Anda di halaman 1dari 78

Pedoman Pendidikan

Jurusan Kedokteran
Fakultas Kedokteran

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2010
Visi
Menjadi Institusi Pendidikan Kedokteran Yang Terkemuka Dan Bertaraf
Internasional

Misi
Merintis Pendidikan , Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat di bidang
Kedokteran terkini serta bermutu

Nilai
1. Responsif
2. Efektif dan Efisien
3. Suportif
4. Inovatif
5. Komitmen
PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah Tuhan Yang Maha Kuasa atas ijinnya
sehingga Buku Pedoman Akademik T.A.2009/2010 ini bisa terselesaikan.
Pedoman Akademik 2009/2010 untuk Penyelenggaraan Program Studi Pendidikan Dokter
Jurusan Kedokteran (S1) Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya ini diterbitkan berdasarkan Surat
Keputusan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya No. 046/SK/J10.1.17/AK/2009 dalam
rangka memberikan acuan bagi seluruh sivitas akademika yang terlibat dalam penyelenggaraan
Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk Tahun Akademik 2009/2010. Perubahan pada Buku Pedoman
Akademik 2009/2010 dimaksudkan untuk menyempurnakan Buku Pedoman Akademik 2007/2008
dan 2008/2009.
Pada Buku Pedoman Akademik ini telah disusun struktur kurikulum untuk seluruh Tahap
Akademik dari Semester I sampai dengan Semester VII, yang terdiri atas 2 semester Tahap Dasar
Kedokteran dan 5 semester Tahap Kompetensi Klinik. Berbeda dengan Pedoman Akademik tahun-
tahun sebelumnya, sejak Tahun Akademik 2009/2010 diberlakukan penapisan pada akhir Semester
II untuk bisa melanjutkan ke Semester diatasnya. Pemberian materi pembelajaran selain dalam
bentuk Blok, juga beberapa matakuliah diberikan dengan model Non-Blok. Disamping itu, juga
diberikan model pembelajaran Problem Based Learning pada setiap akhir Semester III sampai
dengan Semester VII untuk melatih mahasiswa melakukan self directed learning.
Dengan mengharapkan ridho Allah SWT, serta komitmen seluruh sivitas akademika, semoga
Kurikulum Berbasis Kompetensi akan terselenggara dengan lebih baik di Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya.

Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya


Dekan,

Ttd.

Dr. dr. Samsul Islam, SpMK, MKes.


NIP. 19480724 198003 1 002
DAFTAR ISI

Halaman
VISI, MISI, NILAI ............................................................. i
PENGANTAR ............................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................. iii
DAFTAR TABEL ............................................................. v
DAFTAR GAMBAR ............................................................. vi
Bab I KOMPETENSI DAN STANDAR KOMPETENSI DOKTER
1.1 Batasan Kompetensi …………………………….….
1.2 Jabaran Operasional Kompetensi ……………………………....
1.3 Elemen Kompetensi …..……………………….…...
1.4 Acuan Standar Kompetensi Dokter …………………………….……
1.5 Manfaat Standar Kompetensi Dokter ..………………………….…….
1.6 Standar Kompetensi Dokter ….………………………….…..
1.6.1 Area Kompetensi .………………………….……..
1.6.2 Komponen Kompetensi …………………………….…..
1.6.3 Penjabaran Kompetensi ………………………...........

Bab II KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER (PSPD)


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2.1 Sejarah ……………………………….
2.2 Definisi Kurikulum dan Pendekatan Pembelajarannya ………….………….
2.3 Karakteristik KBK PSPD FKUB ………………………….…….
2.4 Struktur Kurikulum …………………….………….
2.4.1 Umum ………………………………..
2.4.2 Tahap Pendidikan Dasar Kedokteran ………….……………………
2.4.3 Tahap Pendidikan Kedokteran Klinik ……………………….……...
2.4.4 Tahap Kepaniteraan Klinik (Clerkship) …….………………………
2.5 Isi Kurikulum ………………………………..
2.5.1 Struktur Kurikulum ……………..…………………
2.5.2 Sebaran Matakuliah di Setiap Semester …………………………..
2.5.3 Tahap Pendidikan Profesi (Clerkship) ………………………….….

Bab III PERAN, FUNGSI, KOORDINASI, PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


3.1 Peran dan Fungsi dalam Penyelenggaraan Pembelajaran
3.1.1 Pimpinan Fakultas .......................................
3.1.2 Gugus Jaminan Mutu (GJM) …....................................
3.1.3 Unit Jaminan Mutu (UJM) .......................................
3.1.4 Medical Education Unit (MEU) .......................................
3.1.5 Jurusan .......................................
3.1.6 Laboratorium ...........................................
3.1.7 UPT Labskill & Laboratorium Sentral Biomedik ......................
3.1.8 Urusan Administrasi Akademik Jurusan ................................
3.1.9 Penanggungjawab Matakuliah (PJMK) .......................................
3.1.10 Kelompok Pengajar ...............................................
3.1.11 Mahasiswa ...........................................
3.2 Prosedur dan Koordinasi Proses Pembelajaran .......................................

Bab IV PEMBELAJARAN BLOK


4.1 Strategi Pembelajaran ...............................................
4.2 Struktur Materi …............................................
4.3 Organisasi dan Prosedur Pembelajaran Blok..........................................
4.4 RancanganPembelajaran ...............................................
4.5 Implementasi Pembelajaran …………………………………..………..

Bab V PEMBELAJARAN NON-BLOK


5.1 Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) ……………………………………..……..
5.2 Metodologi …………………………………..………..
5.3 Tugas Akhir ……………………………………..……..
5.4 Program Kerja Nyata Mahasiswa (PKNM) …………………………………..………

Bab VI KETERAMPILAN DAN KETERAMPILAN KLINIK


6.1 Keterampilan dan Keterampilan Klinik ……………………………………….
6.2 Keterampilan Klinik (clinical skill) ………………………………………..
6.3 Buku Pedoman Pembelajaran Keterampilan Klinik ……………………….

Bab VII EVALUASI HASIL PEMBELAJARAN


7.1 Umum ………………………………………..
7.2 Tujuan ………………………………………..
7.3 Jenis Evaluasi ………………………………………..
7.4 Evaluasi Hasil Belajar ………………………………………..
7.5 Ujian Penunjang ………………………………………..
7.6 Konversi Skor menjadi Nilai Huruf ………………………………………..
7.7 Penilaian Kemampuan Akademik ………………………………………..
7.8 Evaluasi Pendidikan dan Lama Masa Studi …………………………………
7.9 Transkrip Kompetensi ………………………………………..
7.10 Sertifikat Kompetensi ………………………………………..
7.11 Yudisium ………………………………………..

Bab VIII BIMBINGAN KONSELING, KEPENASIHATAN AKADEMIK, SERTA KEGIATAN


EKSTRAKURIKULER
8.1 Bimbingan Konseling …………………………………………
8.2 Kepenasehatan Akademik …………………………………………
8.3 Kegiatan Ekstrakurikuler …………………………………………

Bab IX PENGEMBANGAN

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Sebaran, Kodifikasi, dan Beban Studi Matakuliah ……………… …………….
Tabel 7.1 Konversi Skor ke dalam Nilai Huruf …………………………….……

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Bagan Struktur Kurikulum ………………………………..
Gambar 3.1 Bagan Pembelajaran KBK PS Pendidikan Dokter – FKUB ………………
Gambar 4.1 Bagan Organisasi dan Prosedur Pembelajaran Blok …………………..
Gambar 4.2 Komponen Pembelajaran Blok ………………………………..
Gambar 4.3 Contoh “Topic & Topic Tree” Sistem Reproduksi …………………….
Gambar 6.1 Organisasi Pembelajaran Keterampilan ………………………………..
Gambar 7.1 Proses Evaluasi Komponen Blok ………………………………..
Bab I
KOMPETENSI DAN STANDAR KOMPETENSI DOKTER

1.1 Batasan Kompetensi


Berdasarkan Pasal 1 Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 045/U/2002 tentang
Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi, yang dimaksud dengan Kompetensi adalah seperangkat
tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap
mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu.

1.2 Jabaran Operasional Kompetensi


Batasan Kompetensi diatas dijabarkan sebagai berikut:
1.2.1 Kompetensi sebagai “seperangkat tindakan cerdas yang penuh tanggungjawab”
menunjukkan bahwa hakikat dasar Kompetensi adalah sebuah kemampuan yang
diperoleh dari integrasi 3 domain: a) cerdas, sebagai kemampuan kognitif yang
merupakan buah pikir intelektual, b) tindakan, sebagai kemampuan psikomotorik, dan c)
bertanggungjawab, merupakan kemampuan afektif sebagai buah perilaku dan sikap.
1.2.2 Dalam konteks profesi dokter, kompetensi ini mengandung makna sebagai integrasi
kemampuan berfikir, bertindak, dan berperilaku sebagai seorang dokter. Setiap tindakan
profesional seorang dokter harus didasarkan kepada hasil berfikir yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah, dilakukan sesuai dengan standar prosedur yang
ditetapkan, dan disertai dengan sikap dan perilaku sesuai dengan etika, kode etik, dan
tanggungjawab seorang dokter.
1.2.3 Penguasaan keilmuan (kognitif), keterampilan bertindak (psikomotorik), sikap dan perilaku
profesional (afektif), secara sendiri-sendiri tidak menggambarkan penguasa-an
kompetensi, melainkan harus dilakukan secara integratif diantara ketiganya.
1.2.4 Dengan kerangka berfikir diatas, maka pembelajaran kompetensi pada dasarnya adalah
pembelajaran dengan mengintegrasikan ketiga domain itu sekaligus. Tanpa
mengintegrasikan ketiganya, pembelajaran tidak dapat dikatakan sebagai bentuk
pembelajaran kompetensi.
1.2.5 “Dianggap mampu oleh masyarakat“ dalam definisi kompetensi mengindikasikan
beberapa hal: 1) bahwa lulusan Program Studi Pendidikan Dokter tidak otomatis
dipandang kompeten dalam menjalankan tugasnya melainkan telah dibekali dengan
kompetensi untuk mampu memerankan kompetensi itu di masyarakat (“ competence
performer”), 2) kompetensi berbeda dengan ijazah yang merupakan bentuk pengakuan
resmi institusi pendidikan yang menghasilkannya, dan 3) dalam praktek, pengakuan
masyarakat atas kompetensi lulusan pendidikan dokter direpresentasikan oleh Konsil
Kedokteran Indonesia dengan memberikan lisensi untuk berpraktek di masyarakat.
1.2.6 “Melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu“, mengindikasikan bahwa
kompetensi itu spesifik untuk setiap profesi, dan sebaliknya kompetensi itu tidak dapat
dilaksanakan apabila yang bersangkutan bertugas di masyarakat di luar profesinya
tersebut.

1.3 Elemen Kompetensi


Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya didalam kompetensi
terkandung beberapa elemen, masing-masing: a) kompetensi sebagai landasan kepribadian, b)
kompetensi sebagai penguasaan ilmu dan keterampilan, c) kompetensi sebagai kemampuan
berkarya, dan d) kompetensi sebagai sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat
keahlian, berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dikuasai, dan e) kompetensi juga merupakan
pemahaman kaidah berkehidupan masyarakat sesuai dengan keahlian dalam berkarya.

1.4 Acuan Standar Kompetensi Dokter


Untuk mengukur kompetensi dokter perlu ditetapkan sejumlah parameter yang menjadi
acuan ketercapaiannya. Dalam konteks standar pendidikan dokter secara nasional, Standar
Kompetensi Dokter yang ditetapkan Konsil Kedokteran Indonesia merupakan parameter acuan
bagi Program Studi Pendidikan Dokter FKUB. Dalam konteks standar pendidikan internasional,
Program Studi Pendidikan Dokter FKUB menggunakan standar yang ditetapkan oleh World
Federation of Medical Education: WFME Global Standards Basic Medical Education for Quality
Improvement (WFME, Copenhagen, 2003).
Dengan dikuasainya standar kompetensi oleh seorang profesi dokter, maka yang
bersangkutan akan mampu: a) mengerjakan tugas atau pekerjaan profesinya, b)
mengorganisasikan tugasnya agar pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan, c) segera tanggap
dan tahu apa yang harus dilakukan bilamana terjadi sesuatu yang berbeda dengan rencana
semula, d) menggunakan kemampuan yang dimiliki untuk memecahkan masalah di bidang
profesinya, dan e) melaksanakan tugas dengan kondisi berbeda.

1.5 Manfaat Standar Kompetensi Dokter


1.5.1 Bagi Institusi Pendidikan Kedokteran
Sesuai dengan Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dan Peraturan
Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang mengatakan
bahwa kurikulum program studi menjadi wewenang institusi pendidikan kedokteran, maka
Standar Kompetensi Dokter merupakan kerangka acuan utama bagi institusi pendidikan
kedokteran dalam mengembangkan kurikulumnya masing-masing. Dengan demikian,
walaupun kurikulum berbeda, tetapi dokter yang dihasilkan dari berbagai institusi
diharapkan memiliki kesetaraan dalam hal penguasaan kompetensi.
1.5.2 Bagi Pengguna
Standar Kompetensi Dokter dapat dijadikan kerangka acuan utama bagi Departemen
Kesehatan maupun Dinas Kesehatan Propinsi ataupun Kabupaten dalam pengembangan
sumber daya manusia kesehatan, dalam hal ini dokter, agar dapat memberikan
pelayanan kesehatan yang baik. Dengan Standar Kompetensi, Depkes dan Dinas
Kesehatan sebagai pihak yang akan memberikan lisensi dapat mengetahui kompetensi
apa yang telah dikuasai oleh dokter dan kompetensi apa yang perlu ditambah, sesuai
dengan kebutuhan spesifik di tempat kerja. Dengan demikian pihak Depkes dan Dinas
Kesehatan dapat menyelenggarakan pembekalan atau pelatihan jangka pendek sebelum
memberikan Ijin Praktik.
1.5.3 Bagi Orang Tua Mahasiswa dan Penyandang Dana
Dengan standar kompetensi dokter, orang tua murid dan penyandang dana dapat
mengetahui secara jelas kompetensi yang akan dikuasai oleh mahasiswa. Hal ini sebagai
bentuk akuntabilitas publik.
1.5.4 Bagi Mahasiswa
Standar Kompetensi Dokter dapat digunakan oleh mahasiswa untuk mengarahkan proses
belajarnya, karena mahasiswa mengetahui sejak awal kompetensi yang harus dikuasai di
akhir pendidikan. Dengan demikian proses pendidikan diharapkan dapat berjalan lebih
efektif dan efisien.
1.5.5 Bagi Departemen Pendidikan Nasional dan Badan Akreditasi Nasional
Standar Kompetensi Dokter dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi kriteria pada
Akreditasi Program Studi Pendidikan Dokter.
1.5.6 Bagi Kolegium Dokter Indonesia
Standar Kompetensi Dokter dapat dijadikan acuan dalam menyelenggarakan program
pengembangan profesi secara berkelanjutan.
1.5.7 Bagi Kolegium-Kolegium Spesialis
Standar Kompetensi Dokter dapat dijadikan acuan dalam merumuskan kompetensi dokter
spesialis yang merupakan kelanjutan dari pendidikan dokter.
1.5.8 Untuk Program Adaptasi bagi Lulusan Luar Negeri
Standar Kompetensi Dokter dapat digunakan sebagai acuan untuk menilai kompetensi
dokter lulusan luar negeri.

1.6 Standar Kompetensi Dokter


Program Studi Pendidikan Dokter FKUB mengacu pada Standar Kompetensi Dokter yang
ditetapkan Konsil Kedokteran Indonesia sebagai berikut :
1.6.1 Area Kompetensi:
a. Komunikasi efektif
b. Keterampilan klinis
c. Landasan ilmiah ilmu kedokteran
d. Pengelolaan masalah kesehatan
e. Pengelolaan informasi
f. Mawas diri dan pengembangan diri
g. Etika, moral, medikolegal dan profesionalisme serta keselamatan pasien.
1.6.2 Komponen Kompetensi:
1.6.2.1 Area Komunikasi Efektif
a. Berkomunikasi dengan pasien serta anggota keluarganya
b. Berkomunikasi dengan sejawat
c. Berkomunikasi dengan masyarakat
d. Berkomunikasi dengan profesi lain.
1.6.2.2 Area Keterampilan Klinis
a. Memperoleh dan mencatat informasi yang akurat serta penting tentang pasien dan
keluarganya
b. Melakukan prosedur klinik dan laboratorium
c. Melakukan prosedur kedaruratan klinis.
1.6.2.3 Area Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran
a. Menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu biomedik, klinik, perilaku, dan
ilmu kesehatan masyarakat sesuai dengan pelayanan kesehatan tingkat primer
b. Merangkum dari interpretasi anamnesis, pemeriksaan fisik, uji laboratorium dan
prosedur yang sesuai
c. Menentukan efektivitas suatu tindakan.

1.6.2.4 Area Pengelolaan Masalah Kesehatan


a. Mengelola penyakit, keadaan sakit dan masalah pasien sebagai individu yang utuh,
bagian dari keluarga dan masyarakat
b. Melakukan pencegahan Penyakit dan Keadaan Sakit
c. Melaksanakan pendidikan kesehatan dalam rangka promosi kesehatan dan pencegahan
penyakit
d. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan derajat
kesehatan
e. Mengelola sumber daya manusia serta sarana dan prasarana secara efektif dan efisien
dalam pelayanan kesehatan primer dengan pendekatan Kedokteran Keluarga.
1.6.2.5 Area Pengelolaan Informasi
a. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk membantu penegakan
diagnosis, pemberian terapi, tindakan pencegahan dan promosi kesehatan, serta
penjagaan, dan pemantauan status kesehatan pasien
c. Memahami manfaat dan keterbatasan teknologi informasi
d. Memanfaatkan informasi kesehatan.
1.6.2.6 Area Mawas Diri dan Pengembangan Diri
a. Menerapkan mawas diri
b. Mempraktikkan belajar sepanjang hayat
c. Mengembangkan pengetahuan baru.

1.6.2.7 Area Etika, Moral, Medikolegal dan Profesionalisme serta Keselamatan Pasien
a. Memiliki sikap profesional
b. Berperilaku profesional dalam bekerja sama
c. Sebagai anggota Tim Pelayanan Kesehatan yang profesional
d. Melakukan praktik kedokteran dalam masyarakat multikultural di Indonesia
e. Memenuhi aspek medikolegal dalam praktik kedokteran
f. Menerapkan keselamatan pasien dalam praktik kedokteran.

1.6.3 Penjabaran Kompetensi


1.6.3.1 Area Komunikasi Efektif
Kompetensi Inti:
Mampu menggali dan bertukar informasi secara verbal dan non verbal dengan pasien
pada semua usia, anggota keluarga, masyarakat, kolega dan profesi lain.
Lulusan Dokter Mampu:
a. Berkomunikasi dengan pasien serta anggota keluarganya
1) Bersambung rasa dengan pasien dan keluarganya
Memberikan salam
Memberikan situasi yang nyaman bagi pasien
Menunjukkan sikap empati dan dapat dipercaya
Mendengarkan dengan aktif (penuh perhatian dan memberi waktu yang cukup
pada pasien untuk menyampaikan keluhannya dan menggali permasalahan
pasien)
Menyimpulkan kembali masalah pasien, kekhawatiran, maupun harapannya
Memelihara dan menjaga harga diri pasien, hal-hal yang bersifat pribadi, dan
kerahasiaan pasien sepanjang waktu
Memperlakukan pasien sebagai mitra sejajar dan meminta persetujuannya
dalam memutuskan suatu terapi dan tindakan.

2) Mengumpulkan Informasi
Mampu menggunakan open-ended maupun closed question dalam menggali
informasi (move from open to closed question properly)
Meminta penjelasan pada pasien pada pernyataan yang kurang dimengerti
Menggunakan penalaran klinik dalam penggalian riwayat penyakit pasien
sekarang, riwayat keluarga, atau riwayat kesehatan masa lalu
Melakukan penggalian data secara runtut dan efisien
Tidak memberikan nasehat maupun penjelasan yang prematur saat masih
mengumpulkan data.

3) Memahami Perspektif Pasien


Menghargai kepercayaan pasien terhadap segala sesuatu yang menyangkut
penyakitnya
Melakukan eksplorasi terhadap kepentingan pasien, kekhawatirannya, dan
harapannya
Melakukan fasilitasi secara profesional terhadap ungkapan emosi pasien (marah,
takut, malu, sedih, bingung, eforia, maupun pasien dengan hambatan
komunikasi misalnya bisu-tuli, gangguan psikis)
Mampu merespon verbal maupun bahasa non-verbal dari pasien secara
profesional
Memperhatikan faktor biopsikososiobudaya dan norma-norma setempat untuk
menetapkan dan mempertahankan terapi paripurna dan hubungan dokter
pasien yang professional
Menggunakan bahasa yang santun dan dapat dimengerti oleh pasien (termasuk
bahasa daerah setempat) sesuai dengan umur, tingkat pendidikan
ketika menyampaikan pertanyaan, meringkas informasi, menjelaskan hasil
diagnosis, pilihan penanganan serta prognosis.

4) Memberi Penjelasan dan Informasi


Mempersiapkan perasaan pasien untuk menghindari rasa takut dan stres
sebelum melakukan pemeriksaan fisik
Memberi tahu adanya rasa sakit atau tidak nyaman yang mungkin timbul selama
pemeriksaan fisik atau tindakannya
Memberi penjelasan dengan benar, jelas, lengkap, dan jujur tentang tujuan,
keperluan, manfaat, risiko prosedur diagnostik dan tindakan medis (terapi,
operasi, prognosis, rujukan) sebelum dikerjakan
Menjawab pertanyaan dengan jujur, memberi konsultasi, atau menganjurkan
rujukan untuk permasalahan yang sulit.
Memberikan edukasi dan promosi kesehatan kepada pasien maupun
keluarganya
Memastikan mengkonfirmasikan bahwa informasi dan pilihan-pilihan tindakan
telah dipahami oleh pasien
Memberikan waktu yang cukup kepada pasien untuk merenungkan kembali
serta berkonsultasi sebelum membuat persetujuan
Menyampaikan berita buruk secara profesional dengan menjunjung tinggi etika
kedokteran
Memastikan kesinambungan pelayanan yang telah dibuat dan disepakati.

b. Berkomunikasi dengan sejawat


1) Memberi informasi yang tepat kepada sejawat tentang kondisi pasien baik secara
lisan, tertulis, atau elektronik pada saat yang diperlukan demi kepentingan pasien
maupun ilmu kedokteran

2) Menulis surat rujukan dan laporan penanganan pasien dengan benar, demi
kepentingan pasien maupun ilmu kedokteran
3) Melakukan presentasi laporan kasus secara efektif dan jelas, demi kepentingan
pasien maupun ilmu kedokteran.

c. Berkomunikasi dengan masyarakat


1) Menggunakan bahasa yang dipahami oleh masyarakat
2) Menggali masalah kesehatan menurut persepsi masyarakat
3) Menggunakan teknik komunikasi langsung yang efektif agar masyarakat
memahami kesehatan sebagai kebutuhan
4) Memanfaatkan media dan kegiatan kemasyarakatan secara efektif ketika
melakukan promosi kesehatan
5) Melibatkan tokoh masyarakat dalam mempromosikan kesehatan secara
profesional.

d. Berkomunikasi dengan profesi lain


1) Mendengarkan dengan penuh perhatian, dan memberi waktu cukup kepada
profesi lain untuk menyampaikan pendapatnya
2) Memberi informasi yang tepat waktu dan sesuai kondisi yang sebenarnya ke
perusahaan jasa asuransi kesehatan untuk pemrosesan klaim
3) Memberikan informasi yang relevan kepada penegak hukum atau sebagai saksi
ahli di pengadilan (jika diperlukan)
4) Melakukan negosiasi dengan pihak terkait dalam rangka pemecahan masalah
kesehatan masyarakat.
1.6.3.2 Area Keterampilan Klinis
Kompetensi Inti:
Melakukan prosedur klinis sesuai masalah, kebutuhan pasien dan sesuai
kewenangannya.
Lulusan Dokter Mampu:
a. Memperoleh dan mencatat informasi yang akurat serta penting tentang
pasien dan keluarganya
Menggali dan merekam dengan jelas keluhan-keluhan yang disampaikan (bila perlu
disertai gambar), riwayat penyakit saat ini, medis, keluarga, sosial serta riwayat
lain yang relevan.
b. Melakukan prosedur klinik dan laboratorium
1) Memilih prosedur klinis dan laboratorium sesuai dengan masalah pasien
2) Melakukan prosedur klinis dan laboratorium sesuai kebutuhan pasien dan
kewenangannya
3) Melakukan pemeriksaan fisik dengan cara yang seminimal mungkin menimbul-
kan rasa sakit dan ketidaknyamanan pada pasien
4) Melakukan pemeriksaan fisik yang sesuai dengan masalah pasien
5) Menemukan tanda-tanda fisik dan membuat rekam medis dengan jelas/ benar
6) Mengidentifikasi, memilih ,menentukan pemeriksaan laboratorium yang sesuai
7) Melakukan pemeriksaan laboratorium dasar
8) Membuat permintaan pemeriksaan laboratorium penunjang
9) Menentukan pemeriksaan penunjang untuk tujuan penapisan penyakit
10) Memilih dan melakukan keterampilan terapeutik, serta tindakan prevensi
sesuai dengan kewenangannya.

c. Melakukan prosedur kedaruratan klinis


1) Menentukan keadaan kedaruratan klinis
2) Memilih prosedur kedaruratan klinis sesuai kebutuhan pasien atau menetapkan
rujukan
3) Melakukan prosedur kedaruratan klinis secara benar dan etis, sesuai dengan
kewenangannya
4) Mengevaluasi dan melakukan tindak lanjut.

