Anda di halaman 1dari 10

KONTROL FUZI PADA WAKTU PENGAPIAN MOTOR OTTO

(Fuzzy Logic Control for Spark Advance of Otto Engine)

Agus Sujono 1

Abstract:The problem of detonation (knocking) in the internal c bustion engines,


especially in the Otto (petrol) engine, that makes som damages, low fuel economy
and performance. The detonation can be cause by many things, such as : high
compression ratio, low grade fuel, bad combustion camber, low turbulence, large
spark advance (timing). Governor and vacuum control Spark timing in the
conventional ignition system. It is reliable mechanism, cannot work properly at all
conditions. Most of them make detonation occur at low speed and low endurance of
the contact breaker. The last technology, electronical device with detonation sensor,
replaces the conventional system.
The fuzzy logic control can control the detonation by king correction of the spark
advance (ignition timing) automatically in all condition of speed and load (throttle).
This control is integration of conventional and electronical system of micro controller.

Key word : fuzzy, logic, control, combustion, engine, Otto, ignition, spark, detonation.

1. Pendahuluan Waktu pengapian yang tepat adalah yang


sesuai dengan kondisi dan situasi saat
Motor bakar yang dikembangkan berdasar
operasinya, yaitu sesuai dengan putaran mesin,
siklus Otto, 1876, dengan pembakaran didalam
kualitas bahan bakar (nilai oktan), temperatur /
dan bahan bakar petrolium / premium / bensin
suhu ruang bakar, tekanan dalam ruang bakar,
serta menggunakan sistem pengapian dengan
besarnya perbandingan bahan bakar udara
busi adalah merupakan jenis motor bakar yang
dalam ruang bakar. Gabungan faktor-faktor
paling banyak digunakan, namun efisiensi
tersebut diperlukan pengaturan pengapian yang
bahan bakar dan daya yang dihasilkan dengan
non-linier, yang sekarang ini dilakukan oleh
peralatan yang kecil dan murah, masih terus
peralatan mekanis dan tidak mampu
dikembangkan. Daya motor dan efisiensi
lekakukannya dengan baik.
bahan bakar sangat dipengaruhi oleh
kesempurnaan pembakaran, yang mana Dengan latar belakang tersebut diatas, maka
dipengaruhi oleh tekanan dan suhu. Sebab kali ini telah diteliti masalah pengaturan
tekanan dan suhu yang semakin tinggi akan menggunakan logika fuzi (kabur) untuk
memberikan efisiensi daya yang tinggi pula. mengatur waktu pengapian pada motor bakar
Namun terdapat masalah yang cukup berat
dengan bahan bakar bensin, yang dilaksanakan
dengan peralatan elektronik dan dilengkapi
yaitu terjadinya detonasi (knocking, ngiklik)
dengan mikroprosesor.
yang mengakibatkan mesin cepat rusak dan
boros bahan bakar daya berkurang. Upaya 2. Tinjauan teori
menghilangkan detonasi ditempuh dengan a. Fenomena Detonasi
berbagai cara, a.l.: menurunkan angka
Peristiwa terjadinya detonasi memberikan
kompresi, mengganti bahan bakar yang lebih
suatu fenomena (phenomena) yang cukup
baik, menyempurnakan sistim karburasi,
rumit dan sampai sekarang belum dapat
menyempurnakan ruang bakar dan mengatur
diterangkan secara tuntas, namun dapat
waktu pangapian yang tepat. Hal yang terakhir
diterangkan berdarkan tiga teori, yaitu : teori
ini merupakan upaya yang efektif untuk
penyalaan sendiri (auto -ignition), teori
mengatasi detonasi.

