Anda di halaman 1dari 22

RESPONSI

IMPETIGO

Disusun Oleh :
Made Anggarawati
G 0004147

Pembimbing:
dr. Ari Kusumawardhani, Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2010

1
STATUS RESPONSI

ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

Pembimbing : dr. Ari Kusumawardhani, Sp.KK


Nama Mahasiswa : Made Anggarawati
NIM : G0004147

IMPETIGO

I. DEFINISI(1,2,3,4,9)

Impetigo adalah suatu infeksi/ peradangan pada kulit yang disebabkan


oleh bakteri. Bakteri penyebabnya dapat satu atau kedua dari Stafilokokus
aureus dan Streptokokus hemolitikus beta hemolyticus grup A (GABHS) atau
yang disebut juga Streptococcus pyogenes. Impetigo mengenai kulit bagian atas
(epidermis superfisial).

Impetigo sering terjadi pada anak-anak, umumnya mengenai anak usia


2-5 tahun. Impetigo terdiri dari dua jenis, yaitu impetigo krustosa (tanpa
gelembung cairan, dengan krusta/keropeng/koreng) dan impetigo bulosa
(dengan gelembung berisi cairan).

Impetigo adalah infeksi kulit yang mudah sekali menyebar, baik dalam
keluarga, tempat penitipan atau sekolah. Peningkatan jumlah S aureus yang
resisten terhadap gentamisin juga dilaporkan sebagai salah satu penyebab dari

2
impetigo.

II. EPIDEMOLOGI(3,4)

Di Amerika Serikat, kurang lebih 9 – 10 % dari anak-anak yang


datang ke klinik kulit menderita impetigo. Perbandingan antara jenis kelamin
laki-laki dan perempuan adalah sama. Impetigo lebih sering menyerang anak-
anak, jenis yang terbanyak (kira-kira 90%) adalah impetigo bullosa yang
terjadi pada anak yang berusia kurang dari 2 tahun.

Impetigo menyebar melalui kontak langsung dengan lesi (daerah kulit


yang terinfeksi). Di Inggris kejadian impetigo pada anak sampai usia 4 tahun
sebanyak 2,8% pertahun dan 1,6% pada anak usia 5-15 tahun. Sekitar 70%
merupakan impetigo krustosa.

Penelitian pada thn 2005 menunjukkan S aureus sebagai pathogen


terbanyak yang menyebabkan baik impetigo bulosa dan impetigo non bulosa
pada Amerika dan Eropa, sementara itu Streptococcus pyogenes pada negara
berkembang. Kebanyakan infeksi bermula sebagai infeksi streptokokus tetapi
kemudian staphylococci mengantikan streptokokus.

Selain dapat menyebabkan manifest pyoderm primer dari kulit yang


utuh, dapat juga menyebabkan infeksi sekunder dari penyakit kulit yang ada
sebelumnya atau pada kulit yang terkena trauma, yang disebut dengan
dermatitis impetigenisata. Impetigo jarang berkembang menjadi infeksi
sistemik, walaupun post streptococcal glomerulonepritis yang merupakan
komplikasi pada infeksi GABHS dapat terjadi walaupun jarang.

3
Pasien dapat lebih jauh menginfeksi dirinya sendiri atau orang lain
setelah menggaruk lesi. Infeksi seringkali menyebar dengan cepat pada
sekolah atau tempat penitipan anak dan juga pada tempat dengan higiene yang
buruk atau tempat tinggal yang padat penduduk

III. PATOGENESIS(3,6,7,8)

Impetigo adalah infeksi yang disebabkan oleh Streptococcus beta


hemolyticus grup A (GABHS) atau S aureus. Organisme tersebut masuk
melalui kulit yang terluka melalui transmisi kontak langsung. Impetigo
memiliki lebih dari satu bentuk. Beberapa penulis menerangkan perbedaan
bentuk impetigo akibat strain Staphylococcus dan aktivitas eksotoksin yang
dihasilkan.