1.6.3.3 Area Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran


Kompetensi Inti:
Mengidentifikasi, menjelaskan dan merancang penyelesaian masalah kesehatan secara
ilmiah menurut ilmu kedokteran kesehatan mutakhir untuk mendapat hasil yang
optimum.
Lulusan Dokter Mampu:
a. Menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu biomedik, klinik,
perilaku, dan ilmu kesehatan masyarakat sesuai dengan pelayanan
kesehatan tingkat primer
1) Menjelaskan prinsip-prinsip ilmu kedokteran dasar yang berhubungan dengan
terjadinya masalah kesehatan, beserta patogenesis dan patofisiologinya
2) Menjelaskan masalah kesehatan baik secara molekular maupun selular melalui
pemahaman mekanisme normal dalam tubuh.
3) Menjelaskan faktor-faktor non biologis yang berpengaruh terhadap masalah
kesehatan.
4) Mengembangkan strategi untuk menghentikan sumber penyakit, poin-poin
patogenesis dan patofisiologis, akibat yang ditimbulkan, serta risiko spesifik
secara efektif
5) Menjelaskan tujuan pengobatan secara fisiologis dan molekular15
6) Menjelaskan berbagai pilihan yang mungkin dilakukan dalam penanganan pasien.
7) Menjelaskan secara rasional dan ilmiah dalam menentukan penanganan penyakit
baik klinik, epidemiologis, farmakologis, fisiologis, diet, olah raga, atau perubahan
perilaku
8) Menjelaskan pertimbangan pemilihan intervensi berdasarkan farmakologi,
fisiologi, gizi, ataupun perubahan tingkah laku
9) Menjelaskan indikasi pemberian obat, cara kerja obat, waktu paruh, dosis, serta
penerapannya pada keadaan klinik
10) Menjelaskan kemungkinan terjadinya interaksi obat dan efek samping
11) Menjelaskan manfaat terapi diet pada penanganan kasus tertentu
12) Menjelaskan perubahan proses patofisiologi setelah pengobatan.
13) Menjelaskan prinsip-prinsip pengambilan keputusan dalam mengelola masalah
kesehatan.

b. Merangkum dari interpretasi anamnesis, pemeriksaan fisik, uji labora-


torium dan prosedur yang sesuai
1) Menjelaskan (patofisiologi atau terminologi lainnya) data klinik dan laboratorium
untuk menentukan diagnosis pasti.
2) Menjelaskan alasan hasil diagnosis dengan mengacu pada evidence- based
medicine.

c. Menentukan efektivitas suatu tindakan


1) Menjelaskan bahwa kelainan dipengaruhi oleh tindakan
2) Menjelaskan parameter dan indikator keberhasilan pengobatan.
3) Menjelaskan perlunya evaluasi lanjutan pada penanganan penyakit.

1.6.3.4 Area Pengelolaan Masalah Kesehatan


Kompetensi Inti:
Mengelola masalah kesehatan pada individu, keluarga, ataupun masyarakat secara
komprehensif, holistik, berkesinambungan, koordinatif, dan kolaboratif dalam konteks
pelayanan kesehatan tingkat primer.
Lulusan Dokter Mampu:
a. Mengelola penyakit, keadaan sakit dan masalah pasien sebagai individu
yang utuh, bagian dari keluarga dan masyarakat
1) Menginterpretasi data klinis dan merumuskannya menjadi diagnosis sementara
dan diagnosis banding
2) Menjelaskan penyebab, patogenesis, serta patofisiologi suatu penyakit
3) Mengidentifikasi berbagai pilihan cara pengelolaan yang sesuai penyakit pasien
4) Memilih dan menerapkan strategi pengelolaan yang paling tepat berdasarkan
prinsip kendali mutu, kendali biaya, manfaat, dan keadaan pasien serta sesuai
pilihan pasien
5) Melakukan konsultasi mengenai pasien bila perlu
6) Merujuk ke sejawat lain sesuai dengan Standar Pelayanan Medis yang berlaku,
tanpa atau sesudah terapi awal
7) Mengelola masalah kesehatan secara mandiri dan bertanggung jawab sesuai
dengan tingkat kewenangannya
8) Memberi alasan strategi pengelolaan pasien yang dipilih berdasarkan patofisiologi,
patogenesis, farmakologi, faktor psikologis, sosial, dan faktor-faktor lain yang
sesuai
9) Membuat instruksi tertulis secara jelas, lengkap, tepat, dan dapat dibaca15
10) Menulis resep obat secara rasional (tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat
frekwensi dan cara pemberian, serta sesuai kondisi pasien), jelas, lengkap, dan
dapat dibaca
11) Mengidentifikasi berbagai indikator keberhasilan pengobatan, memonitor
perkembangan penanganan, memperbaiki dan mengubah terapi dengan tepat
12) Memprediksi, memantau, mengenali kemungkinan adanya interaksi obat dan
efek samping, memperbaiki atau mengubah terapi dengan tepat
13) Menerapkan prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga secara holistik,
komprehensif, koordinatif, kolaboratif, dan berkesinambungan dalam mengelola
penyakit dan masalah pasien
14) Mengidentifikasi peran keluarga pasien, pekerjaan, dan lingkungan sosial
sebagai faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya penyakit serta sebagai
faktor yang mungkin berpengaruh terhadap pertimbangan terapi.

b. Melakukan Pencegahan Penyakit dan Keadaan Sakit


1) Mengidentifikasi, memberi alasan, menerapkan dan memantau strategi
pencegahan tertier yang tepat berkaitan dengan penyakit pasien, keadaan sakit
atau perma-salahannya (pencegahan tertier adalah pencegahan yang digunakan
untuk memper-lambat progresi dari penyakitnya dan juga timbulnya komplikasi,
misalnya diet pada penderita DM, olah raga dsb.)
2) Mengidentifikasi, memberikan alasan, menerapkan dan memantau strategi
pencegahan sekunder yang tepat berkaitan dengan pasien dan keluarganya
(pencegahan sekunder adalah kegiatan penapisan untuk mengidentifikasi faktor
risiko dari penyakit laten untuk memperlambat atau mencegah timbulnya
penyakit, contoh pap smear, mantoux test).
3) Mengidentifikasi, memberikan alasan, menerapkan dan memantau kegiatan
strategi pencegahan primer yang tepat, berkaitan dengan pasien, anggota
keluarga dan masyarakat (Pencegahan primer adalah mencegah timbulnya
penyakit, misalnya imunisasi).
4) Mengidentifikasi peran keluarga pasien, pekerjaan, dan lingkungan sosial sebagai
faktor risiko terjadinya penyakit dan sebagai faktor yang mungkin berpengaruh
terhadap pencegahan penyakit.
5) Menunjukkan pemahaman bahwa upaya pencegahan penyakit sangat bergantung
pada kerja sama tim dan kolaborasi dengan professional di bidang lain.

c. Melaksanakan pendidikan kesehatan dalam rangka promosi kesehatan dan


pencegahan penyakit
1) Mengidentifikasi kebutuhan perubahan perilaku dan modifikasi gaya hidup untuk
promosi kesehatan pada berbagai kelompok umur, jenis kelamin, etnis, dan
budaya
2) Merencanakan dan melaksanakan pendidikan kesehatan dalam rangka promosi
kesehatan di tingkat individu, keluarga, dan masyarakat
3) Bekerja sama dengan sekolah dalam mengembangkan program “Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS)”.

d. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan


derajat kesehatan
1) Memotivasi masyarakat agar mampu mengidentifikasi masalah kesehatan
masyarakat
2) Menentukan insidensi dan prevalensi penyakit di masyarakat serta mengenali
keterkaitan yang kompleks antara faktor psikologis, kultur, sosial, ekonomi,
kebijakan, dan faktor lingkungan yang berpengaruh pada suatu masalah
kesehatan
3) Melibatkan masyarakat dalam mengembangkan solusi yang tepat bagi masalah
kesehatan masyarakat
4) Bekerja sama dengan profesi dan sektor lain dalam menyelesaikan masalah
kesehatan dengan mempertimbangkan kebijakan kesehatan pemerintah,
termasuk antisipasi terhadap timbulnya penyakit-penyakit baru
5) Menggerakkan masyarakat untuk berperan serta dalam intervensi kesehatan
6) Merencanakan dan mengimplementasikan intervensi kesehatan masyarakat, serta
menganalisis hasilnya
7) Melatih kader kesehatan dalam pendidikan kesehatan
8) Mengevaluasi efektivitas pendidikan kesehatan
9) Bekerja sama dengan masyarakat dalam menilai ketersediaan, pengadaan dan
pemanfaatan pelayanan kesehatan masyarakat.

e. Mengelola sumber daya manusia dan sarana – prasarana secara efektif dan
efisien dalam pelayanan kesehatan primer dengan pendekatan kedokteran
keluarga
1) Menjalankan fungsi managerial (berperan sebagai pemimpin, pemberi informasi,
dan pengambil keputusan)
2) Menerapkan manajemen mutu terpadu dalam pelayanan kesehatan primer
dengan pendekatan kedokteran keluarga
3) Mengelola sumber daya manusia
4) Mengelola fasilitas, sarana dan prasarana.

1.6.3.5 Area Pengelolaan Informasi


1) Kompetensi Inti:
Mengakses, mengelola, menilai secara kritis kesahihan dan kemamputerapan
informasi untuk menjelaskan dan menyelesaikan masalah, atau mengambil
keputusan dalam kaitan dengan pelayanan kesehatan di tingkat primer.
2) Lulusan Dokter Mampu
a. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk membantu
penegakan diagnosis, pemberian terapi, tindakan pencegahan dan
promosi kesehatan, serta penjagaan, dan pemantauan status kesehatan
pasien
1) Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (internet) dengan baik
2) Menggunakan data dan bukti pengkajian ilmiah untuk menila relevansi dan
validitasnya
3) Menerapkan metode riset dan statistik untuk menilai kesahihan informasi ilmiah
4) Menerapkan keterampilan dasar pengelolaan informasi untuk menghimpun data
relevan menjadi arsip pribadi
5) Menerapkan keterampilan dasar dalam menilai data untuk melakukan validasi
informasi ilmiah secara sistematik
6) Meningkatkan kemampuan secara terus menerus dalam merangkum dan
menyimpan arsip.

b. Memahami manfaat dan keterbatasan teknologi informasi


Menerapkan prinsip teori teknologi informasi dan komunikasi untuk membantu
penggunaannya, dengan memperhatikan secara khusus potensi untuk
berkembang dan keterbatasannya.

c. Memanfaatkan informasi kesehatan


1) Memasukkan dan menemukan kembali informasi dan database dalam praktik
kedokteran secara efisien
2) Menjawab pertanyaan yang terkait dengan praktik kedokteran dengan
menganalisis arsipnya
3) Membuat dan menggunakan rekam medis untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan.

1.6.3.6 Area Mawas Diri dan Pengembangan Diri


Kompetensi Inti:
a. Melakukan praktik kedokteran dengan penuh kesadaran atas kemampuan dan
keterbatasannya
b. Mengatasi masalah emosional, personal, kesehatan, dan kesejahteraan yang dapat
mempengaruhi kemampuan profesinya
c. Belajar sepanjang hayat
d. Merencanakan, menerapkan dan memantau perkembangan profesi secara
berkesinambungan.
Lulusan Dokter Mampu
a. Menerapkan mawas diri
1) Menyadari kemampuan dan keterbatasan diri berkaitan dengan praktik
kedokterannya dan berkonsultasi bila diperlukan
2) Mengenali dan mengatasi masalah emosional, personal dan masalah yang
berkaitan dengan kesehatannya yang dapat mempengaruhi kemampuan
profesinya
3) Menyesuaikan diri dengan tekanan yang dialami selama pendidikan dan praktik
kedokteran
4) Menyadari peran hubungan interpersonal dalam lingkungan profesi dan pribadi
5) Mendengarkan secara akurat dan bereaksi sewajarnya atas kritik yang
membangun dari pasien, sejawat, instruktur, dan penyelia
6) Mengelola umpan balik hasil kerja sebagai bagian dari pelatihan dan praktik
7) Mengenali nilai dan keyakinan diri yang sesuai dengan praktik kedokterannya
8) Mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan yang baru.
9) Berperan aktif dalam Program Pendidikan dan Pelatihan Kedokteran Berkelanjutan
(PPPKB) dan pengalaman belajar lainnya
10) Menunjukkan sikap kritis terhadap praktik kedokteran berbasis bukti ( Evidence-
Based Medicine)
11) Mengambil keputusan apakah akan memanfaatkan informasi atau evidence
untuk penanganan pasien dan justifikasi alasan keputusan yang diambil
12) Menanggapi secara kritis literatur kedokteran dan relevansinya terhadap
pasiennya
13) Menyadari kinerja professionalitas diri dan mengidentifikasi kebutuhan
belajarnya.

b. Mengembangkan pengetahuan baru


1) Mengidentifikasi kesenjangan dari ilmu pengetahuan yang sudah ada dan
mengembangkannya menjadi pertanyaan penelitian yang tepat
2) Merencanakan, merancang, dan mengimplementasikan penelitian untuk menemu-
kan jawaban dari pertanyaan penelitian.
3) Menuliskan hasil penelitian sesuai dengan kaidah artikel ilmiah
4) Membuat presentasi ilmiah dari hasil penelitiannya.

1.6.3.7 Area Etika, Moral, Medikolegal dan Profesionalisme serta Keselamatan


Pasien
Kompetensi Inti
a. Berperilaku professional dalam praktik kedokteran serta mendukung kebijakan
kesehatan
b. Bermoral dan beretika serta memahami isu-isu etik maupun aspek medikolegal
dalam praktik kedokteran
c. Menerapkan program keselamatan pasien.

Lulusan Dokter Mampu


a. Memiliki Sikap profesional
1) Menunjukkan sikap yang sesuai dengan Kode Etik Dokter Indonesia
2) Menjaga kerahasiaan dan kepercayaan pasien
3) Menunjukkan kepercayaan dan saling menghormati dalam hubungan dokter
pasien
4) Menunjukkan rasa empati dengan pendekatan yang menyeluruh
5) Mempertimbangkan masalah pembiayaan dan hambatan lain dalam memberikan
pelayanan kesehatan serta dampaknya
6) Mempertimbangkan aspek etis dalam penanganan pasien sesuai standar profesi
7) Mengenal alternatif dalam menghadapi pilihan etik yang sulit
8) Menganalisis secara sistematik dan mempertahankan pilihan etik dalam
pengobatan setiap individu pasien.
b. Berperilaku profesional dalam bekerja sama
1) Menghormati setiap orang tanpa membedakan status sosial
2) Menunjukkan pengakuan bahwa tiap individu mempunyai kontribusi dan peran
yang berharga, tanpa memandang status sosial
3) Berperan serta dalam kegiatan yang memerlukan kerja sama dengan para
petugas kesehatan lainnya
4) Mengenali dan berusaha menjadi penengah ketika terjadi konflik
5) Memberikan tanggapan secara konstruktif terhadap masukan dari orang lain
6) Mempertimbangkan aspek etis dan moral dalam hubungan dengan petugas
kesehatan lain, serta bertindak secara professional
7) Mengenali dan bertindak sewajarnya saat kolega melakukan suatu tindakan
yang tidak profesional.

c. Berperan sebagai anggota Tim Pelayanan Kesehatan yang profesional


1) Berperan dalam pengelolaan masalah pasien dan menerapkan nilai-nilai
profesionalisme
2) Bekerja dalam berbagai tim pelayanan kesehatan secara efektif
3) Menghargai peran dan pendapat berbagai profesi kesehatan
4) Berperan sebagai manager baik dalam praktik pribadi maupun dalam sistem
pelayanan kesehatan
5) Menyadari profesi medis yang mempunyai peran di masyarakat dan dapat
melakukan suatu perubahan
6) Mampu mengatasi perilaku yang tidak profesional dari anggota tim pelayanan
kesehatan lain.

d. Melakukan praktik kedokteran dalam masyarakat multikultural di


Indonesia
1) Menghargai perbedaan karakter individu, gaya hidup, dan budaya dari pasien
dan sejawat
2) Memahami heterogenitas persepsi yang berkaitan dengan usia, gender,
orientasi seksual, etnis, kecacatan dan status sosial ekonomi.

e. Aspek Medikolegal dalam praktik kedokteran


Memahami dan menerima tanggung jawab hukum berkaitan dengan :
1) Hak asasi manusia
2) Resep obat
3) Penyalahgunaan tindakan fisik dan seksual
4) Kode Etik Kedokteran Indonesia
5) Pembuatan surat keterangan sehat, sakit atau surat kematian
6) Proses di pengadilan
7) Memahami UU RI No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
8) Memahami peran Konsil Kedokteran Indonesia sebagai badan yang mengatur
praktik kedokteran
9) Menentukan, menyatakan dan menganalisis segi etika dalam kebijakan
kesehatan.

f. Aspek keselamatan pasien dalam praktik kedokteran


Menerapkan standar keselamatan pasien :
1) Hak pasien
2) Mendidik pasien dan keluarga
3) Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4) Penggunaan metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5) Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6) Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7) Komunikasi yang merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien.
Menerapkan 7 (tujuh) langkah keselamatan pasien :
1) Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2) Memimpin dan mendukung staf
3) Mengintegrasikan aktifitas pengelolaan risiko
4) Mengembangkan sistem pelaporan
5) Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien
6) Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
7) Mencegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan pasien.

Bab II
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2.1 Sejarah
Sejak tahun 1982, pendidikan dokter di Indonesia mengacu pada “Kurikulum Inti
Pendidikan Dokter Indonesia” atau KIPDI I yang menitikberatkan pada penguasaan disiplin ilmu.
Sesuai dengan percepatan perkembangan ilmu kedokteran dan kesehatan, telah disepakati
bahwa KIPDI akan diperbarui setiap 10 tahun. Pada tahun 1994, KIPDI II diterbitkan dan masih
menitikberatkan pada penguasaan disiplin ilmu sehingga gambaran dokter yang akan dihasilkan
belum terinci secara eksplisit.
Standar Kompetesensi Dokter disusun untuk memperbarui KIPDI II tahun 1994 yang sudah
saatnya diganti. Format Standar Kompetensi Dokter berbeda dengan KIPDI sebelumnya, karena
menyesuaikan dengan perkembangan peraturan terkini yang tercantum pada SK Mendiknas
No.045/U/2002, Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, Undang-Undang RI
Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Jauh sebelum ditetapkannya, sejak SK Mendiknas No.045/U/2002, melalui Tim Penataan
Kurikulum yang dibentuk berdasarkan SK Dekan FKUB No. 86//ST/J.191.10/KP/1999, FKUB telah
berupaya mengembangkan kurikulum mengacu pada The Five Star Doctor (WHO-SEARO, 1995 ).
Hasil kerja tim ini menjadi bahan Rapat Kerja Tahun 2000 yang menghasilkan Profil Lulusan dan
Kompetensi lulusan yang saat itu diputuskan mencacu pada Kompetensi Lulusan berdasarkan
The Australian Medical Council. Untuk tindak lanjutnya, melalui SK Dekan FKUB No.
036/SK/J10.1.1.17/KP/2002 dibentuk Komite Kurikulum. Produk Komite ini berupa Struktur
Kurikulum KBK yang pertama kali dibahas dan disetujui dalam Rapat Kerja Tahun 2004. Pada
saat itu, banyak rumusan Kompetensi Lulusan Pendidikan Dokter digagaskan. Selain dari The
Australian Medical Council, muncul pula Konsep Kompetensi Dokter dari Proyek Health Worker
Service World Bank / DitjenDikTi dan dari Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
(AIPKI). Acuan akhir adalah rumusan Kompetensi berdasarkan SK Mendiknas No 045/U/2002
pada pasal 2, sedang Standar Kompetensi mengacu pada rumusan Konsil Kedokteran Indonesia
(KKI).
Untuk mempersiapkan pembelajaran KBK, Dekan FKUB membentuk Tim Persiapan
Pelaksanaan PBL dengan Surat Tugas No. 901/ST/J10.1.17/KP/2004. Tim ini mengadakan
beberapa kali uji coba penyelenggaraan PBL, Training of Trainers untuk calon fasilitator PBL,
pelatihan penyusunan modul untuk mempersiapkan bahan ajar, sekaligus sosialisasi PBL/KBK
bagi dosen, mahasiswa, dan tenaga administrasi. Pada tahun itu pula dibuka labskill sebagai
prasarana dan sarana pembelajaran keterampilan klinis.
Menjelang diawalinya implementasi KBK pada tahun ajaran 2007-2008, Dekan membentuk
Kelompok Kerja Substansi Kurikulum melalui SK No. 035/SK/J10.1.17/KP/2007 yang kemudian
dikembangkan menjadi Medical Education Unit berdasarkan SK Dekan FKUB No.
046/SK/J10.1.17/2007 yang bertugas mengembangkan kurikulum, SDM, infrastruktur, teknologi
informasi, dan monitoring evaluasi atas KBK. Unit ini telah merancang Struktur Kurikulum,
Mekanisme Pengkoordinasian Pelaksanaan KBK, Proses Belajar Mengajar KBK, Penilaian Proses
dan Hasil Belajar KBK, yang dituangkan dalam Pedoman Akademik 2007-2008, yang
terus
dikembangkan setiap tahunnya sampai kini. Untuk lebih mengefektifkan kinerja serta sinergi
dengan Jurusan Kedokteran dalam melaksanakan proses pembelajaran di Program Studi
Pendidikan Dokter, pada tahun 2009 Medical Education Unit mengalami pengembangan personil
dengan fungsi seperti sebelumnya, dan unit ini yang menyusun Pedoman Akademik ini.

2.2 Definisi Kurikulum dan Pendekatan Pembelajarannya


Kurikulum, menurut David Pratt (1990) adalah: “An organized set of formal teaching and
learning intentions“. Mengacu kepada definisi tersebut, hakekat sebuah kurikulum adalah sebuah
dokumen tertulis tentang struktur pembelajaran yang memiliki manajerial yang jelas dan
terencana (organized), mengikat (formal) dosen maupun mahasiswa dalam sebuah proses belajar
mengajar yang mempunyai tujuan yang jelas ( teaching-learning intentions). Sebagai sebuah
struktur, maka kurikulum harus terdiri dari: rumusan tujuan, materi ajar yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan beserta distribusinya secara tepat ke dalam semester, distribusinya kedalam
matakuliah, dan distribusinya dalam beban belajar, proses belajar mengajar dengan model
pembelajaran yang sesuai, evaluasi proses (yang dapat diamati) dan hasil belajar yang
terstandarisasi (dapat diukur), untuk menghasilkan pengukuran ( scoring) dan penilaian (grading)
serta pengambilan keputusan yang adil, objektif, dan jujur.
Dalam konteks kurikulum konvensional, ketercapaian tujuan kurikulum dinyatakan dengan
kelulusan atas seluruh matakuliah disiplin ilmu (discipline-based).
Dalam konteks Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), ketercapaian tujuan kurikulum
dinyatakan dengan telah dikuasainya kompetensi yang ditetapkan yang diukur berdasarkan
Standar Kompetensi yang digunakan, yaitu Standar Nasional yang mengacu Standar Kompetensi
Dokter dari Konsil Kedokteran Indonesia, dan Standar Internasional yang mengacu pada WFME
Global Standandarts of Basic Medical Education for Quality Improvement .
Kurikulum, menurut KepMenDikNas 045/U/2002 pasal 3 dan 5, terdiri dari Kurikulum Inti
sebagai penciri kompetensi utama yang ditetapkan secara nasional, dan Kurikulum Pendukung
yang berisi kompetensi pendukung atau kompetensi lain yang bersifat khusus dan gayut dengan
kompetesi utama suatu program studi yang ditetapkan oleh program studi itu sendiri.

