Anda di halaman 1dari 6

Materi 8

Manajemen Teater

1. Manajemen Produksi
1.1 Produser
Pruduser adalah orang yang membiayai segala keperluan dalam pementasan darama.
Setiap kali pementasan drama, produserlah yang merupakan factor yang paling utama,
apakah pementasan drama dapat dilaksanakan atau tidak. Dalam pementasan drama tidak
sedikit biaya yang dikeluarkan. Oleh karena itu, dengan adanya produser maka biaya
tersebut akan ditanggung sepenuhnya oleh produser.
Walaupun demikian, unsur-unsur pementasan drama yang lain juga merupakan factor
yang penting juga dalam pementasan drama. Dengan kata lain baik produsen maupun
unsur yang lain adalah suatu yang tak dapat dipisahkan antara satu sama lain.
1.2 Pemain
Pemain adalah orang yang memeragakan cerita. Berapa pemain yang dibutuhkan,
tergantung berapa banyak tokoh yang ada dalam naskan drama yang akan dipentaskan
itu. Sebab, setiap tokoh akan diperankan seorang pemain.
Agar berhasil memerankian tokoh-tokoh tadi, pemain harus dipilih secara tepat. Kalau
drama itu pemainnya campuran, untuk menentukan pemain tentu lebih mudah daripada
tidak campuran. Yang dimaksud tidak campuran adalah para pemain terdiri dari anak-
anak, remaja dan orang tua. Juga, pemain laki-laki dan perempuan sebab, kalau pemain-
pemainnya campuran, untuk memainkan tokoh ayah tentu lebih baik dipilih pemain orang
tua saja. Sebaliknya, pemain anak-anak pemerannya anak-anak saja. Demikian pula
tokoh remaja putra atau putri juga lebih baik diperankan oleh remaja putra atau remaja
putri. Dengan demikian, keadaan fisik pemain sudah mirip atau mendekati tokoh yang
diperanka. Seorang pemain harus benar-benar bisa Sepeerti tokoh yang diperankan.
Untuk itu ia harus menguasai dan mampu memerankan watak, tingkah dan busana atau
yang lain yang mendukung perannannya.

Dalam puaya memilih pemain drama yang tepat, cara berikut ini dapat diterapkan.
1. Pertama-tama naskah drama yang sudah dipilih itu harus dibaca berulang-ulang agar
semuanya dapat dipahami. Dan dialog para tokoh (dan penjelasan lain) dapat diketahui
watak tiap-tiap tokoh dalam naskah drama itu.
2. Setelah diketahui watak tiap-tiap tokoh, lalu dipilih pemain yang cocok dan mampu
memerankan masing-masing tokoh.
3. Selain pertimbangan watak, perlu dipertimbangkan per perbandingan usia dan
perkiraan perawakan (postur).
4. Kemampuan pemain menjadi pertimbangan penting pula.
5. Scbail dipiih pemain yang pintar’. Aniinya, dalain waktu tidak terlalu lama
benlatihnya, dia sudab bisa meniainkan tokoh seperti yang dikehenclaki naskah.
Kemampuan bermain drama dapat dipelajari. Yang berminat dapat mempelajarinya lewat
berbagai buku tentang cara bermain drama. Bahkan bagi pemain serius dapat
mendalaminya lewat sekolah. Di Yogyakaria ada sekolah khusus tentang drama, yaitu
Akademi Seni Drama dan Film (Asdrafi). Di akademi ini diajarkan, antara lain cara-cara
berakting, atau lebih luasnya cara-cara bermain drama. Di Jakarta, sekolah khusus yang
mengajari cana bermain drama ialah Institut Kesenian Jakarta (IKI ) di Taman lsmail
Marzuki (TIM).
1.3 Penonton
Penonton termasuk unsur penting dalam pementasan drama. Bagaimanapun sempurnanya
persiapan, kalau tak ada penonton rasanya drama tak akan dimainkan. Jadi, segala unsur
drama yang telah disebutkan sebelumnya pada akhirnya semuanya untuk penonton.
Persis seperti juru masak di restoran. Aneka bahan dipilih, bermacam bumbu digunakan,
berbagai teknik pengolahan diterapkan, semua itu untuk pelanggan agar pelanggan mau
datang, membeli, dan menikmatinya. Kalau masakan enak dan harganya cocok biasanya
pelanggan puas dan akan datang lagi pada waktu lain. Pelanggan semakin banyak
sehingga pengusaha rumah makan itu memetik keuntungan besar, usahanya sukses.

