ANALISIS DAN PERENCANAAN PEKERJAAN
DISUSUN OLEH : Kelompok II
SULTAN, IRAWATI, SULFAKAR
STIE YAPI BONE
EKONOMI MANAJEMEN
2010
1
Kata Pengantar
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah
memberikan berkat, rahmat dan karunianya sehingga tersusunlah Makalah tentang
Analisis dan Perancangan Pekerjaan.
Adapun tujuan pembuatan makalah Analisis dan Perancangan Pekerjaan ini
semata‐mata untuk menambah wawasan kami tentang proses Analisis dan
Perancangan Pekerjaan.
Dengan selesainya makalah ini kami mengucapkan terima kasih kepada :
1.) Marniati Syam, ST, M.Si selaku Dosen Perencanaan dan Pengendalian
Sumber Daya Manusia STIE YAPI BONE;
2.) Teman‐teman Mahasiswa STIE YAPI BONE, yang telah banyak membantu
dalam penyusunan makalah ini.
Kami selaku penyusun merasa bahwa makalah ini masih banyak kekurangan.
Oleh sebab itu, kami selaku penyusun akan senang apabila Ibu/Bapak Dosen
pembimbing sekiranya mau memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun
dan mendorong Kami kedepannya untuk bisa membuat makalah yang lebih baik dan
lebih bermanfaat.
Penyusun.
( KELOMPOK II)
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perusahaan yang siap berkompetisi harus memiliki manajemen yang efektif.
Untuk meningkatkan kinerja karyawan dalam manajemen yang efektif memerlukan
dukungan karyawan yang cakap dan kompeten di bidangnya. Di sisi lain pembinaan
para karyawan termasuk yang harus diutamakan sebagai aset utama perusahaan.
Proses belajar harus menjadi budaya perusahaan sehingga keterampilan para
karyawan dapat dipelihara, bahkan dapat ditingkatkan. Dalam hal ini loyalitas
karyawan yang kompeten harus diperhatikan. Hasil kajian tersebut dapat di kaji
dengan The Analisys And Design of Work.
3
Adapun tiga unsur masalah yang membingungkan manajer dalam
mengembangkan dan mengatur pekerjaan‐pekerjaan karyawan agar dapat bekerja
lebih produktif dan memuaskan,
yaitu :
a. Sering terjadi konflik antara kebutuhan‐kebutuhan dan keinginan‐keinginan
karyawan dan kelompok karyawan dengan berbagai persyaratan desain
pekerjaan
b. Sifat unik karyawan dapat menimbulkan berbagai macam tanggapan dalam
wujud sikap, kegiatan fisik dan produktivitas dalam pelaksanaan pekerjaan.
c. Perubahan linglungan, organisasional dan perilaku karywan membuat
desain pekerjaan, ketepatan pendekatan pengembangan standar kerja dan
bentuk‐bentuk perilaku karywan perlu dipertanyakan.
1.2 Tujuan
Berdasarkan uraian dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka pokok
permasalahannya adalah :
a. Memahami analisis dan perancangan kerja ;
b. Menjelaskan mengapa analisis dan perancangan kerja penting bagi
perusahaan maupun organisasi pemerintahan;
c. Memahami batasan‐batasan analisis pekerjaan dan desain pekerjaan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Unsur – Unsur Organisasi
Adapun tiga unsur desain pekerjaan organisasi, yaitu :
4
Pendekatan ini lebih menekankan pada factor efesiensi waktu, tenaga, biaya,
dan latihan.
b. Aliran kerja, ini dipengaruhi oleh sifat komoditi yang dihasilkan oleh suatu
organisasi atau perusahaan guna menentukan urutan dan keseimbangan
pekerjaan.
c. Praktek‐praktek kerja, yaitu cara pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan, ini
bias berdasrkan kebiasaan yang berlaku dalam perusahaan, perjanjian atau
kontrak kotak serikat kerja karyawan, kesepakatan bersama.
2.2 Unsur – Unsur Lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi desain pekerjaan adalah tersedianya
tenaga kerja potensial, yang mempunyai kemampuan dan kualifikasi yang sesuai
dengan kebutuhan perusahaan dan pengharapan‐pengharapan sosial, yaitu dengan
tersedianya lapangan kerja serta memperoleh kompensasi dan jaminan hidup yang
layak.