1
Staf pengajar pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas T eknik Universitas Sebelas Maret
GEMA TEKNIK - NOMOR 1/TAHUN X JANUARI 2007

detonasi / ledakan (detonation ) dan teori menghasilkan getaran tertentu, yang


getaran nyala (flame vibration) (Ganti,1987). dipengaruhi oleh frekuensi natural ruang
bakar, sehingga menimbulkan suara klik-klik.
Teori penyalaan dari suatu pembakaran
campuran bahan bakar-udara, menyatakan bila
campuran bahan bakar-udara telah
mencapai kondisi suhu dan tekanan
tertentu akan menyala, terbakar dengan
sendirinya. Didalam peristiwa detonasi,
seperti diutarakan oleh Ricardo
(Ganti,1987), penyalaan sendiri akan
terjadi pada campuran bahan bakar-udara
yang belum sempat terbakar didalam
ruang bakar.
Pada peristiwa pembakaran normal terjadi
bila semua bahan bakar akan terbakar
hanya oleh karena rambatan nyala / api
yang diawali oleh percikan api dari busi.
Pada kondisi pembakaran tidak normal,
bahan bakar terbakar tidak hanya oleh api
dari busi, melainkan dapat terbakar
dengan sendirinya tatkala suhu dan
tekanan telah mencapai ambang kritis.
Dengan demikian embrio api pembakar
dapat terjadi tidak hanya dilokasi busi
berada, namun disembarang tempat dan Gambar 1. Proses terjadinya detonasi (Ramos, 1989)
kapan saja, tidak menunggu rambatan api b. Pengaruh Waktu Pengapian
dari busi. Hal ini terjadi karena kecepatan
rambatan nyala / api rendah, sedangkan Pengaturan waktu pengapian yang tepat akan
kondisi campuran bahan bakar-udara yang dapat mengatasi terjadinya detonasi dan dapat
belum terbakar telah mencapai kondisi kritis. menghasilkan daya dan torsi yang optimal.
Sehingga kontrol waktu pengapian dapat
Teori detonasi diutarakan oleh Maxwell dan digunakan untuk kendali torsi dan daya yang
Wheeler (Ganti,1987), menyatakan bahwa : dihasilkan mesin (John J. Moskwa, 1988,
ledakan / detonasi didalam ruang bakar Robert Todd Chang, 1988, Dale Hariringan,
menyebabkan gelombang tekanan didalam gas 1988). Gambar berikut memaparkan pengaruh
yang sudah terbakar dan yang sedang terbakar, waktu pengapian terhadap prestasi
diikuti oleh gelombang kejut dari getaran nyala mesin.(gambar 2)
api yang membentur dinding ruang bakar.
Menurut Midgley, juga Sokolik dan Voinov c. Sistem pengapian
(Soelaiman,1992), kecepatan rambat nyala / Sistem pengapian yang biasa digunakan adalah
api sekitar 10 sampai 20 m/detik pada saat : sistem konvensional, sistem elektronis dan
pembakaran normal, sedang saat terjadi sistem dengan kondensor (CDI). Sistem
detonasi kecepatan ini mencapai sekitar 2200 pengapian konvensional adalah yang paling
m/detik. Detonasi ini akan menimbulkan banyak digunakan dan merupakan teknologi
gelombang tekanan dengan frekuensi 5 sampai yang paling tua dan handal, berprestasi baik
10 kHz (Heywood, 1988). pada putaran rendah, namun memberi
Teori getaran nyala / api diutarakan oleh pengaturan kurang optimal. Sistem elektronis
Morgan (Ganti, 1987), yang menyatakan akan meningkatkan umur sitem konvensional.
bahwa kecepatan rambat nyala api ada Sistem CDI akan meningkatkan arus
hubunganya dengan sifat frekuensi natural dari pengapian terutama pada putaran tinggi.
campuran gas dalam ruang bakar, yang

