demokrasi liberaldiganti
dengan demokrasi terpimpin.
. Situasi politik pada masa demokrasi
terpimpin diwarnai tiga kekuatan politik
utama yaitu Soekarno, PKI, dan
angkatan darat.
Ketiga kekuatan tersebut
saling merangkul satu sama lain.
Terutama PKI membutuhkan Soekarno
untuk menghadapi angkatan darat
yang menyainginya
dan meminta perlindungan.
Begitu juga angkatan darat,
membutuhkan Soekarno
untuk legitimasi keterlibatannya
di dunia politik.
Dalam demokrasi terpimpin, apabila tidak
terjadi mufakat dl sidang legislatif, maka
permasalahan itu diserahkan kepada
presiden sebagai pemimpin besar revolusi
untuk dapat diputuskan dalam hal anggota
DPR tidak mencapai mufakat (sesuai
Peraturan Tata Tertib Peraturan
Presiden).
Jadi, rakyat maupun wakil rakyat tidak
memiliki peranan penting dalam
Demokrasi Terpimpin.
Akhirnya,

• Pemerintahan Orde Lama beserta


Demokrasi terpimpinnya jatuh
setelah terjadinya Peristiwa
G30S / PKI pada tahun 1965
dengan diikuti krisis ekonomi yang
cukup parah hingga
dikeluarkannya Supersemar
(Surat perintah sebelas Maret).
2. Demokrasi Pancasila
Demokrasi Pancasila adalah demokrasi
yang dijiwai oleh sila kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan yang
berKetuhanan Yang Maha Esa, yang
berkemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia dan yang berkeadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Orde Baru
a. Orde Baru (1966-1998)
• Berdasarkan pengalaman Orde Lama,
pemerintahan Orde Baru berupaya
menciptakan stabilitas politik dan
keamanan untuk menjalankan
pemerintahannya. Namun kenyataannya
justru mengekang kelompok-kelompok
kepentingan dan parpol lain yang
menginginkan perubahan demokrasi dg
merangkul AD sbg kekuatan birokrasi dl
proses politik.
Media massa dan rakyat dibayang-bayangi
ketakutan apabila ingin membeberkan
berita, kritik, ungkapan realistis di
masyarakat kecuali mendapat izin dari
pemerintah.
Akibatnya, pembangunan mental bangsa
semakin merosot. Dengan timbulnya KKN
(Korupsi, Kolusi, Nepotisme), kepercayaan
rakyat terhadap pemerintah hilang, unjuk
rasa yang dipelopori oleh mahasiswa,
pelajar, dosen, praktisi, LSM dan para
politisi.
Terlebih dengan krisis ekonomi yang hampir
terjadi di seluruh dunia.
Pada masa Orde Baru, krisis ekonomi
yang melanda Indonesia mulai terasa
pada pertengahan 1977. Hal ini
menyebabkan :
1) Menurunkan legitimasi pemerintahan
Orde Baru.
2) Mendorong meluasnya gerakan massa
untuk menuntut perubahan tata
pemerintahan.
Akibat adanya tuntutan massa untuk
diadakan reformasi di dalam segala
bidang, rezim Orde Baru tidak mampu
mempertahankan kekuasaannya. Dan
terpaksa Soeharto mundur dari
kekuasaannya dan kekuasaannya
dilimpahkan kepada B. J. Habibie.
Masa Reformasi
(1998-sekarang)
Pada masa ini, Kepemimpinan rezim B. J.
Habibie tidak ada legitimasi dan tida
mendapat dukungan sosial politik dari
sebagian besar masyarakat.
Akibatnya B. J. Habibie tidak mampu
mempertahankan kekuasaannya.

Kemudian, melalui pemilu presiden yang ke-


4 K. H. Abdurrahman Wahid terpilih
secara demokratis di parlemen sebagai
Presiden RI.
Akan tetapi, karena K. H. Abdurrahman
Wahid membuat beberapa kebijakan yang
kurang sejalan dengan proses
demokratisasi itu sendiri, maka
pemerintahan sipil K. H. Abdurrahman
Wahid terpaksa tersingkir dengan melalui
proses yang cukup panjang serta
melelahkan di parlemen.
Transisi menuju demokratisasi beralih dari
K. H. Abdurrahman Wahid ke Megawati
Soekarnoputri melalui pemilihan secara
demokratis di parlemen.
Proses pemerintahan demokrasi pada masa
Megawati Soekarnoputri masih cukup sulit
untuk dievaluasi dan diketahui secara
optimal. Akibatnya, ketidakpuasaan akan
pelaksanaan pemerintahan dirasakan
kembali oleh rakyat dan hampir terjadi
krisis kepemimpinan.
Rakyat merasa bahwa siapa yang berkuasa
di pemerintahan hanya ingin mencari
keuntungan semata, bukan untuk
kepentingan rakyat.
Pada kepemimpinan
Soesilo Bambang Yudhoyono,
pemerintahan diuji kembali.
Terima Kasih
atas perhatiannya

KWN/13Nov2008/eL

Anda mungkin juga menyukai