Anda di halaman 1dari 6

PENEGAKAN HAK AZASI PEREMPUAN

A. Hak Azasi Perempuan

Hak asasi Perempuan merupakan bagian dari Hak asasi manusia.

penegakan hak asasi perempuan merupakan bagian dari penegakkan hak

asasi manusia. Sesuai dengan komitmen internasional dalam Deklarasi PBB

1993 , maka perlindungan, pemenuhan dan penghormatan hak asasi

perempuan adalah tanggung jawab semua pihak baik lembaga-lembaga

Negara ( eksekutif, legislatif, yudikatif ) maupun Partai politik dan Lembaga

Swadaya Masyarakat (LSM). Bahkan warga Negara secara perorangan punya

tanggung jawab untuk melindungi dan memenuhi hak asasi perempuan .

Dari berbagai kajian tentang perempuan, terlihat bahwa kaum

perempuan sudah lama mengalami diskriminasi dan kekerasan dalam segala

bidang kehidupan . Berbagai bentuk diskriminasi dan kekerasan terhadap

perempuan telah memperburuk kondisi kehidupan perempuan dan

menghambat kemajuan perempuan. Bermacam usaha telah lama

diperjuangkan untuk melindungi hak asasi perempuan dan kebebasan bagi

perempuan, namun sampai dewasa ini hasilnya belum signifikan.

Mengatasi hal ini, di perlukan berbagai instrumen nasional tentang

perlidungan hukum terhadap hak asasi perempuan. Di level Perserikatan

Bangsa-Bangsa masalah perlindungan hak asasi perempuan sudah sangat

dipahami antara lain melalui Deklarasi Beijing Platform, pada tahun 1995
1
yang melahirkan program –program penting untuk mencapai keadilan gender.

Di Indonesia, sesungguhnya sudah cukup banyak perlindungan hukum

terhadap hak asasi perempuan, baik dalam bentuk peraturan perundang-

undangan maupun dalam bentuk kebijakan-kebijakan negara. Namun hak

asasi perempuan masih belum terlindungi secara optimal.

Bila dicermati dengan seksama , sesungguhnya banyak kondisi –kondisi

rawan terhadap kemajuan perlindungan hak asasi perempuan di Indonesia.

Dengan struktur masyarakat patriarkhi, secara sosio- kultural kaum laki-laki

lebih diutamakan dari kaum perempuan, bahkan meminggirkan perempuan.

Perilaku budaya yang menetapkan perempuan pada peran ibu dan isteri

merupakan hambatan besar dalam pemajuan hak asasi perempuan.

Disamping itu, interpretasi keliru dari ajaran agama tentang gender telah

mengurangi universalitas hak asasi perempuan di Indonesia.

Dengan lambatnya pemajuan perlindungan hak asasi perempuan di

Indonesia, maka nampaknya diperlukan upaya-upaya disamping kegiatan

sosialisasi yang optimal mengenai hak asasi perempuan, juga penambahan

Peraturan Perundang-undangan tentang hak asasi perempuan. Disamping itu,

dengan banyaknya masalah yang muncul tentang kehidupan perempuan,

maka perangkat undang-undang masih sangat diperlukan untuk mengatasi

persoalan-persoalan perempuan, seperti eksploitasi terhadap tenaga kerja

perempuan, persoalan perempuan di wilayah konflik, prostitusi dan lain-

lainnya.

2
B. Hak Azasi Perempuan sebagai Hak Azasi Manusia

Pembicaraan hak asasi perempuan sebagai hak asasi manusia

sebetulnya bukan hal yang relatif baru. Meskipun demikian, hak asasi

perempuan yang sudah mulai terangkat beberapa waktu sebelumnya,

kelihatannya semakin menguat dari waktu ke waktu. Seseorang yang menjadi

korban tidak lagi hanya akan cukup menerima bahwa ia memiliki hak, namun

ia akan mulai mencari dimana letak jaminan akan hak tersebut dan

bagaimana caranya agar hak tersebut dapat diperoleh. Tentu saja proses ini

bukan proses yang sekali jalan, melainkan mensyaratkan hal-hal tertentu,

yang sangat mendasar bagi upaya untuk memperoleh hak dasar adalah

pengetahuan dasar tentang hak tersebut dan jaminannya ada dimana.