Kolonisasi bakteri S aureus kurang lebih 30% ditemukan terdapat


pada nares anterior. Beberapa individu dengan impetigo yang berulang
ditemukan colonisasi dari S aureus pada hidung dan bibir. Bakteri dapat
menyebar dari hidung menuju kulit yang sehat dalam 7-14 hari, dengan lesi
impetigo yang mulai tampak 7-14 hari kemudian. Terdapat kurang lebih dari
10% individu didapatkan adanya coloni S aureus pada perineum dan kadang
pada aksila, pharynx dan tangan. Individu dengan karier permanen bertindak
sebagai reservoir infeksi untuk orang lain. Pada orang yang sehat S aureus
hanya sebagai bagian dari flora microbial. Pasien dengan dermatitis atopic
atau inflamasi pada kulit umumnya terdapat kolonisasi dari S aureus pada
kulit. Penelitian menunjukkkan terdapat 60-90% kolonisasi dari S aureus
pada pasien dengan dermatitis atopic.

4
Streptococcus masuk melalui kulit yang terluka dan melalui transmisi
kontak langsung, setelah infeksi, lesi yang baru mungkin terlihat pada pasien
tanpa adanya kerusakan pada kulit. Bentuk lesi mulai dari makula eritema
yang berukuran 2 – 4 mm. Secara cepat berubah menjadi vesikel atau pustula.
Vesikel dapat pecah spontan dalam beberapa jam atau jika digaruk maka akan
meninggalkan krusta yang tebal, karena proses dibawahnya terus berlangsung
sehingga akan menimbulkan kesan seperti bertumpuk-tumpuk, warnanya
kekuning-kuningan. Karena secara klinik lebih sering dilihat krusta maka
disebut impetigo krustosa. Krusta sukar diangkat, tetapi bila berhasil akan
tampak kulit yang erosif.

Impetigo bulosa adalah suatu bentuk impetigo dengan gejala utama


berupa lepuh-lepuh berisi cairan kekuningan dengan dinding tegang,
terkadang tampak hipopion.
Mula-mula berupa vesikel, lama kelamaan akan membesar menjadi bula yang
sifatnya tidak mudah pecah, karena dindingnya relatif tebal dari impetigo
krustosa. Isinya berupa cairan yang lama kelamaan akan berubah menjadi
keruh karena invasi leukosit dan akan mengendap. Bila pengendapan terjadi
pada bula disebut hipopion yaitu ruangan yang berisi pus yang mengendap,
bila letaknya di punggung, maka akan tampak seperti menggantung.

Impetigo bulosa lebih jarang terjadi dari pada bentuk non bulla.
Penyebab dari impetigo bulosa adalan bakteri gram positif, S aureus grup II.
S aureus memproduksi eksotoksin eksofoliatif ekstraselluler. Eksotoksin
menyebabkan hilangnya adesi sel pada superficial dermis, yang nantinya
menyebabkan kulit tampak bergelembung atau seperti melepuh, kemudian
akan mengelupas dengan memecah sel granular dari epidermis. Target protein
dari eksotoksin adalah desmoglein I, yang berfungsi memelihara adesi sel,

5
yang juga merupakan superantigen yang bekerja secara local dan
mengerakkan limposit T.

IV. GEJALA KLINIS(1,2,3,4,8,9)

Impetigo dapat timbul sendiri (primer) atau komplikasi dari kelainan lain
(sekunder) baik penyakit kulit (gigitan binatang, varisela, infeksi herpes simpleks,
dermatitis atopi) atau penyakit sistemik yang menurunkan kekebalan tubuh (diabetes
melitus, HIV)

Impetigo bulosa

 Vesikel (gelembung berisi cairan dengan diameter <0,5cm) yang timbul


sampai bulla (gelembung berisi cairan berdiameter >0,5cm) kurang dari 1 cm
pada kulit yang utuh, dengan kulit sekitar normal atau kemerahan. Pada
awalnya vesikel berisi cairan yang jernih yang berubah menjadi berwarna
keruh
 Atap dari bulla pecah dan meninggalkan gambaran “collarette” pada
pinggirnya. Krusta “varnishlike” terbentuk pada bagian tengah yang jika
disingkirkan memperlihatkan dasar yang merah dan basah
 Bulla yang utuh jarang ditemukan karena sangat rapuh
 Bila impetigo menyertai kelainan kulit lainnya maka, kelainan itu dapat
menyertai dermatitis atopi, varisela, gigitan binatang dan lain-lain.
 Lesi dapat lokal atau tersebar, seringkali di wajah atau tempat lain, seperti
tempat yang lembab, lipatan kulit, ketiak atau lipatan leher.
 Tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening di dekat lesi.
 Pada bayi, lesi yang luas dapat disertai dengan gejala demam, lemah, diare.
Jarang sekali disetai dengan radang paru, infeksi sendi atau tulang.

