Anda di halaman 1dari 24

12/4/2010

1
12/4/2010

2
12/4/2010

3
12/4/2010

Juga ada sebagian para Ahli Ilmi yang menyebutkan enam Rukun :

1. Membasuh wajah. Termasuk wajah, adalah hidung, dan


mulut. 
2. Membasuh kedua tangan sampai kepada dua siku. 
3. Mengusap kepala (termasuk kepala, adalah kedua telinga
kita) 
4. Membasuh kedua kaki sampai kepada kedua mata kaki 
5. Melakukannya secara berurutan sesuai yang disebutkan
dalam Al‐Qur’an (QS. Al‐Maa’idah : 6) 
6. Dilakukan secara beruntun, tanpa selang waktu yang lama. 
8

4
12/4/2010

10

5
12/4/2010

11

12

6
12/4/2010

13

14

7
12/4/2010

Dari Ibnu Syihab yang mengatakan bahwa Atha’ bin Yazid al‐Laitsi


mengabarkan kepadanya, bahwa

15

Humran bekas budak Utsman memberitakan kepadanya


bahwa Utsman bin Affan radhiyallahu’anhu meminta
diambilkan air wudhu
1. Kemudian dia berwudhu dengan membasuh kedua
telapak tangannya sebanyak tiga kali. 
kali
2. Kemudian dia berkumur‐kumur dan ber‐istintsar
(mengeluarkan air yang dihirup ke hidung, pent). 
3. Kemudian dia membasuh wajahnya tiga kali. 
4. Kemudian dia membasuh tangan kanannya hingga siku
sebanyak tiga kali. 
5 Kemudian
5. Kem dian dia membasuh
membas h tangan kiri seperti itu
it pula. 
p la
6. Kemudian dia mengusap kepalanya. 
7. Kemudian dia membasuh kaki kanannya hingga mata
kaki sebanyak tiga kali. 
8. Kemudian dia membasuh kaki kiri seperti itu pula. 
16

8
12/4/2010

Kemudian Utsman berkata:   Aku melihat Rasulullah


shallallahu ‘alaihi wa sallam dulu berwudhu’ seperti yang 
kulakukan tadi.  
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 
“Barang g siapa
p yyang berwudhu
g seperti
p caraku berwudhu’ ini
kemudian bangkit dan melakukan sholat dua raka’at dalam
keadaan pikirannya tidak melayang‐layang dalam urusan
dunia niscaya dosa‐dosanya yang telah berlalu akan
diampuni.” 
Ibnu Syihab mengatakan,  “Para ulama kita dahulu
mengatakan bahwa tata cara wudhu seperti ini merupakan
tata cara wudhu paling sempurna yang hendaknya
dilakukan oleh setiap orang.” 
(HR. Muslim dalam Kitab at‐Thaharah, diriwayatkan pula oleh
Bukhari dalam Kitab al‐Wudhu’ dengan redaksi yang agak berbeda)
17

18

9
12/4/2010

Dari Amr bin Yahya Al‐Maziniyyi dari bapaknya berkata : 


"Aku telah menyaksikan 'Amr bin Abil Hasan bertanya kepada
Abdullah bin Zaid tentang wudhunya Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, maka Abdullah bin Zaid meminta tempayan kecil yang 
berisikan air lalu dia berwudhu’ sebagaimana wudlunya Nabi. 

1. Maka beliau pun memiringkan tempayan tersebut


dan mengalirkan air kepada kedua tangannya lalu
mencuci kedua tangannya itu tiga kali.
2. Kemudian beliau memasukkan (satu) tangannya
kedalam tempayan lalu berkumur‐kumur dan
b i i
beristinsyaq (
(memasukkan
kk air kedalam
i k d l l b
lubang
hidung dengan menghirupnya‐pent) dan beristintsar
(menghembuskan air yang ada dalam lubang
hidung‐pent) tiga kali dengan tiga kali cidukan
tangan.   19

3. Kemudian beliau memasukkan (satu) tangannya


dalam tempayan lalu mencuci wajahnya tiga kali, 
4. Kemudian memasukkan kedua tangannya lalu
mencuci kedua tangannya tersebut dua kali hingga
kedua sikunya. 
5. Kemudian beliau memasukkan kedua tangannya dan
mengusap kepalanya dengan kedua tangannya itu
(yaitu) membawa kedua tangannya itu ke depan dan
kebelakang satu kali. 
kali
6. Kemudian mencuci kedua kakinya.