Demikian pula pertunjukan drama. Kesuksesannya bisa diukur dan hanyak-sedikitny


penonton. Kalau penontonnya , (dan kebanyakan merasa puas), pertunjukan dram itu
dapat dikatakan sukses besar.
Siapakah penonton? Penonton adalah orang-orang yang mau datang ketempat
pertunjukan. Biasanya mereka mau meninggalkan rumah dan kesibukannya untuk
menonton drama karena merasa yakin hahwa lakon dan pemainnya bagus. Kalau sudah
yakin benar mereka akan datang menonton meskipun harus mengeluarkan uang untuk
membayar harga tanda masuk. Memang, tidak semua penonton wajim membeli tiket.
Banyak pula penonton drama gratis. Meskipun demikian, penonton tetap berharap agar
drama yang ditontonnya bisa menyenangkan hati mereka.
2. Manajemen Artistik
2.1. Naskah
Bila kita akan mengadakan pertunjukan, yang kita butuhkan pertama-tama adalah naskah
drama. Naskah drama adalah karangan yang berisi cerita tau lakon. Dalam naskah
tersebut termuat nama-nama tokoh dalam cerita, dialog yang diucapkan para tokoh, dan
keadaan, panggung yang diperlukan. Bahkan kadang-kadang juga dilengkaapi penjelasan
tentang tata busana, tata lampu, dan tata suara (musik pengiring).
Naskab drama bentuk dan usunannya berbeda dengan naskah cerita pendek atau novel.
Naskah cerita pendek atau novel berisi cerita lengkap dan langsung tentang peristiwa-
peristiwa yang terjadi. Sebaliknya, naskah drama tidak mengisahkan cerita secara
langsung. Penentuan ceritanya diganti dengan dialog para tokoh. Jadi, naskah drama itu
mengutamakan ucapan-ucapan atau pembicaraan para tokoh. Dari pemhicaraan para
tokoh itu penonton dapat menangkap dan mengerti seluruh ceritanya.
Pemain drama dibagi dalam babak demi babak. Setiap babak mengisahkan peristiwa
tertentu. Peristiwa itu terjadi di tempat tertentu, dalam waktu tertentu, dan suasana
tertentu pula. Misalnya drama itu terdiri dan tiga babak, berarti babak I, babak II dan
babak III. Tiap-tiap babak menggambarkan peristiwa yang berbeda. Begitu pula tempat,
waktu dan suasananyapun berbeda. Dengan pembagian seperti itu, penonton memperoleh
gambaran yang jelas bahwa setiap peristiwa berlangsung di tempau. waktu, dan suasana
yang berbeda.
Untuk memudahkan para pemain drama, naska drama ditulis selengkap-lengkapnya,
bukan saja berisi percakapan, melainkan juga disertai keterangan atau petunjuk. Petunjuk
itu misalnya gerakan-gerakan yang dilakukan pemain, tempat terjadinya peristiwa,
benda-benda peralatan yang diperlukan setia bahak, dan keadaan panggung setiap babak.
Juga tentang bagaimana dialog diucapkan, apakah dengan suara lantang, lemah atau
dengan berteriak. Pendek kata, naskah drama itu benar-benar sudah lengkap dan sudah
siap dimainkan dipanggung.
2.2. Sutradara
Sutrada adalah pemimpin dalam pementasan drama. Sebagai pemimpin yang
bertanggung jawab terbadap kesuksesan pementasan drama, ia tentu harus membuat
perencanaan dan melaksanakannya. Sutradara layaknya seorang panglima yang
merancang pertempuran dan berjanji harus menang. Seorang panglima yang baik adalah
juga seorang prajurit yang baik. Demikian pula seorang sutradara yang dengan sendirinya
haruslah seorang aktor yang baik. Dengan demikian dia tidak hanya pandai mengarahkan,
tetapi juga piawai melakukannya. Tugas sutradar sangat banyak dan beban tauggung
jawabnya cukup berat. Sutradara harus memilih naskah, menentukan pokok-pokok