6
Diagnosis banding lainnya dari impetigo bulosa :

 Eritema multiforme bulosa : vesikel atau bulla yang timbul dari plak
(penonjolan datar di atas permukaan kulit) merah, berdiameter 1-5cm, pada
daerah dalam dari alat gerak (daerah ekstensor)
 Lupus eritematosa bullosa : lesi vesikel dan bula yang menyebar dapat gatal,
seringkali melibatkan bagian atas badan dan daerah lengan
 Pemfigus bulosa : vesikel dan bula timbul cepat dan gatal menyeluruh, dengan
plak urtikaria
 Herpes simplex : vesikel berkelompok dengan dasar kemerahan yang pecah
menjadi lecet dan tertutup krusta, biasanya pada bibir dan kulit
 Gigitan serangga : bulla dengan papul pruritus (gatal) berkelompok dOCi
daerah yang terkena gigitan
 Pemfigus vulgaris : bulla yang tidak gatal, ukuran bervariasi dari 1 sampai
beberapa sentimeter, muncul bertahap dan menjadi menyeluruh, lecet muncul
seminggu sebelum penyembuhan dengan hiperpigmentasi (warna kulit yang
lebih gelap dari sebelumnya), tidak ada jaringan parut
 Sindrom steven-johnson : vesikulobulosa (lesi gelembung mulai dari vesikel
sampai bulla) yang melibatkan kulit, mulut, mata dan genitalia; sariawan yang
dalam degan krusta akibat perdarahan adalah gambaran khas.
 Luka bakar : terdapat riwayat luka bakar derajat dua
 Toxic epidermal necrolysis : seperti sindrom steven-johnson yang diikuti
pengelupasan kulit badian atas (epidermis) secara menyeluruh.

7
 Varisela :  vesikel pada dasar kemerahan bermula di badan dan menyebar ke
tangan kaki dan wajah; vesikel pecah dan membentuk krusta; lesi terdapat
pada beberapa tahap (vesikel, krusta) pada saat yang sama.

Impetigo krustosa

 Awalnya berupa warna kemerahan pada kulit (makula) atau papul (penonjolan
padat dengan diameter <0,5cm) yang berukuran 2-5 mm.
 Lesi papul segera menjadi menjadi vesikel atau pustul (papula yang berwarna
keruh/mengandung nanah/pus) yang mudah pecah dan menjadi papul dengan
keropeng/koreng berwarna kunig madu dan lengket yang berukuran <2cm
dengan kemerahan minimal atau tidak ada kemerahan disekelilingnya.
 Lesi muncul pada kulit normal atau kulit yang kena trauma sebelumnya atau
mengikuti kelainan kulit sebelumnya (skabies, vasisela, dermatitis atopi) dan
dapat menyebar dengan cepat.
 Lesi berada sekitar hidung, mulut dan daerah tubuh yang sering terbuka
( tangan dan kaki).
 Kelenjar getah bening dapat menbesar dan dapat nyeri
 Lesi juga menyebar ke daerah sekitar dengan sendirinya (autoinokulasi)
 Jika dibiarkan tidak diobati maka lesi dapat menyebar terus karena tindakan
diri sendiri (digaruk lalu tangan memegang tempat lain sehingga mengenai
tempat lain). Lalu dapat sembuh dengan sendirinya dalam beberapa minggu
tanpa jaringan parut..
 Walaupun jarang, bengkak pada kaki dan tekanan darah tinggi dapat
ditemukan pada orang dengan impetigo krustosa sebagai tanda
glomerulonefritis (radang pada ginjal) akibat reaksi tubuh terhadap infeksi
oleh kuman Streptokokus penyebab impetigo
 Tidak ada tanda gejala radang tenggorokanDiagnosis banding lainnya dari
impetigo krustosa adalah :