2.3 Unsur – Unsur Perilaku
a. Otonomi, bertanggung jawab atas apa yang dilakukan, disini bawahan diberi
wewenang untuk mengambil keputusan atas pekerjaan yang dilakukan.
b. Variasi, pemerkayaan pekerjaan dimaksudkan untuk menghilangkan
kejenuhan atas pekerjaan‐pekerjaan yang rutin, sehingga kesalahan‐
kesalahan dapat diminimalkan.
c. Identitas tugas, untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan
pekerjaan, maka pekerjaan harus diidentifikasikan, sehingga kontribusinya
terlihat yang selanjutnya akan menimbulkan kepuasan
d. Umpan balik, diharapkan pekerjaa‐pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan
mempunyai umpan balik atas pelaksanaan pekerja yang baik, sehingga akan
memotivasi pelaksanaan pekerjaan selanjutnya.
2.4 Analisis Perancangan Kerja
Prinsip perancangan kerja manual pada umumnya :
a. Menggunakan kekuatan dan keterbatasan tubuh manusia
b. Pengaturan kondisi tempat kerja (lingkungan kerja)
c. Perancangan peralatan dan mesin kerja
a. RE = Reach (menjangkau)
b. M = Move (Membawa)
c. G = Grasp (Memegang)
5
d. RL = Release (Melepas)
e. PP = Pre‐position (Pengarahan Sementara)
f. U = Use (Memakai)
g. A = Assemble (Merakit)
h. DA = Disassemble (Lepas rakit)
i. S = Search (Mencari)
j. SE = Select (Memilih)
k. P = Position (pengarahan)
l. I = Inspect (Memeriksa)
m. PL = Plan (Merencanakan)
n. UD = Unavoidable delay (Kelambatan yang tak terhindarkan)
o. AD = Avoidable delay (Kelambatan yang dapat dihindarkan)
p. R = Rest (Istrirahat)
q. H = Hold (memegang untuk memakai)
Sedangkan prinsip ekonomi gerakan adalah meminimalkan gerakan tubuh pada
saat bekerja berdasarkan bahan baku dan peralatan yang digunakan. Serta
keterbatasan manusia sendiri. Hal ini sangat terkait dengan tata letak tempat kerja
dan peralatan kerja. Dalam perancangan kerja manual perlu dilakukan pengaturan
fungsi kerja anggota badan lain seperti kaki atau keseimbangan beban tangan kiri
dan kanan. Proses ini biasanya dilakukan dengan menggunakan Peta Kerja tangan
Kiri dan kanan. Keterbatasan manusia dalam bekerja secara manual diukur
melalaui:
a. Penggunaan energi selama bekerja
b. Kerja Jantung
c. Tekanan pada punggung
d. Kemampuan pengangkatan berdasar stndar NIOSH
Pertimbangan human factor dalam penataan sistem kerja meliputi ;
2.5 FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja
a. Human Factor
• Kemampuan kerja
• Motivasi Kerja
6
b. Faktor Teknologi : meliputi
• Size and capacity of plant = Ukuran dan kapasitas tanaman
• Product design and standardization = Desain produk dan standardisasi
• Timely supply of materials and fuel= Pasokan bahan baku dan bahan
bakar yang Tepat waktu
• Rationalization and automation measures = Rasionalisasi dan
otomatisasi langkah‐langkah
• Repairs and maintenance = Perbaikan dan pemeliharaan
• Production planning and control = Perencanaan produksi dan kontrol
• Plant layout and location= Tata letak dan lokasi pabrik
• Materials handling system = Sistem penanganan material
• Inspection and quality control = Pemeriksaaan dan pengendalian mutu
• Machinery and equipment used = Mesin dan peralatan yang digunakan
• Research and development = Penelitian dan pengembangan
• Inventory control
c. Managerial factors: kompetensi manager
d. Faktor Alam : iklim, geografis dll
e. Faktor Sosisologi: budayapekerja, sikap kerja, etnis
f. Faktor politik: hukum, stbilitas pemerintahan
g. Faktor ekonomi : Pasar, fasilitas kredit, transportasi dan komunikasil dll
2.6 Trade Off Keperilakuan Dan Efisiensi
Pengertian efisiensi yaitu perbandingan antara keluaran dengan pemasukan.
Unsur – unsur efisiensi akan membentuk spesialisasi yang tinggi, mengurangi
perbedaan atau variasi, meminimumkan otonomi dan unsur‐unsur kontradiktif
lainnya.
Trade off yang dihadapi oleh para perancang pekerjaan perusahaan yaitu :
Produktivitas versus spesialisasi :
Kepuasan kerja versus spesialisasi
7
Produktivitas terus naik bila kebaikan spesialisasi lebih besar daripada akibat
ketidakpuasan.