penafsiran naskah, memilih pemain melatih pemain, bekerja dengan staf, dan
mengkoordinasikan setiap bagian. Semua itu harus dilakukan dengan cermat. Bila
pementasan drama berjalan lancar menarik, dan memuaskan penonton, sutradara adalah
orang pertama yang berhak mendapatkan acungan jempol. Sebaliknya, bila terjadi
ketidak lancaran yang menyebabkan ketidak puasan penonton, sutradara pasti menjadi
sasaran makian.
Bagi seorang sutradara, yang mula-mula dilakukan adalah memilih naskah (atau menulis
naskah sendiri kalau mau, mampu dan ada waktu). Naskah itu lalu dibaca berulang-ulang,
direnungkan, ditafsir-tafsirkan sampai akhirnya mendapatkan kesimpulan bagaimana
watak tokoh-tokohnya, tata riasnya sulit atau tidak, pengaturan panggungnya mampu
dikerjalan atau tidak, dan seterusnya. Meski sebenarnya, urusan tata rias, tata panggung,
tata suara, dan tata lampu dapat diserahkan kepada orang lain.
Selanjutnya, sutradara memilih para pemain, dasar pertimbangannya, pemain itu
diperkirakan cocok dengan tokoh dalam cerita baik postur, watak, maupun kemampuan
berakting. Para pemain terpilih kemudian diberi penjelasan tentang lakon drama yang
akan dipentaskan, watak para tokoh dan hal-hal lain berkaitan dengan drama yang akan
dipentaskan. Kalau perlu, dilanjutkan diskusi dengan pemain.
Tugas sutradara selanjutnya adalah melatih, membimbing, mengarahkan para pemain
agar dapat memrtsnksn tokoh dalam cerita. Ini bukan perkara mudah sebab, . harus
mampu menafsirkan watak dan lagak tokoh cerita secara tepat kemudian memindahkan
watak dan lagak itu kepada pemain yang dipilihnya.
Seorang sutradara tidak boleh bekerja sambil lalu. Ia harus bersemangat tinggi dan
sungguh-sungguh melatih para pemain. Sikap disiplin dan tegas harus ditunjukkannya. Ia
tidak boleh segan menegur, mencela, atau menyalahban pemain yang memang salah
mengucapkan dialog atau berakting. Jika perlu, dengan tegas menindak pemain yang
tidak disiplin. semua itu demi keberhasilan pementasan drama.
Dalam pelatihan sutradara memberikan perintah, aba-aba, pentunjuk, dan saran kepada
pemain. Setiap pemaih harus tunuk kepadanya. Semua kata-katanya harus dijalankan.
Sutradara harus “tega” menyuruh pemain mengulang-ulang dialog dan aktingnya sampai
benar-benar sesuai dengan tokoh yang diperankannya.
Sutradara juga menujuk tugas khusus, yaitu penata rias, penata busana, penata panggung,
penata lampu dan penata suara. Sutradara harus menjalin komunikasi yang baik dnegan
meraka, terutama memberi pengarahan tentang apa yang harus dilakukan para petugas.
Selain itu sutradara juga mengkoordinasikan kerja pada petugas agar semuanya berjalan
dengan lancar dan serasi. Semua itu memang menjadi tanggung jawab sutradara.
2.3. Tata Busana
Tata busana adalah pengaturan pakaian pemain baik bamhan, model, maupun cara
mengenakannya. Tata busana sebenarnya mempunyai hubungan yang erat sekali dengan
tata rias. Karena itu, tugas mengatur pakaian pemain sering dirangkap penata rias.
Akan tetapi, sering pula terjadi tugas penata rias dipisahkan dengan tuga mengatur
pakaian. Artinya, penata rias hanya khusus menata wajah, sedangkan mengatur pakaian
atau busana penata busana dengan pertimbangan untuk mempermudah dan mempercepat
kerja. Meskipun demikian, penata rias dan penata busana harus bekerja sama saling
memahami, saling menyesuaikan, dan saling membantu agar hasil akhirnya memuaskan.