20

10
12/4/2010

Dalam riwayat yang lain : 

Beliau memulai dengan (mengusap) bagian depan


kepalanya hingga kebagian tengkuk lalu
mengembalikan kedua tangannya tersebut hingga
kembali ke tempat dimana beliau mulai (mengusap).

[HR. Muslim dalam Kitab at‐Thaharah, diriwayatkan pula oleh


Bukhari dalam Kitab al‐Wudhu’]
21

Dari kedua hadits di atas, maka berikut ini penjelasan sifat wudhu:


1.  Dalil wajibnya
adalah firman Allah Ta
Allah Ta’ala
ala dalam surah Al‐Maidah
Al Maidah ayat 6 yang telah
6 yang telah
dijelaskan diatas, dan juga sabda Nabi alaihishshalatu wassalam, 

“Allah tidak akan menerima shalat tanpa thaharah,” 


(HR. Al‐Jamaah kecuali Al‐Bukhari)

“Tidak ada shalat bagi orang yang tidak berwudhu. Dan tidak


ada wudhu’ bagi orang yang tidak menyebut nama Allah ta’ala
atasnya.” 
HR. Abu Dawud, disahihkan al‐Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Abu 
Dawud [1/179] as‐Syamilah 22

11
12/4/2010

Dari sahabat Abu Hurairah radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah


salallahu’alayhi wasallam bersabda :

“Tidaklah Allah menerima shalat seseorang apabila


ia berhadats hingga dia berwudhu’.” 
[HR Imam Al Bukhari no 135, dan Muslim no 225, 
Muttafaqun’Alayh]

Demikian pula ijma’ (kesepakatan) para ‘ulama bahwasanya


shalat tidak boleh ditegakkan kecuali dengan berwudhu’ 
terlebih dahulu, selama tidak ada udzur untuk meninggalkan
wudhu’ tersebut.   (Al Ausath 1/107).
23

Hadits Shahih riwayat Imam Al‐Bukhari dan Imam Empat

Beliau bersabda, 

“Seandainya saya tidak menyusahkan umatku


niscaya saya akan memerintahkan mereka untuk
berwudhu setiap kali mau shalat, dan bersama
wudhu ada bersiwak.”

[Hadits riwayat Ahmad dengan sanad yang shahih


sebagaimana dalam Al‐Muntaqa]

24

12
12/4/2010

berdasarkan sabda Nabi salallahu’alayhi wasallam yang masyhur, 


yang diriwayatkan oleh Al‐Bukhari dan Muslim dalam kitab Imarah

“Sesungguhnya setiap amal dinilai berdasarkan niatnya.  Dan 


setiap orang akan mendapatkan balasan sesuai dengan apa yang 
yang
dia niatkan.  Barang siapa yang hijrahnya karena Allah dan rasul‐
Nya maka hijrahnya itu adalah untuk Allah dan rasul‐Nya.  Dan 
barang siapa yang hijrahnya karena perkara dunia yang ingin dia
peroleh atau karena wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya
hanya akan mendapat balasan sebagaimana yang diniatkannya.” 25

Hukumnya Sunnah
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah
salallahu’alayhi wasallam bersabda:

“Seandainya saya tidak takut untuk menyusahkan


umatku, niscaya aku akan perintahkan mereka untuk
b
bersiwak
k setiap kali wudhu.”
k l dh ”
[Hadits sahih riwayat Imam Malik dalam Al‐Muwattha’ dan
Imam Ahmad dalam beberapa tempat dan dinyatakan shahih
oleh Al‐Albani dalam Al‐Irwa` no. 70]
26

13
12/4/2010

Hukumnya adalah Sunnah menurut Jumhur Ahli‐Ilmi, 


berdasarkan sabda Beliau salallahu’alayhi wasallam:

“Tidak ada shalat bagi orang yang tidak berwudhu. 


Dan tidak ada wudhu’ bagi orang yang tidak menyebut nama
Allah ta’ala atasnya.” 
,
HR. Abu Dawud, disahihkan al‐Albani
dalam Shahih wa Dha’if Sunan Abu Dawud [1/179] as‐Syamilah

Wajibkah ber‐Tasmiyah ketika akan ber‐Wudhu’?