Proses belajar versus spesialisasi
2.7 Cara – Cara Perancangan Kembali Pekerjaan
8
memperbaiki kondisi pekerjaan yang terlalu spesialisasi melalui perancangan
kembali dengan rotasi jabatan, perkayaan pekerjaan secara horizontal (job
enlargement) dan vertikal (job enrichment).
2.8 Informasi Analisis Pekerjaan
Analisis pekerjaan gunanya adalah untuk mengumpulkan, mengevaluasi dan
mengorganisasi informasi pekerjaan secara menyeluruh. Informasi pekerjaan yang
diperoleh dari analisis pekerjaan memainkan peranan krusial dalam bagian
sumberdaya manusia, karena mensuplai data minimum untuk pelaksanaan kegiatan
sumberdaya manusia.
Faedah Informasi Analisis Pekerjaan :
a. Menetapkan dasar pemberian kompensasi
b. Mengevaluasi faktor‐faktor lingkungan yang mempengaruhi pekerjaan
c. Menghilangkan persyaratan‐persyaratan kerja yang menyebabkan
diskriminasi pekerjaan‐pekerjaan individual.
d. Merencanakan kebutuhan pengadaan sumberdaya manusia untuk waktu
yang akan datang
e. Memadukan lamaran‐lamaran dengan kualifikasi yang ada.
f. Meramalkan dan menentukan kebutuhan latihan bagi karyawan baru dan
lama serta mengembangkan karyawan yang potensial.
g. Menetapkan standar prestasi kerja yang realist.
h. Menetapkan karyawan sesuai dengan kemampuan dan keterampilannya.
i. Membantu revisi struktur organisasi dan memperbaiki aliran kerja
j. Orientasi karyawan
1) Persiapan awal :
Ada dua hal yang harus dipersiapkan dalam hal ini, yaitu identifikasi pekerjaan dan
penyusunan daftar pertanyaan. Proses identifikasi pekerjaan tergantung besar
kecilnya perusahaan. Dalam perusahaan kecil proses indentifikasinya lebih
sederhana dibandingkan dengan perusahaan yang besar, sebab dalam perusahaan
kecil identifikasi pekerjaan dapat disusun atas dasar bagan organisasi, catatan‐
catatan pembayaran upah, penyelia dan lain sebagainya. Tahap selanjutnya adalah
pemutusan tentang informasi yang diperoleh agar memberikan hasil yang berguna,
untuk itu perlu disusun daftar pertanyaan yang isinya mencakup status dan
identifikasi pekerjaan, fungsi, tugas, tanggung jawab, karakteristik, dan kondisi
pekerjaan serta standar prestasi kerja lainya.
9
2) Pengumpulan data :
Sebagai tindak lanjut dari analisis pekerjaan. Ada llima teknik cara pengumpulan
data, yaitu:
Dari data yang diperoleh lalu dipisah‐pisahkan untuk memperoleh data yang
relevan, yang untuk selanjutnya siap digunakan dalam berbagai bentuk seperti
diskripsi pekerjaan, spesifikasi pekerjaan dan standar‐standar pekerjaan.
10
Spesifikasi Pekerjaan (Job Spesification)
Menunjukan siapa yang melakukan pekerjaan itu dan faktor‐faktor manusia
yang disyaratkan, antara lain pendidikan, keterampilan, latihan, pengalaman, serta
persyaratan fisik.
Standar Prestasi Kerja (Job Performance Standards) Dasar untuk menilai prestasi
kerja karyawan, ini memberikan dua manfaat;
a. Target pelaksanaan kerja.
b. Kriteria keberhasilan kerja.
Standar pekerjaan ini dapat diperoleh dari hasil pengukuran kerja atau
penetapan tujuan partisipasi. Teknik‐teknik pengukuran kerja atau penetapan
tujuan partisipasi. Teknik‐teknik pengukuran kerja yang biasa digunakan antara lain
studi waktu, data standar, data waktu standar serta pengambilan sampel. Standar
prestasi juga ditetapkan secara partisipasi dengan pemimpin organisasi buruh.
BAB III
ANALISIS KOMPARATIF
Perusahaan‐perusahaan CSI telah berkomitment penuh untuk meningkatkan
kinerja keselamatan kerja dalam perusahaan mereka dan telah mencapai
peningkatan yang berarti (Studi Kasus Industri Semen) Semen adalah salah satu
substansi yang paling banyak digunakan di bumi, membuat semen merupakan
proses enerji dan intensif dalam sumber daya yang membawa akibat terhadap
lingkungan lokal maupun global serta akibat bagi keselamatan & kesehatan.
