Anda di halaman 1dari 3

ANDI NURPATI

“Maju tatu, mundur ajur”

Hari hari terakhir ini media dikejutkan dengan isu anggota KPU, Andi Nurpati yang

dipasang dalam kepengurusan Partai Demokrat. Padahal dia ini salah satu anggota KPU

yang masih aktif dan mestinya akan aktif terus sampai tahun 2012 kalau tidak ada

halangan.

Menjadi salah satu pengurus partai jelas merupakan halangan bagi anggota KPU untuk

terus duduk disana. Jangankan menjadi pengurus partai, menjadi anggota partai saja

dilarang. Sementara aturan bagi KPU menyatakan bahwa anggota berhenti bila

meninggal dunia atau diberhentikan karena tidak lagi memenuhi syarat lagi sebagai

anggota KPU. Tidak ada peluang sama sekali bagi KPU untuk mengundurkan diri.

Andi Nurpati pribadi telah berwacana bahwa ia secara otomatis akan berhenti bila surat

keputusan Partai demokrat telah keluar. Tentu saja disebabkan dia tidak lagi memenuhi

syarat sebagai anggota KPU.

Kasus pengunduran diri ini sebenarnya bukan yang pertama kali terjadi. Tercatat

misalnya Andi Malarangeng. Dan dulu tidak seramai sekarang. Lalu sekarang apa

sebenarnya yang diributkan?

Pertama, dulu pada tahun 2009 saat pemilu legislatif dan pemilu presiden muncul gosip

bahwa KPU tidak netral, dan sedikit menguntungkan pemenang pemilu saat itu.

Meskipun hal ini telah dijawab dan “dijamin” oleh para anggota KPU bahwa gosip itu

tidak benar, namun ingatan orang muncul kembali manakala salah seorang anggota KPU

ditunjuk menjadi pengurus partai pemenang itu. Jadi secara nalar ini ada benarnya,

dengan justify balas budi atau apalah namanya.

Kedua, Andi Nurpati dituduh mengambil kebijakan yang tidak clear di Toli-toli.

Meskipun partai yang diuntungkan bukan Partai Demokrat, kasus di Toli-toli ditengarai
mengandung makna bahwa KPU tidak netral. Kasus inipun telah dijawab oleh para

anggota KPU bahwa kasus ini tidak terkait dengan kenetralan KPU dan pengambilan

keputusan bakan dari Andi Nurpati saja.

Ketiga, kasus ini disoroti sebagai masalah moral etika sebagai anggota sebuah lembaga

yang sangat diharapkan netral dan mandiri. KPU memiliki banyak rahasia yang banyak

terkait dengan pengambilan kebijakan, teknik-teknik dan metode dalam manajemen

pemilu yang apabila diketahui oleh pengurus partai dapat digunakan untuk mensiasati

aturan-aturan pemilu. Sehingga seorang anggota KPU dianggap tidak patut bila berhenti

dan masuk partai. Beberapa pakar bahkan menilai tidak patut andaipun dilakukan setelah

selesai tugasnya di KPU.

Bola sudah bergulir, tidak ubahnya piala dunia kali ini. Tampaknya Andi Nurpati masuk

pada wilayah yang disebut “menghadapi buah simalakama”. Diteruskan menjadi

pengurus Partai Demokrat dihujat, mau kembali ke KPU jelas tidak akan dipercaya lagi.

Kalau istilah “maju kena mundur kena” kurang pas karena “kena” bisa bermakna

menguntungkan. Sedangkan dalam kasus ini lebih mungkin dua-duanya susah.

Sedangkan dia sudah memasuki wilayah yang sulit. Barangkali ungkapan bahasa jawalah

yang pas “ maju tatu, mundur ajur” yang terjemahaannya “ maju luka parah, mundur

hancur”

Ringkas kata, pilihan untuk jalan terus berdampak tidak saja tidak baik pada dirinya

sendiri tapi juga pada partai Demokrat dan juga anggota KPU lainnya serta KPU sebagai

lembaga. Masyarakat dapat menilai siasat partai Demokrat dengan memasang orang-

orang eks KPU untuk mengkaji strategi pemilu yang akan datang. Bukankah Anas

Urbaningrum dan Andi Malarangeng pernah di KPU.


Anggota KPU lainnya jadi terkena imbas dengan penilaian negatif kasus Asndi Nurpati

sehingga wacana di DPR untuk mengganti seluruh anggota KPU sesegera mungkin jadi

memiliki alasan penalaran yang bertambah kuat. Lembaga KPU pun mendapatkan

bagiannya sendiri. Wacana di berbagai media mengarah pada pengetatan terhadap

undang-undang yang mengatur KPU dan anggota KPU dimasa yang akan datang.

Diantaranya, anggota tidak diperkenankan kemudian menjadi pejabat publik bahkan

setelah selesai tugas sekalipun. Dan bila dilanggar harus mengembalikan uang

kehormatan yang pernah diterima.

Bila ini diwacanakan barangkali nanti banyak anggota KPU di provinsi, kabupaten dan

kota yang berhenti cepat-cepat, karena keluhan mereka terhadap uang kehormatan yang

tidak “cucuk”, tidak manusiawi sudah merebak kemana-mana.

Usulan ketua MK, Mahfud MD agar Andi Nurpati menolak tawaran partai Demokrat dan

Partai demokrat berlapang dada untuk tidak ngotot memasang Andi Nurpati, saat ini

bukan solusi. Karena tentu seandainya ini terjadi tidak ada yang percaya Andi Nurpati

masih layak di KPU.

<Melathi Hingar>

Data Penulis

NAMA Melathi Hingar


ALAMAT Condongsari C-45 Condongcatur Depok Sleman Yogyakarta
Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas
PEKERJAAN
Gadjahmada
NO TELEPON 0274 485319 HP 08562851381
REKENING BANK Bank Mandiri 1370004235038

Anda mungkin juga menyukai