2.3 Karakteristik KBK PSPD FKUB


2.3.1 KBK Program Studi Pendidikan Dokter FKUB (PSPD FKUB), dirancang melalui sejarah yang
cukup panjang dengan pendalaman pada karakteristik dan kapasitas berkembang yang ada
(lihat Sejarah). Oleh karena itu, selain karakteristik KBK pada umumnya, KBK PSPD FKUB
mengamanatkan pula keinginan stakeholders terutama para senior untuk selain membekali
kompetensi bagi lulusannya, juga membekali penguasaan disiplin ilmu kedokteran, agar selain
mampu bekerja di sektor kesehatan masyarakat, lulusan juga berpeluang me-
ngembangkan diri sebagai ilmuwan atau melanjutkan diri sebagai pengembang Ilmu
Kedokteran (medical scientist). Dalam konteks operasional, hal ini memberikan tugas kepada
Laboratorium di lingkungan PSPD FKUB untuk selain wadah membelajarkan kompetensi, juga
menjadi pusat pengembangan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terkait disiplin
ilmu masing-masing.
2.3.2 Penekanan pada pembelajaran disiplin ilmu ini akan memperkuat pencapaian area kompetensi
“Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran” dalam implementasi tugas profesi.
2.3.3 PSPD FKUB menetapkan Kedaruratan Medik dan Biomedik sebagai unggulan institusinya.
Sehubungan dengan itu, secara institusional. unggulan ini dimasukkan ke dalam KBK sebagai
Kurikulum Pendukung sesuai ketetapan KepMenDikNas diatas.
2.3.4 Bagi PSPD FKUB, masyarakat pengguna (stakeholders) bukan hanya masyarakat yang
membutuhkan layanan kesehatan dan atau kedokteran dari lulusannya. Masyarakat pengguna
lainnya, dimana lulusan juga dapat berkiprah, adalah komunitas ilmiah baik Lembaga Riset
dan Pengembangan, juga pendidikan jenjang akademik S2-S3. Implementasi Kebijakan ini
dalam KBK PSPD FKUB dinyatakan dengan pembelajaran Metodologi Riset, penelitian untuk
menyusun Tugas Akhir (TA) yang bersifat wajib, dan pembelajaran disiplin ilmu yang disebut
sebagai Matakuliah Disiplin Ilmu (MKDI) secara sinergis pada setiap Blok KBK dengan
pembelajaran kompetensi yang disebut sebagai Matakuliah Kompetensi (MKK).
2.3.5 Evaluasi keberlanjutan studi dilaksanakan pada akhir Semester II dan Semester VII, agar
mahasiswa yang memang memiliki potensi akademik yang baik dapat melanjutkan
pendidikannya ke semester-semester berikutnya. Kebijakan ini bertujuan untuk menjamin
kualitas lulusan Uji Kompetensi Dokter tetap terjaga, selain menjamin kualitas PSPD FKUB
sendiri sebagai institusi pendidikan dokter yang unggul dan berkualitas.
2.3.6 Dengan dasar-dasar diatas serta penerapan otonomi pendidikan khususnya otonomi akademik,
maka selain karakteristik KBK pada umumnya, PSPD FKUB mengembangkan KBK-nya
dengan karakteristik berikut:
a. Masa Studi adalah 5 tahun, terdiri dari Pendidikan Tahap Akademik 7 semester dan
Pendidikan Tahap Profesi Dokter Clerkship 3 semester.
b. Curriculum content sepanjang 7 semester disusun sesuai dengan prinsip pembelajaran KBK.
Pada semester awal, pembelajaran keilmuan dibelajarkan lebih banyak dan semakin
berkurang pada semester-semester diatasnya. Sebaliknya, penguasaan keterampilan klinik
(clinical skill) menjadi lebih banyak menjelang pendidikan tahap clerkship dilaksanakan.
c.Pendidikan Tahap Akademik akan menghasilkan lulusan dengan gelar Sarjana Kedokteran
(SKed.). Sebagai Sarjana, selain dapat melanjutkan mengikuti Pendidikan Tahap Profesi
Dokter, lulusan dapat melanjutkan diri mengikuti pendidikan akademik S2 dan selanjutnya.
d. Pembelajaran pada dua semester awal dari Tahap Pendidikan Akademik dimaksudkan
untuk pencapaian dasar 7 Area Kompetensi KKI terutama “Area Komunikasi Efektif” dan
“Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran”. Tahap ini berujung pada evaluasi keberlanjutan studi
ke semester-semester barikutnya.
e. Pembelajaran pada lima semester berikutnya merupakan pembelajaran ilmu-ilmu klinik
berbasis pada Sistem (System-based Clinical Science). Pada setiap Sistem dibelajarkan:
Struktur dan Fungsi Normal serta Perubahan Patologis Sistem tersebut, Penyakit yang
menyangkut Sistem, Prinsip Terapi, Dampak Penyakit pada Individu, Keluarga, dan
Masyarakat, serta Kedaruratan Medik (sebagai konsekuensi menjadi Unggulan PSPD FKUB).
Acuan dalam penyusunan materi ini adalah United States Medical Licensing Examination
(USMLE) tahun 2008. Tahap ini diakhiri dengan evaluasi untuk memperoleh gelar SKed.
f. Pendidikan Tahap Akademik ditambah Pendidikan Tahap Profesi Clerkship akan
menghasilkan lulusan dengan sebutan Dokter (tanpa lisensi atau doctor without license)
yaitu dokter yang belum memiliki hak untuk berpraktik dan dengan sendirinya belum
memperoleh ijin untuk berpraktik (SIP).
g. Pembelajaran Kompetensi berlangsung sinergis dan integratif dengan Pembelajaran Disiplin
Ilmu. Pembelajaran sebagaimana diuraikan nanti pada bab-bab berikutnya, menggunakan
model Blok. Setiap Blok akan mengandung komponen Matakuliah Disiplin Ilmu (MKDI) baik
dalam bentuk perkuliahan dengan atau tanpa praktikum, dan komponen
Matakuliah Kompetensi (MKK) yang terdiri dari modul dan keterampilan klinik dari MKDI
tersebut yang terintegrasi dalam pembelajarannya.
h. Menyadari bahwa penyusunan modul dengan tema disease atau clinical skill tertentu tidak
dapat mengakomodasi seluruh materi disiplin ilmu, maka materi MKDI yang tidak terlibat
dalam modul dapat dibelajarkan tersendiri sepanjang pembelajaran setiap Blok
berlangsung, pada Semester III sampai dengan Semester VII.
i. Materi MKDI yang relevan dengan modul dan keterampilan klinik ( clinical skill) tertentu,
diintegrasikan ke dalam dan menjadi komponen pendukung modul dan keterampilan klinik
tersebut. Setiap modul diberi nama yang menggambarkan isi modul terintegrasi.
j. Oleh karena itu sebuah Blok akan mengandung komponen penguasaan kompetensi dan
komponen penguasaan disiplin ilmu sekaligus.
k. Untuk meningkatkan mutu lulusan khususnya dalam area “Landasan Ilmiah Ilmu
Kedokteran” dan “Area Mawas Diri serta Pengembangan Diri”, PSPD FKUB membelajarkan
Metodologi Riset dan memberikan Tugas Akhir kepada mahasiswanya. Pembelajaran materi
ini menunjukkan berkorelasi positif dengan ketercapaian prestasi bergengsi dalam berbagai
lomba karya ilmiah nasional yang diadakan Dikti dan institusi lain. Materi ini mendorong
pula ketercapaian paradigma learning how to learn sebagai bekal pencapaian area
kompetensi “Belajar Sepanjang Hayat”.
l. PSPD FKUB menerapkan pula PBL-hybrid pada setiap semester kurikulumnya untuk
memperkuat pencapaian kompetensi “Belajar Sepanjang Hayat” dan memelihara
konsistensi pendekatan pembelajaran dengan pendekatan SPICES ( Student Centered,
Problem-based, Intergrated, Community Oriented, Early Exposure to Clinic, and Systematic
) pada setiap Blok KBK.
m. Diujung Semester VII, sebelum tahap Clerkship, diberikan matakuliah kompetensi tentang
keamanan pasien sesuai dengan The WHO Patient Safety Curriculum Guides for Medical
Schools yang bertujuan memberikan kompetensi dalam penanganan/manajemen terhadap
kesalahan terapi atau timbulnya reaksi samping ( adverse reactions) dan secara umum
untuk lebih meningkatkan komunikasi efektif, penggunanaan evidence-based medicine,
serta berpraktik dengan aman dan etis.
n. Dengan melalui pembelajaran-pembelajaran diatas, maka lulusan PSPD FKUB akan
memperoleh: 1) Transkrip Kompetensi, 2) Sertifikat Penguasaan Kompetensi, dan 3)
Transkrip Akademik untuk digunakan memasuki pasar kerja dan atau komunitas ilmiah
lainnya.

2.4 Struktur Kurikulum


Rekapitulasi hal-hal karakteristik KBK PSPD FKUB diatas diatur dalam Struktur Kurikulum berikut.
2.4.1 Umum
a. Pendidikan Dokter di Program Studi Pendidikan Dokter FKUB ditempuh dalam 5 tahun.
Pendidikan ini dibagi menjadi 2 tahap pendidikan berturutan, masing-masing Tahap
Pendidikan Akademik berlangsung 7 semester dan Tahap Pendidikan Profesi 3 semester.
Tahap Pendidikan Akademik meliputi Tahap Pendidikan Dasar Kedokteran selama 2 semester
yakni Semester I dan II, serta Tahap Pendidikan Kompetensi Klinik selama 5 semester.
Tahap Pendidikan Profesi terdiri dari Tahap Clerkship.
b. Implementasi Pendidikan dikaitkan dengan kekhususan Kurikulum Berbasis Kompetensi baik
kekhususan dalam penetapan beban studi maupun dalam proses belajar mengajarnya yang
berbeda bermakna terhadap pembelajaran konvensional.

c. Setiap semester terdiri dari: paruh pertama dan paruh kedua. Tiap paruh terdiri dari 1 atau
lebih Blok. Blok merupakan unit terkecil pembelajaran kompetensi. Disebut sebagai
Blok karena kompetensi yang diperoleh dalam Blok itu tidak akan dibelajarkan lagi dalam
Blok lain melainkan langsung diaplikasikan dalam praktik klinik.
d. Setiap Blok terdiri dari 4 komponen: 1) Matakuliah Disiplin Ilmu (MKDI) yang terkait dengan
tema Blok, 2) Praktikum MKDI (kalau ada), 3) Modul terintegrasi (integrasi MKDI terkait
tema Blok), dan 4) Skill (pembelajaran keterampilan klinik terkait tema Blok). Pada Semester
I dan II, modul dan keterampilan klinik tidak selalu berkaitan.
e. Setiap Blok disebut sebagai Matakuliah Kompetensi (MKK).
f. Diluar struktur Blok, pada semester tertentu terdapat PBL- hybrid, Metodologi, Tugas Akhir,
dan Program Kerja Nyata Mahasiswa (PKNM).

2.4.2 Tahap Pendidikan Dasar Kedokteran


a. Pendidikan pada tahap ini bertujuan menghasilkan penguasaan Kompetensi Dasar
Kedokteran, khususnya dalam pencapaian kompetensi “Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran”
melalui Humaniora, Ilmu Dasar Kedokteran yang terintegrasi, Dasar Komunikasi Efektif dan
History Taking, Dasar Kedaruratan Medik, Pemeriksaan Fisik Diagnostik Umum, dan Tanda-
Tanda Vital, yang semuanya akan menjadi dasar bagi penguasaan keilmuan kedokteran
klinik dan keterampilan klinik pada tahap-tahap selanjutnya.
b. Tahap ini sekaligus merupakan tahap penapisan bagi mereka yang dapat atau tidak dapat
melanjutkan pendidikan KBK di Program Studi Pendidikan Dokter Jurusan Kedokteran FKUB.

2.4.3 Tahap Pendidikan Kompetensi Klinik


a. Pendidikan pada tahap ini bertujuan mencapai seluruh area kompetensi dokter melalui
pembelajaran Blok-Blok Kompetensi Klinik (clinical sciences) berbasis Sistim. Pada tahap ini
terdapat 14 blok meliputi 11 sistim dan 3 Disiplin Ilmu Kedokteran Klinik yang tidak termasuk
dalam Sistim, yaitu: 1) Sistim Muskuloskeletal, 2) Sistim Hematologi dan Jaringan
Limforetikuler, 3) Sistim Kulit dan Jaringan Ikat, 4) Sistim Saraf dan Jiwa, 5) Sistim Mata dan
THT, 6) Sistim Kardiovaskuler, 7) Sistim Respirasi, 8) Sistim Gastro-Entero-Hepatologi, 9)
Sistim Reproduksi, 10) Sistim Ginjal dan Saluran Kemih, 11) Sistim Endokrin dan Metabolik,
12) Anestesi, 13) Penyakit Tropik & Infeksi, 14) Kedokteran Forensik, Etika dan Kode Etik
Kedokteran, serta Keamanan Pasien,.
b. Pada semeter diluar pembelajaran Blok, terdapat PBL-hybrid, Metodologi, Tugas Akhir dan
PKMN.
c. Pada setiap Blok, beberapa matakuliah dasar kedokteran dan kedokteran klinik terintegrasi
baik horisontal maupun vertikal ke dalam Blok yang relevan.
d. Keterampilan klinik terkait dengan Blok/MKK tersebut juga diintegrasikan. Keterampilan klinik
dibelajarkan dalam “sistim Labskill”. Yang dimaksud “sistim Labskill” adalah sistim
pembelajaran keterampilan klinik yang dilaksanakan baik di Labskill, di lab sentral Biomedik,
dan di Laboratorium atau di Bagian/Departemen yang dipandang perlu. Pembelajaran
Keterampilan klinik dikoordinasikan oleh Tim Skill dibawah Jurusan Kedokteran.
e. Setelah menyelesaikan tahap pendidikan ini, diperoleh gelar Sarjana Kedokteran (SKed.) dan
berhak mengikuti Wisuda Sarjana.
f. Tahap pendidikan ini merupakan tahap penapisan untuk mengikuti tahap pendidikan
selanjutnya. Gelar Sarjana Kedokteran yang diperoleh merupakan prasyarat otomatis untuk
melanjutkan pendidikan ke tahap clerkship atau untuk mendaftarkan diri mengikuti Program
Pascasarjana S2.

2.4.4 Tahap Kepaniteraan Klinik (Clerkship)


a. Lama Studi Pendidikan tahap ini adalah 76 minggu.
b. Pada tahap ini lulusan Sarjana Kedokteran mengikuti pembelajaran klinik dalam bentuk
kepaniteraan klinik di Jejaring Lahan Pendidikan dibawah supervisi dan mengikuti dosen yang
kompeten.
c. Yang dimaksud Jejaring Lahan Pendidikan adalah sarana/prasarana pembelajaran klinik
terpadu dan dalam konteks pengelolaan pembelajaran dibawah koordinasi Jurusan
Kedokteran. Jejaring dapat meliputi: Rumahsakit Utama Pendidikan, Rumahsakit
afiliasi/satelit, dan Pusat Kesehatan Masyarakat yang dimanfaatkan bagi pendidikan klinik
PSPD FKUB.
d. Pembelajaran dilaksanakan oleh dosen tetap, dosen jejaring lahan pendidikan baik sebagai
dosen luar biasa maupun sebagai dosen kontrak. Legitimasi dalam pembelajaran dicapai
dengan Surat Tugas Dekan.
e. Rotasi pembelajaran clerkship didelegasikan kepada Koordinator Clerkship /Pembelajaran
Klinik dibawah Jurusan.
f. Setelah menyelesaikan tahap ini dengan baik, mahasiswa/Sarjana Kedokteran berhak
mendapatkan sebutan Dokter, akan tetapi tanpa lisensi sebagai pengakuan untuk
diperbolehkan melakukan praktik dokter.

2.5 Isi Kurikulum


2.5.1 Struktur Kurikulum
Struktur kurikulum berbasis kompetensi Program Studi Pendidikan Dokter dapat dilihat pada
Gambar 2.1 pada halaman berikut.
SEMESTER

TAHAP

ISI PEMBELAJARAN
Magang

XII
MAGANG
XI

X
Kepaniteraan

IX ROTASI KLINIK BERBASIS LABORATORIUM


Klinik

VIII

VII PKNM Kedokteran Kompetensi Keselamatan Pasien (3) PBL5


(3) Tropik Endokrin-Metabolik Kedokteran Forensik (3) (1)
(2) (6) Bahasa Inggris (2)
PERBAIKAN UJIAN BLOK
KOMPETENSI KLINIK

UJIAN BLOK ke-2

Sistem Ginjal
UJIIAN BLOK ke-1

VI Tugas Akhir Sistem Sistem & Saluran PBL4


(4) Gastro-Entero-Hepatologi Reproduksi Kemih (1)
(7) (4) (4)

V Metris (2) Sistem Respirasi (5) Sistem Kardiovaskuler (7) PBL3


Kewirausahaan Anestesi-2 (1) Anestesi-1 (1) (1)
(2)

IV Metodologi 2 Sistem Saraf (5) Sistem Mata (3) PBL2


(2) Psikiatri (3) THT (3) (1)
Sistem Muskuloskeletal (8) Sistem Sistem Kulit
III Bedah, Onkologi, Radiologi Dasar (2) Hematologi & Jaringan PBL1
(6) Ikat (1)
(6)

Biologi Dasar Farmako Basic IKM-KP 2 Siklus Hidup Basic


II Mikroba Infeksi kinetik- Communic (3) & Nutrisi Life
(3) Mikroba Farmako ation & (4) Support
(2) dinamik History & Basic
DASAR KEDOKTERAN

Imunologi (3) Taking Physical


(2) (2) Examina
tion
(3)

Metod-1 Bioetika & Humaniora Struktur, Biokim, IKM-


(2) Hk.Kedok- (6) Fungsi, Biomol, KP 1
I teran Patologi (3)
Biosel,
(2) Umum
(4) (3)

Gambar 2.1 Bagan Struktur Kurikulum

Keterangan : 1 sks KBK adalah “satuan waktu efektif ” yang setara dengan tatap muka, tutorial, tugas modul mandiri
selama 20 jam

2.5.2 Sebaran Matakuliah di Setiap Semester


Sebaran matakuliah berdasarkan tahap pendidikan dan semester dengan beban studi serta
kode matakuliah adalah seperti pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Sebaran, Kodifikasi dan Beban Studi Matakuliah

Tahap Semester Paruh Matakuliah Kode Beban


Pendidikan Semester Matakuliah studi
ke-
Humaniora:
I 1 Agama H1 2
Pancasila & Kewarganegaraan H2 2
Dasar
Bahasa Indonesia H3 2
Kedokteran
Bioetika & Hukum Kedokteran H4
BHK 2

Metodologi 1, berisi: Met1 2


Metode Ilmiah &
Perkembangan Ilmu,
Keterampilan Belajar
Struktur, Fungsi, dan Patologi DK1.1 4
2 Umum
Biokimia, Biologi Molekuler, DK1.2 3
Biologi Seluler
Ilmu Kesehatan Masyarakat & DK2.1 3
Kedokteran Pencegahan (IKM-
KP) 1, berisi:
Riwayat Alami Penyakit, Sehat-
Sakit- Penyakit, Tingkat Pencegah
An dan Faktor Resiko Lingkungan
Sos-Bud, Gizi Komunitas,
Epidemiologi
Biologi Mikroba DK1.3 3
II 1
Dasar Infeksi Mikroba DK1.4 2
Imunologi DK1.5 2
Farmakodinamika - DK1.6 3
Farmakokinetika
Ilmu Kesehatan Masyarakat & DK2.2 3
2 Kedokteran Pencegahan (IKM-
KP) 2, berisi:
Prinsip Dasar Manajemen
Kesehatan Komunitas
Siklus Hidup & Nutrisi DK1.7 4
Basic Communication & History DK3.1 2
Taking
Basic Life Support, General DK3.3 3
Survay, Vital Sign

Kompetensi Klinik KKMS 10


III 1 Muskuloskeletal-Bedah-
Kompetensi Onkologi-Radiologi Dasar
Klinik Kompetensi Klinik Hematologi KKHL 6
2 & Limforetikuler
Kompetensi Klinik Kulit & KKKJI 6
Jaringan Ikat
Problem Based Learning 1 PBL1 1
1 Kompetensi Klinik Saraf dan KKSJ 8
IV Jiwa
Kompetensi Klinik Mata dan KKMT 6
2 THT
Metodologi 2, berisi: Met2 2
Critical appraisal
Evidence Based Medicine
Problem Based Learning 2 PBL2 1
Kompetensi Klinik Respirasi KKRes 5
V 1 Kompetensi Klinik Anestesi-1 KKAn2 1
Metodologi 3, berisi: Met3 2
Dasar penulisan proposal
penelitian: Pengembangan
permasalahan & hipotesis,
Disain penelitian (eksperimental
& observasi), Pengolahan data,
Statistik aplikatif
Kewirausahaan KWU 2
Kompetensi Klinik KKKV 7
2 Kardiovaskuler
Kompetensi Klinik Anestesi-2 KKAn1 1
Problem Based Learning 2 PBL2 1
Kompetensi Klinik KKGEH 7
VI 1 Gastroenterohepatologi
Kompetensi Klinik Reproduksi KKRep 4
Kompetensi Klinik Ginjal dan KKGSK 4
2 Saluran Kemih
Pelaksanaan Tugas Akhir Met4 4
Problem Based Learning 4 PBL4 1
Kompetensi Klinik Endokrin KKEM 6
VII 1 dan Metabolik
Kompetensi Spesifik, berisi: KSKT 2
Kedokteran Tropik
Kompetensi Penunjang, berisi:
2 Keselamatan Pasien KPKP 3
Kedokteran Forensik KPKF 3
Bahasa Inggris H4 2
Program Kerja Nyata PKNM 3
Mahasiswa
Problem Based Learning 5 PBL5 1

2.5.3 Tahap Pendidikan Profesi (Clerkship)


Ketentuan menyangkut pendidikan, pembelajaran, rotasi, dan asesmen proses, serta hasil belajar
untuk Tahap Pendidikan Profesi (Kepaniteraan Klinik & Magang) akan ditentukan kemudian.
Bab III
PERAN, FUNGSI, KOORDINASI
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Manajemen internal yang efektif, produktif, dan efisien merupakan salah satu indikator kualitas
sebuah institusi pendidikan. Manifestasi dari manajemen internal yang seperti itu akan tercipta
apabila terdapat deskripsi jelas tentang peran, fungsi, dan tugas masing-masing unsur
penyelenggaraan pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Unsur yang dimaksud meliputi: Pimpinan Fakultas, Gugus Penjaminan Mutu (GJM), Unit
Penjaminan Mutu (UJM), Jurusan, Medical Education Unit (MEU), Laboratorium, Penanggung-jawab
Matakuliah dan Kelompok Pengajar, Staf Administrasi Akademik, Penasehat Akademik, Unit
Bimbingan dan Konseling, serta Mahasiswa.

3.1 Peran dan Fungsi dalam Penyelenggaraan Pembelajaran


3.1.1 Pimpinan Fakultas
a. Pimpinan Fakultas terdiri dari Dekan, Pembantu Dekan I Urusan Akademik, Pembantu
Dekan II Urusan Personalia dan Keuangan, Pembantu Dekan III Urusan Kemahasiswaan
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
b. Pimpinan Fakultas dalam Pedoman Akademik ini berfungsi sebagai Pimpinan Struktural
Fakultas dalam implementasi kurikulum.
c. Pimpinan Fakultas bertugas:
1) Menyelenggarakan tugas dan fungsi fakultas dalam memelihara penyelenggaraan
pendidikan oleh jurusan, khususnya dalam impementasi kurikulum
2) Merumuskan jabaran produk normatif Senat Fakultas menyangkut penyelenggaraan
Kurikulum Berbasis Kompetensi ke dalam program operasional
3) Merumuskan Kebijakan Operasional Fakultas terkait dengan penyelenggaraan dan
pengembangan Kurikulum.

3.1.2 Gugus Jaminan Mutu (GJM)


a. Gugus Jaminan Mutu Fakultas (GJM) adalah unit penunjang Fakultas, dibawah dan
bertanggungjawab kepada Dekan dalam hal pengendalian standar dan penjaminan mutu
Institusi Fakultas.
b. Dalam melaksanakan tugasnya, mengacu pada Petunjuk Pelaksanaan dari Pusat Jaminan
Mutu (PJM) Universitas.

3.1.3 Unit Jaminan Mutu (UJM)


a. Unit Jaminan Mutu (UJM) adalah unit penunjang fakultas di bawah dan
bertanggungjawab kepada Dekan dalam hal pengendalian standar dan penjaminan mutu
Jurusan.
b. Unit Jaminan Mutu (UJM) bertugas:
1) Menyusun Standar Penjaminan Mutu Jurusan dalam melaksanakan tugas dan fungsi
penyelenggaraan Kurikulum Berbasis Kompetensi di Program Studi Pendidikan Dokter
2) Menyusun dan melaksanakan Standar Operasional Prosedur (SOP) Monitoring dan
Evaluasi terhadap Jurusan dalam penyelenggaraan KBK Program Studi Pendidikan
Dokter

3) Bersama Medical Education Unit melakukan monitoring dan evaluasi penyelengga-raan


kurikulum dan proses belajar mengajar oleh Jurusan.

3.1.4 Medical Education Unit (MEU)


Medical Education Unit berfungsi sebagai unit penunjang fakultas dibawah dan
bertanggungjawab kepada Dekan dalam perencanaan, pengkajian, dan pengembangan,
monitoring dan evaluasi internal terhadap kurikulum, proses belajar mengajar, keterampilan
instruksional dosen, dan infrastruktur Akademik Fakultas.
3.1.5 Jurusan
a. Jurusan dalam Pedoman Akademik ini adalah Jurusan Kedokteran yang
merupakan salah satu Jurusan diantara 3 jurusan yang ada di Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya atas nama Rektor Universitas Brawijaya.
b. Personalia Jurusan terdiri dari seorang Ketua dan seorang Sekretaris yang dipilih dan
ditetapkan berdasarkan Keputusan Rektor No. 233/SK/2007 tentang Pemberhentian dan
Pengangkatan Ketua/Sekretaris Jurusan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
c. Struktur dan Kedudukan Jurusan sesuai dengan Struktur Jurusan menurut Struktur dan
Kedudukan Organisasi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
d. Jurusan berfungsi sebagai unit struktural dalam organisasi Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya yang bertanggungjawab kepada Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya sebagai unit penyelenggara pendidikan dokter.
e. Jurusan dalam Pedoman Akademik ini membawahi Program Studi Pendidikan Dokter dan
Kelompok Pengajar terkait dengan Program Studi tersebut.
f. Dalam menyelenggarakan pendidikan dokter, Jurusan bertugas:
1) Mengoperasionalkan Visi, Misi, dan Grand Strategy fakultas sesuai dengan fungsi dan
kedudukannya dibidang akademik, khususnya dalam penyelenggaraan Kurikulum
Berbasis Kompetensi di Fakultas
2) Menetapkan Silabus dan Isi Pengajaran
3) Menetapkan area, komponen, dan kompetensi bahan ajar tiap Matakuliah Kurikulum
Berbasis Kompetensi
4) Menjaga agar seluruh area kompetensi tersebar secara proporsional dalam seluruh
matakuliah dan keterampilan yang dibelajarkan
5) Menetapkan laboratorium yang akan menjadi host sebagai tempat utama
pembelajaran kompetensi terkait
6) Mengkoordinasikan Penanggungjawab Matakuliah Kompetensi (PJMK)
7) Mengkoordinasikan pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi hasil belajar Program
Studi Pendidikan Dokter.
g. Dalam melaksanakan tugasnya, Jurusan dibantu oleh:
1) Koordinator Pendidikan Dasar Kedokteran, untuk Semester I, II
2) Koordinator Pendidikan Kompetensi Kinik, untuk Semester III, IV, V, VI, dan VII
3) Koordinator Pendidikan Profesi, untuk Clerkship.
h. Dalam penyelenggaraan pendidikan dokter berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi,
Jurusan berkoordinasi dengan:
1) Pimpinan Fakultas, dalam hal implementasi kebijakan akademik Fakultas, dan
penyelenggaraan ketetapan Fakultas terkait dengan tugas dan fungsi Jurusan.

2) Jurusan lain dilingkungan fakultas dalam hal resource sharing penggunaan


sumberdaya manusia, sarana, prasarana, dan unit-unit penyelenggara pendidikan
serta administrasi akademik fakultas.
3) Unit Jaminan Mutu dalam hal koordinasi pemantauan penjaminan mutu kurikulum dan
pelaksanaan proses belajar mengajar.
4) Medical Education Unit dalam hal koordinasi tentang:
Perencanaan, Pengkajian, dan Pengembangan Konsep Kurikulum dan Evaluasi
Kurikulum
Perencanaan, Pengkajian, dan Pengembangan Konsep Proses Belajar Mengajar dan
Evaluasi Hasil Belajar
Perencanaan, Pengkajian, serta Pengembangan Konsep Keterampilan
Instruksional Dosen dan Konsep Pengembangan Infrastruktur Jurusan.
5) Laboratorium dalam hal:
Penempatan dosen laboratorium dalam kelompok pengajar pengampu matakuliah
Kurikulum Berbasis Kompetensi
Penetapan bahan ajar matakuliah laboratorium dalam matakuliah Kurikulum Berbasis
Kompetensi
Pemanfaatan sarana dan prasarana akademik yang dimiliki laboratorium dalam
pembelajaran terintegrasi Kurikulum Berbasis Kompetensi
Monitoring dan Evaluasi Proses dan Hasil pelaksanaan pembelajaran Kurikulum
Berbasis Kompetensi.
6) Penanggungjawab Matakuliah Kompetensi (PJMK), dalam hal:
Mengkooordinasikan penyusunan jadwal, materi pembelajaran, tutor/fasilitator dan
pengampu materi pembelajaran, serta pelaksanaan ujian dan penilaian matakuliah
kompetensi.
7) Sub bagian Administrasi Akademik Fakultas dalam hal:
Mengkoordinasikan unit administrasi khusus jurusan dalam jajaran
tata usaha, khususnya di bagian adminsitrasi akademik fakultas untuk tata laksana
administrasi pengajaran dan pelaksanaan pembelajaran di Jurusan
Mengusulkan kebutuhan, pemanfaatan, pemeliharaan, dan
pengembangan sarana dan prasarana tata usaha dan bagian administrasi akademik
fakultas yang diperlukan bagi perencanaan dan penyelenggaraan pembelajaran.
8) Dosen Penasehat Akademik, melalui otoritas Pembantu Dekan I dalam hal:
pembimbingan rencana studi, cara belajar, dan pemantauan proses dan hasil belajar
mahasiswa.
9) Unit Bimbingan Konseling, melalui otoritas Pembantu Dekan III dalam hal bimbingan
non-akademik yang diperlukan mahasiswa.
10) Mahasiswa melalui perwakilannya, dalam hal: perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan, dan evaluasi proses belajar mengajar.