Menyadari kenyataan ini, beberapa perusahaan semen memprakarsai Cement
Sustainability Initiative (CSI) sebagai program yang disponsori oleh anggota dari
World Business Council for Sustainable Development ( WBCSD) dimana saat ini, 16
(enam belas) perusahaan semen secara bersama‐sama yang mewakili lebih dari
separuh industri kelas dunia di luar China, mensponsori inisiatif ini.
Di mulai pada akhir tahun 1999, Lembaga ini melaksanakan ;
1. Riset yang bersifat independen terhadap kinerja industri dan issue penting
bagi kesinambungan yang dihadapi;
2. Seri dialog yang mendapat fasilitas dari para Stakeholder di 7 kota (Kairo,
Kuritiba, Bangkok, Lisbon, Brussels, Washington DC dan Beijing);
3. Seri rekomendasi independen untuk meningkatkan kinerja;
4. Agenda industri dari tindakan‐tindakan yang terkait dengan isu‐isu yang
timbul. Menjamin kondisi kesehatan dan keselamatan kerja untuk karyawan
dan kontraktor merupakan dasar dari tanggung jawab sosial korporasi dan
merupakan salah satu dari isu penting di industri semen. Anggota CSI
menyadari perlunya diberikan lebih banyak perhatian pada area ini di
11
seluruh industri dan komitmen untuk memainkan peran utama dalam
prosesnya. Sebagai latar belakang kutipan‐kutipan berikut ini
mengihtisarkan temuan CSI sebelumnya dalam hal keselamatan & kesehatan
kerja.
Kutipan‐kutipan berasal dari :
• Ringkasan laporan CSI tahun 2002
• Substudy 10 laporan CSI
• Agenda Tindakan
Laporan bulan July 2002 yang dapat disimpulkan dari kesehatan karyawan
bahwa :“ Prioritas terpenting bagi perusahaan semen yang berhubungan dengan
kesehatankaryawan adalah jaminan kesehatan & keselamatan kerja, baik untuk
pekerja maupun tenaga kontraktor.
Industri semen belum semaju industri manufaktur berat lainnya dalam hal
implementasi sistem K3, di masa mendatang Perusahaan semen perlu memikirkan
desain area dan peralatan kerja yang aman dan inheren guna meminimalkan potensi
kecelakaan. Sebagai tambahan, konsiten dengan prinsip pengembangan yang
berkelanjutan, diketahui ada sejumlah isu lain mengenai kesehatan pekerja yang
dapat dibantu oleh pihak Perusahaan, seperti pelatihan, pengembangan karir,
peningkatan profesional; penghargaan terhadap hak pekerja, kebebasan
berkomunikasi dan berasosiasi, keseimbangan antara komitmen kerja dan
kehidupan pribadi/keluarga; peningkatan dari pelbagai perbedaan, larangan
diskriminasi dan pelecehan.Langkah‐langkah di atas akan memberi kontribusi pada
produktifitas karyawan dan kesadaran kesehatan, juga loyalitas dan kebanggaan. “
“ Kinerja kesehatan dan keselamatan di industri semen secara keseluruhan
tertinggal dibandingkan dengan yang lain, sektor industri manufaktur terlihat lebih
proaktif. Di sektor ini, terlihat ada variasi hasil kinerja yang sangat luas variasinya.
Perusahaanperusahaan yang lebih baik telah menunjukan bahwa bukan tidak
mungkin untuk mencapai tingkat kecelakaan yang sama dengan rata‐rata industri
manufaktur. Tetapi , bahkan dari perusahaan terbaik pun masih ada ruang guna
peningkatan lebih jauh. Dirasakan adanya kebutuhan khusus dari industri untuk
mendorong dan membantu pabrik‐pabrik/perusahaan‐perusahaan yang secara
nyata memiliki kinerja yang rendah untuk meningkatkan standar keselamatan
mereka guna menjamin kesinambungan industri yang memenuhi harapan sosial dan
harapan ketenagakerjaan.
Agenda Tindakan (July 2002) menyimpulkan bahwa :
12
“ Menjamin kondisi kerja yang sehat dan aman bagi karyawan dan
kontraktor merupakan salah satu isu paling penting bagi industri semen, kita
menyadari bahwa perhatian harus diberikan lebih banyak di area ini di keseluruhan
industri dan adanya komitmen untuk memainkan peranan utama dalam proses.