Pengetahuan tersebut dapat diperoleh dengan berbagi cara yang antar

lain melalui bacaan, berdiskusi secara intens dan olahan pengalaman. Tulisan

ini memberikan informasi dasar tentang hak-hak perempuan, instrument yang

mencantumkannya dan secara khusus membahas Konvensi Penghapussan

Segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan. Hak asasi perempuan, yaitu

hak yang dimiliki oleh seorang perempuan, baik karena ia seorang manusia

maupun sebagai seorang perempuan, dalam khasanah hukum hak asasi

manusia dapat ditemui pengaturannya dalam berbagai sistem hukum tentang

hak asasi manusia. Sistem ini meliputi berbagi instrument hukum dan

perangkat pelaksanaan sistem hukum baik di tingkat nasional, regional

3
maupun internasional. Berbagai sistem tersebut tidaksaja mencantumkan hak

yang diakui namun juga bagaimana menjamin dan mengakses hak tersebut.

Dalam konteks Indonesia misalnya, pengaturan hak asasi manusia

kaum perempuan dapat ditemui di dalam UUD 1945, KUHPidana, KUH

Perdata, UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, UU Peradilan HAM dan

berbagai peraturan lainnya (terlampir). Penegakannya dilakukan oleh institusi

Negara dan para penegak hukum. Di tingkat internasional, sistem hukum hak

asasi manusia internasional, pengakuan hak perempuan sebagai hak asasi

manusia berakar pada Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia yang muncul

pada tahun 1974 dan disahkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-

Bangsa pada 10 Desember 1948. Deklarasi ini (selanjutnya akan disebut

sebagai DUHAM), merupakan awal kodifikasi tentang standar pengakan hak

manusia yang didalamnya termasuk hak perempuan. Deklarasi ini diakui

sebagai standart umum bagi semua masyarakat dan semua bangsa untuk

berjuang bagi kemajuan martabat manusia.

1. Diantara hak-hak yang di deklarasikan adalah hak atas persamaan,

kebebasan dan keamanan setiap orang, kebebasan dari perbudakan,

siksaan atau perlakuan yang merendahkan martabat manusia,

pengakuan sebagai seorang pribadi di depan hukum mencari keadilan,

dan kebebasan untuk berekspersi dan partisipasi politik.

2. Disamping pasal-pasal tersebut berbagi hak yang relevan dengan

perempuan misalnya hak memilih pasangan, menikah dan mempunyai

4
hak yang sama dalam perkawinan dan di saat perceraian, memiliki harta

sendiri, hak atas upah yang sama, hak perawatan dan bantuan

istimewa.

C. Hak Azasi Perempuan di Indonesia

Hak-hak asasi perempuan di Indonesia sangatlah kurang diperhatikan

oleh sebagian masyarakat. Pembagian peran secara seksual yakni yang

menempatkan perempuan di rumah (sektor domestik/privat) dan laki-laki di

luar rumah (sektor publik) menyebabkan terbatasnya akses perempuan

terhadap sumber daya ekonomi, sosial, dan politik. Selain menjadi korban

diskriminasi, perempuan juga menjadi obyek yang sangat riskan terhadap

tindak kekerasan. Kekerasan terhadap perempuan merupakan produk historis

yang telah berlangsung lama. Kekerasan terhadap perempuan bukan hanya

masalah tindak kriminal, tetapi juga merupakan pengebirian terhadap Hak

Asasi Manusia, terutama Hak Asasi Manusia bagi perempuan (Women’s

Human Rights).

Kekerasan terhadap perempuan adalah kesuliatan yang paling utama

dalam usaha menegakkan perlindungan Hak Asasi Manusia bagi perempuan

di seluruh dunia. Tindak kekerasan telah menghalangi perempuan untuk ikut

berpartisipasi dalam kehidupan sosial dan kehdupan bernegara di negaranya.

Hak-hak demokrasi mereka pun tidak diakui. Semakin meningkatnya tindak

kriminal terhadap perempuan adalah akibat langsung dari tidak diakuinya

5
persamaan hak antara pria dan perempuan. Ketidak adanya pengakuan akan

adanya kesejajaran antara pria dan perempuan inilah yang mendorong aktifis

feminis di penjuru dunia memperjuangkan sebuah konvensi yang bersifat

internasonal yang mengatur penghapusan tindakan kekerasan terhadap

perempuan.

Karena pada akhirnya segala usaha utuk pemenuhan Hak Asasi

Manusia umumnya dan Hak Asasi Perempuan khususnya bertujuan untuk

mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan seluruh umat manusia baik laki-

laki ataupun perempuan tanpa kecuali

Anda mungkin juga menyukai