Alangkah baiknya kalau merujuk penjelasan Syaikh Al‐Utsaimin
rahimahullahu dalam link ini: 
27

Hukumnya adalah Sunnah berdasarkan kesepakatan para


Ahli‐Ilmi

Hadits Utsman ibn ‘Affan radhiallahu’anhu

kemudian dia berwudhu dengan membasuh kedua telapan


tangannya sebanyak tiga kali.  [HR Al‐Bukhari dan Muslim]

Hadits ‘Abdullah ibn Zaid radhiallahu’anhu

Maka beliau pun memiringkan tempayan tersebut dan


mengalirkan air kepada kedua tangannya lalu mencuci
kedua tangannya itu tiga kali. [HR Al‐Bukhari dan Muslim]
28

14
12/4/2010

Hukumnya adalah Sunnah karena tidak adanya hadits


shahih yang memerintahkannya:

"Jika engkau berwudhu’, 


maka berkumur‐kumurlah".

[HR. Abu Dawud
[HR Abu Dawud dalam Sunan nya (144). Hadits
Sunan‐nya (144) Hadits ini di shohih kan
di‐shohih‐kan
oleh Syaikh Al‐Albaniy dalam Shohih Sunan Abi Dawud (1/48/no. 
144), cet. Maktabah Al‐Ma'arif, 1421 H]

Juga bisa dilihat kembali hadits Utsman ibn ‘Affan dan


‘Abdullah ibn Zaid ridhwanallahu’alayhi jami’an diatas
29

Kedua amalan ini Hukumnya adalah Wajib.  Berdasarkan


sabda Nabi alaihishshalatu wassalam,

"Jika seorang diantara kalian berwudhu’, maka hendaknya


memasukkan air dalam hidungnya, lalu semburkanlah".
[HR. Al‐Bukhari dan Muslim dalam Ath‐Thoharoh (237) dari
Abu Hurairah]

Dan beliau
Dan beliau memerintahkan untuk bersungguh
bersungguh‐sungguh
sungguh
dalam istinsyaq kecuali dalam keadaan berpuasa dengan
sabdanya, 
“Bersungguh‐sungguhlah dalam menghirup air ke hidung
kecuali kalau kamu dalam keadaan berpuasa.” 
[HR. Abu Daud dari Laqith bin Saburah radhiallahu’anhu ] 30

15
12/4/2010

Hukumnya Rukun Wudhu karena tersebut dalam surah


Al‐Maidah ayat 6.

”Dan
Dan cucilah
cucilah muka‐muka kamu.
kamu ” (Al
(Al‐Maidah:
Maidah: 6)
6)

Yakni mengalirkan air keseluruh bagian muka.  Batas muka


itu adalah dari tumbuhnya rambut di kening sampai
jenggot dan dagu, dan kedua pipi hingga pinggir telinga.
Imam Bukhari
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan
Muslim meriwayatkan dari
Humran bin Abaan, bahwa cara Nabi saw membasuh
mukanya saat wudhu’ sebanyak tiga kali. 
[HR Bukhari, I/48), Fathul Bari, I/259. no.159 dan Muslim I/14]
31

Hukumnya Sunnah ketika mencuci wajah yaitu menyelah‐


nyelahi jenggot

Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dulu


apabila berwudhu maka beliau mengambil air dengan
telapak tangannya kemudian dia masukkan ke bawah
dagunya dan menyela‐nyelai jenggotnya dengan air 
tersebut. Lantas beliau mengatakan, “Demikianlah
yang diperintahkan oleh Rabbku ‘azza wa jalla.”

[HR. Abu Dawud, disahihkan al‐Albani dalam Shahih wa


Dha’if Sunan Abu Dawud [1/223] as‐Syamilah] 32

16
12/4/2010

Dari Utsman bin Affan radhiyallahu’anhu,

Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu biasa


menyela‐nyelai jenggotnya

[HR. Tirmidzi dan beliau mengatakan hadits ini hasan sahih, 


disahihkan al‐Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Tirmidzi [1/31]. 