2
Agus Sujono, Kontrol Fuzi Pada Waktu Pengapian Motor Otto

Gambar 2. Pengaruh waktu pengapian terhadap detonasi (Heywood, 8

Gambar sistem tersebut seperti dibawah ini sistim kontrol menggunakan kombinasi /
(gambar 3). gabungan antara sistem konvensional dan
d. Kontrol Waktu Pengapian elektronis, gambar sebagai berikut : (gambar
5)
Dalam sistem konvensional pengendalian
Kalkulasi koreksi atas waktu pengapian
waktu pengapian dilakukan dengan mekanisme
dilakukan oleh kontroler mikro, dengan
vakum dari manipol dan governor pada
menggunakan program berdasar logika fuzi
platina, sehingga dengan pengaturan ini waktu
(logika kabur), untuk berbagai kondisi dari
pengapian dapat disesuaikan dengan kondisi
putaran dan beban mesin atau berupa besarnya
operasi. Bila kecapatan putar mesin rendah
katup karburator terbuka. Gambar urutan kerja
akan memberikan sudut pengapian yang kecil,
dari peralatan ini sebagai berikut (gambar 6)
dan pada putaran besar sudut pengapiannya
juga besar. Gambar sistem tersebut seperti f. Struktur Kontrol Logika Fuzi
berikut (gambar 4)
Mekanisme kontrol ini bertitik tolak dari
e. Kontrol Waktu Pengapian Sistim kenyataan dan pengetahuan riil yang ada untuk
Logika Fuzi membuat pengendalian yang dikehendaki.
Analisa sistem digunakan sebagai pendekatan
Sistem kontrol waktu pengapian yang
awal dengan berbagai asumsi untuk

Gambar 3. Sistem pengapian konvensional (Mathur dan

dikembangkan dalam penelitian kali ini, dibuat mempermudah analisa. Namun karena realita
berdasar karakteristik mesin yang optimal, dan yang ada adalah komplek dan tidak linier, yang

3
GEMA TEKNIK - NOMOR 1/TAHUN X JANUARI 2007

Gambar 4. Sistem kontrol waktu pengapian konvensional


(Mathur dan Sharma, 1980)
dalam sistem analisisnya sangat sukar, dengan Aturan n : IF x1 adalah A n1 AND ... And xm
logika fuzi hal ini dapat diatasi. Mekanisme adalah Anm THEN y adalah Bn
pengendalian dengan logika fuzi adalah
dimana :
sebagai berikut : (gambar 7)
xj adalah variabel input dari sistem,
Konstruksi basis aturan adalah kumpulan dari
seperti error, derivatif error dsb.
aturan dasar kontrol fuzi / kabur dan kebijakan
Aij adalah himpunan fuzi xj, seperti PB,
dari pakarnya. Untuk sistem MISO, aturan
PM, PS, ZE, NS dsb.
kontrol fuzi / kabur diberikan sebagai berikut :
y adalah variabel output sistem, seperti
Aturan 1 : IF x1 adalah A 11 AND ... And xm arus pada motor DC dsb.
adalah A 1m THEN y adalah Bi adalah himpunan fuzi dari y, seperti
B1Aturan 2 : IF x 1 adalah PB,PS,NS dsb.
A21 AND ... And xm adalah A 2m
THEN y adalah B2

Gambar 5. Sistem kontrol kombinasi dengan logika fuzi

4
Agus Sujono, Kontrol Fuzi Pada Waktu Pengapian Motor Otto

Gambar 6 . Rangkaian kerja sistem pengapian sistem fuzi

AND adalah operator fuzi. µC (w)= (α1 ^ µC1 (w)) v (α2 ^ µC2(w))
I = 1,2, ..., n ; j = 1,2,... , m
Penalaran fuzi MAX - DOT :
Teknik Penalaran yang banyak digunakan
dalam industri FLC sekarang adalah : µC (w)= (α1 * µC1 (w)) v (α2 * µC 2(w))
metoda MAX - MIN dan MAX - DOT , sbb. : Bila aturan dasar :
Premis 1 : Bila x adalah A dan y adalah B,
Atura n 1: IF x adl. A1 AND y adl. B1 THEN z maka z adala C
adl. C 1 sebagai premis 1 Premis 2 : x adalah A’ dan y adalah B’
Aturan 2: IF x adl. A2 AND y adl. B2 THEN z Kesimpulan : z adalah C’
adl. C 2 sebagai premis 2 dimana C’ merupakan komposisi
dari relasi fuzi dari A,B,C.
Input adalah xo dan yo.
atau dapat ditulis sbagai berikut :
α1 = µA1 (xo) ^ µB 1(yo )
Premis 1 : R (A x B ; C)
α2 = µA2 (xo) ^ µB 2(yo ) Premis 2 : A’ x B’
Penalaran fuzi MAX - MIN : Kesimpulan : C’ = (A’ x B’) o R (A x B ; C)
Dimana : µC’ (z) = ∨ {[ µA’(x) ∧ µB’ (y)] ∧
[ µA(x) ∧ µB(y)] ∧µC (z)}