2.4. Tata Rias


Yang dimaksud dengan tata rias adalah cara mendandani pemain. Orang yang
mengerjakan tata rias disebut penata rias. Tugasnya merias wajah pemain.
Alat-alat rias bermacam ragam dan banyak tersedia di toko. Tentu saja ada yang mahal
dan ada yang murah. Untuk merias pemain drama, tidak perlu menggunakan alat rias
yang mahal. Apalagi sulit didapat. Sebaiknya mempergunakan alat rias yang sederhana,
murah, dan mudah didapat. Kalau perlu, sebagian dibuat sendiri. Alat-alat rias itu,
misalnya bedak, pemerah bibir, bubuk hitam dan arang, pensil alis gelung palsu, kumis
palsu, dan lem.
Seorang penata rias harus memiliki rasa seni yang tinggi. Karena tugasnya merias wajah,
ia harus tahu apakah. hasil riasannya sudah cukup bagus. Apa. sudah sesuai dengan tokoh
yang akan diperankan? Misalnya, merias pemain yang akan memerankan nenek tua.
Setelah merias, ia perlu memeriksa kembali dan mengamati dengan teliti apakah pemain
yang diriasnya sudah benar-benar tampak seperti nenek tua.
Selain harus mempunyai rasa seni, penata rias harus terampil dan cekatan. Mengapa?
Pemain yang harus dirias adakalanya cukup banyak. Kalau kerja penata rias lambat bisa
jadi pementasan drama akan terlambat. Apalagi kalau terlambatnya cukup lama, bisa
merusak keseluruhan rencana pementasan drama. Karena itu, penata rias harus terampil
dan cekatan, dan mampu mengatur waktu sehingga setiap pemain yang akan naik
panggung sudah dirias dengan baik.
2.5. Tata Suara
Yang dimaksud penata suara bukan hanya pengaturan pengeras suara (sound system),
melainkan juga musik pengiring. Musik pengiring diperlukan agar suasana yang
digambarkan lebih meyakinkan dan lebih mantap bagi pera penonton. Sebagai contoh,
adegan ketika seorang anak sedang melamun dikamar belajar menjelang tengah malam
yang sepi, mengenang orang tuanya yang jauh. Adegan itu menggambarkan suasana sedi.
Kalau diiringi oleh musik yang sesuai, tentu kesedihan itu akan lebih terasa dan lebih
mengharukan.