8
 Dermatitis atopi : keluhan gatal yang berulang atau berlangsung lama (kronik)
dan kulit yang kering; penebalan pada  pada lipatan kulit terutama pada
dewasa (likenifikasi); pada anak seringkali melibatkan daerah wajah atau
tangan bagian dalam.
 Candidiasis (infeksi jamur candida) : papul merah, basah;umumnya didaerah
selaput lendir atau daerah lipatan.
 Dermatitis kontak : gatal pada daerah sensitif yang kontak dengan zat-zat
yang mengiritasi.
 Diskoid lupus eritematosa : lesi datar (plak) berbatas tegas yang mengenai
sampai folikel rambut.
 Ektima : lesi berkrusta yang menutupi daerah ulkus (luka dengan dasar dan
dinding) dapat menetap selama beberapa minggu dan sembuh dengan jaringan
parut bila infeksi sampai jaringan kulit dalam (dermis).
 Herpes simplex : vesikel berkelompok dengan dasar kemerahan yang pecah
menjadi lecet tertutupi oleh krusta, biasanya pada bibir dan kulit.
 Gigitan serangga : terdapat papul pada daerah gigitan, dapat nyeri
 Scabies : vesikel yang menyebar, kecil, terdapat terowongan, pada sela-sela
jari, gatal pada malam hari.
 Varisela : vesikel pada dasar kemerahan bermula di badan dan menyebar ke
tangan kaki dan wajah; vesikel pecah dan membentuk krusta; lesi terdapat
pada beberapa tahap (vesikel, krusta) pada saat yang sama.

Diagnosis banding lainnya secara umum dari kelainan kulit yang menyerupai
impetigo dan memerlukan penanganan segera  adalah :

 Selulitis adalah infeksi pada kulit yang meluas sampai mengenai jaringan
bawah kulit. Penyebab tersering adalah grup A B-hemolitic streptococus.
Faktor risikonya adalah lecet pada kulit, robek pada kulit, luka bakar, kulit
yang mengalami dermatitis.

9
 Reaksi alergi/dermatitis kontak seringkali didiagnosis selulitis. Jika terdapat
gatal dan tidak terdapat nyeri tekan maka seringkali bukan selulitis.
 Erisipelas adalah bentuk infeksi permukaan dari selulutis.
 Staphylococcal scalded skin syndrome (SSSS) adalah kelainan kulit dengan
gelembung-gelembung (vesikel-bulla) yang disebabkan oleh toksin/racun
yang dihasilkan bakteri Stafilokokus aureus.
 Necroticing fasciitis adalah infeksi jaringan lunak yang progesif yang ditandai
dengan nekrosis (kematian jaringan) dari jaringan bawah kulit.

Nyeri Demam Krusta, Gejala Denyut Gejala lain


tekan eksudat sistemik jantung
(cairan meningkat,
dari tekanan
luka) darah
menurun
Selulitis +/- +/- +/- +/- -
Erisipelas + +/- +/- + +/- Batas tegas
Impetigo - +/- ++ - - Dapat berupa
bullae
SSSS + + ++ +/- +/-
Necrotising ++ + +/- ++ ++ Dapat disertai
fasciitis penurunan
trombosit
(trombositopenia)
Reaksi - +/- - - - Kadangkala
alergi/dermatiti gatal,dapat terlihat
s kontak gigitan serangga

10
 Pemeriksaan Laboratorium.
Pada keadaan khusus, dimana diagnosis impetigo masih diragukan, atau
pada suatu daerah dimana impetigo sedang mewabah, atau pada kasus
yang kurang berespons terhadap pengobatan, maka diperlukan
pemeriksaan-pemeriksaan sebagai berikut:
- Pewarnaan gram. Pada pemeriksaan ini akan mengungkapkan adanya
neutropil dengan kuman coccus gram positif berbentuk rantai atau
kelompok.
- Kultur cairan. Pada pemeriksaan ini umumnya akan mengungkapkan
adanya Streptococcus aureus, atau kombinasi antara Streptococcus
pyogenes dengan Streptococcus beta hemolyticus grup A (GABHS), atau
kadang-kadang dapat berdiri sendiri.
-Biopsi dapat juga dilakukan jika ada indikasi.

