Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Perusahaan yang ingin meraih sukses dan memimpin pasar harus merespon
akan permintaan atau kebutuhan pasar serta mengantisipasi kondisi pasar.
Perusahaan harus menanamkan kepercayaan, nilai-nilai emosi dan perilaku positif
yang dirasakan oleh para pelanggan terhadap produknya.
Strategi pemasaran yang diterapkan oleh perusahaan harus sesuai dengan
produk yang akan ditawarkan kepada konsumen. Konsep pemasaran mengungkapkan
bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasional yang ditetapkan adalah
perusahaan tersebut harus lebih efektif dibandingkan para pesaing dalam
menciptakan, menyerahkan dan mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar
sasaran yang terpilih (Kotler, 2000:22)
Excited Encourage
Content Content Anticipation
Relaxed Curious
Happy
Indignant Impatient
Impatient Embrarassed Anxios
Nervou
Negative
Embrarassed Annoyed s
Annoyed Anggry Angry
Anggry Frustated Frustrated
Immitate
d Frustated Disappointed
Powerles
Disappointing s
GAMBAR 2.1
EMOTION PROFILE
Sumber: Emotional Value, Janelle Barlow dan Dianna Maul (2000:161)
Daftar emosi yang diungkapkan dalam tabel tersebut merupakan syarat yang
harus terpenuhi oleh setiap industri untuk menciptakan nilai emosional (emotional
value) bagi pelanggan dan membentuk hubungan jangka panjang. Pada gambar
tersebut terlihat bahwa nilai emosi yang harus dimunculkan dari hospitality industri
(kafe, restoran, dan pub) adalah suasan rileks (positif) bila nilai tersebut tidak dapat
GAMBAR 2.2
THE VALUE STAR
Sumber : Emotion Marketing, Scott Robinette & Claire Brand ( 2001:22 )
B. Experience Value
Pengalaman menggunakan produk/jasa perusahaan dapat menciptakan nilai
bagi pelanggan. Scott Robinette dan Claire Brand (2001:60) mengungkapkan bahwa
“experience is the collection of points at wich companies and consumers axchange
sensory stimuli, information and emotion”. Pengalaman adalah kumpulan dari poin-
poin dimana pelanggan dengan perusahaan saling bertukar rangsangan panca indera,
informasi dan emosi.
C. Energy Value
Menurut Scott Robinette dan Claire Brand (2001:81) energy value adalah
segala sesuatu yang dapat diberikan perusahaan kapada pelanggannya dengan
memperhatikan kecepatan dan kemudahan pelayanan. Pelanggan merasakan adanya
perhatian dan menjadikannya nilai yang berharga ketika perusahan mampu
memberikan efisiensi waktu dalam segala hal. Dalam memberikan nilai enrgi kepada
pelanggan perusahaan harus mempertimbangkan hal-hal berikut:
1. Make things More Accessible
Perusahaan harus membuat segala sesuatunya lebih mudah untuk dijangkau.
Perusahaan harus dapat memudahkan pelanggan untuk memperoleh produk atau
jasa yang ditawarkan oleh perusahaan, misalnya dengan mendirikan beberapa
cabang perusahaan di berbagai lokasi.
2. Make things easier
Perusahan memberikan berbagai kemudahan kepada pelanggan untuk
mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan.
3. Make things worthwhile
Memberikan kenyamanan kepada pelanggan ketika membeli produk atau jasa
perusahaan dengan memberikan manfaat yang lebih banyak. Misalnya perusahan
menjamin produk/jasa yang dijualnya tidak akan mengecewakan karena
perusahaan akan menanggung semua kerugian bila terjadi kerusakan atau
perusahaan akan menggantinya.
3.3 Kasus
Pada tahun 1995 terjadi suatu permasalahan yang melanda Starbucks.
Permasalahan ini berkaitan dengan salah seorang pelanggannya yaitu Jeremy
Dorocin yang merasa sangat dikecewakan oleh pihak manajemen Starbucks.
Kekecewaan Dorocin berawal ketika dia membeli mesin pembuat kopi dari pihak
Starbucks untuk membuka cabang baru di Barkeley, USA. Tetapi mesin kopi yang
dibeli tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan (rusak).