Imam Tirmidzi mengatakan, “Muhammad bin Isma’il ‐yaitu Imam 


Bukhari‐ mengatakan bahwa riwayat paling sahih dalam bab ini
adalah hadits yang dibawakan oleh ‘Amir bin Syaqiq dari Abu 
Wa’il dari Utsman bin Affan ‐yaitu hadits di atas‐.” (Sunan
Tirmidzi [1/53] as‐Syamilah]
33

dan beliau juga memerintahkan untuk menyelang‐nyelingi


jari‐jemari.
Hukumnya adalah Rukun Wudhu
”Dan cucilah tangan‐tanganmu sampai siku” 
(Al‐Maaidah ayat 6)

Rasulullah membasuh tangannya yang kanan sampai


melewati sikunya, dilakukan tiga kali, dan yang kiri demikian
pula, Rasulullah mengalirkan air dari sikunya [HR Bukhari‐
M li HR D
Muslim, HR. Daraquthni, I/15, Baihaqi, I/56]
th i I/15 B ih i I/56]

Rasulullah juga menyarankan agar melebihkan basuhan air 


dari batas wudhu’ pada wajah, tangan dan kaki agar 
kecemerlangan bagian‐bagian itu lebih panjang dan
cemerlang pada hari kiamat (HR. Muslim I/149) 34

17
12/4/2010

Hukumnya Rukun Wudhu’


Adapun cara yang disunnahkan mengusap kepala adalah:

Mengusapkan kedua tangan pada bagian depan


kepala kemudian mendorong keduanya sampai ke
tengkuk kemudian dikembalikan lagi ke kepala
bagian depan, seperti tersebut dalam hadits
Abdullah bin Zaid di atas.

Boleh
l h hanya
h mengusap sebagian
b i kepala
k l kalau
k l dia
di
menggunakan imamah (kain yang dililitkan di
kepala) dan boleh juga hanya mengusap di atas
imamah. Demikian pula halnya jilbab bagi kaum
wanita. 35

Dari Abdurrahman bin Abi Laila, dia berkata:

Aku melihat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu melakukan


wudhu, maka dia membasuh wajahnya tiga kali, membasuh
kedua lengannya tiga kali, dan
kali dan mengusap rambut
kepalanya sekali saja. Kemudian Ali berkata, “Demikianlah
cara berwudhu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

[HR. Abu Dawud, disahihkan al‐Albani dalam Shahih wa Dha’if


Sunan Abi Dawud [1/193] as‐Syamilah] 36

18
12/4/2010

Hukumnya sama mengusap kepala, yaitu Rukun Wudhu’


Nabi ‐Shallallahu alaihi wa sallam‐ pernah bersabda usai
mengusap kepala dan telinganya, 

"Kedua telinga termasuk kepala".


[HR. Abu Dawud (134), At‐Tirmidziy (37), dan Ibnu Majah (444). Hadits
ini di‐shohih‐kan oleh Syaikh Al‐Albaniy dalam Ash‐Shohihah (36)] 

Rasulullah mencontohkan tentang caranya mengusap kepala, 


yaitu
it dengan
d kedua
k d telapak
t l k tangannya
t yang telah
t l h dibasahkan
dib hk
dengan air, lalu ia menjalankan kedua tangannya mulai dari
bagian depan kepalanya ke belakangnya tengkuknya kemudian
mengambalikan lagi ke depan kepalanya.

[HSR. Bukhari, Muslim, no. 235 dan Tirmidzi no. 28 lih. Fathul Baari, I/251]


37

Setelah itu tanpa mengambil air baru Rasulullah langsung


mengusap kedua telingannya. Dengan cara memasukkan jari
telunjuk ke dalam telinga, kemudian ibu jari mengusap‐usap
kedua daun telinga. Karena Rasulullah bersabda: ”Dua telinga itu
termasuk kepala.”
(HSR Ti id i
(HSR. Tirmidzi, no. 37, Ibnu
37 Ib Majah,
M j h no. 442 dan
442 d 444, Abu Dawud
444 Ab D d
no. 134 dan 135, Nasa’i no. 140)
Syaikh Al‐Albani dalam Silsilah Ahadits adh‐Dha’ifah, no. 995 
mengatakan:
“Tidak terdapat di dalam sunnah (hadits‐hadits nabi) yang 
mewajibkan mengambil air baru
air baru untuk mengusap dua telinga. 
telinga.
Keduanya diusap dengan sisa air dari mengusap kepala
berdasarkan hadits Rubayyi’:
Bahwasanya Nabi saw mengusap kepalanya dengan air sisa
yang ada di tangannya.
[HR. Abu Dawud dan lainnya dengan sanad hasan] 38