 Pemeriksaan Lain:
- Titer anti-streptolysin-O ( ASO), mungkin akan menunjukkan hasil
positif lemah untuk streptococcus, tetapi pemeriksaan ini jarang
dilakukan.
-Streptozyme. Adalah positif untuk streptococcus, tetapi pemeriksaan ini
jarang dilakukan

 Pemeriksaan kultur dan sensitifitas bakteri

V.TERAPI(1,3,4,8,9)

Tujuan pengobatan impetigo adalah menghilangkan rasa tidak nyaman dan


memperbaiki kosmetik dari lesi impetigo, mencegah penyebaran infeksi ke orang lain
dan mencegah kekambuhan.

11
Syarat pengobatan yang baik adalah pengobatan harus efektif, tidak mahal
dan memiliki sedikit efek samping. Antibiotik topikal (lokal) menguntungkan karena
hanya diberikan pada kulit yang terinfeksi sehingga meminimalkan efek samping.
Kadangkala antibiotik topikal dapat menyebabkan reaksi sensitifitas pada kulit orang-
orang tertentu.

Pada lesi yang terlokalisir maka pemberian antibiotik topikal diutamakan.


Karena antibiotik topikal sama efektifnya dengan antibiotik oral. Pilihan antibiotik
topikal adalah mupirocin 2% atau asam fusidat. Antibiotik oral disimpan untuk kasus
dimana pasien sensitif terhadap antibiotik topikal, lesi lebih luas atau dengan penyakit
penyerta yang berat. Penggunaan disinfektan topikal tidak direkomendasikan dalam
pengobatan impetigo.

Obat topikal yang diberikan mupirocin 2% diberikan di kulit yang terinfeksi


3x sehari selama tiga sampai lima hari. Antibiotik oral yang dapat diberikan adalah
Amoxicillin dengan asam klavulanat; cefuroxime;cephalexin; dicloxacillin; atau
eritromicin selama 10 hari.

Pengobatan penunjang adalah :

 Menghilangkan krusta dengan cara mandikan anak selama 20-30 menit,


disertai mengelupaskan krusta dengan handuk basah
 Mencegah anak untuk menggaruk daerah lecet. Dapat dengan menutup daerah
yang lecet dengan perban tahan air dan memotong kuku anak
 Lanjutkan pengobatan sampai semua luka lecet sembuh

Dengan pengobatan antibiotik selama 24 jam maka infeksi sudah tidak menyebar dan
anak dapat masuk sekolah atau bertemu dengan teman-temannya. Untuk mencegah
impetigo dapat dilakukan :

12
 Mandi teratur dengan sabun dan air (sabun antiseptik dapat digunakan, namun
dapat mengiritasi pada sebagian kulit orang yang kulit sensitif)
 Higiene yang baik, mencakup cuci tangan teratur, menjaga kuku jari tetap
pendek dan bersih
 Jauhkan diri dari orang dengan impetigo
 Orang yang kontak dengan orang yang terkena impetigo segera mencuci
tangan dengan sabun dan air mengalir.
 Cuci pakaian, handuk dan sprei dari anak dengan impetigo terpisah dari yang
lainnya. Cuci dengan air panas dan keringkan di bawah sinar matahari atau
pengering yang panas. Mainan yang dipakai dapat dicuci dengan disinfektan.
 Gunakan sarung tangan saat mengoleskan antibiotik topikal di tempat yang
terinfeksi dan cuci tangan setelah itu

Kunjungan ke ulang ke dokter dilakukan bila :

 Lesi impetigo menyebar lebih luas setelah pengobatan


 Anak menjadi tidak sehat; misalnya disertai demam

Impetigo sangat menular dan dapat dengan mudah menyebar ke orang lain karena itu
penting untuk diingat bahwa pencegahan anak untuk menggaruk luka sangat penting,
anak dapat kembali beraktivitas setelah 24 jam pengobatan dan semua luka/ lecet
sudah ditutup (dengan kasa), lanjutkan pengobatan sampai semua lesi hilang, dan
jangan lupa untuk mengelupaskan krusta walaupun anak dalam pengobatan
sekalipun.