3.1.6 Laboratorium
a. Laboratorium adalah unit fakultas yang berfungsi sebagai pusat pembelajaran,
sumber belajar, dan dosen dalam disiplin ilmu terkait dengan pembelajaran Kurikulum
Berbasis Kompetensi.
b. Dalam Pedoman Akademik ini, Laboratorium bertugas:

1) Memfasilitasi Jurusan dalam penggunaan sarana dan prasarana belajar baik


sebagai host maupun sebagai wadah penunjang pembelajaran KBK
2) Memfasilitasi permintaan Jurusan dalam menunjuk dosen laboratorium yang
menjadi host MKK untuk menjadi Penanggungjawab Matakuliah dan atau anggota
kelompok pengajar matakuliah KBK
3) Memfasilitasi Jurusan dengan mengkontribusikan bahan ajar (course content)
matakuliah-nya yang relevan dengan kompetensi tertentu.
c. Dalam hal memfasilitasi Matakuliah Disiplin Ilmu (MKDI) diatas, Laboratorium
seyogyanya:
1) Memperhatikan dan berkoordinasi dengan Jurusan untuk menjaga pemerataan
pendistribusian dosen laboratorium dalam kegiatan Jurusan agar seluruh dosen
laboratoriumnya berfungsi maksimal dalam memenuhi standar EWMP masing-masing
dosen
2) Memperhatikan dan berkoordinasi dengan Jurusan untuk menjaga agar program
pengajaran Laboratorium (kuliah dan praktikum) tersebar dalam program pengajaran
Jurusan secara proporsional agar tujuan instruksional masing-masing matakuliah
laboratorium tetap dapat dicapai secara maksimal
3) Memperhatikan dan berkoordinasi dengan Jurusan untuk menjaga agar isi matakuliah
(course content) laboratorium dapat terdistribusikan secara proporsional ke dalam
silabus Jurusan
4) Memelihara dan mengembangkan mutu isi matakuliah yang relevan dengan
kompetensi yang akan dicapai lulusan
5) Tetap mengembangkan potensi akademik, keterampilan instruksional, penelitian dan
pengembangan ilmu dosen dilingkungannya dalam menunjang pembelajaran
Kurikulum Berbasis Kompetensi.
d. Laboratorium dipimpin oleh seorang Kepala Laboratorium yang bertanggungjawab kepada
Dekan dalam perancangan dan pelaksanaan tugas Laboratorium, yaitu:
1) Menjaga terdistribusinya pembelajaran ilmu di Laboratorium dalam MKK dan MKDI
untuk mencapai kompetensi dokter yang ditetapkan
2) Melaksanakan pengembangan ilmu di Laboratorium melalui penelitian & pengabdian
kepada masyarakat
3) Mengatur pengembangan staf dalam bidang akademik dan profesional
e. Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Laboratorium dibantu oleh satu atau lebih
Penanggungjawab Pembelajaran (PJP) untuk mengkoordinasikan pembelajaran dengan
setiap Program Studi yang menggunakan Laboratorium terkait dalam proses belajar
mengajarnya.
f. Dalam hal pembelajaran Matakuliah Kurikulum Berbasis Kompetensi, PJP bertanggung-
jawab terhadap evaluasi hasil belajar MKDI dan atas sepengetahuan Kepala Laboratorium
menyerahkan nilai ujian MKDI kepada PJMK.

3.1.7 UPT Labskill & Laboratorium Sentral Biomedik


UPT Labskill dan Laboratorium Sentral Biomedik dalam Pedoman Akademik ini adalah unit
penunjang teknis fakultas dibawah Dekan yang berfungsi menjadi tempat memfasilitasi
pembelajaran Keterampilan Klinis, Penelitian, dan Pembelajaran Biomedik Pendidikan Dokter.

3.1.8 Urusan Administrasi Akademik Jurusan


a. Urusan Administrasi Akademik Jurusan dalam Pedoman Akademik ini adalah staf
Tata Usaha Fakultas yang bertugas khusus menunjang administrasi pembelajaran
Kurikulum Berbasis Kompetensi yang dilaksanakan oleh Jurusan.
b. Sebagai staf penunjang pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi, bertugas
membantu Jurusan dengan memberikan daya dukung dalam operasionalisasi akademik
serta melaksanakan registrasi akademik yang meliputi:
1) Registrasi mahasiswa baru dan daftar ulang mahasiswa lama
2) Registrasi keikutsertaan mahasiswa dalam kegiatan akademik khusus seperti Semester
Pendek dan lain-lain
3) Presensi dosen dan mahasiswa dalam proses belajar mengajar
4) Membantu penjadwalan kegiatan, tempat, dan waktu pembelajaran dengan
berkoordinasi dengan program studi lain
5) Administrasi Kartu Rencana Studi (KRS), Kartu Hasil Studi (KHS), Kartu Hasil Kemajuan
Belajar (KHKB) mahasiswa peserta Kurikulum Berbasis Kompetensi
6) Melaksanakan penyusunan, penyimpanan, dan pemanfaatan database akademik
dalam Sistim Informasi Akademik (SIAkad)
7) Melaksanakan pengisian berkala dan berkesinambungan borang akreditasi akademik
8) Melaksanakan penyiapan sarana/prasarana rapat-rapat akademik Jurusan.

3.1.9 Penanggungjawab Matakuliah (PJMK)


a. Penanggungjawab Matakuliah (PJMK) adalah dosen yang ditetapkan Dekan untuk
mengkoordinasikan sebuah Kelompok Pengajar dalam perancangan, pembelajaran dan
evaluasi Matakuliah Kompetensi (MKK) tertentu.
b. Dalam mengelola MKK dibawah koordinasinya, PJMK bertugas:
1) Mengkoordinasikan jadwal, pembelajaran, dan ujian MKK
2) Mengkoordinasikan tugas mengajar dosen dalam kelompok
3) Menetapkan model pembelajaran yang digunakan
4) Menyampaikan hasil belajar mahasiswa kepada Jurusan
c. Penanggungjawab Matakuliah bertanggung-jawab dan berada dibawah koordinasi
Jurusan.

3.1.10 Kelompok Pengajar


a. Kelompok Pengajar dalam Pedoman Akademik ini adalah sekelompok dosen yang
ditunjuk Jurusan dan mewakili Laboratorium dalam mengampu matakuliah Kurikulum
Berbasis Kompetensi terkait disiplin ilmu masing-masing.
b. Kelompok pengajar bertanggungjawab secara fungsional kepada Jurusan dan secara
struktural kepada Laboratorium.
c. Kelompok Pengajar berfungsi sebagai pelaksana pembelajaran dan evaluasi hasil belajar
Matakuliah Kompetensi atas nama Jurusan.
d. Kelompok Pengajar merupakan kelompok dosen dari berbagai disiplin ilmu yang
diintegrasikan baik secara vertikal maupun horizontal.

3.1.11 Mahasiswa
a. Mahasiswa dalam Pedoman Akademik ini adalah mahasiswa yang berhak mengikuti
pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya apabila memenuhi kriteria
berikut:

1) Masuk Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya melalui berbagai seleksi resmi


penerimaan mahasiswa baru
2) Terdaftar pada tahun akademik bersangkutan
3) Memiliki Nomor Induk Mahasiswa (NIM)
4) Memenuhi dan atau tidak melakukan pelanggaran terhadap persyaratan
administratif yang ditentukan Universitas/Fakultas/Jurusan untuk mengikuti pendidikan
5) Mengisi dan memiliki Kartu Rencana Studi (KRS)
6) Bersedia mematuhi peraturan dan ketentuan yang berlaku di
Universitas/Fakultas/ Jurusan.
b. Mahasiswa berhak:
1) Memperoleh pendidikan yang sebaik-baiknya
2) Memperoleh informasi dan sosialisasi yang memadai atas segala sesuatu terkait
dengan program pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi yang diikutinya
3) Ikut dan menyampaikan pendapat dan aspirasinya dalam perencanaan, pemantauan
dan evaluasi institusional program pendidikan yang diikuti
4) Memperoleh bantuan bimbingan,dan konseling, serta kepenasehatan akademik.
c. Mahasiswa berkewajiban:
Mematuhi seluruh ketentuan dan peraturan akademik dan administratif Fakultas, Jurusan,
maupun Laboratorium yang berlaku.
d. Proses penyampaian pendapat/aspirasi dilakukan secara santun dan ber-etika
melalui Pembantu Dekan I Bidang Akademik dan Jurusan dalam segala
permasalahan menyangkut perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran, serta
kepenasehatan akademik.
e. Proses penyampaian pendapat/aspirasi dilakukan secara santun dan ber-etika
melalui Pembantu Dekan III Bidang Kemahasiswaan dan Jurusan dalam segala
permasalahan menyangkut kemahasiswaan, minat, bakat, kesejahteraan, serta
pembinaan ekstrakurikuler, bimbingan dan konseling.
3.2 Prosedur dan Koordinasi Proses Pembelajaran
Prosedur dan Koordinasi Proses Pembelajaran dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis
Kompetensi dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini.

Dekan
PD I,II,III

GJM o Ketua PS Medical


Koordinator: o Sekretaris PS Education Unit
- Dasar Kedok.
UJM
- Kompetensi
Sekretariat
Klinik
PSPD
- Pend. Profesi

PJMK: PJMK
PJMK Tim PBL
MKK dalam PJMK
Keterampilan
Keterampilan
Keterampilan
Blok Klinik Tim TA
Klinik
Klinik
MK Non-
MK Non-Blok Tim
Blok PKNM

Subag Akademik
Kepala UPT Kepala Ka Ur Adm Akad
Labskill Laboratorium Jur Kedokteran
Kepala Lab
Sentral Biomedik

PJP Urusan Urusan Urusan


Sarana/Prasarana Pengelolaan Evaluasi
PJP Akademik PBM Hasil Belajar
PJP

Gambar 3.1 Bagan Pembelajaran KBK PS Pendidikan Dokter – FKUB

Keterangan:
1) Dekan, dalam Pedoman Akademik ini, memimpin dan mengkoordinasikan Jurusan, MEU,
UJM, Laboratorium Mata Kuliah Dasar Ilmu (MKDI), UPT Labskill, Lab Sentral Biomedik untuk
keharmonisan.
2) Medical Education Unit menyusun rancangan kurikulum, silabus, model pembelajaran, model
evaluasi, bersama-sama Jurusan. Draft rancangan diserahkan kepada Dekan sebagai
pertimbangan pelaksanaan kurikulum setiap tahun ajar.
3) Melalui rapat koordinasi dengan Jurusan, MEU, dan GJM, Dekan memutuskan menetapkan
Kurikulum dan Pelaksanaannya untuk satu tahun ajar.
4) Jurusan selaku pimpinan Program Studi Pendidikan Dokter memiliki sebuah sekretariat
dipimpin Sekretaris Jurusan dan mempunyai sekurang-kurangnya seorang staf sekretariat.
5) Dalam melaksanakan tugasnya, Jurusan dibantu oleh:
Koordinator Pendidikan Dasar Kedokteran, untuk Semester I & II
Koordinator Pendidikan Kompetensi Kinik, untuk Semester III, IV, V, VI, dan VII
Koordinator Pendidikan Profesi, untuk Clerkship.

6) Sekretariat Jurusan mengadministrasikan database Jurusan, pengarsipan surat keluar masuk


Jurusan, dan berkoordinasi dengan Bagian Tata Usaha Fakultas terkait dengan tugas
Jurusan.
7) Dalam mengkoordinasikan pembelajaran, Jurusan membawahi PJMK dari masing-masing
Matakuliah Kompetensi, serta pejabat setara dengan PJMK untuk pembelajaran
Pengembangan Keterampilan.
8) Dalam proses pembelajaran dan evaluasi hasil belajar, PJMK melalui sekretaris Jurusan
berkoordinasi dengan staf Bagian Tata Usaha Subag Akademik Urusan Administrasi
Akademik Jurusan Kedokteran terkait urusan yang diperlukannya.
9) Dalam melaksanakan dukungan penunjang pembelajaran Jurusan, Urusan Administrasi
Jurusan Kedokteran terdiri dari sekurang-kurangnya seorang staf, masing-masing untuk:
urusan Sarana/Prasarana Akademik
urusan Pelaksanaan Pembelajaran
urusan Evaluasi Hasil Belajar Pendidikan Dokter.

10) Staf Urusan Sarana/Prasarana Akademik ditunjuk diantara staf Subag Umum Tata
Usaha berkoordinasi dengan Kepala Urusan Administrasi Akademik Jurusan bertugas:
menyediakan ruangan dan sarana pembelajaran serta fasilitas sumber belajar
yang diperlukan Jurusan
merawat serta menjaga sustainabilitas prasarana termasuk listrik agar
pembelajaran terlaksana tanpa gangguan.
11) Staf Urusan Pelaksanaan Pembelajaran bertugas:
mengadakan/ menggandakan modul, lembar-lembar observasi dan
perangkat lunak pembelajaran lainnya
bersama Kasubag Akademik mengatur pelaksanaan, tempat dan waktu ujian.
12) Staf Urusan Evaluasi Hasil Belajar bertugas:
membuat form ujian MKK, Pengembangan Keterampilan, dan perangkat lunak
evaluasi lainnya
mengolah nilai bekerja sama dengan TIK Fakultas dan Sekretariat Jurusan
melaksanakan administrasi KRS, KHS, KHKB
mengolah dan menyimpan data nilai untuk Transkrip Akademik, Transkrip
Kompetensi, dan Sertifikat Kompetensi.
13) Staf sekretariat MEU dan UJM dapat ditunjuk diantara Staf Urusan Akademik
Jurusan Kedokteran.
14) Nama-nama staf Urusan Akademik diatas diumumkan terutama kepada para
PJMK.
15) Jurusan membawahi dan mengkoordinasikan semua PJMK dalam menjadwal
pembelajaran dan evaluasi MKK dan Pengembangan Keterampilan dengan menugaskan
Urusan Administrasi Akademik Jurusan Kedokteran untuk secara langsung membantu
kelancaran administrasi penyelenggaraan pembelajaran dan evaluasi.
16) Kepala Laboratorium berkoordinasi dengan Jurusan dalam hal:
penunjukan dosen PJMK
penunjukan dosen anggota kelompok pengajar MKK terkait
penggunaan prasarana/sarana laboratorium untuk pembelajaran MKK dan
pengembangan keterampilan

penetapan bahan ajar kompetensi terkait Matakuliah Disiplin Ilmu (MKDI)


pembuatan soal ujian.
17) Kepala Laboratorium berkoordinasi dengan Jurusan/Program Studi dilingkungan
FKUB melalui Penanggungjawab Pembelajaran (PJP) di Laboratoriumnya.
18) Jurusan bersama PJMK Pengembangan Keterampilan terkait berkoordinasi dengan
Kepala UPT Labskill dan Kepala Laboratorium Sentral Biomedik untuk pembelajaran
keterampilan, dan penelitian/ pengembangan pembelajaran Biomedik.
Jurusan, Medical Education Unit, Gugus Jaminan Mutu (GJM), Unit Jaminan Mutu (UJM), Kepala UPT
Labskill, Kepala Laboratorium Sentral Biomedik membuat laporan berkala kepada Dekan.
Bab IV
PEMBELAJARAN BLOK

Proses Belajar Mengajar terdiri dari:


Strategi Pembelajaran
Struktur Materi
Organisasi dan Prosedur Pembelajaran Blok
Rancangan Pembelajaran
Implementasi Pembelajaran

4.1 Strategi Pembelajaran


4.1.1 Pembelajaran dilaksanakan dengan pendekatan/strategi SPICES ( Student-centered, Problem-
based, Integrated, Community-based, Elective/Early Cinical Exposure, Systematic).
4.1.2 Program pembelajaran harus diupayakan terpusat pada aktivitas mahasiswa misalnya diskusi,
belajar mandiri, self inquiry, seminar,dan cara belajar aktif lainnya sepanjang dimungkinkan.
4.1.3 Program pembelajaran diupayakan menggunakan atau mengetengahkan „Masalah‟ sebagai
titik masuk penguasaan ilmu, keterampilan, dan perilaku, serta pemicu ( trigger) pembelajaran
aktif oleh mahasiswa. „Masalah‟ merujuk pada identifikasi yang ditetapkan Konsil Kedokteran
Indonesia dan berdasarkan Index Clinical Situation.
4.1.4 Untuk mendapatkan penguasaan holistik dan komprehensif, pembelajaran dilakukan dengan
mengintegrasikan matakuliah-matakuliah terkait baik vertikal maupun horizontal.

4.2 Struktur Materi


4.2.1 Tiap semester terdiri dari 1 atau lebih Blok. Blok merupakan unit terkecil dari pembelajaran
KBK untuk menghasilkan kompetensi tertentu. Pembelajaran akan dilanjutkan untuk Blok
berikutnya tanpa kembali lagi kepada Blok sebelumnya.
4.2.2 Tiap Blok mempunyai tema sendiri sebagai landasan berintegrasinya beberapa Matakuliah
Disiplin Ilmu kedalam Blok sesuai dengan tema tersebut. Seluruh matakuliah, praktikum, dan
keterampilan klinik dalam 1 Blok bersama-sama membentuk Matakuliah Kompetensi (MKK),
sehingga penamaan Blok identik dengan nama MKK yang bersangkutan.
4.2.3 Sehubungan dengan itu, pada setiap Blok terdapat 4 komponen pembelajaran yaitu:
a. Materi MKDI yang sesuai dengan tema Blok tetapi tidak ikut berintegrasi dalam Modul
Blok. Pemberian materi ini adalah dalam rangka memperoleh penguasaan disiplin imu yang
nantinya menjadi bagian dari transkrip akademik matakuliah tersebut di akhir pendidikan.
Meskipun demikian, sebagian materi MKDI ini akan ikut berintegrasi ke dalam Modul MKK
dan menjadi bagian pembentukan kompetensi sesuai tema Blok.
b. Komponen Praktikum MKDI (kalau ada) diadakan dengan maksud memperkaya
(enrichment) materi MKDI, sehingga praktikum tersebut tidak perlu dilaksanakan
sebagaimana praktikum konvensional karena tidak mengandung kegiatan psikomotorik.
Apabila praktikum MKDI terkait dengan hal-hal yang memang dilakukan oleh seorang
dokter dalam praktik, maka materi praktikum itu dinyatakan sebagai materi keterampilan
(skill) dan dibelajarkan dalam konteks pembelajaran keterampilan klinik.

c. Komponen Modul MKK, disusun dengan mengintegrasikan beberapa MKDI yang


relevan dengan tujuan modul. Oleh karena penguasaan modul MKK mengindikasikan
penguasaan kompetensi Blok terkait, maka modul MKK merupakan materi utama dalam
Blok yang membutuhkan alokasi waktu yang lebih banyak.
d. Komponen Skill (Keterampilan Klinik) merupakan materi pembelajaran keterampilan
terkait dengan tema Blok.
Keempat komponen dibelajarkan dan diujikan/dievaluasi sebagai suatu kesatuan pencapaian
kompetensi Blok/Matakuliah Kompetensi (MKK).
4.2.4 Diluar Blok pada semester tertentu terdapat rangkaian pembelajaran matakuliah Kompetensi
Spesifik, Metodologi, Tugas Akhir, PBL, dan PKNM, serta matakuliah lain yang tidak terkait
dengan tema Blok.

4.3 Organisasi dan Prosedur Pembelajaran Blok

KETUA
PROGRAM STUDI

SEKRETARIS
PROGRAM STUDI

KEPALA TIM
LABORATORIUM
SKILL

KOORDINATOR
BLOK

SEKRETARIS KONTRIBUTOR
BLOK BLOK

FASILITATOR

BLOK
MKK
MKDI

NON BLOK
MetodoLogi, Tugas Akhir, PBL, PKNM, Lain-Lain

PRAKTIKUM KULIAH MODUL MKK SKILL


Gambar 4.1 Bagan Organisasi dan Prosedur Pembelajaran Blok

4.3.1 Ketua Jurusan


Dalam konteks pembelajaran KBK, Ketua Jurusan merupakan koordinator dan
penanggungjawab pengelolaan proses belajar mengajar di Jurusan Kedokteran

4.3.2 Sekretaris Jurusan


Sekretaris Jurusan merupakan pimpinan kesekretariatan Jurusan. Sekretaris Jurusan dapat
mewakili Ketua Jurusan dalam hal Ketua Jurusan berhalangan hadir atau mendelegasikan
wewenang kepadanya dalam berbagai kegiatan.
4.3.3 Kepala Laboratorium
Pimpinan struktural Laboratorium yang bertugas memimpin dan mengkoordinasikan
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat di Laboratorium masing-masing.
Dalam konteks pembelajaran Blok, Kepala Laboratorium menetapkan materi ajar
Laboratorium, dosen pengampu, dan beban studi yang akan diintegrasikan kedalam
pembelajaran Blok.
4.3.4 Blok dan Tim Blok
a. Blok merupakan unit pembelajaran terkecil dalam implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Dalam 1 semester terdapat sekurang-kurangnya 2 Blok.
b. Untuk kepentingan perancangan, pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar setiap Blok,
Jurusan menetapkan: tema Blok sesuai dengan kurikulum, Penanggung Jawab Matakuliah
Kompetensi (PJMK) yang akan menjadi Koordinator Blok, Sekretaris Blok, MKDI yang terkait
dengan pembelajaran Blok, Tim Skill terkait dengan pembelajaran keterampilan klinik
sesuai tema Blok, menetapkan jadwal dan alokasi waktu pembelajaran dan evaluasi satu
Blok, serta mengumumkan hasil belajar Blok termasuk hasil belajar MKDI yang berintegrasi
dalam Blok.
c. Diluar Blok, Jurusan menetapkan pembelajaran dalam semester terkait yaitu MetodoLogi
dan Tugas Akhir, serta mengkoordinasikan langsung penyelenggaraan Problem Based
Learning pada 1 minggu terakhir Semester III sampai dengan VII sebagai bagian
Pencapaian Kompetensi Belajar Sepanjang Hayat, serta PKNM untuk memberikan
pengalaman belajar kepada mahasiswa dalam berinteraksi langsung dengan kelompok
masyarakat (masyarakat kampus atau di luar kampus).
d. Tim Blok adalah kelompok dosen yang bertugas merencanakan, membelajarkan, dan
mengevaluasi proses dan hasil belajar suatu Blok, terdiri dari :
1) Koordinator Blok
Juga menjadi Penanggungjawab Matakuliah Kompetensi (PJMK)
Mengkoordinasikan Perancangan, Pembelajaran, dan Evaluasi Hasil Belajar Blok
Mengkoordinasikan penyusunan Buku Blok (termasuk Modul MKK untuk mahasiswa)
dan Buku Pedoman Tutor dalam memfasilitasi tutorial dalam diskusi kelompok kecil
menggunakan Modul MKK
Menyelenggarakan training of trainer bagi fasilitator Blok untuk melaksanakan tugas
tutorial dalam Blok
Mengkoordinasikan evaluasi hasil belajar Blok
Bertanggung jawab kepada Jurusan
PJMK merekomendasikan susunan nama dosen anggota Tim Blok kepada Jurusan agar
diusulkan kepada Dekan untuk penetapannya.
2) Sekretaris Tim Blok
Mendokumentasikan seluruh dokumen Blok, serta mewakili Koordinator Blok dalam hal
berhalangan hadir dalam suatu kegiatan Blok.
3) Kontributor Blok
adalah dosen yang ditunjuk oleh Kepala Laboratorium masing-masing dan ditetapkan
oleh Jurusan untuk menyusun Buku Blok dan Modul pembelajaran Blok. Secara
struktural, bertanggungjawab kepada Kepala Laboratorium masing-masing dalam hal

kesesuaian dan kedalaman materi yang dibutuhkan untuk Blok terkait serta hasil
evaluasinya.
4) Fasilitator Blok
adalah dosen yang ditunjuk oleh Kepala Laboratorium untuk ikut dalam suatu Blok
untuk membelajarkan MKDI terkait, baik dalam modul terintegrasi (Modul MKK) dan
modul yang tidak terintegrasi (Modul MKDI) dalam Blok terkait, maupun yang
dikuliahkan/ dipraktikumkan.
Secara struktural, fasilitator Blok bertanggungjawab kepada Kepala Laboratorium
masing-masing, terkait isi dan kedalaman MKDI.
Secara fungsional sebagai anggota Tim Blok, fasilitator berada dibawah koordinasi
PJMK.
Jurusan dapat menginstruksikan kepada Kepala Laboratorium untuk menunjuk staf
dosennya menjadi fasilitator dari suatu Blok sekalipun Laboratorium tersebut tidak ikut
berintegrasi didalamnya, misalnya dalam pembelajaran skill tertentu atau dimana
jumlah fasilitator Blok kurang memadai.

4.4 Rancangan Pembelajaran


Rancangan Pembelajaran dilaksanakan sesuai prosedur berikut:
a. Pada awal semester yang berjalan, Jurusan mengumumkan kepada seluruh laboratorium
tentang tema Blok yang akan dibelajarkan pada semester berikutnya serta meminta Kepala
Laboratorium untuk mengirimkan nama dosen pengampu, materi/topik MKDI, dan beban
serta alokasi waktu untuk membelajarkannya.
b. Sebagai respon terhadap pengumuman Jurusan, setiap Kepala Laboratorium mengirimkan
hal-hal diatas kepada Jurusan.
c. Jurusan menetapkan Ketua dan Sekretaris Blok sebagai Penanggung Jawab Matakuliah
Kompetensi (PJMK) dengan memperhatikan Matakuliah Disiplin Ilmu utama yang
berkontribusi dalam pembelajaran Blok terkait.
d. Ketua dan Sekretaris Tim Blok membentuk rancangan Tim Blok dari nama-nama dosen yang
diajukan laboratorium untuk berintegrasi dalam Blok. Rancangan Tim Blok disampaikan
kepada Jurusan untuk nantinya ditetapkan oleh Dekan.
e. Jurusan menetapkan besaran beban studi, jumlah jam dan alokasi waktu, serta rencana
ruang pembelajaran Blok dalam semester yang akan datang.
f. Tim Blok dipimpin koordinatornya mengadakan rangkaian pertemuan untuk menyusun Buku
Blok yang berisi: rancangan pembelajaran dan evaluasi proses serta evaluasi hasil belajar,
rincian rencana/jadwal pembelajaran Blok, susunan dosen kontributor pengampuan kuliah,
kontributor penyusun dan pengampuan modul, kontributor pengampuan praktikum,
kontributor pengampu pembelajaran keterampilan klinik, dan mengajukannya kepada
Jurusan.
g. Jurusan kemudian:
1) Mengusulkan Tim Blok kepada Dekan untuk penetapannya
2) Menyiapkan dukungan Logistik untuk pembelajaran Blok
3) Mengkoordinasikan Tim Blok, Tim MetodoLogi, Tim Pengelola Tugas Akhir, Tim PBL, serta
PKNM untuk penetapan jadwal dan alokasi waktu pembelajaran dalam semester terkait
4) Meminta Koordinator Dasar Kedokteran (Semester I dan II), Pendidikan Keterampilan
Klinik (Semester III sampai dengan VII), dan Pendidikan Profesi (Clekship) untuk
mengkoordinasikan rancangan pembelajaran kepada Tim Blok, Staf Administrasi
Akademik,

unit TIK dalam hal memperoleh dukungan logistik pembelajaran Blok antara lain:
uploading Buku Blok, penggandaan Buku Blok, lembar observasi kinerja dosen oleh
mahasiswa, lembar observasi keterampilan belajar dan berkomunikasi dalam tutorial
5) Berkoordinasi dengan MEU dan laboratorium terkait untuk menyusun rancangan
monitoring dan umpan balik.