Gambar 7. Struktur Dasar FLC (Fuzzy Logic Control)


(Yan, dkk., 1994)

5
GEMA TEKNIK - NOMOR 1/TAHUN X JANUARI 2007

Gambar 8. Perlengkapan penelitian dan cara pengukuran waktu pengapian

x=X Dalam penelitian kali ini, A adalah sudut katup


y=Y karburator, B adalah putaran mesin dan C
adalah koreksi waktu pengapian. Maka fungsi
atau : C’ = (A’oR(A;C)) ∩ (B’oR(B;C))
keanggotaan masing-masing dapat dirancang
Selanjutnya bila premis mempunyai bentuk selanjutnya.
seperti dibawah ini , maka kesimpulannya
g. Kontroler Mikro
adalah sbb.:
Kontroler mikro digunakan untuk membuat
Premis 1 : R (A1 x B1 ; C1) Else
kalkulasi fuzi dan pengaturan otomatis sesuai
Premis 2 : R (A2 x B2 ; C2) Else yang diperlukan, tipe kontroler yang
digunakan adalah Intel 8031, keluarga 8051.
Premis 3 : R (A3 x B3 ; C3) Else
2. Metoda Penelitian
Premis n : R (An x Bn ; Cn)
Penelitian dilaksanakan pada laboratorium
n+1 A’ x B’
motor bakar, yang meneliti kemampuan motor
---------------------------------------------- bakar dengan pengendalian waktu peyalaan
Kesimpilan : C’ = (A’ x B’) o [R (A 1 x B1 ; konvensional dan bila menggunakan
C 1) ∪ R (A 2 x B2 ; C 2) ∪ pengendalian waktu pengapian dengan metoda
logika fuzi. Pertama, diteliti karakteristik
R (A3 x B3 ; C3) ∪ .... R (A n x Bn ; C n) ] mesin yang ada, menyangkut prestasi mesin.
Tabel 1. Relasi antara sudut katup karburator dengan putaran mesin :
Sudut katup karburator : θ (beban mesin)
SK K M B SB
n: SK M B SB B M
Pu- K N K B M K
tar- M N SK M K SK
an- B N N SK N N
rpm SB N N N N N

N = nol SK = sangat kecil K = kecil


M = menengah B = besar SB = sangat besar

6
Agus Sujono, Kontrol Fuzi Pada Waktu Pengapian Motor Otto

Kedua, diteliti karanteristik mesin dalam relasinya dapat ditentukan sebagai berikut :
hubungannya dengan terjadinya detonasi. (tabel 1)
Ketiga, diteliti karakteristik mesin setelah
Dari tabel relasi ini dapat dibuat basis aturan
dipasang kontrol fuzi, merupakan sistem
fuzi sebagai berikut :
pengapian kombinasi yang sedang
dikembangkan dalam penelitian ini. Aturan 1 : bila θ adl. SK dan n adl. SK maka δ
adl. M
Perlengkapan pokoknya adalah : motor Otto
(bensin), yang dilengkapi dengan dinamometer Aturan 2 : bila θ adl. K dan n adl. SK maka δ
pengukur torsi, pengukur putaran, besar adl. B
bukaan katup karborator dan pengukur waktu Aturan 3 : bila θ adl. M dan n adl. SK maka δ
pengapian (timing light ). adl. SB
Aturan 4 : bila θ adl. B dan n adl. SK maka δ
Relasi dari sudut karburator dan putaran adl. B
mesin, menentukan besarnya koreksi dari Aturan 5 : bila θ adl. SB dan n adl. SK maka δ
waktu pengapian. Untuk pedoman awal, adl. M
bahwasanya pada umumnya, detonasi lebih Aturan 6 : bila θ adl. SK dan n adl. K maka δ
sering terjadi pada daerah putaran rendah dan
adl. N
beban besar atau pada saat akselerasi, maka