19
12/4/2010

Rasulullah juga mencontohkan bahwa bagi orang yang memakai


sorban atau sepatu, dibolehkan untuk tidak membukanya saat
berwudhu’, cukup dengan menyapu diatasnya, (HSR. Bukhari
dalam Fathul Baari I/266 dan selainnya) asal saja sorban dan
sepatunya itu dipakai saat shalat, serta tidak bernajis.
Adapun peci/kopiah/songkok bukan termasuk sorban, 
sebagaimana dijelaskan oleh para Imam dan tidak boleh diusap
diatasnya saat berwudhu’ seperti layaknya sorban. Alasannya
karena:
1. Peci/kopiah/songkok diluar kebiasaan dan juga tidak
e utup se
menutupi seluruh
u u kepala. 
epa a
2. Tidak ada kesulitan bagi seseorang untuk melepaskannya. 
Adapun Kerudung, jilbab bagi wanita, maka dibolehkan untuk
mengusap diatasnya, karena ummu Salamah (salah satu isteri
Nabi) pernah mengusap jilbabnya, hal ini disebutkan oleh Ibnu
Mundzir. (Lihat al‐Mughni, I/312 atau I/383‐384). 39

Hukumnya Rukun Wudhu’.  Semua bagian kaki harus dicuci


terkena air.
Dari sebagian sahabat Nabi ‐Shallallahu alaihi wa sallam‐
berkata :

"Nabi ‐Shallallahu alaihi wa sallam‐ pernah melihat


seseorang melakukan sholat, sedang pada punggung kakinya
terdapat
p lum’ah ((bagian
g yyang tak
g tercuci) seukuran
) uang
g
dirham yang tak terkena air wudhu. Nabi ‐Shallallahu alaihi
wa sallam‐ pun memerintahkannya untuk mengulangi
wudhu’ dan sholatnya".
[HR. Abu Dawud dalam Sunan‐nya (1/216), dan Ahmad (14948). Hadits
ini di‐shohih‐kan oleh Syaikh Al‐Albaniy dalam Al‐Irwa' (86)] 40

20
12/4/2010

Dalil dari As‐Sunnah An‐Nabawiyyah yang mewajibkan mencuci


kaki, dari Abdullah bin Amr ‐radhiyallahu anhu‐ beliau berkata, 

"Rasulullah ‐Shallallahu alaihi wa sallam‐ pernah tertinggal dari


kami dalam suatu safar yang kami lakukan.  Kemudian beliau
pun menjangkau kami, dan sungguh sholat telah menjumpai
kami –yaitu sholat Ashar‐. 
Kami
K i berwudhu’, lalu
b dh ’ l l kami
k i mulail i menggosokk kedua
k d kaki kami. 
k ki k i
Nabi ‐Shallallahu alaihi wa sallam‐ berteriak dengan sekeras‐
kerasnya, "Sempurnakanlah wudhu’!! 
Kecelakaan bagi tumit‐tumit dari neraka".

[HR. Al‐Bukhariy (60), dan Muslim (241)] 41

Al‐Hafizh Abul Fida’ Ibnu Katsir Ad‐Dimasyqiy ‐


rahimahullah‐ berkata :

"Barangsiapa yang mewajibkan mengusap kedua kaki 


sebagaimana khuff (sepatu selop) diusap, maka sungguh ia
sesat, dan
t d menyesatkan!! 
tk !!

Demikian pula barangsiapa yang membolehkan untuk


mengusap kedua kakinya, dan membolehkan mencuci
keduanya, maka sungguh ia telah keliru juga. 

Barangsiapa yang menukil dari Abu Ja’far Ibnu Jarir bahwa


beliau mewajibkan mencuci keduanya berdasarkan hadits‐
hadits tersebut, dan mewajibkan pengusapan keduanya
berdasarkan ayat ini, maka ia belumlah mendudukkan
madzhab Ibnu Jarir dengan benar dalam perkara itu. 
42

21
12/4/2010

Karena ucapan beliau dalam Tafsir‐nya hanyalah


menunjukkan bahwa yang beliau maksudkan bahwa wajib
menggosok kedua kaki dibandingkan anggota badan
lainnya, sebab kedua kaki menyentuh tanah, lumpur, dan
lainnya. 

Lantaran itu, beliau mewajibkan untuk menggosok kedua


kaki agar hilang sesuatu yang ada di atasnya.  Cuma beliau
mengungkapkan tentang menggosok dengan kata
"mengusap".