Penataan musik pengiring tidak bisa diserahkan kepada sembarangarang. Sebab, penata
musik harus pintar menafsirkan musik pengiring yang cocok. Karena itu, penata musik
harus mempunyai perasaan yang halus dan tajam, berjiaw seni, memahami musik, dan
mengerti lagu-lagu.
Peralatan apa yang diperlukan untuk musik pengiring ?. Tidak ditentukan secara baku.
Apa saja bisa digunakan asal cocok. Mungkin hanya sebuah biola, mungkin sebuah
organ. mungkin seruling, gitar, dan tambur. Mungkin pula lebih lengkap lagi.
Adakalanya, musik pengiring itu sudah direkam dalam pita kaset dan seorang penata
suara tinggal mengoperasikan rekaman itu.
Musik pengiring dimainkan di balik layar agar tak terlihat penonton. Kalau terlihat,
permainan drama kurang baik. Karena ada persaingan antara pemain musik dengan
pemain drama di panggung.
Akan tetapi, kekerasan suara itu harus diatur. Kalau terlalu keras, bisa menutup suara
dialog yang diucapkan para pemain. Akibatnya, penonton tidak bisa mendengarkan
dialog dengin baik sehingga tak akan dapat mengerti lakon drama yang dtontonnya.
Sebaliknya, bila suara musik pengiring terlalu lemah dan suara dialog terlalu keras, musik
pengiring pengiring itu akan tenggelam. Karena itu keras lemahnya suara dialog dan
musik pengiring harus diselaraskan. Itu semua menjadi tugas penata suara.
2.6. Tata Panggung
Yang dimaksud panggung adalah pentas atau arena untuk drama. Biasanya letakny
didepan tempat duduk penonton dan lebih tinggi daripada kursi penonton. Tujuannya,
agar penonton yang duduk di kursi paling belakang masih bisa melihat apa yang ada di
panggung.
Tata panggung adalah keadaan panggung yang dibutuhkan untuk permainan drama.
Misainya, panggung harus menggambarkan keadaan ruang tamu. Supaya panggung
seperti ruang tamu, tentu panggung diisi peralatan seperti meja, kursi, hiasan dinding. dan
lain-lain. Semua peralatan itu diatur sedemikian rupa sehingga seperti ruang tamu.
Petugas yang menata itu disebut penata panggung.
Penata panggung tugasnya hanya menuruti apa yang diminta naskah. Meskipun
demikian, secara kreatif ia boleh menambah atau mengurangi, atau mengubah letak
perabot asal perubahan itu menambah baiknya keadaan panggung.
Berkaitan dengan itu, penata panggung sebaiknya dipilih orang-orang yang mengerti
keindahan dan tahu komposisi yang haik, meletakkan barang-barang di panggung tidak
sembaranan. Sehab, mengatur barang-harang ada seninya. Barang-barang itu perlu diatur
sebaik-baiknya supaya tampak serasi. Demikian pula jarak antara barang satu dan yang
lain. Ini dimaksud komposisi. Komposisi yang tepat akan menimbulkan keindahan dan
keindahan menimbulkan rasa senag.
2.7. Tata Lampu
Yang dimaksud tata lampu adalah pengaturan cahaya di panggung. Karena itu, tata lampu
erat hubungannya dengan tata panggung. Kalau panggung menggambarkan ruangan
rumah orang miskin di daerah terpencil, berdinding anyaman bambu dan di situ tertempel
lampu minyak, maka lampu minyak itu tidak termasuk tata lampu. Lampu minyak itu
menjadi bagian dari tata panggung meskipun menyala dan memancarkan cahaya.
Supaya panggung menjadi terang harus diberi cahaya lampu listrik dari arah depan,
bawah, samnping kiri, atau samping kanan. Lampu listrik itu harus disembunyikan agar
tak terlihat penonton.
Pengaruran cahaya di panggung memang harus disesuaikan dengan keadaan panggung
yang digambarkan. Di rumah orang miskin, di rumah orang kaya semuanya memerlukan
penyesuaian. Demikian pula dengan waktu terjadinya. apahah pagi, siang, atau alam.
Cahaya waktu pagi tentu tak seterang siang hari. Bila suatu peristiwa terjadi pada malain
hari, harus diingat pula di mana terjadinya peristiwa itu. Di ruang diskusi cahaya tentu
lehih terang daripada di luar rumah.
Yang mengatur seluk-beluk pencahayaan di panggung ialah penata lampu. Penata lampu
biasanya menggunakan alat yang disebut spot light, yang semacam kotak besar berlensa
yang berisi lampu ratusan watt. Bila dinyalakan, sinarnya terang sekali memancarkan ke
satu arah. Penata lampu lalu menyorotkan dari jarak jauh (biasanya dari belakang
penonton) ke panggung. Lensa dapat diatur untuk menerangi seluruh atau sebagian
panggung. Bila dikehendaki, cahaya dapat dibuat menjadi redup. Warna cahaya juga
dapat diubah sesuai kebutuhan.

Karena tata lampu selalu berhubungan degnan listrik, sebaiknya penata lampu mengerti
teknik kelistrikan. Sebaba adakalanya lampu harus tiba-tiba dimatikan sejenak lalu
dihidupkan kembali. Ada kemungkinan tiba-tiba ada gangguan listrik, misalnya terjadi
hubungan arus pendek sehingga lampu mati semua. Untuk menghadapi hal seperti itu
penata lampu yang tidak memahami teknik kelistrikan, tentu akan bingung. Akibatnya,
pencahayaan di panggung kacau dan pertunjukan drama gagal total.

Anda mungkin juga menyukai