Sudut pengapian = δ

Gambar 9. Solusi grafis logika fuzi

7
GEMA TEKNIK - NOMOR 1/TAHUN X JANUARI 2007

Aturan 7 : bila θ adl. K dan n adl. K maka δ sekitar 89, sistem pendingin air dan dipasang
adl. K stasioner di laboratorium.
Aturan 8 : bila θ adl. M dan n adl. K maka δ Dengan menganggap bahwa kondisi mesin dan
adl. B kondisi lingkungan adalah tetap, maka dapat
Aturan 9 : bila θ adl. B dan n adl. K maka δ dilakukan penelitian menyangkut karakteristik
adl. M mesin, khususnya yang berhubungan dengan
Aturan 10 :bila θ adl. SB dan n adl. K maka δ detonasi, yaitu putaran, besar katup (beban),
adl. K sudut pengapian dan tingkat detonasinya. Data
.......... dan seterusnya. karakteristik mesin digunakan untuk
3. Hasil dan pembahasan menentukan kapan waktu yang tepat pada
putaran dan katup tertentu, tidak terjadi
Peneletian awal adalah mencari data detonasi. Maka bila sistem pengapian yang
karakteristik mesin, dalam kaitannya dengan ada, pada suatu setelan tertentu, tidak
torsi / daya keluaran dan terjadinya detonasi memberikan waktu pengapian yang tepat,
sebagai pengaruh dari besar katup karburator maka perlu dikoreksi.
dan sudut / waktu pengapian. Data sudut
pengapian dari sistim pengapian konvensional Koreksi waktu pengapian secara
pada seting normal+1, dan data sudut ototmatis diberikan oleh kontroler mikro, yang
pengapian batas detonasi dalam berbagai perhitungannya menggunakan logika fuzi.
kondisi operasi, dibandingkan dan selisihnya Dengan demikian mesin akan mempunyai
adalah merupakan data koreksi waktu sistem pengapian konvensional dan dipadukan
pengapian yang harus dilakukan. (Gambar 10) dengan kontrol fuzi, yang kemudian akan
menghasilkan karakteristik yang baru, setelah
Hasil eksperimen daya mesin, dengan dipasang kontrol ini. Percobaan dilakukan
menggunakan sistim pengapian konvensional pada saat mesin dipasang kontrol dan tidak
dan yang menggunakan sistem pengapian dipasang kontrol.
kombinasi, sistem konvensional yang
dipadukan dengan kontrol fuzi, seperti dalam 4. Kesimpulan
gambar. Dari pelaksanaan percobaan, dengan Kesimpulan akhir dari penelitian ini adalah
menggunakan sistem pengapian kombinasi, bahwa : telah ditemukan sistem pengapian
dapat mengatasi terjadinya detonasi, yaitu baru yang dapat mengatasi masalah detonasi.
sudah tidak terdengar lagi. Disamping itu bila Sistem baru tersebut adalah : sistem pengapian
daya dibandingkan, dengan sistim yang baru konvensional yang dipadukan dengan kontrol
ini akan memberikan daya yang lebih besar, fuzi. Dengan demikian dapat memberikan
yang berarti pemakaian bahan bakar menjadi koreksi waktu pengapian yang tepat pada
lebih efisien, seperti terlihat dalam gambar motor Otto, sehingga dapat menghilangkan
berikut (gambar 11) detonasi dan meningkatkan prestasi mesin atau
Penelitian ini adalah membuat model / alat dengan kata lain bahwa : dengan kontrol ini
pengendalian / pengaturan / kontrol fuzi pada dapat meningkatkan keawetan mesin dan
waktu / saat / sudut pengapian / penyalaan efisiensi (irit bahan bakar).
Motor Otto (motor bensin), agar dapat 5. Saran
beroperasi secara optimal pada berbagai
kondisi operasi, sehingga meningkatkan Dilain fihak kontrol ini masih terdapat
efisiensi pemakaian bahan bakar dan kekurangan / kelemahan, yaitu bila
meningkatkan keawetan mesin akibat detonasi karakteristik mesin berubah, karena usia
(knocking, ngiklik ). ataupun karena bahan berubah ke tingkat yang
lebih bawah. Maka bila demikian, kontrol ini
Penelitian menggunakan Motor Otto, yang kurang dapat mengatasi seluruh permasalahan.
dilengkapi sistim karborator dan sistem Dengan kata lain, kontrol ini bersifat tidak
pengapian konvensional (mekanis), untuk adaptif, ataupun tidak pintar, tidak dapat
motor 4 langkah, 4 silinder, kapasitas sekitar menyesuaikan dirinya terhadap perubahan
1500 - 2000 cc, bahan bakar premium, oktan lingkungannya. Juga tidak akan begitu saja