4.5 Implementasi Pembelajaran


4.5.1 Sesuai strategi SPICES, proses belajar mengajar dilaksanakan secara integratif (horizontal
dan atau vertikal) baik integrasi tematis sesuai Tema Blok ataupun secara fungsional
dalam modul-modul yang disusun dalam Buku Blok.
4.5.2 Pembelajaran dalam satu Blok terdiri dari pembelajaran: Matakuliah Disiplin Ilmu
(termasuk tatap muka, diskusi kelompok kecil MKDI, serta praktikum MKDI), diskusi
kelompok kecil menggunakan Modul MKK, dan Pembelajaran Keterampilan Klinik ( skill).

KULIAH PRAKTIKUM
(MKDI) (MKDI)
TEMA BLOK

MODUL MKK SKILL


(Keterampilan Klinik)

Gambar 4.2 Komponen Pembelajaran Blok

a. Kuliah
1) Kuliah diselenggarakan dalam rangka integrasi tematis, untuk memberi
kesempatan semua laboratorium yang berintegrasi dalam suatu Blok
membelajarkan Matakuliah Disiplin Ilmu (MKDI) masing-masing secara utuh
sesuai Tema Blok. Dalam hal ini, laboratorium dapat menggunakan modul MKDI
(tidak terintegrasi) yang didiskusikan dalam kelompok-kelompok kecil.
2) Materi MKDI yang terkait dengan pembelajaran modul MKK yang tidak dikuliahkan,
melainkan dibelajarkan secara terpadu dalam diskusi kelompok kecil dibawah
koordinasi PJMK.
3) Alokasi waktu dan tempat diusulkan oleh Tim Blok dan diatur oleh Jurusan, dan
dilaksanakan oleh Laboratorium masing-masing.

b. Praktikum
1) Praktikum diselenggarakan oleh masing-masing Laboratorium dengan alokasi waktu
dan tempat ditentukan diusulkan oleh Tim Blok dan diatur oleh Jurusan, dan
dilaksanakan oleh Laboratorium masing-masing
2) Praktikum dimaksudkan untuk memberikan‟enrichment‟ atau pengayaan bagi
materi-materi dalam perkuliahan MKDI
3) Praktikum dari suatu Laboratorium yang merupakan pembelajaran untuk
memperoleh keterampilan klinik dalam praktek sehari-hari seorang dokter umum,
diulang dan dinilai dalam pembelajaran Keterampilan Klinik (skill).

c. Tutorial menggunakan Modul MKK


1) Modul MKK merupakan kumpulan materi MKDI yang secara fungsional saling
berintegrasi untuk memperoleh pemahaman holistik dan komprehensif atas
satu atau lebih topik klinis terhadap penyakit tertentu, sindroma/simptoma
tertentu, maupun kasus-kasus klinik terkait dengan tema
2) Karena integrasinya bersifat fungsional, maka pada prinsipnya, inti materi modul
MKK adalah terutama menyangkut penyakit, simptoma/sindroma klinik, dan kasus
klinik sesuai tema Blok dan terkait dengan penyakit, sindroma/simptoma klinis yang
ditentukan dalam Standar Kompetensi Dokter oleh Konsil Kedokteran Indonesia
3) Dosen dari MKDI/ Laboratorium yang terkait langsung dengan topik modul
merupakan Kontributor Utama yang memfasilitasi penyusunan modul MKK. Dosen
MKDI lain yang berintegrasi dalam penyusunan suatu Modul MKK merupakan Tutor
dalam diskusi kelompok pembelajaran modul MKK. Dalam hal jumlah tutor tidak
mencukupi, PJMK dapat meminta kepada Jurusan untuk menugaskan standby tutor
(sby tutor) dalam kegiatan diskusi kelompok
4) Modul MKK disusun oleh para Kontributor Modul dibawah koordinasi PJMK/
Koordinator Blok.
5) Buku Blok disampaikan kepada mahasiswa secara soft-copy uploading
6) Secara mandiri dirumah maupun terjadwal dalam silabus Blok, mahasiswa
mengerjakan Tugas Modul yang ada dalam Buku Blok, sebelum pembelajaran Blok
dimulai. Kegiatan mandiri ini merupakan upaya penyiapan prior knowledge
mahasiswa terutama sebelum mengikuti tutorial.
7) Pembelajaran modul MKK diselenggarakan dalam bentuk tutorial dalam diskusi
kelompok. Mahasiswa disarankan membawa buku teks, diktat, laptop sebagai
sumber belajar atau referensi selama ber-argumentasi dalam diskusi kelompok.
8) Proses tutorial dilaksanakan menggunakan Pedoman Tutorial yang terlampir dalam
Buku Pedoman ini.
Ruang kuliah, ruang praktikum, ruang diskusi, beserta perangkat alat bantu belajar
dipersiapkan Sub Bagian Akademik Fakultas atas instruksi Jurusan dan di koordinasikan
dengan Koordinator Blok/PJMK.

4.5.3 Instrumen Pembelajaran


4.5.3.1 Buku Blok
Buku Blok adalah Buku yang menjadi pedoman penyelenggaraan suatu Blok ( format
acuan Buku Blok terlampir). Buku Blok berisi:
a. Umum: Nama/tema Blok, Semester/beban studi, Tim Blok, Laboratorium yang
berintegrasi, dan Daftar Fasilitator/Tutor
b. Pendahuluan:
1) Overview: penjelasan ringkas tentang bagaimana Blok akan dibelajarkan dan
dievaluasi, MKDI apa saja yang akan dikuliahkan, praktikum apa
yang akan diadakan, berapa modul dan apa judul/tema modul,
keterampilan klinik apa yang akan dibelajarkan.
2) Hasil Pembelajaran (learning outcomes): sesuai dengan area kompetensi MKK
yang ingin dicapai
3) Tujuan Pembelajaran (learning objectives): merupakan kompetensi
Laboratorium yang terkait
c. Materi Blok: Matakuliah Disiplin Ilmu (non-modul), praktikum MKDI (jika ada),
Modul MKK
d. Skill Station, berisi jenis skill (keterampilan klinik) yang dibelajarkan oleh masing-
masing Laboratorium yang berintegrasi
e. Hubungan dengan Blok Lain
f. Jadwal Pembelajaran Blok
g. Asesmen Blok: pedoman singkat penilaian, pembobotan masing-masing komponen
Blok yang dibelajarkan

4.5.3.2 Modul MKK


Modul MKK diberi nama sesuai Sistem yang dibelajarkan dan nama tersebut
menggambarkan suatu pembelajaran yang terintegrasi.
Modul MKK berisi:
A. Tujuan Pembelajaran Modul
B. „Topic and Topic Tree‟
C. „Module Overview‟
D. Tugas Modul
Penugasan kepada mahasiswa sebelum memasuki tutorial, dimaksudkan untuk
menyiapkan prior knowledge mahasiswa sebelum kegiatan belajar mengajar Blok.
Misalnya: Modul tentang „Icterus‟, maka tugas modul antara lain adalah
tentang
struktur normal sistim hepatobilier, mekanisme bilirubin dsb.
Mahasiswa akan mengerjakan tugas ini dalam Buku Log mahasiswa .
Pada saat dosen membelajarkan kuliah pakar tentang modul ini,
asumsinya adalah mahasiswa sudah mengetahui lebih dahulu tentang
struktur normal, mekanisme bilirubin dan sebagainya.
E. Referensi, berisi daftar buku teks/bahan bacaan wajib yang diacu mahasiswa untuk
mengerjakan tugas modul diatas.

Contoh „Topic & Topic Tree‟ dalam menyusun Modul MKK


Topic and Topic Tree
The Management of
The Prevention Rehabilitation
Disease

Diagnosis of Certain
Reproductive System Diseases

Technical Skills supporting the


diagnosis of Reproductive System
Diseases

The Pathophysiology of ThThe Pattern of Endocrinologic


Certain Reproductive System Changes in Certain Reproductive
Diseases System Diseases

The Physiology of Woman The Anatomy of Woman Endocrinologic Aspect of


Reproductive System Reproductive System Reproductive System

Gambar 4.3 Contoh „Topic & Topic Tree‟ Sistem Reproduksi

4.5.3.3 Buku Pedoman Tutorial (Teacher Guidance Book )


Buku Pedoman Tutorial adalah buku pegangan tutor ketika memfasilitasi kegiatan
tutorial/diskusi kelompok. Buku ini menjadi penting mengingat pembelajaran modul
adalah multidisipliner tergantung Matakuliah Disiplin Ilmu yang berintegrasi dalam
pembelajaran modul tersebut. Pada sisi lain, para tutor memiliki latar belakang satu
Disiplin Ilmu saja. Oleh karena itu, buku ini dapat digunakan untuk
menyamakan „jawaban‟ atau „penjelasan‟ yang diperlukan baik menyangkut fungsi-
fungsi tutor maupun isi diskusi agar isi diskusi tidak melenceng jauh dari Tujuan
Belajar yang ditentukan.
Buku ini memuat :
A. Tugas Modul yang sama dengan buku Log mahasiswa, hanya dalam buku pedoman
ini, jawaban atas Tugas Modul sudah ada dengan kata-kata kunci yang dicetak
miring untuk memudahkan tutor mengenal dengan cepat inti jawaban yang
didiskusikan mahasiswa. Jika setiap kata miring itu terucapkan dengan jelas saat
diskusi mahasiswa maka diskusi dipandang telah mencapai tujuan belajar yang
ditentukan. Jika ada kata kunci yang tidak didiskusikan, maka tutor mengetahui hal
apa yang menjadi tujuan belajar tetapi tidak dicapai dari diskusi tersebut. Pada
akhir pertemuan, dosen akan mengklarifikasi hasil diskusi. Pada saat inilah dosen
boleh memberi komentar atas isi diskusi baik menyangkut tugas modul yang sudah
dirumuskan dengan benar maupun hal-hal yang perlu dipelajari kembali oleh
amahsiswa atau untuk diusulkan kepada Koordinator Tim Blok agar di „Kuliah Pakar‟
kan secara khusus.
B. Pedoman penilaian atas observasi diskusi kelompok berisikan sejumlah parameter
penilaian, agar didapatkan penilaian yang relatif lebih objektif. Variabel dalam
lembar observasi tutorial menyangkut: keterampilan belajar, memimpin,
berkolaborasi, perbedaan pendapat, hadir tepat waktu, berpartisipasi dalam diskusi,
dan sebagainya.
Pada dasarnya Buku Pedoman Tutorial tidak lain adalah Buku Blok dimana Tugas
Modul ditulis dan disediakan kotak jawaban yang sudah terisi.
4.5.3.4 Buku Log Mahasiswa
Buku Log mahasiswa adalah buku kerja mahasiswa dalam menjawab Tugas Modul
yang disampaikan dalam buku Blok. Buku ini seperti halnya Buku Pedoman Tutorial,
tetapi berisikan Tugas Modul dengan halaman jawaban yang dikosongkan. Kumpulan
dari buku Log setiap mahasiswa mencerminkan portofolio kegiatan belajar mahasiswa.
Pada dasarnya buku Log ini bisa berupa buku Blok yang pada halaman jawaban tugas
modul dikosongkan untuk diisi mahasiswa.
4.5.3.5 Lembar Observasi Tutorial Mahasiswa
Lembar Observasi mahasiswa adalah perangkat alat ukur untuk menilai aktivitas
tutorial mahasiswa yang diukur berdasarkan variabel parameter yang telah disebutkan
diatas.
4.5.3.6 Lembar Observasi Kinerja Dosen
Untuk mengamati kinerja dosen dalam proses belajar mengajar, perlu dibuat beberapa instrumen.
Salah satunya adalah penilaian berdasarkan hasil asesmen mahasiswa sebagai stakeholder
utama. Pada lembar ini mahasiswa per individu menilai dosennya dengan parameter yang
sama, antara lain sikap dan perilaku dosen, kejelasan penjelasan/kuliah dosen, sistimatika
pembelajaran yang runtut, waktu yang disediakan dosen untuk beinteraksi dan
mendengarkan pendapat mahasiswanya, objektivitas dosen dalam menilai mahasiswa.
Bab V
PEMBELAJARAN NON BLOK

Pembelajaran Non Blok adalah Proses Belajar Mengajar materi kurikulum yang tidak mengikuti
Blok. Matakuliah yang termasuk dalam pembelajaran Non Blok adalah: a) materi kurikulum yang
dibelajarkan dengan tujuan untuk mencapai kompetensi tertentu, yaitu Problem Based Learning
(PBL), Metodologi, Tugas Akhir, Kewirausahaan, bahasa Inggris, dan Program Kerja Nyata
Mahasiswa (PKNM), b) topik2 spesifik dalam pengembangan ilmu kedokteran atau pemutakhiran
praktek kedokteran, meliputi Imunologi dan Kedokteran Tropik, c) kompetensi penunjang
kompetensi klinik, meliputi Keselamatan Pasien, Kedokteran Forensik, Bioetika & Hukum Kedokteran.
Sebagaimana disebutkan dalam Bab IV, Proses Belajar Mengajar dalam implementasi
Kurikulum Berbasis Kompetensi di PSPD FKUB menggunakan pendekatan pembelajaran SPICES
(Haarden, 2000). Metodologi (termasuk Tugas Akhir), dan PBL merupakan materi kurikulum yang
akan mendasari serta mewarnai proses belajar mengajar seluruh pembelajaran Blok yang diuraikan
pada Bab IV. Kedua materi ini memberikan ekspos pembelajaran melatih keterampilan belajar dan
keterampilan mengembangkan ilmu sebagai dua sisi ilmu pengetahuan yakni pembelajaran dan
pengembangannya, sedangkan PKNM dimaksudkan untuk memberikan pengalaman belajar kepada
mahasiswa dalam berinteraksi langsung dengan masyarakat.

5.1 Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning / PBL)


5.1.1 Batasan
Problem-Based Learning (PBL) adalah suatu pendekatan proses belajar mengajar yang
terpusat pada kegiatan diskusi dalam kelompok kecil dalam konteks Masalah dalam praktek
Klinis. Mahasiswa menggunakan “trigger” atau pemicu belajar dari kasus-kasus atau skenario
klinik untuk mereka kembangkan menjadi tujuan belajar masing-masing. Mahasiswa
melakukannya secara independen dan mendiskusikan hasil belajar masing-masing diantara
mereka. Dengan demikian, maka PBL pada dasarnya bukan dan tidak berorientasi kepada
Pemecahan Masalah (Problem-Solving). Maka dalam PBL, output belajar tidak merupakan
tujuan. Oleh karena bukan mengutamakan output , maka PBL lebih mengedepankan proses
belajar mahasiswa aktif, menggunakan “problem” sebagai pemicu belajar, mengintegrasikan
beberapa disiplin ilmu terkait baik horisontal maupun vertikal, dengan “problem” klinik dan
masyarakat senyatanya yang mereka identifikasi sendiri.
Diskusi dalam Kelompok Kecil dalam PBL akan mengembangkan kemampuan mahasiswa
melihat berbagai konsep dan prinsip ilmu kedokteran dibelakang “masalah” yang didiskusikan.
Waktu yang digunakan diluar diskusi memfasilitasi pengembangan keterampilan belajar seperti
literature retrieval, critical appraisal terhadap informasi yang tersedia, mencari informasi diluar
informasi dosen, menggunakan teknologi informasi, yang pada akhirnya mengembangkan
kemampuan belajar mandiri sebagai sendi dari Kompetensi Belajar Sepanjang Hayat yang
merupakan salah satu Kompetensi Dokter yang ditetapkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia.
Setiap “masalah“ yang disampaikan sebagai “trigger” disusun sedemikian rupa dengan
mengintegrasikan mekanisme fisik, biologis, dan perilaku dalam setiap masalah kesehatan.
Dengan cara ini, mahasiswa akan membiasakan diri dalam proses analisis masalah,
membangun hipotesis, dan menyusun tujuan belajar, serta melakukan “ self inquiry“ dalam
menggali informasi sesuai tujuan belajar masing-masing.

5.1.2 Kompetensi yang ingin dicapai melalui PBL


Kompetensi yang ingin dicapai melalui serangkaian pembelajaran PBL selama Semester III
sampai dengan VII adalah:
a. Mengembangkan kemampuan mengidentifikasi masalah-masalah klinis dan kesehatan
melalui diskusi dan belajar mandiri dalam konteks skenario klinis yang diberikan
kepadanya sebagai “Masalah Pasien“.
b. Mengembangkan kemampuan mengintegrasikan ilmu pengetahuan kedokteran dasar
maupun klinik secara holistik dan komprehensif
c. Mengembangkan kemampuan memahami dan mengatasi berbagai masalah kesehatan
baik di klinik maupun di masyarakat, berdasarkan kelimuan kedokteran.
d. Melatih mengembangkan proses “clinical reasoning” termasuk keterampilan: sintesis
masalah, menyusun hipotesis, berfikir kritis terhadap setiap informasi, analisis data, dan
pengambilan keputusan.
e. Mengembangkan keterampilan untuk menjadikan diri sebagai pembelajar mandiri,
mencari hal-hal yang belum diketahui, serta menggunakan secara efektif sumber-sumber
belajar.
f. Melalui diskusi berulang-ulang, melatih kemampuan: memimpin, bekerjasama dalam tim ,
berkolaborasi, menerima pendapat orang lain, dan memahami keterbatasan diri.

5.1.3 Proses Pembelajaran


a. Pembelajaran PBL dimulai setelah menyelesaikan pendidikan Semester I dan II karena
dipandang telah memahami dasar dari Ilmu Kedokteran, dasar berkomunikasi, dan
keterampilan dasar klinik.
b. Memperhatikan keterbatasan sumberdaya, khususnya tenaga khusus untuk menyiapkan
skenario dan memfasilitasi tutorial dalam jumlah mahasiswa yang cukup besar, PSPD
FKUB menggunakan PBL-hybrid sehingga pembelajaran PBL dilaksanakan pada Semester
III sampai dengan Semester VII, masing-masing hanya 1 minggu setiap akhir semester.
c. Manajemen PBL dikoordinasikan langsung oleh Jurusan.
d. Sebelum dipunyai “Bank Masalah“, maka setiap “Masalah/Skenario” disusun oleh tim
penyusun yang terdiri dari tim blok semester terkait.
e. Mahasiswa dikelompokkan dalam kelompok yang terdiri dari 10-15 orang.
f. Jurusan memberikan Pedoman Tutorial beserta lembar observasi yang ditentukan kepada
tutor yang ditunjuk.
g. Proses Pembelajaran PBL mengikuti “The Seven Jumps“ (“7 Langkah PBL”) yang diadopsi
dari Model yang dikembangkan Maastricht Universiteit (Henk Schmidt, 1989), berturut-
turut :
1) Pemberian “Skenario” kepada setiap mahasiswa sebagai suatu “ill-structured
problem“
2) “Term Clarification“ atau “Que Recognition“ : setiap mahasiswa diminta secara
mandiri mencari kata-kata kunci dibalik skenario yang diberikan
3) “Problem Identification” : dari setiap kata kunci, mahasiswa secara mandiri
menggali “Masalah“ dibalik kata/terminologi tersebut
4) “Hypothesis Generation” : setiap “masalah” yang diidentifikasi, secara mandiri,
mahasiswa menyusun hipotesis tentang sebab atau dampak dari suatu masalah
klinis/komunitas tersebut
5) “Developing Learning-Objectives” : setiap mahasiswa menetapkan “Tujuan
Belajar” masing-masing. Tujuan Belajar yang dimaksud adalah mencari informasi
tentang sebab dan atau akibat dari “masalah “ yang disusunnya sebagai hipotesis
pada langkah sebelumnya
6) “Self Inquiry” : Mahasiswa mencari informasi terhadap langkah kelima diatas secara
mandiri, baik dengan mencarinya melalui internet, perpustakaan, nara sumber, dosen
yang dipandangnya relevan untuk dimintai informasi, dan sebagainya
7) “Sharing the Result” : mahasiswa berdiskusi untuk saling memberi informasi
terhadap hasil pencariannya masing-masing.
h. Dari proses belajar pada butir f diatas, sangat jelas bahwa proses PBL yang
diselenggarakan PSPD FKUB sangat mengutamakan proses mencari, mengumpulkan,
menganalisis, mengintegrasikan, mengkomunikasikan informasi ilmu, sebagai proses
mengembangkan kompetensi kemandirian belajar sesuai paradigma “Learning How to
Learn“ yang menjadi proses dasar Belajar Sepanjang Hayat.
i. Selama 1 minggu PBL pada setiap semester itu, mahasiswa melakukan 2 proses: proses
mandiri dan proses berkelompok. Mandiri dalam mengerjakan Langkah 1 sampai dengan
5, kemudian berdiskusi kelompok untuk menyampaikan, mempertahankan, untuk
akhirnya menetapkan Tujuan Belajar bersama untuk mencari informasi atas
permasalahan baik masalah klinik atau masalah komunitas yang sesungguhnya dari
skenario yang diberikan. Selanjutnya, mahasiswa melakukan langkah 6 secara mandiri
untuk masuk kedalam langkah 7 bersama-sama.

5.1.4 Peran dan Fungsi Tutor


Tutor ditunjuk oleh Jurusan dari dosen-dosen dari Laboratorium yang terkait dengan
penyusunan Skenario PBL. Tutor dapat pula direkrut dari dosen Laboratorium lain atau
“stand by tutor” mengingat jumlah tutor harus mencukupi untuk memfasilitasi sesuai jumlah
kelompok diskusi. Dalam diskusi kelompok, tutor berperan sebagai:
a. Membangkitkan partisipasi aktif seluruh peserta diskusi kelompok.
b. Membantu Ketua Kelompok menjaga waktu diskusi dan memelihara dinamika kelompok.
c. Memandu agar sekretaris kelompok mencatat hasil diskusi dengan tepat untuk
menghindarkan deviasi pencatatan hasil kelompok kepada kesimpulan sekretaris sendiri.
a. Mencegah terjadinya side tracking yaitu penyimpangan konteks diskusi keluar dari tujuan
belajar.
b. Menjaga agar Tujuan Belajar Kelompok dapat dicapai.
c. Memandu pemahaman dan pengertian yang benar atas materi diskusi, dan menyerahkan
hasil tutorial serta catatan tentang hal-hal yang kurang benar, kurang dipahami, kepada
koordinator PBL untuk bila perlu diberikan kuliah klarifikasi.

5.2 Metodologi
5.2.1 Batasan
Matakuliah Metodologi termasuk dalam kelompok pengembangan keterampilan non-
klinik sehingga pada struktur kurikulum ditempatkan diluar pembelajaran blok.
Pembelajaran MK Metodologi dibagi dalam tiga tahap, yaitu Metodologi 1 yang dibelajarkan
pada Semester I, Metodologi-2 dibelajarkan pada Semester IV, dan Metodologi 3 pada
Semester V.
Metodologi 1 menggunakan tema “Metode Ilmiah & Keterampilan Belajar”, merupakan
rangkai pertama dari mata kuliah Metodologi secara keseluruhan. Dalam topik Metode
Ilmiah, dibahas dasar-dasar filosofis ilmu pengetahuan kedokteran, konsep berpikir logis,
kritis dan etis dalam memahami fakta, fenomena ilmu dan teknologi kedokteran serta
menerapkan Ilmu Kedokteran sebagai proses pembelajaran berkelanjutan. Keterampilan
Belajar dimaksudkan dapat membantu mahasiswa dalam hal memahami cara belajar efektif
masing-masing individu dan cara efektif mengakses informasi secara umum termasuk
melalui situs internet.
Metodologi 2 merupakan proses pembelajaran teori dan praktikum tentang kritisi
artikel ilmiah bidang kesehatan. Pembahasan difokuskan pada praktek kritisi konsep
kausalitas dalam artikel ilmiah yang banyak mendasari penemuan baru dalam keilmuan dan
teknologi kedokteran (”Evidence-Based Medicine”).
Metodologi 3 atau Metodologi Riset, memberikan dasar kemampuan intelektual
yang terbentuk dari kemampuan berkomunikasi dan berpikir ilmiah sehingga mampu berpikir
kritis dan menemukan pemecahan permasalahan secara ilmiah. Fokus bahasan dari mata
kuliah ini meliputi dasar ilmiah melakukan penelitian, penulisan perumusan masalah,
pengembangan kerangka konsep termasuk hipotesis penelitian, dan perancangan desain
penelitian guna menjawab permasalahan penelitian. Luaran MK Metodologi-3 adalah
proposal penelitian yang diharapkan menjadi dasar penyusunan Tugas Akhir mahasiswa.
5.2.2 Tujuan Kompetensi
Setelah pembelajaran Metodologi 1 diharapkan mahasiswa mampu:
1) menjelaskan konsep dan ruang lingkup ilmu pengetahuan dan penelitian kedokteran
2) memahami etika dalam penelitian kedokteran
3) mengidentifikasi dan mengelaborasi sumber ilmu dan pengetahuan dalam praktek
kedokteran
4) memberikan analisis kritis, logis dan etis terhadap ilmu pengetahuan, permasalahan
kesehatan dan praktek profesi kedokteran
5) mengidentifikasi sumber-sumber pengetahuan dan informasi ilmiah
6) menjelaskan peran perpustakaan dan internet sebagai sumber informasi & permasa-lahan
ilmiah
7) menjelaskan strategi pencarian artikel ilmiah di perpustakaan dan internet, membaca
artikel secara kritis dan efektif
8) membuat tulisan dan presentasi yang baik dan benar.

Setelah pembelajaran Metodologi 2 diharapkan mahasiswa mampu:


Melakukan kritisi dan mengevaluasi hubungan kausalitas terhadap artikel ilmiah dalam
bidang medis (informasi medis berdasarkan bukti) serta penggunaannya dalam
membantu pengambilan keputusan klinik.

Setelah pembelajaran Metodologi 3/Metodologi Riset diharapkan mahasiswa mampu:


1) mengidentifikasi permasalahan kesehatan dan mampu merancang upaya pemecahan
permasalahan kesehatan tersebut ke dalam bentuk penulisan proposal penelitian dengan
menggunakan kaidah penulisan ilmiah yang benar.
2) melakukan publikasi ilmiah.