VI. KOMPLIKASI(3,4)

Impetigo biasanya sembuh tanpa penyulit dalam dua minggu walaupun tidak
diobati. Komplikasi berupa radang ginjal pasca infeksi streptokokus terjadi pada 1-
5% pasien terutama usia 2-6 tahun dan hal ini tidak dipengaruhi oleh pengobatan

13
antibiotik. Gejala berupa bengkak dan tekanan darah tinggi, pada sepertiga terdapat
urin seperti warna teh. Keadaan ini umumnya sembuh secara spontan walaupun
gejala-gejala tadi muncul.

Komplikasi lainnya yang jarang terjadi adalah infeksi tulang (osteomielitis),


radang paru-paru (pneumonia), selulitis, psoriasis, Staphylococcal scalded skin
syndrome, radang pembuluh limfe atau kelenjar getah bening.

VII. PENCEGAHAN(8,9)

Kebersihan sederhana dan perhatian terhadap kecil dapat mencegah timbulnya


impetigo. Seseorang yang sudah terkena impetigo atau gejala-gejala
infeksi/peradangan Streptococcus beta hemolyticus grup A (GABHS) perlu mencari
perawatan medik dan jika perlu dimulai dengan pemberian antibiotik secepat
mungkin untuk mencegah menyebarnya infeksi ini ke orang lain.

Penderita impetigo harus diisolasi, dan dicegah agar tidak terjadi kontak dengan
orang lain minimal dalam 24 jam setelah pemberian antibiotik. Pemakaian barang-
barang atau alat pribadi seperti handuk, pakaian, sarung bantal dan seprai harus
dipisahkan dengan orang-orang sehat. Pada umumnya akhir periode penularan adalah
setelah dua hari permulaan pengobatan, jika impetigo tidak menyembuh dalam satu
minggu, maka harus dievaluasi.

VIII. PROGNOSIS(3,4)

 Umumnya baik
Di luar periode neonatal, pasien yang mendapatkan terapi lebih dini dan baik,
akan memiliki kesempatan untuk sembuh tanpa bekas luka atau komplikasi

 Insidens infeksi umum dan meningitis lebih tinggi pada neonates

14
 Dengan terapi yang tepat, lesi dapat sembuh sempurna dalam 7 – 10 hari

 Terapi antibiotik tidak dapat mencegah atau menghentikan glomerulonefritis

 Pada lesi yang tidak sembuh dalam 7 – 10 hari setelah diterapi, perlu
dilakukan kultur.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda Adhi, 2007. Pioderma. Dalam : Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor.


Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Kelima. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta. Hal 57-60.

2. Siregar, R.S, 2005. Atlas berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi Kedua.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal 45-49.

3. Anonim. Impetigo (online).2008. Available from: URL: http:// www.dermis.net.

4. Sadegh Amini,MD. Impetigo(online).2009. Available from: URL:


http://emedicine.medscape.com/article/1052709-overview

5. D’avanzo, Charles. Impetigo Bullosa in The tropics(online). 1992. Available


from: URL: http://archderm.highwire.org/cgi/content/summary/52/1/28

6. Amagai, Masayuki. The Molecular Logic of Pemphigus and Impetigo: the


Desmoglein Story (online).2009. Available from: URL:
http://www.novoseek.com/DocumentDetailAction.action?
numdocs=0&filters=&corpus=MEDLINE&criterion=1&showType=2&docId=2
0178466&query=bullous%20impetigo

7. Weish, Belinda; Blistering Skin Condition (online). 2009. Available from: URL:
http://www.novoseek.com/DocumentDetailAction.action?
numdocs=0&filters=&corpus=MEDLINE&criterion=1&showType=2&docId=1
9575066&query=bullous%20impetigo

8. Hermawan, Danny. Pyoderma (online).2009. Available from: URL:


http://www.authorstream.com/Presentation/onrecht-255393-pyoderma-
nonpyoderma-education