Suatu Kelompok kerja Kesehatan dan Keselamatan Kerja telah dimulai untuk
bertemu dan mendiskusikan topik‐topik untuk kegiatan yang akan datang dan akan
dipusatkan pada Proyek inisiatif dan kesepakatan. Sistem pelaporan untuk Tingkat
Cidera dan Penyakit Akibat Kerja di tiap perusahaan secara individual telah tersedia
untuk berbagai kasus , tetapi hingga saat ini kita belum dapat melaporkan gambaran
industri secara luas. Lembaga Riset Battelee yang benarbenar menekankan pada
informasi publik untuk area ini kelihatannya sulit untuk dilibatkan.
Dari apa yang diketahui, kecelakaan/cidera dan tingkat cidera pada industri
kita lebih tinggi dari industri yang lain seperti petrokimia dan petroleum refining,
yakin bahwa ini tidak dapat diterima dan juga percaya bahwa masalah ini akan pula
mempengaruhireputasi industri semen secara keseluruhan, merupakan suatu alasan
yang menyebabkan mengapa kita meminta kelompok kerja untuk pertama‐tama
membuat standar dan sistem yang berlaku antar Perusahaan untuk mengukur,
mengawasi dan melaporkan kinerja kesehatan dan keselamatan kerja, di mana
perusahaan secara mandiri kemudian dapat mengimplementasikannya.
Agenda Tindakan, “ Apa yang akan kita laksanakan” memberikan indikasi hal
berikut :
Proyek Gabungan
a. Kita akan meningkatkan kegiatan melalui suatu kelompok kerja kesehatan &
keselamatan kerja (telahdilakukan secara paralel dengan Battelle Institute’s
study), untuk menjamin adanya sistem yang efektif bagi pengukuran,
pengawasan dan pelaporan atas kinerja kesehatan dan keselamatan kerja.
b. Kelompok kerja akan :
13
o Melakukan pertukaraninformasi yang meliputiinformasi mengenai
keparahan,sumber dan jenis cidera atauinsiden yang terjadi
o Membagi pengalaman antarPerusahaan
o Merekomendasi tindakanpencegahan.
Tindakan Individual
Setiap Perusahaan akan menindaklanjuti rekomendasi dari kelompok kerja (Pokja)
melalui :
Tindakan yang diambil oleh CSI (TF3)
¾ Latar Belakang
¾ Pelaporan keselamatan
Pada awal tahun 2004, TF3 mencapai target utamanya yaitu mewujudkan
definisi keselamatan di dunia industri yang telah disetujui dan kriteria pelaporannya
saat ini telah dipublikasikan dimana sebelumnya, tidak ada definisi dari Industri
internasional yang telah disetujui yang memungkinkan untuk dilakukannya
benchmarking dan pelaporan yang akurat pada keseluruhan industri semen. Definisi
ini meliputi kejadian fatal, tingkat kejadian fatal (untuk karyawan), lost time injury
dan lost time injury frequency ratio (untuk karyawan) sedangkan definisi lain,
meliputi lost time injury severity ratio, dalam proses pembuatan/draft untuk
kesepakatan mendatang. Kesepakatan pada definisi‐definisi ini memungkinkan
penyiapan suatu format pelaporan keselamatan CSI dan laporan menyeluruh saat ini
telah dikompilasi atas data yang dimasukkan oleh 10 perusahaan CSI untuk tahun
2003. Pelaporan pertama hanya mencakup kegiatan semen saja, namun tentu
diharapkan bahwa pelaporan selanjutnya akan mencakup semua kegiatan dari
perusahaanperusahaan CSI.
14
¾ Manajemen Kesehatan & Keselamatan
Sebagaimana dijanjikan dalam Agenda tindakan, TF3 saat ini telah membuat draft
study kompilasi mengenai praktek‐praktek yang baik/percontohan dalam bidang K3
di industri semen. Dokumen ini menggariskan bagaimana Manajemen K3 dapat
danseharusnya dicapai tanpa menjadi beban berlebihan, dokumen ini memberikan
panduan praktis mengenai praktek yang baik dari prosedur keselamatan dalam
industri semen berdasarkan pengalaman yang ada dan berfokus pada kejadian fatal
yang dilaporkan serta hasil investigasi dari penyebab kecelakaan.