5.2.3 Proses Pembelajaran


Metodologi 1 dibelajarkan dalam bentuk tatap muka dan secara berkelompok
mahasiswa diberi tugas menyusun karya ilmiah sederhana menggunakan metode ilmiah yang
berisi kritik etik terhadap masalah kesehatan di masyarakat. Tugas kelompok diseminarkan
pada akhir pembelajaran. Evaluasi hasil belajar adalah gabungan antara nilai ujian, karya
ilmiah dan seminar.
Metodologi 2 dibelajarkan dalam bentuk tatap muka dan diskusi kelompok kecil dalam
menyelesaikan tugas-tugas modul. Mahasiswa secara individu membuat laporan tugas
kritisi
ilmiah terhadap laporan penelitian tentang bidang kesehatan klinik dan masyarakat (agen
etiologik/patomekanisme/diagnosis/terapi/prognosis). Evaluasi hasil belajar adalah gabungan
antara nilai ujian, tugas dan diskusi.
Metodologi 3 difokuskan pada pengembangan proses berpikir ilmiah melalui proses
penelitian yang dituangkan dalam bentuk penulisan perencanaan kajian suatu permasalahan
atau proposal. Metodologi 3 dibelajarkan dalam bentuk kuliah dan bimbingan dalam
penyusunan serta presentasi proposal penelitian. Evaluasi hasil belajar adalah gabungan
antara nilai ujian teori dan nilai proposal.

5.3 Tugas Akhir


5.3.1 Batasan
Tugas Akhir merupakan karya ilmiah dalam bidang/cabang ilmu tertentu yang ditulis
berdasarkan hasil penelitian laboratorik maupun lapangan, studi kepustakaan, atau tugas lain
yang telah ditentukan oleh Fakultas.
Pelaksanaan Tugas Akhir adalah wajib ditempuh mahasiswa PSPD FKUB sebagai salah satu
syarat untuk mendapatkan gelar kesarjanaan.
5.3.2 Syarat-syarat melaksanakan Tugas Akhir
a. Terdaftar sebagai mahasiswa pada tahun akademik yang bersangkutan
b. IP Kumulatif sekurang-kurangnya 2,00
c. Telah lulus matakuliah Metodologi Riset dengan nilai sekurang-kurangnya C.
5.3.3 Waktu penyelesaian Tugas Akhir
a. Tugas Akhir dilaksanakan pada Semester VI dan atau selambat-lambatnya selesai pada
akhir Semester VII.
b. Perpanjangan waktu harus mendapatkan persetujuan Dekan / Ketua Jurusan dengan tata
cara yang ditentukan oleh Fakultas.

5.3.4 Bimbingan Tugas Akhir


a. Jumlah Pembimbing
Seorang mahasiswa yang melaksanakan Tugas Akhir, dibimbing oleh dua orang yang
terdiri dari 1 (satu) orang Pembimbing I dan 1 (satu) orang Pembimbing II.
Penyimpangan persyaratan di atas ditentukan oleh Dekan atas usul Tim Tugas Akhir.
b. Penentuan Pembimbing
1) Dekan menentukan Pembimbing I dan Pembimbing II atas usul Tim Tugas Akhir.
2) Pembimbing II dapat berasal dari luar Fakultas selama diperlukan
3) Dosen luar biasa atau dosen tamu dapat diusulkan menjadi Pembimbing I atau
Pembimbing II.
c. Syarat Pembimbing
1) Pembimbing I adalah dosen yang memiliki kepangkatan serendah-rendahnya Lektor
bagi pemegang ijazah minimal S2 (Magister); atau Asisten Ahli bagi pemegang ijazah
S3 (Doktor); atau Spesialis; atau Spesialis Konsultan.
2) Pembimbing II adalah dosen dengan kepangkatan serendah-rendahnya Lektor bagi
pemegang ijazah minimal S2 (Magister); atau Asisten Ahli bagi pemegang ijazah S3
(Doktor); atau Spesialis; atau Spesialis Konsultan .
d. Tugas dan Kewajiban Pembimbing
1) Tugas dan kewajiban Pembimbing I adalah:
Membantu mahasiswa dalam mencari permasalahan yang dijadikan dasar
penyusunan Tugas Akhir

Membimbing mahasiswa dalam menyelesaikan Tugas Akhir


Membimbing mahasiswa dalam penulisan Tugas Akhir.
2) Tugas dan kewajiban Pembimbing II adalah membantu Pembimbing I dan melengkapi
pembimbingan Tugas Akhir mahasiswa.

5.3.5 Proses penyusunan Tugas Akhir


a. Mahasiswa mengajukan judul penelitian pada saat pembelajaran Metodologi Riset,
kemudian melalui pembimbingan oleh 1 (satu) orang fasilitator akan disusun proposal
Tugas Akhir.
b. Fasilitator pada matakuliah Metodologi Riset tersebut selanjutnya akan bertindak sebagai
Pembimbing I dalam pelaksanaan Tugas Akhir.
c.Di dalam proses pelaksanaan Tugas Akhir, mahasiswa akan mendapatkan Pembimbing II
yang distribusinya diatur oleh Tim Pengelola Tugas Akhir.
d. Mahasiswa harus mendapatkan pernyataan layak etik dari Tim Kelayakan Etik Penelitian
apabila penelitian Tugas Akhir menyangkut manusia dan hewan coba.
e. Setelah selesai melaksanakan penelitian /penelusuran studi pustaka yang ditulis dalam
bentuk naskah Tugas Akhir, hasilnya akan diuji oleh Tim Penguji.

5.3.6 Ujian Tugas Akhir


a. Ujian Tugas Akhir program Sarjana bersifat komprehensif. Yang dimaksud komprehensif
adalah penguji boleh mengajukan pertanyaan yang sifatnya mengingatkan kembali materi
pembelajaran Dasar Kedokteran.
b. Ujian Tugas Akhir dilaksanakan secara lisan dan bertujuan untuk mengevalasi mahasiswa
dalam penguasaan ilmu dan penerapan teknologi sesuai dengan bidang yang dikaji.
c.Majelis Penguji ditetapkan oleh Dekan atas usul Tim Pengelola Tugas Akhir.
d. Susunan Majelis Penguji terdiri dari Pembimbing I & II sebagai anggota, dan seorang
penguji di luar pembimbing merangkap sebagai Ketua.
e. Ketua Penguji adalah dosen / tenaga lain yang berkompeten dibidangnya yang ditentukan
oleh Dekan atas usul Tim Pengelola Tugas Akhir.
f. Tugas Majelis Penguji:
1) Ketua Penguji bertugas memimpin dan mengatur kelancaran pelaksanaan ujian
2) Majelis Penguji bertugas menguji dan memberikan penilaian pada kandidat Sarjana
Kedokteran
3) Menentukan kelulusan kandidat Sarjana Kedokteran dan menyampaikan hal-hal yang
terkait dengan penyelesaian pelaksanaan Tugas Akhir
4) Menentukan tugas-tugas/ ketentuan lain yang harus dipenuhi oleh kandidat yang
dinyatakan tidak lulus.

5.3.7 Waktu Ujian Tugas Akhir


a. Waktu yang disediakan untuk ujian Tugas Akhir Sarjana Kedokteran sebanyak-banyaknya
adalah 2 (dua) jam.
b. Mahasiswa yang telah dinyatakan lulus dalam Berita Acara Ujian Tugas Akhir diperbolehkan
mendaftar yudisium Sarjana.

5.3.8 Penyusunan Tugas Akhir berbahasa Inggris


a. Bagi mahasiswa yang menyusun Tugas Akhir menggunakan bahasa Inggris, diberikan satu
pembimbing tambahan (Pembimbing III) dari Laboratoriunm Bahasa Inggris.
b. Pembimbing III bertugas memberikan bimbingan dalam hal penyusunan kalimat meng-
gunakan kaidah bahasa Inggris yang baik dan benar
c. Pembimbing III tidak menjadi penguji pada ujian Tugas Akhir.
5.3.9 Karya Tulis Ilmiah pengganti Tugas Akhir
a. Karya tulis ilmiah yang berupa penelusuran studi pustaka yang dinyatakan menang di
tingkat Universitas Brawijaya dalam rangka mengikuti lomba karya tulis ilmiah dapat
diterima sebagai pengganti Tugas Akhir tanpa melalui ujian Tugas Akhir.
b. Karya ilmiah kreatif tertulis dalam bidang ilmu yang sesuai, yang disusun mahasiswa
dibawah pengawasan dan arahan dosen yang berkompeten, yang disajikan dalam suatu
seminar nasional/internasional dapat diakui setara dengan Tugas Akhir.
c. Karya tulis ilmiah berupa penelitian yang didanai dan dinyatakan layak mengikuti PIMNAS
yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan Nasional dapat menggantikan karya tulis
ilmiah Tugas Akhir tanpa melalui ujian Tugas Akhir.
d. Karya tulis ilmiah pada butir a s/d c diatas diserahkan kepada Tim Pengelola Tugas Akhir
dalam bentuk format Tugas Akhir yang telah ditetapkan, dengan menyertakan SK Dekan.

5.4 Program Kerja Nyata Mahasiswa(PKNM)


5.4.1 Batasan
PKNM merupakan bentuk pendidikan dengan cara memberikan pengalaman belajar
kepada mahasiswa untuk berinteraksi langsung dengan Pokmas (Kelompok Masyarakat) atau
Masyarakat Mitra Kegiatan (Masyarakat Kampus atau di luar kampus), dan secara langsung
mengidentifikasi serta berupaya ikut menangani masalah-masalah yang dihadapi pokmas
tersebut. Kegiatan PKNM merupakan kegiatan intrakurikuler. PKNM merupakan bentuk KKN
(Kuliah Kerja Nyata) di Fakultas Kedokteran UB yang dimaksudkan untuk memberikan
pengalaman belajar dan pengalaman kerja nyata, serta mendewasakan kepribadian dan
memperluas wawasan mahasiswa.
5.4.2 Tujuan Kompetensi
Melalui kegiatan PKNM mahasiswa diharapkan mampu menguasai:
Pemahaman pendekatan interdisiplin
Pemahaman manfaat IPTEK tepat guna dan keterampilan penerapannya
Pemahaman kehidupan masyarakat dan permasalahannya
Pemberdayaan cara berpikir profesional dan kepedulian sosial
5.4.3 Pelaksanaan Pembelajaran
Pada prinsipnya PKNM merupakan program yang banyak terkait dengan kegiatan pengabdian
masyarakat namun termasuk dalam kegiatan akademis. Kegiatan pengabdian masyarakat
sendiri adalah semua kegiatan di luar kegiatan penelitian dan kegiatan penelitian. Kegiatan
pengabdian masyarakat merupakan bagian dari program Pengembangan Masyarakat
(community development). Kegiatan-kegiatan pengembangan masyarakat dimaksudkan untuk
tercapainya perilaku sehat yang berkelanjutan. Oleh karena itu, dari PKNM yang
berkesinambungan diharapkan dapat mengubah pengetahuan, sikap, dan perilaku
masyarakat secara sustainable.
5.4.3.1 Unsur PKNM
Kegiatan-kegiatan dalam PKNM hendaknya mengandung unsur kegiatan berikut:
a. Pelayanan Masyarakat (community services)
Pelayanan kepada masyarakat dimaksudkan sebagai kegiatan public outreach untuk lebih
memperkenalkan keberadaan PKNM kepada masyarakat luas baik yang menjadi sasaran
langsung maupun bukan sasaran langsung dari kegiatan.
Pelayanan masyarakat ini dapat berupa: pencegahan primer, pencegahan sekunder
(tindakan kuratif), pencegahan tersier (rehabilitatif).
b. Pemberdayaan Masyarakat (community empowering)
Pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat untuk menunjang kemandiriannya.
Kegiatan ini meliputi: pelatihan untuk meningkatkan skill, wawasan, mengubah mindset,
atau untuk meningkatkan penghasilan, pendampingan masyarakat secara berkala bagi
keluarga rawan gizi, pembentukan kader dari kalangan masyarakat setempat, kunjungan
lapangan bagi masyarakat, studi banding bagi masyarakat.
c. Hubungan Masyarakat (community relation)
Kegiatan ini berkaitan dengan pengembangan kesepahaman yang dilakukan melalui
komunikasi dan informasi kepada pihak-pihak terkait.
Kegiatan ini meliputi: penyuluhan kesehatan secara langsung kepada masyarakat, dan
penyelenggaraan konsultasi kesehatan di sekolah.
5.4.3.2 Bentuk Kegiatan PKNM
Kegiatan PKNM meliputi 2 kegiatan yaitu ”Pembekalan” dan ”Kegiatan Lapangan”.
a. Pembekalan, terdiri dari:
 Latihan pembekalan yang diberi beban 1 sks
 Evaluasi pembekalan berupa ujian pembekalan yang akan diperhitungkan dalam nilai
akhir pembekalan
 Mahasiswa dengan SKK (satuan kredit kegiatan) lebih dari 3 tetap wajib mengikuti
pembekalan dan ujian pembekalan.
b. Kegiatan Lapangan:
Beban kegiatan lapangan adalah 2 sks yang diselesaikan dalam 1 (satu) semester, dihitung
8 jam per hari yang setara dengan 10 hari per 1 sks. Bagi mahasiswa yang mengumpulkan
SKK ≥ 3 dapat menggantikan 1 sks kegiatan lapangan. SKK sama dengan 3 adalah apabila
mengikuti PK2Maba dan Krida Mahasiswa (wajib hadir 80%), serta mengikuti 3 dari
kegiatan kemahasiswaan sebagai berikut: penalaran, bakat-minat, organisasi, olahraga,
seni, bakti sosial/pengabdian masyarakat.
Kegiatan lapangan PKNM terdiri dari:
1) Diagnosis awal di komunitas
2) Pembuatan proposal
3) Kegiatan intervensi di komunitas
4) Pembuatan laporan
5) Presentasi di kampus.
Bab VI
KETERAMPILAN (SKILL) DAN
KETERAMPILAN KLINIK (CLINICAL SKILL)

6.1 Keterampilan & Keterampilan Klinik


6.1.1 Batasan
a. Keterampilan Klinik, menurut Konsil Kedokteran Indonesia, adalah kegiatan mental dan
atau fisik yang terorganisasi serta memiliki bagian-bagian kegiatan yang saling bergantung
dari awal hingga akhir. Dalam melaksanakan praktik dokter, lulusan dokter perlu
menguasai keterampilan klinik yang akan digunakan dalam membangun diagnosis maupun
menyelesaikan suatu masalah kesehatan. Keterampilan klinik ini perlu dilatihkan sejak awal
pendidikan dokter secara berkesinambungan hingga akhir pendidikan dokter.
Keterampilan Klinik (clinical skill) merupakan bagian dari kompetensi dokter dalam hal
keterampilan mengaplikasikan Ilmu Kedokteran terhadap seorang pasien berdasarkan
prosedur kedokteran dalam setting praktik klinik (clinical procedure).
b. Profesionalisme Dokter ditentukan dari kemampuannya mengintegrasikan ketiga
keterampilan tersebut bersama-sama dalam menjalankan tugas profesionalnya sebagai
dokter.
c.Kompetensi Dokter menyiratkan integrasi 3 jenis keterampilan: 1) keterampilan menguasai
ilmu kedokteran, 2) keterampilan pelayanan untuk melakukan tindakan kedokteran sesuai
dengan ilmu kedokteran berdasarkan prosedur kedokteran terhadap pasien dalam praktik
klinik maupun terhadap komunitas dan keluarga dalam praktik di masyarakat, dan 3)
keterampilan bersikap serta beperilaku sebagai dokter dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya dibidang kedokteran dan kesehatan.

1) Keterampilan menguasai Ilmu Kedokteran, disebut pula sebagai Keterampilan


Intelektual, adalah keterampilan mengakses, mengumpulkan, menganalisis, mensintesis,
menyimpulkan, menyampaikan kesimpulan mengenai Ilmu Kedokteran untuk
dimanfaatkan dalam praktik di klinik, praktik di masyarakat, maupun dalam konteks
pengembangan ilmu.

2) Keterampilan Pelayanan kepada Masyarakat dalam konteks individu, keluarga,


masyarakat tertentu, dan bangsa merupakan bagian dari kompetensi dokter dalam
mengaplikasikan ilmu kedokteran berdasarkan prosedur kedokteran dalam setting
kesehatan masyarakat (community health services).
3) Keterampilan Bersikap dan Berperilaku merupakan bagian dari profesionalisme dokter
dalam berkomunikasi dengan pasien dan komunitas dalam berbagai setting (anak,
dewasa, orangtua, situasi pasien/komunitas yang spesifik) dalam praktik klinik dan
pelayanan komunitas.

6.1.2 Tujuan Pembelajaran (Learning Objectives)


Pengembangan Keterampilan Klinik bertujuan mencapai kompetensi:
a. Belajar sepanjang hayat khususnya mampu belajar cara belajar
b. Berkomunikasi secara ilmiah khususnya berfikir kritis dan analitis
c. Berkolaborasi, menyatakan pendapat, menghargai perbedaan pendapat, dan bekerja
dalam satu tim
d. Melakukan penelitian dan menyusun karya ilmiah berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan
biomedik, kedokteran dan kesehatan
e. Berkomunikasi dengan efektif kepada pasien dan keluarganya, serta dengan sejawatnya
dalam mengidentifikasi permasalahan dan memberikan pelayanan yang efektif
f. Berperilaku dan bertindak profesional kepada pasien dan kepada sejawatrnya
g. Melakukan interview medis untuk mengumpulkan informasi/temuan klinis yang relevan
dan mengidentifikasi perspektif pasien
h. Melakukan pemeriksaan fisik untuk mengidentifikasi penemuan-penemuan penting
sambil tetap memelihara dan menjaga harga diri (patient‟s dignity) pasien
i. Menganalisis informasi klinis menuju diagnosis dan rancangan terapi
j. Menyampaikan informasi klinis dan kesimpulan-kesimpulannya dengan tepat dalam
laporan lisan maupun tertulis
k. Mengembangkan „self-awareness‟ terkait sikap, kepercayaan, keyakinan, dan perilaku
seseorang yang dapat mempengaruhi prakteknya sebagai dokter.

6.1.3 Macam Keterampilan dan Pembelajarannya


6.1.3.1 Keterampilan menguasai Ilmu Kedokteran
Keterampilan ini merupakan akumulasi keterampilan: penguasaan teknologi informatika,
berfikir kritis, berfikir analitis, berfikir skeptis yang teratur, berfikir sistimatis,
mengidentifikasi dan memecahkan masalah.
Dalam konteks implementasi KBK di Program Studi Pendidikan Dokter FKUB, keterampilan
ini dibelajarkan melalui:
a. Modul Blok. Modul dalam sebuah blok disampaikan dan atau diakses mahasiswa
sebelum pembelajaran blok yang bersangkutan dimulai. Di dalam modul disampaikan
sejumlah tugas modul (modul task) yang harus dikerjakan mahasiswa sebelum
pembelajaran blok itu dimulai. Pemberian tugas modul ini merupakan bentuk
pembelajaran “student active learning” yang sekaligus bertujuan menyiapkan
mahasiswa sebelum pembelajaran melalui diskusi maupun kuliah (menyiapkan prior
knowledge).
b. Problem-based Learning (PBL). PBL-hybrid diberikan kepada mahasiswa untuk
berlatih keterampilan belajar (learning how to learn), belajar sistimatis,
mengidentifikasi masalah kedokteran dibalik fenomena yang timbul di lapangan,
menyusun hipotesis terhadap sebab maupun dampak suatu masalah kedokteran,
menetapkan tujuan belajar, merancang dan melakukan “self-inquiry” untuk
membuktikan hipotesis yang dibangun, mendiskusikan hasil pencarian sendiri ( inquiry)
dengan sesama mahasiswa.

6.1.3.2 Keterampilan Klinis (Clinical Skill)


Dalam praktik klinik sehari-hari, seorang dokter mengaplikasikan macam keterampilan
klinik secara sistimatik, yaitu:
a. “History Taking “ dan Keterampilan Berkomunikasi
b. Pemeriksaan Fisik
c. Pemeriksaan Penunjang
d. Membuat Diagnosis
e. Merancang Terapi dan atau Tindakan Medis
f. Membuat Laporan Medik
Pembelajaran Keterampilan Klinik dilakukan bersamaan dan menjadi bagian dari
pembelajaran Blok yang relevan. Pembelajaran berlangsung dalam “Skill Laboratory
System”. Yang dimaksud dengan “Skill Laboratory System ” adalah bahwa pembelajaran
keterampilan klinis dilakukan secara terintegrasi baik di gedung Labskill, di ruang-ruang
praktikum Laboratorium terkait dengan proses pengayaan ( enrichment) penguasaan
Blok, di Laboratorium Sentral Biomedik FKUB, di Klinik dan Ruang Rawat Inap RS
Pendidikan dan RS afiliasi/satelit Lahan Pendidikan, dan di Masyarakat.
6.1.3.3 Keterampilan Pelayanan Kepada Masyarakat
Terdiri dari keterampilan memberikan informasi dan pelayanan kesehatan preventif,
kuratif, rehabilitatif, dan promotif kepada msyarakat dalam konteks individu, keluarga,
dan komunitas tertentu.
Pembelajaran Keterampilan Pelayanan Masyarakat dilaksanakan sesuai dengan blok-blok
yang terkait. Dapat pula dilaksanakan dalam kaitan dengan Program Elektif dan atau
Program “Community Placement” (termasuk Program Kerja Nyata Mahasiswa) oleh
Laboratorium Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Pencegahan (IKM-KP).
Dalam konteks Pencapaian “The Five Star Doctor” (WHO, 2000), pembelajaran ini
dimaksudkan juga sebagai pembelajaran untuk mencapai kompetensi: “Care Provider”,
“Decision Maker”, “Communicator”, “Community Leader”, dan “Manager”.

6.1.3.4 Keterampilan Bersikap dan Berperilaku


Terdiri dari keterampilan bersapa salam, berbicara sopan, berlaku santun, ber-etika,
memimpin, dipimpin, berkolaborasi, dalam ikatan sebagai sesama manusia, sesama
warga, dalam kehidupan beragama, berbangsa, dan bernegara.
Keterampilan ini dibelajarkan dalam konteks pembelajaran Humaniora, Bioetik, dan
Kode Etik Kedokteran, Komunikasi efektif, dan eksplisit dalam pembelajaran
Keterampilan Klinik.

6.2 Keterampilan Klinik (Clinical Skill)


6.2.1 Jenis Pembelajaran Keterampilan Klinik
Pembelajaran Keterampilan Klinik KBK PS Pendidikan Dokter FKUB meliputi:
a. Pada Semester I-II
1) Dasar-dasar Keterampilkan Berkomunikasi
2) Dasar-dasar Anamenesis (“General History Taking ”)
3) Dasar-dasar Pemeriksaan Fisik
4) Pemeriksaan Fisik Dasar: “General Survey” dan “ Vital Sign”
5) Ketrampilan “ Basic Life Support”

b. Pada Semester III – VII


1) “History Taking” khusus pada setiap Sistim
2) Pemeriksaan Fisik khusus setiap Sistim
3) Pemeriksaan Penunjang / Prosedur Diagnostik pada setiap Sistim, meliputi:
Prosedur Teknis
Prosedur Laboratorik
4) Pelaporan (Reporting):
Oral
Tertulis
6.2.2 Organisasi Pembelajaran Keterampilan
Pembelajaran keterampilan dilakukan dalam suatu “Skill Laboratory System ” yaitu sistim
terpadu pemanfaatan seluruh sarana/prasarana pembelajaran untuk pembelajaran keterampil-
an klinik. “Skill Laboratory System” terdiri dari:
1) Gedung Laboratorium Keterampilan (Labskill) beserta seluruh fasilitas pembelajaran
didalamnya
2) Laboratorium untuk kegiatan praktikum
3) Laboratorium untuk kegiatan pelayanan publik
4) Rumahsakit Pendidikan dan atau RS afiliasi/satelit
5) Laboratorium Sentral Biomedik.
Organisasi pembelajaran keterampilan dapat dilihat pada Gambar 6.1 berikut.

Kepala
JURUSAN
Laboratorium

Skill-Laboratory
Tim Blok Tim Skill System

Koordinasi Kontributor Anggota Koordinasi


SDM Skill Blok Tim Skill Pra/Sarana
Trainer

RANCANGAN
Materi - Tim Trainer – Jadwal
Sarana/prasarana – Instrumen PBM

Organisasi PROSES PEMBELAJARAN


Overview - Training
Pembelajaran
SKILL EVALUASI HASIL TRAINING

Gambar 6.1 Organisasi Pembelajaran Keterampilan

a. Dalam konteks Pembelajaran Ketrerampilan Klinik, Jurusan mmembawahi dan


mengkoordinasikan kinerja 2 tim, masing-masing Tim Blok dan Tim Skill.

b. Tim Blok adalah tim yang berfungsi merancang, menyusun, dan mengimplemen-
tasikan pembelajaran dan evaluasi hasil belajar pada setiap Blok. Dalam konteks
pembelajaran Keterampilan Klinik, tim Blok harus: 1) menyusun rancangan
pembelajaran keterampilan klinik menyangkut tema Blok, 2) melaksanakan,
menjelaskan, mendemonstrasikan dan mengevaluasi Keterampilan Klinik pada
tingkat kemampuan Miller 1, 2, 3, 4; dan 3) bekerjasama dengan Tim Skill dan
Laboratorium Klinik dalam pembelajaran di Labskill maupun saat rotasi klinik.

c. Organisasi Tim Blok terdiri dari: seorang Ketua yang menjadi Koordinator Blok/
Penanggungjawab MKK (PJMK) yang bertanggung jawab kepada Jurusan; seorang
sekretaris Tim Blok, beberapa orang anggota Tim Kontributor Blok yang bertugas
menyusun dan mengembangkan buku Blok dan modul pembelajaran Blok
termasuk Modul Pembelajaran Keterampilan Klinik yang akan dibelajarkan dibawah
koordinasi Tim Skill (bila pembelajarannya di Labskill) atau dibawah Kepala
Laboratorium (bila dibelajarkan dalam konteks rotasi klinik).

d. Tim Skill adalah tim yang berfungsi: 1) merancang, mengalokasikan tempat dan
waktu, mengkoordinasikan pembelajaran keterampilan klinik di Labskill.
Pembelajaran keterampilan klinik dalam kerangka rotasi klinik tidak menjadi
tanggungjawab tim ini melainkan oleh Laboratorium Klinik yang bersangkutan, 2)
mengeluarkan Surat Keterangan tercapai atau belum tercapai nya kompetensi
keterampilan klinik mahasiswa saat belajar di Labskill.
e. Tim Blok dan Tim Skill menunjuk staf dosen sebagai Tim Pelatih ( trainer) yang akan
membelajarkan dan mengevaluasi keterampilan klinik di Labskill. Kepala
Laboratorium Klinik menugaskan staf dosen di Laboratoriumnya untuk
membelajarkan keterampilan klinik dalam rangka rotasi di Laboratorium terkait.
f. Dalam konteks pembelajaran Keterampilan Klinik, Kepala laboratorium menugaskan
Penanggung Jawab Pembelajaran (PJP) untuk bergabung dengan Tim Skill dalam hal
merancang, melaksanakan, mengevaluasi keterampilan klinik dibawah koordinasi
Tim Blok.

g. Koordinator Labskill menyediakan pra/sarana pembelajaran sesuai dengan keperluan


Tim Skill. Sarana dimaksud adalah sarana pembelajaran yang dimiliki Labskill
termasuk instrumen observasi keterampilan.

h. Jika disimpulkan, koordinasi pembelajaran Keterampilan Klinik adalah sbb.:


1) Jurusan mengkoordinasikan Tim Blok dan Tim Skill
2) Kepala Laboratorium menyediakan staf dosen di Laboratoriumnya untuk
diusulkan/ditetapkan menjadi anggota tim pembelajaran keterampilan klinik di
Labskill melalui Surat Tugas Jurusan. Kepala Laboratorium menetapkan staf
dosen di laboratoriumnya untuk membelajarkan dan mengevaluasi keterampilan
klinik dalam rotasi klinik dibagiannya. Hasil evaluasi keterampilan klinik di
laboratorium/bagian bersama hasil evaluasi pembelajaran dalam rangka rotasi,
ditentukan oleh Kepala Laboratorium dan dinyatakan sebagai lulus atau tidak
lulus dalam rotasi dibagiannya.
3) Tim Blok bertanggungjawab akan isi materi pembelajaran keterampilan klinik
termasuk menyusun instrumen evaluasi proses dan luaran ( output) pembelajaran
keterampilan klinik untuk disimpan dan digandakan oleh Koordinator Labskill.
4) Tim Skill bertanggungjawab atas koordinasi penyelenggaraan pembelajaran
Keterampilan klinik di Labskill.
5) Koordinator Labskill bertanggungjawab untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran
keterampilan klinik yang dijadwalkan Tim Skill termasuk sarana/prasarana dan
instrumen observasi dan evaluasi keterampilan klinik terkait.
6) Rancangan, pembelajaran, dan evaluasi keterampilan dilakukan oleh Tim Blok dan
anggota Tim Skill.
7) Hasil evaluasi keterampilan klinik dalam bentuk skor disampaikan kepada Ketua
Tim Blok untuk bersama-sama dengan hasil pembelajaran Blok lainnya diukur dan
dikonservasikan kedalam Nilai Kompetensi Blok terkait.