9. Anonym. Skin Diseases: Ordinary and Bullous Impetigo (online).2001.


Available from: URL: http://www.skincarenet.org/impetigo.htm

16
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS
Nama : An. Rahma Fitra
Umur : 1 tahun
Alamat : dadapan 6/7 jati kuwing gd rejo karanganyar
No. RM : 997104
Tgl Periksa : 22 maret 2010

II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama : luka dikulit wajah dan kaki
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluarga Pasien mengeluh luka dikulit wajah dan kaki sejak ± satu
minggu yang lalu. Awalnya berupa benjolan kecil berisi air dikaki kemudian
pecah. Lalu muncul juga di wajah, ketiak dan kaki. Sakit bila dipegang,
demam (-), gatal dan pasien sering menggarukknya hingga pecah dan keluar
air berwarna keruh. Batuk dan pilek sebelumnya (-). Oleh keluarga dibawa ke
puskesmas lalu diberi obat puyer dan salep hidrokortison, namun tidak
membaik. Oleh keluarga pasien dibawa ke RSDM.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit serupa : (-)
Riwayat alergi obat : disangkal
Riwayat alergi makanan : disangkal
Riwayat asma : (-)

D. Riwayat Keluarga
Riwayat sakit serupa : disangkal
Riwayat alergi obat : disangkal

17
Riwayat alergi makanan : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat DM : disangkal
E. Riwayat Kebiasaan
Penderita biasa mandi 2x sehari dengan sabun dan memakai handuk yang
terpisah dari anggota keluarga yang lain dengan sumber PAM. Ganti pakaian
luar 2x sehari.

F. Riwayat Ekonomi
Pasien anak pertama dari kedua orang tuanya. Kebutuhan sehari-hari
dicukupi oleh ayah pasien.

III. PEMERIKSAAN FISIK

A. Status Generalis
1. Keadaan Umum : Baik, Compos Mentis, gizi kesan cukup
2. Vital Sign : Nadi : 100 x/ menit
Pernafasan : 20 x/ menit
Suhu tubuh : 36,8
Berat badan : 9 kg
3. Kepala : mesocephal
4. Mata : CA (-/-), SI (-/-)
5. Telinga : dalam batas normal
6. Hidung : lihat status lokalis
7. Mulut : dalam batas normal
8. Leher : dalam batas normal
9. Punggung : dalam batas normal
10. Dada : dalam batas normal
11. Abdomen : dalam batas normal

18
12. Gluteus : dalam batas normal
13. Genital : dalam batas normal
14. Ekstremitas atas : lihat status lokalis
15. Ekstremitas bawah : lihat status lokalis

B. Status dermatovenereologis
Regio fascialis :tampak bula yang telah pecah dengan
eritem dan dasar eritem dan krusta
diatasnya berwarna kuning yang mudah
diangkat
Regio aksila dekstra et sinistra : tampak makula eritem dengan krusta
diatasnya dan bula multiple diskret
dinding bula kendor
Regio sekitar fosa poplitea dekstra : tampak bula yang telah pecah, multipel ,
ukuran bervariasi dengan dasar eritem
dan beberapa terdapat krusta diatasnya.
Regio cruris dekstra : tampak bula yang telah pecah dengan
dasar eritem

19
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan

V. USULAN PEMERIKSAAN

1. Pewarnaan gram.

2. Pemeriksaan kultur dan sensitifitas bakteri

VI. DIAGNOSIS BANDING


1. Impetigo Bulosa
2. Dermatofitosis
3. Varisela

VII. DIAGNOSIS
Impetigo Bullosa

VIII. TERAPI
R/ Amoksisilin syrp No. I
S 3 dd cth1
R/ mupirosin cream tube No.I
S 2 dd ue

IX. PROGNOSA
Ad vitam : baik
Ad sanam : baik
Ad fungsionam : baik
Ad kosmetikam : baik

20
LAMPIRAN GAMBAR STATUS DERMATOVENEREOLOGIS

regio Fascialis

Regio Aksilaris

21
Regiosekitar fosa poplitea dx

regio cruris dekstra

22

Anda mungkin juga menyukai