Maka orang yang tidak merenungi ucapan beliau meyakini


bahwa beliau menginginkan wajibnya menggabungkan
antara mencuci dan mengusap kedua kaki!!".

[Lihat Tafsir Al‐Qur'an Al‐Karim (3/53)] 


43

mencuci semua anggota wudhu yang berjumlah sepasang, 


kecuali telinga karena keduanya diusap secara bersamaan.

Jika kalian berwudlu maka mulailah dengan bagian kanan


kalian.
[Hadits shahih dikeluarkan oleh Imam Ahmad, Baihaqi, Thabrani dan
Ibnu Hibban dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan dihasankan
oleh Imam Nawawi, dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu]

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya sangat menyukai


mendahulukan yang kanan dalam hal mengenakan sandal, 
bersisir, bersuci, dan dalam segala macam urusan beliau.”
[HR. Al‐Bukhari dalam Kitab al‐Wudhu’, dari ‘Aisyah radhiallahu’nha] 44

22
12/4/2010

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berwudhu sekali‐


sekali ‐untuk tiap anggota badan yang dibersihkan‐ .” 
[HR. Bukhari dalam Kitab al‐Wudhu’, dari Ibnu ‘Abbas]

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu dua kali‐dua kali 


[HR. Bukhari dalam Kitab al‐Wudhu’, dari ‘Abdullah ibn Zaid]

Imam Bukhari rahimahullah “Nabi shallallahu ‘alaihi wa


sallam telah menerangkan bahwa wajib wudhu dengan sekali
basuhan/usapan untuk tiap anggota badan yang 
dibersihkan Selain itu beliau juga berwudhu dua kali‐dua
dibersihkan.Selain kali dua kali, 
kali
dan tiga kali‐tiga kali.  Namun, beliau tidak pernah lebih dari
tiga kali. Para ulama tidak menyenangi perbuatan
israf/berlebihan dalam hal itu dan melampaui perbuatan
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” [Sahih Bukhari, 
sebagaimana yang dicetak bersama Fath al‐Bari [1/281] 45

"Tidak ada seorang pun dari kalian yang berwudlu lalu


menyempurnakan wudlunya kemudian berkata :

kecuali akan dibukakan baginya pintu‐pintu surga yang delapan


dan dia masuk dari pintu mana saja yang dia sukai". 
[Hadits riwayat Muslim, Irwaul Ghalil , no 96]

Ya Allah, jadikanlah
j aku termasuk orang‐orang
g g yyang bertaubat
g
dan jadikanlah aku termasuk orang‐orang yang bersih. [HR. At‐
Tarmidzi]

Dari hadits Abu Sa'id Al‐Khudri, lihat Irwaul golil 1/135 dan 2/94 46

23
12/4/2010

Peniliti Syaikh ‘Abdul ‘Aziz Ibnu Bazz, Jilid 2

3 Sif
3. Sifat Wudhu
W dh Nabi
N bi , http://hanifatunnisaa.blogsome.com/2010/02/17/sifat‐wudhu‐
h //h if i bl /2010/02/17/ if dh
nabi‐shallallahu‐alaihi‐wasallam/

4. Hadits‐Hadits Pilihan Bab Wudhu, Oleh Abu Mushlih, http://abumushlih.com/hadits‐


hadits‐pilihan‐bab‐wudhu.html/

5. Tata Cara Wudhu Sesuai Tuntunan Nabi seri 1 dan 2, Ust. Firanda, 


http://www.firanda.com/index.php/artikel/fiqh/86‐tata‐cara‐wudhu‐sesuai‐tuntunan‐
nabi‐seri‐1
nabi seri 1 , http://www.firanda.com/index.php/artikel/fiqh/87
http://www firanda com/index php/artikel/fiqh/87‐tata‐cara‐wudhu‐
tata cara wudhu
sesuai‐tuntunan‐nabi‐seri‐2‐syarat‐rukun‐kewajiban‐dan‐sunnah‐dalam‐wudhu‐

6. SIFAT WUDHU’ NABI, oleh Ummu Salamah, 


http://ummusalma.wordpress.com/2007/04/09/sifat‐wudhu‐nabi/

http://almakassari.com/artikel‐
islam/fiqh/beginilah‐cara‐wudhu‐dalam‐sunnah.html

24

Anda mungkin juga menyukai