Pimpinan di seluruh dunia telah menyadari bahwa sistem keselamatan yang dikelola
dengan baik akan memberikan strategi operasional untuk meningkatkan
manajemen secara keseluruhan. Dalam tahun‐tahun terakhir organisasi‐organisasi
utama secara signifikan telah menemukan bahwa aplikasi dan tehnik manajemen
keselamatan bukan hanya mengurangi cidera dan penyakit namun juga terjadi
peningkatan yang dapat terukur dalam hal efisiensi, kualitas dan produktifitas.
¾ Menggunakan standar K3 secara proaktif.
15
Konsultan manajemen terkemuka telah menekankan : “Jika Anda tidak dapat
mengukurnya, anda tidak dapat menegelolanya”. Inti dari manajemen keselamatan
adalah mengukur kinerja dalam terminologi yang dapat diukur dan obyektif.
Perusahaan‐perusahaan terkemuka secara standar menilai proses mereka untuk
menentukan apakah mereka telah cukup melakukan pengendalian resiko yang ada.
Walaupun mereka mendata ukuran keselamatan setelah ada konsekuensi atas
kenyataan seperti yang diminta misalnya oleh OHSA recordable rates dan lost time
rate, mereka tidak hanya mengandalkan laporan tersebut pada ”trailing
indicator”
¾ Meminta para Eksekutif secara langsung memimpinnya
¾ Sistem Manajemen Kesehatan & Keselamatan Kerja (K3)
Persyaratan umum Sistem Manajemen K3
Ruang lingkup yang tepat dari Sistem Manajemen K3 bervariasi tergantung pada
perusahaan, negara dan faktor lokal lainnya tetapi secara umum mensyaratkan :
• Adanya suatu kebijakan K3
• Struktur organisasi untuk menerapkam kebijakan di atas
• Program implementasi
• Metode untuk mengevaluasi keberhasilan penerapan dan adanya umpan
balik
• Rencana tindakan perbaikan untuk peningkatan secara berkesinambungan.
• Dokumen ILO –OHS 2001 menentukan elemen‐elemen ini secara detail.
• Tergantung pada tiap Perusahaan untuk mengadaptasinya dalam tujuan K3
• korporasi yang lebih khusus.
16
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sumberdaya manusia terampil, profesional, dan berprestasi adalah dambaan
semua perusahaan dan organisasi lain termasuk negara Jepang dan Singapura
membuktikan bahwa pembangunan sebuah negara tidak tergantung pada kekayaan
berupa sumberdaya alam yang melimpah. Manajemen kinerja dalam suatu
pekerjaan akan memberi kemudahan dalam mengelola sumber daya manusia
organisasi, agar berkembang dan mengalami kepuasan kerja, serta memberi kinerja
yang prima.
B. Saran
• Lingkungan : Kekuatan lingkungan yang sangat berperan dalaam persaingan
yang semakin meningkat, perubahan teknologi dan perubahan femografi
tenaga kerja
• Sejarah dan kultur organisasi : Budaya organisasi yang berorientsi pada
sumberdaya manusia yang kuat mampu mengembangkan hubungan alamiah
antara kegiatansumber daya manusia dengan perencanaan strategis.
• Strategis : Strategi pemusatan pada satu jenis bisnis inti dapat memacu
potensi bagi terciptanya hubungan perencanaan strategis dengan sumber
daya manusia yang semakin integratis karena memungkinkan
dikembangkannya dan diterapkannya program dan sistem sumber daya
manusia di seluruh perusahaan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Mondy, Wayne R. and Noe II, Robert M., 2005. Human Resource Management,
Boston : Allyn and bacon. Noe R. A., Hollen beck, etc. 2006. Human Resource
Management. Mc. Graw‐Hill Internasional.
http://www.pasamankab.go.id/index.php/artikel/48‐kepemimpinan/140‐desain‐
pekerjaan‐dan‐analisis‐pekerjaan‐.html
http://www.ilo.org/public/english/protection/safework/managmnt/guide.htmInte
rnational Finance Corporation Environmental, Health & Safey Guideline :
‐
http://ifcln1.ifc.org/ifcext/enviro.nsf/Content/environmentalGuidelineshttp://ifcln
1.ifc.org/ifcext/enviro.nsf/AttachmentsByTitle/guiOHS/$FILE/OHSguideline.pdf
Draft Standard OHSAS 18001 untuk Keselamatan dan Kesehatan :
‐ http://www.ohsas‐18001‐occupational‐heatlh‐and safety.com/index.htm
Lembaga Eropa untuk Keselamatan & Kesehatan Kerja :
‐ http://agency.osha.eu.int/publications/reports/307/enindex.htm
‐ http://sultanblack.blogspot.com/
18