8
Agus Sujono, Kontrol Fuzi Pada Waktu Pengapian Motor Otto

BATAS SUDUT PENGAPIAN

100

80
Sudut Pengapian

60

40

20

0
3000
2500 70
2000 60
50
1500 40
Putaran - rpm 1000 30 Katup Terbuka %

Gambar 10. Sudut pengapian batas detonasi (kecil)

cocok kontrol ini bagi mesin yang lain merek yang lain, maka perlu penyesuaian data
ataupun tipenya, sebab karakteristik mesin karakteristik mesin yang bersangkutan.
tidak selalu sama dengan yang tercatat dalam
Maka disarankan untuk penelitian selanjutnya
memorinya. Bila akan digunakan untuk mesin

9
GEMA TEKNIK - NOMOR 1/TAHUN X JANUARI 2007

bahwa : kontrol ini perlu ditingkatkan agar desertasi PhD., MIT, Massachusetts,
dapat bersifat adaptif, lebih pintar, lebih dapat USA.
memyesuaikan diri terhadap perubahan mesin,
Ramos, J.I., 1989, Internal Combustion Engine
lokasi maupun bahan bakar. Salah satu yang
Modeling, Hemisphere Publishing
dapat disarankan agar memanfaatkan kontrol
Corporation, New York.
neuro fuzi yang adaptif (Neuro Fuzzy
Adaptive Controler), guna pengembangan Soelaiman, Ahmad Fauzi, Tubagus, 1992, New
kontrol ini selanjutnya. Strategies for Detecting Knock in Spark
Ignition Engines , desertasi, PhD., The
6. Daftar Pustaka
University of Minesota.
Allen, Kevin, Boyer, 1986, Nonlinear Control
Taylor, C., Fayetts and Taylor, Edward, S.,
Methods for Automotive Engines , thesis
1961, The Internal Combustion Engine ,
Msc., MIT, Massachusetts, USA.
International Textbook Co, Scranton.
Bidan, Pierre, Boverie, Serge, Chaumerliac,
Turns, Stephen, R., 1996, An Introduction to
Vincent, Nonlinear Control of a Spark -
Combustion, Consepts and Application,
Ignition Engine , IEEE Control System
McGraw-Hill Book Co., New York.
Tecnology, Maret 995.
Vachtsevanos, George, Farinwata, Shehu S.,
Chang, Todd, Robert, 1988, A Modeling Study
and Pirovolou, Dimitrios K., Fuzzy
of the Influence of spark -Ignition
Logic Control of an Automotive
Engine Parameters on Engine Thermal Engine , IEEE Control System, Juni
Efficiency and Performace , thesis Msc., 1993.
MIT, Massachusetts, USA.
Yan, Yun, Ryan, Michael, and Power, James,
Erjavec, Jack and Scharff, Robert, 1996, 1994, Using Fuzzy Logic, Prentice Hall,
Automotive Technology, A Syatem London.
Approach , Delmar Publishers, Albany.
Ganti, Gopal, 1987, Knock Modeling in Spark
Ignition Engines and Study of The Effect
of Combustion Instability of Knock ,
desertasi, PhD., Loughborough
University of Tecnology.
Harrigan, Dale, 1987, Development of
Nonlinear Algorithms for Engine
Torque Control Using Throttle Angle
and Spark Advance , thesis Msc., MIT,
Massachusetts, USA.
Heywood, John, B., 1988, Internal
Combustion Engine Fundamental,
McGraw-Hill Book Company, New
York.
Kenzie, Mac, Scott, I., 1995, The 8051
Microcontroller , Prentice Hall, New
Jersey.
Mathur, M.L. and Sharma, R.P., 1980, A
Course in Internal Combustion Engine ,
Dhanpat Rai & Sons, New Delhi.
Moskwa, John, J., 1988, Automotive Engine
Modeling for Real Time Control,

10

Anda mungkin juga menyukai