Riwayat Kelahiran
Persalinan lama♣
Persalinan dengan tindakan (ekstraksi cunam/vakum, seksio sesarea)♣
Ketuban pecah dini♣
Air ketuban hijau kental♣
2. Infeksi Intranatal
Infeksi melalui cara ini lebih sering terjadi dari pada cara yang lain. Kuman dari vagina
naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah ketuban pecah. Ketuban pecah lama
mempunyai peran penting dalam timbulnya plasentitis dan amnionitis. Infeksi dapat pula
terjadi walaupun ketuban masih utuh, misalnya pada partus lama. Janin kena infeksi
karena mengihalasi liquor yang septic sehingga kuman-kuman memasuki peredaran
darahnya dan meyebabkan septicemia (keracunan darah oleh bakteri patogenik).
3. Infeksi postnatal
Infeksi ini terjadi sesudah bayi lahir lengkap dan biasanya merupakan infeksi yang
menyebabkan kematian terjadi sesudah bayi lahir sebagai akibat penggunaan alat, atau
perawatan yang tidak steril.
Infeksi pada bayi cepat sekali meluas menjadi infeksi umum, sehingga gejalanya tidak
tampak lagi. Walaupun demikian diagnosis dini dapat dibuat kalau kita cukup waspada
bahwa kelainan tingkah laku bayi dapat merupakan tanda-tanda permulaan infeksi umum.
Kalau bayi BBLR selama 72 jam pertama tidak menunjukkan gejala-gejala penyakit
tertentu, tiba-tiba tingkah lakunya berubah, maka mungkin hal ini disebabkan oleh
infeksi, melalui gejalanya :
Malas minum, gelisah, frekuensi pernapasan meningkat, berat badan tiba-tiba turun,
pergerakan kurang, diare, dan kejang.
2. Cara Khusus
Pemberian antibiotika hanya dibolehkan untuk tujuan dan indikasi yang jelas. Dalam
beberapa hal, misalnya ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam), air ketuban keruh, infeksi
umum pada ibu, partus lama dengan banyak tindakan intravaginal, resusitasi yang berat,
dan sebagainya sering timbul keragu-raguan apakah akan diberi antibiotika secara
prifilaktik. Di satu pihak penggunaan antibiotika yang banyak dan tidak terarah dapat
menyebabkan timbulnya strain kuman yang bertahan dan penumbuhan furqus yang
berlebihan, misalnya candida albicans. Sebaliknya, pemberian antibiotika terlambat pada
penyakit infeksi neonatus, sering mengakibatkan kematian. Berdasarkan hal-hal di atas
dapat dipakai kebijaksanaan sebagai berikut :
a. Kalau kemampuan pengamatan klinik dan monitoring laboratorium cukup baik,
sebaiknya tidak perlu diberi antibiotika sebagai pencegahan, antibiotika baru diberikan
kalau terdapat tanda-tanda infeksi.
b. Kalau kemampuan tersebut tidak ada, maka dapat dipertanggungjawabkan untuk
mermberi antibiotika sebagai pencegahan berupa ampisilin 100 mg/kg berat badan dan
Kanamisin 15 mg/kg berat badan selama 3 hari sebagai pengganti kanamisin dapat
dipakai gentamisin
Selain hal-hal yang telah diterangkan di atas, petugas yang merupakan carrier kuman
tertentu, misalnya E. Coli Patogen, harus berhati-hati dalam menjalankan tugas
perawatan. Masih merupakan persoalan yang belum terpecahkan apakah carrier ini harus
dilarang bekerja di tempat perawatan bayi atau harus diobati dahulu. Namun selama
syarat aseptik dan antiseptik diperhatikan, kemungkinan bahwa petugas tersebut
menularkan penyakit berkurang.
Pencegahan
Vaksin rubella merupakan bagian dari imunisasi rutin pada masa kanak-kanak. Vaksin
MMR diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun.
Wanita usia subur bisa menjalani pemeriksaan antibody untuk rubella. Jika tidak
memiliki antibody, diberikan imunisasi dan baru boleh hamil 3 bulan setelah
penyuntikan. Vaksinasi sebaiknya tidak diberikan ketika ibu sedang hamil atau kepada
orang yang mengalami gangguan system kekebalan akibat kanker, terapi kortikosteroid
maupun terapi penyinaran.
Diposkan oleh pestarotua di 19:33
0 komentar:
Poskan Komentar
kehamilan ektopik
kehamilan ektopik
Pengikut
Arsip Blog
• ▼ 2009 (7)
o ▼ Mei (3)
PENCEGAHAN INFEKSI PADA BAYI
CAMPAK
o ► April (4)
KONSEP KEBIDANAN PADA IBU DENGAN KEHAMILAN
EKTOPIK...
ASUHAN PADA HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
“BROKOPNEUMONI”.
PENEMUAN TERBARU MENGENAI KANKER HATI
Mengenai Saya
pestarotua
Lihat profil lengkapku