Kerusakan ini membuat Dorocin mengajukan keluhan kepada pihak
Starbucks untuk mengganti kerugian ini. Tetapi dalam perkembangan pemecahan
masalah ini tidak terdapat kesepakatan diantara keduanya. Kekecewaan yang
dirasakan Dorocin akhirnya membuat dia menciptakan website khusus yang bernama
www.Starbucked.com, website ini ditujukan untuk menampung kekecewaan para
pelanggan Starbucks sehingga dari website tersebut lahir gerakan anti Starbucks.
Sejak pembukaan pertama kalinya pada bulan Maret 1996, pengakses situs
www.starbucked.com yang mengajukan kritikan-kritikan tehadap Starbucks
berjumlah 4600 orang pada bulan April, selanjutnya pada bulan Mei meningkat
Kelemahan (Weakness)
- Cabang yang masih belum tersebar 0,10 6 0,6
- Harga yang sangat mahal 0,20 7 1,4
- Segmen pasar yang tekonsentrasi pada kalangan
menengah atas 0,10 5 0,5
- Promosi yang masih kurang 0,10 5 0,5
TOTAL 1,0 5,96
Dari analisis matrik di atas dapat diperoleh gambaran bahwa perusahan pada
posisi stabilitas pertumbuhan. Pada masa yang akan datang akan menghadapi
persaingan yang semakin keras dengan semakin berkembangnya usaha dibidang kafe
maupun perusahaan yang memiliki konsep hampir sama dengan Starbucks. Jenis
19. Sumatra
c. Citra merek
Strabucks adalah sebuah perusahaan yang memiliki reputasi internasional
dengan memiliki banyak cabang diberbagai negara. Reputasi yang mendunia dan
ditunjang dengan pengalaman Starbucks dalam mengelola produknya membuat
nama merek Starbucks mudah melekat didalam benak penikmat kopi profesional,
dan hal tersebut membuat citra merek Starbucks menjadi baik dalam pikiran para
konsumen. Keberhasilan Starbucks dalam membangun citra mereknya dilakukan
pula melalui kegiatan-kegiatan amal yang sering dilakukan oleh Starbucks
terhadap lingkungan.
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari analisa kasus pada makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Emotional Value merupakan suatu strategi marketing yang bertujuan untuk
memuaskan pelanggan dari sisi psikologis setelah pelanggan itu
mengkonsumsi produk yang ditawarkan oleh produsen. Nilai emosi yang
diperoleh pelanggan ketika menggunakan atau mengkonsumsi produk yang
dibelinya akan terus melekat dalam benak pelanggan. Nilai-nilai emosi yang
melekat pada pelanggan ini akan sangat mempengaruhi secara langsung pada
citra merek dari suatu perusahaan.
2. Starbucks sebagai perusahaan yang bergerak dalam coffeeshop memiliki
segmen khusus yaitu para penikmat kopi. Komitmen Starbucks yang ingin
menjadi nomor satu dalam usahanya ditunjukan dengan memberikan
pelayanan dan produk yang berkualitas kepada para pelanggannya.
Pengalaman yang dirasakan oleh para pelanggan ketika mengkonsumsi kopi
di Starbucks coffeeshop sangat mempengaruhi nilai emosi yang dirasakan
oleh pelanggan.
5.2 Saran
1. Pangsa pasar (market share) konsumen kopi yang besar merupakan
kesempatan baik bagi Starbucks untuk memasarkan produknya. Starbucks
harus lebih memperbanyak cabangnya diseluruh wilayah untuk mendapatkan
pangsa pasar tersebut.
2. Sasaran pasar Starbucks pada segmen kalangan atas dan harga produk yang
mahal merupakan salah satu kendala bagi Starbucks untuk memasarkan
produknya agar dapat dinikmati oleh lebih banyak konsumen. Starbucks
Barlow, Janelle & Maul, Dianna, 2000, Emotional Value, Berret-Koehler Publisher,
Inc, San Franciscio
Knapp, Duanne E, 2001, The Brand Mind Set, (alih bahasa: Drs. Sisnahudi, MBA),
Andi, Yogyakarta.
Robinette, Scott & Brand, Claire, 2001, Emotion Marketing, The Hallmark Way of
Winning Customers For Live, McGraw-Hill.
Website, www.markplus&co.com
Website, www.Starbucks.com
Website, www.Starbucked.com