8) Tim Skill mengevaluasi dan mengeluarkan Surat Keterangan tercapai atau tidak
tercapainya kompetensi keterampilan klinik.

6.2.3 Tingkat Kemampuan Keterampilan Klinik


Daftar keterampilan klinis dikelompokkan menurut bagian atau departemen terkait. Pada
setiap keterampilan klinik ditetapkan tingkat kemampuan menggunakan Piramid Miller
(knows, knows how, shows, does) yang diharapkan dicapai oleh mahasiswa di akhir
pendidikan. Pembelajaran keterampilan klinik disesuaikan dengan tingkat kemampuan yang
harus dimiliki seorang dokter umum dalam praktik klinik.
Tingkat kemampuan keterampilan klinik didasarkan pada konsep Piramida Miller, sebagai
berikut :
a. Tingkat Kemampuan 1: Mengetahui dan Menjelaskan
Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan ini, sehingga dapat
menjelaskan kepada teman sejawat, pasien maupun klien tentang konsep, teori, prinsip
maupun indikasi, serta cara melakukan, komplikasi yang timbul, dan sebagainya.
Tingkat kemampuan ini dibelajarkan dalam 1 paket pembelajaran blok MKK dibawah
tanggungjawab tim blok. Modul pembelajarannya terintegrasi dalam modul-modul
blok. Evaluasinya merupakan bagian dari evaluasi MKK (blok).
b. Tingkat Kemampuan 2: Pernah Melihat atau pernah didemonstrasikan
Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan ini (baik konsep,
teori, prinsip maupun indikasi, cara melakukan, komplikasi, dan sebagainya). Selain itu,
selama pendidikan pernah melihat atau pernah didemonstrasikan keterampilan ini.
Tingkat kemampuan ini dibelajarkan dalam 1 paket pembelajaran blok MKK dibawah
tanggungjawab Tim Blok. Modul pembelajarannya terintegrasi dalam modul-modul
blok. Demonstrasi dapat dilakukan oleh tim Blok di ruang kelas atau ruang Labskill
(per Sistim). Evaluasinya merupakan bagian dari evaluasi MKK (blok).
c. Tingkat kemampuan 3: Pernah melakukan atau pernah menerapkan di bawah
supervisi
Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan ini (baik konsep,
teori, prinsip maupun indikasi, cara melakukan, komplikasi, dan sebagainya). Selama
pendidikan pernah melihat atau pernah didemonstrasikan keterampilan ini, dan pernah
menerapkan keterampilan ini beberapa kali di bawah supervisi.
Tingkat kemampuan ini dibelajarkan dalam 1 paket pembelajaran blok MKK dibawah
tanggungjawab Tim Blok. Modul pembelajarannya terintegrasi dalam modul-modul
blok. Demonstrasi baik dalam bentuk simulasi manekin maupun simulasi pasien
dilakukan oleh tim Blok di ruang kelas atau ruang Labskill (per Sistim) dibawah
koordinasi Tim Blok. Evaluasinya merupakan bagian dari evaluasi MKK (blok).
d. Tingkat kemampuan 4: Mampu melakukan secara mandiri
Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan ini (baik konsep,
teori, prinsip maupun indikasi, cara melakukan, komplikasi, dan sebagainya). Selama
pendidikan pernah melihat atau pernah didemonstrasikan keterampilan ini, dan pernah
menerapkan keterampilan ini beberapa kali di bawah supervisi serta memiliki pengalaman
untuk menggunakan dan menerapkan keterampilan ini dalam konteks praktik dokter
secara mandiri.
Tingkat kemampuan ini dibelajarkan dalam 1 paket pembelajaran blok MKK dibawah
tanggungjawab Tim Blok. Modul pembelajarannya terintegrasi dalam modul-modul
blok. Demonstrasi baik dalam bentuk simulasi manekin maupun pasien
“volunteer” atau
“standardized“ dilakukan oleh Tim Blok di ruang kelas, ruang Labskill (per Sistim)
dibawah koordinasi Tim Blok, dan dibawah koordinasi Kepala Laboratorium Klinik yang
bersangkutan apabila dalam rotasi klinik. Evaluasinya merupakan bagian dari
evaluasi MKK (Blok). Skor skill digabungkan kedalam Nilai MKK dengan pembobotan
tertentu untuk menjadi bagian dari Nilai Kompetensi, sedang Tim Skill memberikan
keterangan tercapai atau tidak tercapainya kompetensi keterampilan klinik Miller 4 ini
(lihat Bab Evaluasi).

6.2.4 Keterampilan Berkomunikasi


Keterampilan berkomunikasi dibelajarkan dalam 2 fase pendidikan.
Fase pertama, yaitu pada paruh pertama Semester I diberikan Dasar Komunikasi.
Materi ini disampaikan dalam bentuk kuliah/tatap muka tentang Konsep & Prinsip
Komunikasi, dan praktik keterampilan di Labskill tentang komunikasi dokter-pasien.
Pembelajaran keterampilan ini dilakukan dalam kelompok-kelompok didampingi Tutor
Komunikasi bertempat di Labskill atau tempat lain yang disediakan oleh Koordinator Labskill.
Selama proses pembelajaran, dilakukan observasi menggunakan instrumen observasi Praktik
Keterampilan Komunikasi. Setiap kali pembelajaran diakhiri dengan pemberian umpan-balik
(feedback). Tutor menuliskan skor dalam lembar obervasi, menandatangani dan
menyerahkannya kepada PJMK Komunikasi.
Fase kedua, keterampilan komunikasi diintegrasikan kedalam pembelajaran “History
Taking”. Pengintegrasian ini dilakukan berdasarkan sudut pandang, bahwa pada dasarnya
“History Taking” menyangkut anamnesis tentang apa yang akan ditanyakan/ informasi yang
akan dicari, sedangkan “Communication Skill” menyangkut bagaimana menanyakan/mencari
informasinya. Keduanya akan bersinergi dalam membentuk kompetensi keterampilan
bertanya/menggali informasi. “History Taking” akan menjadi optimal bila dilakukan dengan
cara berkomunikasi yang efektif. Sebaliknya sangat sukar menggali informasi apabila cara
berkomunikasi tidak efektif apalagi sampai menimbulkan penolakan (rejection) pasien untuk
memberi informasi. Informasi yang disampaikan pasien umumnya dalam bentuk/istilah
keseharian, sepenggal-sepenggal, dan karena kultur kadang-kadang bahkan tidak
disampaikan meskipun sesungguhnya merupakan informasi vital yang ingin diperoleh dokter.
Sementara itu, dokter tentu tidak dapat menggunakan terlampau banyak istilah medis yang
tidak diketahui oleh pasien, sehingga “History Taking” tidak akan maksimal. Pada Semester
III dan selanjutnya, “History Taking” dan Komunikasi dibelajarkan sesuai dengan sistim
terkait.

6.2.5 Dasar-Dasar Anamnesis (“General History Taking” )


Materi integrasi antara “Communication Skill” dan “History Taking” harus merupakan
“milestone“ dalam melakukan anamnesis, terdiri dari:
a. Aspek Komunikasi
1) Persiapan Anamnesis
Relaksasi diri, mereview catatan medik sebelumnya, menyiapkan catatan
2) Menetapkan urutan anamnesis: dimulai dari membuka interview, bertutur dan bersikap
selama interview, menutup interview, dan mengkomunikasikan hasil interview dan
rancangan tindakan yang akan diambil kepada pasien
3) Membangun hubungan dengan pasien
Teknik anamnesis meliputi: menjadi pendengar aktif, pertanyaan terarah, komunikasi
non verbal, respons empati, validasi informasi, menyimpulkan, menguatkan hati
pasien.
4) Menyesuaikan interview pada kondisi spesifik
Keterampilan menghadapi pasien: diam tak mau berkomunikasi, bingung, kapasitas
berbicara terbatas, banyak bicara, marah, tersinggung, berbeda bahasa dasar,
kurang

cerdas, agak tuli, buta, intelegensi terbatas, atau membutuhkan nasihat pribadi
5) Mengkomunikasikan topik sensitif
Berkomunikasi tentang hal-hal sensitif seperti riwayat seksual, kesehatan mental,
pengguna alkohol dan narkoba, kekerasan dalam keluarga, kasus kritis menuju
kematian.
b. Aspek sosial dalam interview
Kemampuan menyikapi perbedaan budaya,gender, pasien baru/lama.
c. Tujuh (7) Aspek “History Taking”
1) Identifikasi data dan sumber anamnesis: usia, gender, pekerjaan, status perkawinan,
otoanamnesis / heteroanamnesis
2) Keluhan Utama
3) “Present Illness”
4) Riwayat Penyakit
5) Riwayat Keluarga
6) Riwayat Diri dan Sosial
7) Review Sistem

6.2.6 Pemeriksaan Fisik Dasar (Basic Physical Examination)


Pemeriksaan Fisik Dasar teridiri dari 3 kegiatan pembelajaran yaitu: “General Survey”,
Tanda-Tanda Vital, dan Pemeriksaan Fisik Dasar per Regional
a. “General Survey”
Pemeriksaan fisik dasar meliputi Pemeriksaan Dasar Neonatus, Anak, Remaja, Dewasa,
Wanita Hamil, dan Orangtua menyangkut penampilan umum pasien :
1) Status Mental: kesadaran, cara berjalan dan gerakan motorik, cara berpakaian,
kebersihan pribadi (bau badan dan mulut), ekspresi wajah, fungsi-fungsi kognitif
2) Tanda-tanda distress : cardiac - respiratory distress, nyeri, cemas, depresi
3) Warna dan Lesi pada kulit, rambut, dan kuku
4) Berat dan tinggi badan
5) Obese, cachexia
6) Pemeriksaan “Body Mass Index (BMI)”
Agar supaya keterampilan psikomotorik dapat dikembangkan menjadi kompetensi yang
komprehensif, maka interpretasi lebih lanjut dari “General Survey ” yang diperoleh akan
dibelajarkan pada Sistim-Sistim yang terkait misalnya:
1) Status mental di belajarkan lebih lanjut pada Sistim Saraf dan Jiwa
2) Obese, cachexia, berat dan tinggi badan, pemeriksaan BMI dibelajarkan lebih lanjut
pada topik Nutrisi
3) Tanda-tanda distress dibelajarkan lebih lanjut pada Sistim Kardiovaskuler, Sistim
Respirasi, dan Psikiatri.

b. Tanda-Tanda Vital
1) Tekanan darah
2) Irama dan frekuensi denyut jantung
3) Irama dan frekuensi pernapasan
4) Suhu badan
5) Situasi khusus: melemah atau tidak terdengarnya suara Korotkoff, arrythmia,
“white coat hypertension “, obese, cachexia

c. Pemeriksaan fisik dasar per regional


Melalui teknik pemeriksaan kardinal (inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi) terhadap:
1) Kepala dan leher termasuk tiroid
2) Thorax, termasuk: jugular venous pressure, carotid upstrokes and bruits, PMI, suara
jantung ke tiga, murmur, mitral stenosis
3) Paru, payudara, axilla
4) Abdomen
5) Muskuloskeletal: extremitas superior dan inferior

6.2.7 “Clinical Judgement”


Dalam konteks membelajarkan keterampilan mengidentifikasi masalah dan menyusun
diagnosis setelah pembelajaran keterampilan klinis dasar diatas, perlu dibelajarkan langkah-
langkah keterampilan secara berurutan sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi temuan abnormal
b. Melokalisasi temuan secara anatomis
c. Menginterpretasi temuan dalam kaitan mempelajari kemungkinan-kemungkinan proses
penyakit (masalah), dan menyusun daftar masalah
d. Menyusun hipotesis terhadap setiap masalah diatas
e. Menguji hipotesis dalam rangka menegakkan diagnosis kerja
f. Mengembangkan rencana tindakan yang disetujui pasien
Pembelajaran keterampilan “Clinical Judgement” dilakukan seusai pembelajaran keterampilan
“History Taking” dan Pemeriksaan Fisik, bersama-sama dengan pembobotan tertentu
menentukan Nilai Keterampilan Klinik Blok terkait (lihat Bab Evaluasi).

6.2.8 Prosedur Diagnostik


Prosedur Diagnostik adalah keterampilan klinis melakukan pemeriksaan penunjang untuk
mendukung penegakan diagnosis. Pembelajaran keterampilan Prosedur Diagnostik meliputi
Keterampilan Prosedural dan Keterampilan Laboratoris.
Daftar Prosedur Diagnostik yang dibelajarkan/dilatihkan sesuai dengan Daftar Prosedur
Diagnostik Konsil Kedokteran Indonesia.
Keterampilan Prosedural adalah keterampilan memahami, menjelaskan, mengamati,
melakukan sendiri atau dibawah supervisi (tergantung tingkat kemampuan Miller yang
ditetapkan) mengenai pemeriksaan prosedural untuk mendukung diagnosis.
Keterampilan Laboratoris adalah keterampilan melakukan pemeriksaan laboratoris
sederhana untuk mendukung penegakan diagnosis.
Pada Semester I dan II, keterampilan Prosedur Diagnostik dikaitkan dengan pembelajaran
Pemeriksaan Fisik Dasar; sedangkan pada Semester III dan seterusnya, dikaitkan sesuai
dengan keperluan menunjang penegakan diagnostik penyakit-penyakit yang terkait Sistim
yang dibelajarkan.

6.2.9 Pelaporan (“Reporting”)


Keterampilan Klinik membuat Laporan Medik terdiri dari 2 kegiatan:
a. Laporan Medik Tertulis: menyusun dokumen Medico-legal yang digunakan dokter sehari-
hari dalam follow-up pasien dan rekam medik rumah sakit, maupun dalam praktik klinik.
Laporan ini memuat anamnesis, pemeriksaan fisik, garis besar differential diagnosis dan
rancangan pemeriksaan lanjutan serta pengobatan. Keterampilan ini dibelajarkan dalam
rotasi departemental di ruangan perawatan pasien.
b. Laporan Oral: Dibelajarkan melalui kegiatan rotasi departemental, misalnya dalam
“Morning Report”, dan “Case Presentation”.

6.2.10 “Basic Life Support”


Disebut juga sebagai “Cardio-Pulmonary Rescuscitation (CPR)”, dibelajarkan dalam kerangka
mengatasi kolaps mendadak akibat cardiac arrest dengan memelihara aliran nafas (airway)
dan memelihara perfusi jaringan sampai tindakan definitif dilakukan. Pembelajaran diberikan
pada Semester II di Labskill atau tempat yang ditentukan oleh Koordinator Labskill.

6.3 Buku Pedoman Pembelajaran Keterampilan Klinik


Buku Pedoman Pembelajaran Keterampilan Klinik, baik “Teacher‟s Guide”, “Students‟
Handbook”, maupun Buku Log (“Students‟work Book” ) disusun oleh tim khusus dibawah
koordinasi Medical Education Unit.
Sebagai rujukan dalam penyusunan tersebut, dapat digunakan buku berikut.
a. Untuk “History Taking”, “Communication Skill”, dan “Pemeriksaan Fisik”
Lynn. S.Bickley, 2009. Bates‟ Guide to Physical Examination and History Taking , Wolters
Kluwers, Lippincott, Williams and Wilkins, 10th Ed.
Queens University, Clinical Skill Program, 2008. Queens‟s Physical Examination Manual, 6th
Ed.
Queens University, Clinical Skill Program, 2007. Clinical Skills, Phase 2B Manual: The
Medical History.
AFMC National Clinical Skills Working Group, 2008. Evidence Based Clinical Skills
Document.
b. Untuk “Prosedur Diagnostik”
Lynn. S.Bickley, 2009. Bates‟ Guide to Physical Examination and History Taking , Wolters
Kluwers, Lippincott, Williams and Wilkins, 10th Ed.
AFMC National Clinical Skills Working Group, 2008. Evidence Based Clinical Skills
Document.
Queens University, Clinical Skill Program, 2007. Clinical Skills, Phase 2A,B,C, Manual:
Clinical Skill.
a. Untuk “Reporting”
Lynn. S.Bickley, 2009. Bates‟ Guide to Physical Examination and History Taking , Wolters
Kluwers, Lippincott, Williams and Wilkins, 10th Ed.
Queens University, Clinical Skill Program, 2007. Clinical Skills Practice, Phase 2B Manual:
The Case Write Up.
Queens University, Clinical Skill Program, 2007. Clinical Skills, Phase 2B Manual: The Brief
Presentation.
Queens University, Clinical Skill Program, 2008. Clinical Skills, Phase 2B Manual: The Oral
Case Presentation.
b. Untuk Pelatihan dengan standardized patient :
Queens University, Clinical Skill Program, 2008. Clinical Skills, Phase 2B Manual:
Guidelines for Working with Standardized Patients.
Bab VII
EVALUASI HASIL PEMBELAJARAN

7.1 Umum
a. Evaluasi Hasil Belajar Program Studi merupakan bagian dari siklus Manajemen Pembelajaran
Jurusan yang terdiri dari 6 proses, yaitu: Perancangan Pembelajaran, Penyelenggaraan
Pembelajaran, Monitoring Pembelajaran, Evaluasi Pembelajaran, Umpan Balik Pembelajaran,
dan Umpan Balik bagi Pengembangan Pembelajaran dalam Insitusi Jurusan.
b. Variabel Evaluasi Pembelajaran dalam siklus diatas meliputi: Kurikulum, Dosen, Mahasiswa,
Proses Interaksi Belajar Mengajar, Atmosfir Akademik, dan Sarana/ Prasarana serta Media
Pembelajaran. Variabel-variabel ini merupakan variabel institusional utama yang sangat
mempengaruhi hasil pembelajaran yang dilakukan institusi secara menyeluruh.
c. Evaluasi dalam Bab ini adalah menyangkut Evaluasi Hasil Belajar mahasiswa.

7.2 Tujuan
Evaluasi Hasil Belajar bertujuan untuk:
a. Menentukan keberhasilan belajar berdasarkan pencapaian kompetensi dokter sebagaimana
ditetapkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) secara komprehensif meliputi: aspek
kognitif, dan keterampilan bertindak serta bersikap/berperilaku sebagai seorang dokter.
Keberhasilan dinyatakan dengan diberikannya Transkrip Kompetensi dan Sertifikat
Kompetensi sebagai pengakuan atas dicapainya standar kompetensi profesi dokter.
b. Menentukan keberhasilan belajar setiap Disiplin Ilmu Kedokteran. Keberhasilan dinyatakan
dengan diberikannya Transkrip Akademik sebagai bentuk pengakuan kesarjanaan dibidang
kedokteran.
c. Menentukan boleh tidaknya mahasiswa peserta evaluasi melanjutkan pada tahap pendidikan
selanjutnya di Program Studi Pendidikan Dokter Jurusan Kedokteran FKUB.

7.3 Jenis Evaluasi


a. Evaluasi Hasil Belajar (Evaluasi), untuk menentukan tingkat pencapaian kompetensi pada
masing-masing Blok (termasuk Matakuliah Non-Blok yaitu PBL, Metodologi, Tugas Akhir, dan
PKNM) dan Evaluasi Keberhasilan Studi untuk menentukan boleh tidaknya mahasiswa
peserta evaluasi melanjutkan pendidikannya pada tingkat berikutnya.
b. Sesuai dengan definisi kompetensi, maka evaluasi dilakukan secara integral atas komponen-
komponen kompetensi, masing-masing komponen kognitif dan komponen keterampilan
(psikomotor dan afektif).
c. Evaluasi komponen psikomotorik dan afektif dilakukan dengan evaluasi observasional
menggunakan instrumen observasi. Termasuk dalam evaluasi observasional adalah evaluasi
keterampilan klinik yang meliputi kemampuan psikomotorik dan berperilaku dalam
melakukan komunikasi, “history taking”, mempraktikkan keterampilan teknis dan prosedur
klinik baik dalam setting latihan,simulasi dalam Labskill maupun dalam setting di klinik dan
jejaring pendidikan lainnya.
d. Termasuk dalam evaluasi butir c diatas adalah “Objective Structured Clinical Examination
(OSCE)” dan ujian “Mini-CEX” di setiap Laboratorium klinik.
e. Evaluasi komponen kognitif dilakukan dengan uji kompetensi secara tertulis dan atau lisan
dalam bentuk Ujian Mata Kuliah Disiplin Ilmu, Ujian Praktikum, dan Ujian Modul.
f. Hasil dari evaluasi seluruh komponen itu menunjukkan tingkat penguasaan atas kompetensi
yang diujikan.

7.4 Evaluasi Hasil Belajar


a. Evaluasi Hasil Belajar terdiri dari Evaluasi Blok, Evaluasi Non-Blok, dan Evaluasi Penunjang.
b. Evaluasi Blok terdiri dari evaluasi komponen Blok: 1) evaluasi Matakuliah Disiplin Ilmu
(Kuliah dan Praktikum) yang berintegrasi dalam Blok terkait, 2) evaluasi Modul Blok, dan 3)
evaluasi keterampilan.
c. Evaluasi Non-Blok terdiri dari Evaluasi PBL, Metodologi, Tugas Akhir, dan PKNM.
d. Evaluasi Penunjang terdiri dari: Perbaikan Ujian Blok, Semester Pendek, Ujian Khusus, dan
Ujian Kemajuan Belajar (Progress test).
e. Evaluasi Hasil Belajar dilakukan dalam 3 tahap: skoring (pemberian angka), grading
(transformasi angka kedalam Nilai), dan pengambilan keputusan (lulus/tidak lulus)
f. Kriteria pembuatan soal sesuai dengan kriteria yang diterapkan Unit Uji Kompetensi Dokter
Indonesia (UKDI) FKUB.
g. Proses Evaluasi masing-masing komponen Blok digambarkan sebagai berikut:

UJIAN MKDI-A
PADA BLOK-
BLOK LAIN
TRANSKRIP
AKADEMIK
UJIAN MKDI-A
(TERMASUK MKDI-A
PRAKTIKUM )

UJIAN MODUL TRANKRIP


MKK (BLOK-X) AKADEMIK
MKK/BLOK-X
ASESMEN SKILL

SERTIFIKAT
ASSESSMEN KOMPETENSI
SKILL
LAINNYA

Gambar 7.1 Proses Evaluasi Komponen Blok


(yang berkaitan dengan MKDI-A)

7.4.1 Evaluasi Hasil Belajar Blok


7.4.1.1 Evaluasi Matakuliah Disiplin Ilmu (MKDI)
a. Evaluasi MKDI meliputi ujian MKDI dan Ujian Praktikum MKDI.
b. Evaluasi MKDI dilakukan oleh Laboratorium terkait, dilaksanakan pada tempat dan
jadwal sesuai jadwal pembelajaran Blok yang disusun oleh Tim Blok dan ditetapkan
oleh Jurusan.
c. Jumlah soal, jenis ujian (MCQ), tingkat kedalaman soal, pembobotan, scoring,
grading dari ujian MKDI ditentukan oleh masing-masing Laboratorium, disusun dalam
bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
d. Evaluasi Praktikum dirancang dan dilaksanakan oleh Laboratorium terkait, alokasi
waktu di usulkan Laboratorium kepada Tim Blok yang selanjutnya ditetapkan oleh
Jurusan. Tempat pelaksanaan ujian praktikum di Laboratorium masing-masing.
e. Apabila di dalam MKDI dibelajarkan modul MKDI (yang sifatnya non-integrasi), maka
nilai modul tersebut merupakan bagian dari skor kognitif MKDI.
f. Skor Akhir MKDI dihitung dari skor kognitif dan skor praktikum yang pembobotannya
diserahkan kepada Laboratorium masing-masing.
g. Skor Akhir MKDI tidak dikonversikan ke dalam nilai dan menjadi sebagian dari skor
MKK/Blok.
h. Skor akhir MKDI ini juga menjadi bagian untuk diperhitungkan oleh Laboratorium
terkait sebagai bagian Nilai MKDI yang bersangkutan dalam Transkip Akademik.
i. Total skor MKDI baru dikonversikan ke dalam nilai pada Transkrip Akademik (pada
tahap akhir program Sarjana Kedokteran).

7.4.1.2 Evaluasi Modul MKK


a. Ujian Modul MKK (modul terintegrasi) dilakukan oleh Tim Blok/MKK, dilaksanakan
pada tempat dan jadwal sesuai jadwal pembelajaran Blok yang disusun oleh Tim
Blok dan ditetapkan oleh Jurusan.
b. Materi ujian adalah kontribusi materi dari MKDI yang berintegrasi dengan jumlah
soal masing-masing ditentukan oleh Tim Blok.
c. Jumlah soal, jenis ujian (MCQ), tingkat kedalaman soal, pembobotan, scoring,
grading ujian MKDI ditentukan oleh Tim Blok. Disusun dalam bahasa Indonesia dan
Bahasa Inggris.
d. Konstruksi Ujian Modul diharapkan menyesuaikan dengan konstruksi Ujian
Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI).
e. Skor Ujian Modul MKK merupakan bagian dari skor Blok/MKK.
g. Skor Ujian Modul MKK tidak dikonversikan kedalam Nilai.

7.4.1.3 Evaluasi Keterampilan


a. Evaluasi untuk Keterampilan Klinik pada Semester I dan II yang umumnya tidak
termasuk dalam suatu Sistim tertentu dilakukan dengan lembar observasi.
1) Lembar observasi keterampilan klinik disusun berdasarkan variabel-variabel yang
diobservasi dengan menggunakan skor masing-masing pada skala Lickert.
2) Dikonversikan kedalam Nilai dengan pedoman:
Skor > 80 diberi sebutan “lulus (passed)”
Skor ≤ 80 diberi sebutan “gagal (failed)”
3) Nilai konversi digunakan sebagai dasar untuk memberikan Sertifikat Kompetensi.
4) Untuk nilai “gagal (failed)”, dilakukan perbaikan nilai keterampilan pada saat
pembelajaran keterampilan yang sama.
b. Evaluasi keterampilan pada Semester III dan selanjutnya yang berbasis pada Sistim,
merupakan evaluasi terhadap komponen-komponen keterampilan pada setiap
Sistim menggunakan lembar observasi.
1) Komponen evaluasi:
Anamnesis/Keterampilan Berkomunikasi
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
2) Evaluasi komponen diatas ditambah evaluasi Keterampilan Diagnosis, Merancang
Terapi, dan Pelaporan (reporting).
3) Skor keterampilan klinik dalam satu Blok diperhitungkan diantara skor-skor diatas
dengan pembobotan tertentu.
4) Skor keterampilan klinik:
Dikonversikan kedalam nilai “lulus (passed)” dan “gagal (failed)” sebagai dasar
untuk memberikan Sertifikat Kompetensi.
Tanpa konversi, skor ini akan menjadi bagian dari Skor Akhir Blok/MKK.
5) OSCE (Objective Structured Clinical Examination)
Pada akhir setiap Blok diadakan 1 kali OSCE. OSCE dirancang dalam sejumlah
“station” yang mewakili materi skill/Sistim dalam Blok terkait.
6) Skor Akhir Keterampilan pada Blok itu adalah:

Skor Akhir Keterampilan = Skor Keterampilan MKK/Blok + Skor OSCE


2

c. Bagi mahasiswa yang tidak mengikuti pembelajaran skill tanpa alasan yang
dibenarkan fakultas, tidak diperbolehkan mengikuti OSCE.

7.4.1.4 Nilai Blok (Nilai MKK / Nilai Kompetensi)


Skor Akhir Keterampilan Klinik pada Semester III dan selanjutnya tersebut diatas
digabung dengan Skor Modul MKK (integrasi) dan MKDI untuk menjadi Skor Akhir Blok
yang ditentukan dengan rumus :

Nilai Blok = 1x Skor MKDI + 2x Skor Modul MKK+ 1x Skor Akhir Keterampilan
4

7.4.2 Evaluasi Hasil Belajar Non-Blok


Pembelajaran Non-Blok terdiri dari PBL, Metodologi, Tugas Akhir dan PKNM.

7.4.2.1 Penilaian PBL


Oleh karena tujuan utama pembelajaran PBL adalah mengembangkan keterampilan
belajar, maka proses pembelajaran diberikan pembobotan yang lebih besar dan
terhadap hasil ujian PBL tidak ada perbaikan.
Nilai PBL pada setiap semester dihitung sebagai berikut:

Nilai PBL = 2x Nilai Diskusi + 1x Ujian tulis PBL


3

7.4.2.2 Evaluasi Metodologi


Oleh karena pembelajaran MK Metodologi tidak menggunakan sistem end block, maka
disyaratkan kehadiran mahasiswa 80%.
a. Evaluasi Metodologi-1:
1) Ujian tulis
2) Tugas terstruktur
3) Seminar

Nilai Akhir = 60% Ujian Tulis (MCQ) + 40% Tugas Terstruktur (termasuk seminar)
b. Evaluasi Metodologi-2:
1) Ujian tulis
2) Tugas modul

Nilai Akhir = 60% Ujian Tulis (MCQ) + 40% Tugas Modul

c. Evaluasi Metodologi-3 (Metodologi Riset):


1) Ujian tulis
2) Proposal

Nilai Akhir = 40% Ujian Tulis (MCQ) + 60% Nilai Proposal

7.4.2.3 Evaluasi Tugas Akhir


a. Penilaian ujian Tugas Akhir meliputi:
1) Penilaian Proses Penulisan Tugas Akhir dan Penilaian Selama Ujian dengan bobot
masing-masing 50%
2) Penilaian Proses Penulisan oleh Pembimbing meliputi Sikap (40%), Pengetahuan
keilmuan (40%), Kreativitas Keilmuan (20%)
3) Penilaian Selama Ujian oleh Majelis Penguji meliputi Naskah (40%), Penyajian
(40%), Pengetahuan keilmuan (20%).
b. Penentuan Nilai Akhir:
Nilai akhir ujian Tugas Akhir diputuskan melalui musyawarah Majelis Penguji. Nilai
akhir ujian dinyatakan dengan skor yang kemudian dikonversi ke dalam huruf A, B+,
B, C+, C, D+, D atau E. Atas kesepakatan Majelis Penguji, nilai (huruf) tersebut
dapat diumumkan kepada mahasiswa pada saat selesai ujian.

c. Mahasiswa dinyatakan “lulus” apabila sekurang-kurangnya memperoleh nilai C. Dalam


hal revisi dianggap cukup banyak, Ketua Penguji boleh mengumumkan dengan kata
“lulus” saja.
d. Mahasiswa yang dinyatakan belum lulus ujian harus melaksanakan keputusan Majelis
Penguji.
7.4.2.4 Program Kerja Nyata Mahasiswa (PKNM)
a. Supervisi oleh Pembimbing dilakukan sebanyak 2 kali pada saat awal dan akhir
kegiatan intervensi
b. Evaluasi kegiatan PKNM terdiri dari :
Evaluasi “input” meliputi Ujian Pembekalan
Evaluasi “Proses” meliputi penilaian terhadap kinerja dan progress kegiatan
mahasiswa melalui Buku Log masing-masing
Evaluasi “Out put” meliputi Nilai Proposal, Nilai Laporan dan Nilai Presentasi
c. Nilai Akhir (NA) dihitung dengan menggunakan rumus :

(1x Nilai “Input”) + (2x rerata Nilai Proses) + (2x rerata Nilai “Output”)
Nilai Akhir PKNM =
5
d. Bagi mahasiswa yang memiliki nilai SKK ≥3, maka rerata Nilai Evaluasi Proses
menggunakan kriteria:
SKK 3-10 setara dengan nilai skor 80
SKK >10 setara dengan nilai skor 85

7.5 Ujian Penunjang


Ujian Penunjang adalah ujian-ujian yang diadakan untuk memperbaiki hasil ujian sumatif,
meningkatkan indeks prestasi, dan mengukur perkembangan kemampuan retensi mahasiswa
terhadap penguasaan kompetensi.
7.5.1 Perbaikan Ujian Blok (Ujian Perbaikan/UP)
a. Perbaikan Skor Modul MKK dan MKDI dilakukan pada waktu Perbaikan Ujian Blok yang
dilaksanakan pada akhir semester (UAS). Hasil ujian perbaikan modul tersebut kemudian
diperbandingkan dengan skor modul sebelumnya untuk diambil yang tertinggi untuk
menjadi skor akhir Blok. Maksimum perolehan ujian perbaikan adalah 80 (B +).
b. Untuk mengikuti UP, mahasiswa wajib mendaftar pada Bagian Sub Akademik.
c. Setelah mengikuti Ujian Perbaikan, skor akhir Blok menjadi:

Skor Akhir Blok = 1x Skor MKDI + 2 Skor Modul MKK tertinggi + 1x Skor Keterampilan
4

7.5.2 Semester Pendek (SP)


a. Semester Pendek dilakukan pada setiap akhir semester (semester ganjil dan semester
genap).
b. Untuk mengikuti Semester Pendek, mahasiswa harus mendaftar pada Bagian Sub
Akademik.
c. Semester Pendek merupakan tempat untuk perbaikan skor MKK maupun MKDI semester
terkait bagi mahasiswa yang akan memperbaikinya.
d. Semester Pendek diperuntukkan bagi mahasiswa yang sudah pernah mengikuti
pembelajaran Blok yang diperbaiki, dengan nilai perolehan maksimal 80 (B +).
d. Mahasiswa yang belum pernah mengikuti pembelajaran blok karena alasan yang
dibenarkan fakultas, diperbolehkan mengikuti SP dengan nilai perolehan maksimal 80
(B+).
e. Semester Pendek dilaksanakan oleh laboratorium masing-masing terkait dengan blok
yang dibelajarkan pada semester bersangkutan.
f. Skor Akhir MKK atau MKDI diambil dari skor tertinggi antara nilai SP dengan skor
sebelumnya. Skor Akhir MKDI ini merupakan bagian transkrip akademik MKDI
bersangkutan.
g. Setelah mengikuti SP, Skor Akhir (final) yang menjadi Nilai Kompetensi/Blok/MKK
menjadi:

Skor Akhir Semester = 1x Skor MKDI tertinggi + 2 x Skor Modul MKK tertinggi + 1x Skor Skill
4
7.5.3 Ujian Khusus (UK)
a. Sebelum memasuki tahap pendidikan profesi (sebelum memasuki clerkship)
dimungkinkan diadakan Ujian Khusus bila dipandang perlu. Ujian ini diadakan apabila
terdapat forced majeur, misalnya mahasiswa belum lulus dari ujian MKDI tertentu dalam
blok tertentu setelah serangkaian Ujian Perbaikan dilalui dan mahasiswa tersebut hampir
mencapai terminasi lama masa studi yang ditentukan.
b. Untuk mengikuti Ujian Khusus, mahasiswa wajib mendaftar pada Bagian Sub Akademik.
c. Yang diperbaiki pada Ujian Khusus adalah MKDI, dengan nilai perolehan maksimum
adalah 75 (B).

7.5.4 Ujian Kemajuan Belajar (Progress Test)


a. Ujian kemajuan belajar merupakan ujian formatif dan dilaksanakan pada setiap akhir
tahun (Desember).
b. Ujian ini wajib diikuti oleh setiap mahasiswa, dan merupakan prasyarat untuk mengikuti
yudisium Sarjana Kedokteran (SKed.).

7.6 Konversi Skor Menjadi Nilai Huruf


Konversi skor ke dalam nilai huruf mengacu pada kriteria berikut.

Tabel 7.1 Konversi Skor ke dalam Nilai Huruf

Skor Nilai Huruf


>80 A
75,1 s/d 80 B+
70 s/d 75 B
60,1 s/d C+
<70
56 s/d 60 C
50,1 s/d D+
<56
45,1 s/d 50 D
≤ 45 E

7.7 Penilaian Kemampuan Akademik


7.7.1 Indeks Prestasi (IP) adalah parameter yang digunakan untuk mengukur kemampuan individu
mahasiswa berdasarkan hasil studi yang diperoleh pada semester sebelumnya.
7.7.1 Indeks Prestasi (IP) diukur sebagai berikut.

n
∑ Ki NAi
I=1
IP = ---------------
n
∑ Ki
I=1
IP adalah Indeks Prestasi, dapat berupa IP semester atau IP Kumulatif
K adalah jumlah satuan waktu efektif masing-masing Matakuliah Kompetensi
NA adalah Nilai Akhir masing-masing Matakuliah Kompetensi (MKK)
n adalah jumlah Matakuliah Kompetensi yang diambil dalam 1 semester terkait

7.7.2 Besarnya beban studi pada setiap semester ditentukan sama untuk setiap mahasiswa.
Hal ini disebabkan karena dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, digunakan sistim end block
dengan 2 blok dalam 1 semester. Tiap blok terdiri atas sejumlah Matakuliah Kompetensi
dengan beban studi masing-masing. Mahasiswa tidak dapat mengambil matakuliah tertentu
melainkan mengambil seluruh blok dalam 1 semester. Dengan perkataan lain, besarnya IP
tidak berpengaruh terhadap jumlah dan beban Matakuliah Kompetensi yang diambil.
7.7.3 Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) adalah parameter yang digunakan untuk mengukur
kemampuan individu mahasiswa berdasarkan hasil studi seluruh semester sebelumnya.
7.7.4 Besarnya Indeks Prestasi Kumulatif menjadi salah satu parameter penentuan dapat
tidaknya mahasiswa melanjutkan studinya pada Program Studi Pendidikan Dokter.

7.8 Evaluasi Pendidikan dan Lama Masa Studi


7.8.1 Evaluasi Pendidikan adalah Evaluasi untuk menentukan boleh tidaknya seorang mahasiswa
melanjutkan pendidikan dokter pada semester-semester berikutnya.
7.8.2 Evaluasi diadakan 3 kali, masing-masing :
7.8.2.1 Evaluasi pada akhir Semester II
a. Evaluasi disini adalah untuk menentukan apakah mahasiswa dipandang telah
menguasai dasar-dasar Ilmu Kedokteran untuk dapat melanjutkan diri pada tahap
pendidikan Kompetensi Klinik.
b. Mahasiswa yang lulus evaluasi ini dapat melanjutkan diri pada Semester III dan
selanjutnya. Mahasiswa dinyatakan lulus apabila Nilai semua matakuliah di Semester I
dan Semester II sekurang-kurangnya C.
c. Mahasiswa yang tidak lulus masih dapat memperbaiki diri dalam waktu selama-
lamanya 2 semester. Jika sesudah tenggang waktu tersebut belum juga lulus,
mahasiswa yang bersangkutan diminta mengundurkan diri dari pendidikan dokter.

7.8.2.2 Evaluasi pada akhir Semester VII


a. Evaluasi disini adalah untuk menentukan apakah mahasiswa dipandang telah
memenuhi syarat untuk menyandang gelar Sarjana Kedokteran (SKed.) dan dapat
melanjutkan diri ke tahap pendidikan profesi dan atau pendidikan pascasarjana.
b. Mahasiswa yang tidak lulus masih dapat memperbaiki diri dalam waktu selama-
lamanya 3 semester. Jika sesudah tenggang waktu tersebut belum juga lulus,
mahasiswa yang bersangkutan diminta mengundurkan diri dari pendidikan dokter.

7.8.2.3 Evaluasi pada akhir Semester X


a. Evaluasi ini dimaksudkan untuk menentukan apakah seorang mahasiswa dapat
mengikuti program internship/magang.
b. Masa studi pendidikan tahap profesi dapat diikuti selama-lamanya 6 semester.

7.7.2.4 Ketetapan putus studi dikeluarkan oleh Rektor berdasarkan laporan fakultas sesuai
rekomendasi Jurusan Kedokteran.
7.8 Transkrip Akademik
a. Transkrip akademik adalah lampiran Ijazah Kesarjanaan yang berisikan daftar nama
Matakuliah Disiplin Ilmu yang dibelajarkan sepanjang pendidikan dokter dari Semester I
sampai dengan VII termasuk nilai akhir masing-masing MKDI yang diperoleh mahasiswa
penerima ijazah.
b. Nilai-nilai merepresentasikan kemampuan akademik lulusan untuk dipergunakan mengikuti
pendidikan lanjutan Pascasarjana dan Spesialisasi serta untuk memenuhi persyaratan kerja
yang membutuhkannya.

7.9 Transkrip Kompetensi


a. Transkrip Kompetensi adalah Tanda lulus pendidikan dokter yang berisikan daftar
Matakuliah Kompetensi yang dibelajarkan sepanjang pendidikan dokter dari semester I
sampai VII dan Clerkship/Internship termasuk nilai akhir masing-masing MKK dan Nilai
Rotasi pada setiap bagian klinik.
e. Nilai-Nilai merepresentasikan penguasaan standar kompetensi dokter yang dipersyaratkan
Konsil Kedokteran Indonesia untuk dipergunakan melakukan registrasi dokter pada Konsil
kedokteran Indonesia dan mendapatkan Tanda Registrasi. Tanda Registrasi menjadi
prasyarat untuk megajukan permohonan ijin praktik pribadi maupun ijin praktik dalam
sarana pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta.

7.10 Sertifikat Kompetensi


a. Sertifikat kompetensi adalah pernyataan Jurusan Kedokteran bahwa mahasiswa yang
bersangkutan telah mengikuti dan dinyatakan mencapai keterampilan klinik suatu blok
MKK.
b. Sertifikat Kompetensi digunakan sebagai bagian prasyarat untuk mengikuti rotasi klinik
terkait Sistim / Laboratorium tertentu yang membutuhkan kompetensi tersebut dalam
praktik klinik.

7.11 Yudisium
Nilai akhir kelulusan ditetapkan dalam proses yudisium. Yudisium diadakan pada akhir
pendidikan tahap akademik dan tahap profesi.

7.11.1 Sarjana Kedokteran


Dalam yudisium seorang mahasiswa dinyatakan lulus Pendidikan Tahap Akademik apabila
lulus dalam transkrip akademik dengan nilai sekurang-kurangnya C, lulus dalam tranksrip
kompetensi, dan memiliki sertifikat kompetensi.
a. Seorang mahasiswa dapat dinyatakan lulus sebagai Sarjana Kedokteran apabila telah
memenuhi seluruh ketentuan pendidikan sebagaimana tercantum dalam Pedoman
Akademik ini dan tidak melampaui maksimum masa studi 11 (sebelas) semester.
b. Predikat kelulusan terdiri dari 3 tingkat yaitu „Memuaskan‟, „Sangat Memuaskan‟, dan
„Dengan Pujian‟.
c. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sebagai dasar menentukan predikat kelulusan:
IPK 2,00 – 2,75: Memuaskan (“Satisfy”)
 IPK 2,76 – 3,50: Sangat Memuaskan (“Excellent”)
 IPK 3,51 – 4.00: Dengan Pujian (“Cum laude”)
d. Predikat kelulusan „Dengan Pujian‟ juga dengan memperhatikan ketepatan
lama studi yaitu 7 (tujuh) semester dan tidak ada nilai C+/C.

7.11.2 Profesi Dokter


a. Seorang mahasiswa dapat dinyatakan lulus sebagai Dokter apabila telah memenuhi
seluruh ketentuan pendidikan sebagaimana tercantum dalam Pedoman Akademik ini dan
tidak melampaui maksimum masa studi profesi 6 (enam) semester.
b. Predikat kelulusan terdiri dari 3 tingkat yaitu „Memuaskan‟, „Sangat Memuaskan‟, dan
„Dengan Pujian‟.
c. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sebagai dasar menentukan predikat kelulusan:
IPK 2,00 – 2,75: Memuaskan (“Satisfy”)
IPK 2,76 – 3,50: Sangat Memuaskan (“Excellent”)
IPK 3,51 – 4.00: Dengan Pujian (“Cum laude”)
d. Predikat kelulusan „Dengan Pujian‟ juga dengan memperhatikan ketepatan lama studi yaitu 3
(tiga) semester dan tidak ada nilai C+/C.
Bab VIII
BIMBINGAN KONSELING, KEPENASEHATAN AKADEMIK,
SERTA KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

Sesuai dengan Pedoman Akademik Universitas dan ketentuan minimal requirement dari Global
Standard of Medical Education sebagaimana ditentukan oleh World Federation of Medical Education (
WFME ), dan untuk menunjang keberhasilan studi, maka kepada mahasiswa diberi hak untuk
mendapatlan Bimbingan, Konseling, dan Kepenasihatan Akademik.

8.1 Bimbingan-Konseling
a. Bimbingan Konseling adalah proses pemberian bantuan secara sistimatis dan
intensif kepada mahasiswa dalam rangka pengembangan pribadi, sosial, studi, dan karirnya
demi masa depannya.
b. Bimbingan Konseling diberikan oleh Konselor yang mempunyai keahlian
dibidangnya dalam satu unit Bimbingan Konseling Fakultas.
c. Pembimbingan dan Konseling dibawah koordinasi Pembantu Dekan III Bidang
Kemahasiswaan.

8.2 Kepenasehatan Akademik


a. Jurusan menetapkan sejumlah dosen sebagai Penasehat Akademik bagi mahasiswa.
b. Penasehat Akademik (PA) bertugas:
1) Memberi persetujuan dan memberi pertimbangan kepada mahasiswa tentang
rencana mahasiswa dalam pengambilan Mata Kuliah yang dituangkan dalam Kartu
Rencana Studi (KRS) nya.
2) Bertanggungjawab atas kebenaran isi KRS
c. Penasehat akademik harus benar-benar menguasai Peraturan Akademik, Sistim Pendidikan,
dan Sistim Evaluasi Hasil Belajar sehingga mampu membantu mahasiswa secara maksimal
agar efektif mengikuti pembelajaran pada setiap semester.
d. Administrasi kepenasehatan akademik diatur melalui sejumlah daftar dan kartu yang harus
dipahami Penasehat Akademik.
1) Daftar :
Daftar nama mahasiswa
Daftar Hadir mahasiswa
Daftar Nilai Ujian
2) Kartu :
Kartu Rencana Studi (KRS), dikeluarkan oleh Jurusan, mencatat semua
matakuliah yang diprogramkan mahasiswa pada masing-masing semester.
Kartu hasil Studi (KHS) dikeluarkan oleh Jurusan, mencatat Nilai yang
diperoleh mahasiswa bagi matakuliah yang di program dalam KRS.
Kartu Matakuliah Disiplin Ilmu (MKDI) yang dikeluarkan oleh masing-masing
Laboratorium yang mencatat Nilai/ Skor Ujian Matakuliah Disiplin Ilmu yang diperoleh
sebagai bagian dari Ujian Matakuliah Kompetensi.
Kartu Hasil Uji Kemajuan Belajar.
3) Jurusan berhak mengesahkan Kartu Hasil Studi dan menetapkan Kartu Rencana Studi
untuk semester berikutnya.
4) Kepenasehatan akademik dibawah koordinasi pembantu Dekan I Bidang Akademik.

8.3 Kegiatan Ekstrakurikuler (Ko-Kurikuler)

a. Selain kegiatan kemahasiswaan dibawah tanggungjawab dan pembinaan dari Pembantu


Dekan III Bidang Kemahasiswaan dan untuk menunjang keberhasilan studi, Program Studi
perlu menyelenggarakan kegiatan bersifat ko-kurikuler.
b. Kegiatan Ko-Kurikuler berupa kegiatan yang dimaksudkan untuk:
1) Meningkatkan kemampuan penguasaan ilmu dan belajar cara belajar ( learning how to
learn ) yang merupakan paradigma baru pembelajaran.
2) Meningkatkan peran serta aktif mahasiswa dalam berbagai lomba penulisan karya ilmiah
dan kegiatan penalaran lainnya.
3) Meningkatkan kepekaan dan tanggung jawab sosial kemasyarakatan sebagai bagian
pengembangan “Community Doctor”.
4) Meningkatkan partisipasi aktif mahasiswa dalam penelitian yang diadakan dosen. Upaya
ini dimaksudkan untuk meningkatkan atmosfir akademik yang dibutuhkan mahasiswa
untuk belajar dengan baik di dalam kampus.
5) Meningkatkan kemampuan penghayatan cultural diversity untuk memahami dan
menghayati keberagaman sosial, budaya, agama antar bangsa. Kegiatan ini dimaksudkan
untuk menyiapkan mahasiswa lebih baik dalam rangka cross-border medical education.
Bab IX
PENGEMBANGAN

9.1 Kompetensi dan Kurikulum adalah sesuatu yang dinamis dan berubah sesuai dengan
perkembangan teknologi dan pengetahuan serta dinamika kebutuhannya. Ke dalam,
pengembangan kurikulum juga dimungkinkan karena pengembangan kemampuan pengelolaan
Pendidikan Dokter di FKUB.

9.2 Pedoman kurikulum ini belum memuat Program Elektif yang diperlukan bagi pengembangan
Pendidikan Dokter dalam ranah yang diminati mahasiswa. Minat mahasiswa yang variatif
mengakibatkan perlunya pengembangan Program Elektif yang variatif pula. Selain untuk
memenuhi minat mahasiswa, mendatang program elektif akan dikembangkan sesuai dengan
konteks pengembangan kompetensi yang dibutuhkan masyarakat.

9.3 Dengan demikian, Program Elektif yang akan dikembangkan selain bertujuan untuk mencapai
standar kompetensi dokter yang telah ditentukan, juga untuk mengembangkan kemampuan
lulusan terhadap berbagai macam masalah komunitas, baik komunitas ilmiah, maupun
pelayanan kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat, antara lain: Keluarga Berencana,
Kesehatan Reproduksi, Gizi, Kesehatan Ibu & Anak dalam rangka menurunkan angka kematian
ibu dan angka kematian bayi, Diare dan penyakit infeksi lain seperti flu burung, flu babi, new
emerging disease, HIV AIDS, Imunisasi, Pelayanan Kesehatan seperti revitalisasi
Posyandu/Puskesmas, Polindes, Pembiayaan Pelayanan Kesehatan, Kesehatan Lingkungan
akibat Bencana alam, sanitasi, bencana buatan manusia, pariwisata ( travel medicine), serta
masalah kesehatan lain menyangkut medical error/malpractice/pengobatan tidak rasional,
infeksi nosokomial, medical neglicence, kejadian tak diharapkan ( KTD).

9.4 Pedoman Akademik ini belum memuat tentang ketentuan rotasi. Sedang difikirkan
kemungkinan rotasi di laboratorium siklus panjang (Interne, Pediatri, Obstetri/Ginekologi,
Bedah, Neuropsikiatri) untuk dilakukan 3 kali selama siklus, yaitu: a) siklus I untuk Kompetensi
Miller 1-2, melihat simulasi atau melakukan pengamatan terhadap “standardized patient”, b)
pada siklus II, melakukan praktik klinik dibawah supervisi dosen, c) pada siklus III
mempraktikkkan “shadowing” praktik dokter. Pada laboratorium siklus pendek (Mata,THT,
Anestesi, Radiologi, Kedokteran Forensik, Rehabilitasi Medik) akan dilakukan 2 kali yaitu
seperti pada siklus I dan II diatas.

9.5 Pada Pedoman Akademik ini disebutkan OSCE dilaksanakan pada akhir setiap Blok. Walaupun
demikian, dengan berbagai kendala teknis saat ini, OSCE baru terselenggara pada akhir setiap
semester. Oleh karena itu perlu pengembangan penyelenggaraan OSCE dan asesmen objektif
lainnya dikemudian hari.
9.6 Hal-hal lain yang belum dimuat atau belum diatur dalam Pedoman ini akan diatur kemudian,
sedangkan pedoman yang dipandang kurang sesuai akan diperbaiki dikemudian hari atau bila
dipandang perlu diperbaiki melalui kebijakan fakultas/jurusan sampai ditetapkannya pedoman
yang baru.

=======

Anda mungkin juga menyukai