Anda di halaman 1dari 7

pestarotua

Senin, 2009 Mei 18


PENCEGAHAN INFEKSI PADA BAYI

Bayi Baru Lahir Beresiko Tinggi Terinfeksi Apabila Ditemukan


Ibu menderita eldampsia♣
Ibu dengan diabetes mellitus♣
Ibu mempunyai penyakit bawaan♣

Riwayat Kelahiran
Persalinan lama♣
Persalinan dengan tindakan (ekstraksi cunam/vakum, seksio sesarea)♣
Ketuban pecah dini♣
Air ketuban hijau kental♣

Riwayat Bayi Baru Lahir


Trauma lahir♣
Lahir kurang bulan♣
Bayi kurang mendapat cairan dan kalori♣
Hipotermia pada bayi♣

Infeksi Pada Neonatus


Infeksi pada neonatus lebih sering ditemukan pada bayi berat badan lahir rendah.
Patogenesis
Infeksi pada neonatus dapat melalui beberapa cara. Blame (1961) membaginya dalam 3
golongan :
1. Infeksi antenatal
Kuman mencapai janin melalui peredaran darah ibu ke placenta. Disini kuman itu
melewati batas placenta dan mengadakan perkembangbiakan. Infeksi ini bisa masuk ke
janin melalui vena umbilikalis. Kuman memasuki janin melalui beberapa jalan, yaitu :
a. Virus : rubella
b. Spirokaeta : sifilis
c. Bakteria

2. Infeksi Intranatal
Infeksi melalui cara ini lebih sering terjadi dari pada cara yang lain. Kuman dari vagina
naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah ketuban pecah. Ketuban pecah lama
mempunyai peran penting dalam timbulnya plasentitis dan amnionitis. Infeksi dapat pula
terjadi walaupun ketuban masih utuh, misalnya pada partus lama. Janin kena infeksi
karena mengihalasi liquor yang septic sehingga kuman-kuman memasuki peredaran
darahnya dan meyebabkan septicemia (keracunan darah oleh bakteri patogenik).
3. Infeksi postnatal
Infeksi ini terjadi sesudah bayi lahir lengkap dan biasanya merupakan infeksi yang
menyebabkan kematian terjadi sesudah bayi lahir sebagai akibat penggunaan alat, atau
perawatan yang tidak steril.

Infeksi pada bayi cepat sekali meluas menjadi infeksi umum, sehingga gejalanya tidak
tampak lagi. Walaupun demikian diagnosis dini dapat dibuat kalau kita cukup waspada
bahwa kelainan tingkah laku bayi dapat merupakan tanda-tanda permulaan infeksi umum.
Kalau bayi BBLR selama 72 jam pertama tidak menunjukkan gejala-gejala penyakit
tertentu, tiba-tiba tingkah lakunya berubah, maka mungkin hal ini disebabkan oleh
infeksi, melalui gejalanya :
Malas minum, gelisah, frekuensi pernapasan meningkat, berat badan tiba-tiba turun,
pergerakan kurang, diare, dan kejang.

Pencegahan Infeksi Pada Bayi


Cara pencegahan infeksi pada neonatus dibagi sebagai berikut :ϖ
1. Cara Umum
a. Pencegahan infeksi bayi sudah harus dimulai dalam masa antenatal. Infeksi ibu harus
diobati dengan baik misalnya infeksi umum, lokarea, dll. Dalam kamar bersalin harus ada
pemisahan yang sempurna antara bagian yang septik dan bagian yang aseptik. Pemisahan
ini mencakup ruangan, tenaga perawatan, alat kedokteran dan alat perawatan. Ibu yang
akan melahirkan sebelum masuk kamar bersalin sebaiknya dimandikan dahulu dan
memakai baju khusus untuk kamar bersalin.
Pada kelahiran bayi harus diberi pertolongan secara aseptik. Suasana kamar bersalin
harus sama dengan kamar operasi. Alat yang digunakan untuk resusitasi harus steril.
b. Dalam bangsal bayi pun harus ada pemisahan yang sempurna antara bayi yang baru
lahir dengan partus aseptik. Pemisahan ini harus mencakup tenaga, fasilitas perawatan,
dan alat-alat. Selain itu, harus terdapat kamar isolasi untuk bayi yang perlu diasingkan.
Perawat harus mendapatkan pendidikan khusus dan mutu perawatannya harus lebih tinggi
daripada yang merawat bayi lebih tua. Apalagi kalau bangsal perawatan bayi itu
merupakan suatu special care nursery. Sebelum dan sesudah memegang bayi perawat
harus mencuci tangan. Mencuci tangan sebaiknya memakai sabun antiseptik atau sabun
biasa saja asal cukup lama (1 menit). Dalam ruangan petugas harus memakai jubah sterik,
sandalkhusus; di dalam ruangan tidak boleh banyak bicara. Kalau perawat atau dokter
menderita penyakit saluran pernafapasan bagian atas, ia tidak boleh masuk ruangan.
Dapur susu harus bersih dan cara mencapur susu harus aseptik. Pengunjung yang mau
melihat bayi harus memakai masker dan jubah, atau sebaiknya melihat bayi melalui
jendela kaca.
Air susu ibu yang dipompa sebelum diberikan kepada bayi harus dipasteurisasi. Setiap
bayi harus mempunyai tempat sendiri untuk pakaian, termometer obat-obatan, kasa dan
lain-lain. Inkubator harus selalu dibersihkan. Lantai ruangan setiap hari dibersihkan
benar-benar, dan setiap minggu dicuci dengan menggunakan antiseptikum.

2. Cara Khusus
Pemberian antibiotika hanya dibolehkan untuk tujuan dan indikasi yang jelas. Dalam
beberapa hal, misalnya ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam), air ketuban keruh, infeksi
umum pada ibu, partus lama dengan banyak tindakan intravaginal, resusitasi yang berat,
dan sebagainya sering timbul keragu-raguan apakah akan diberi antibiotika secara
prifilaktik. Di satu pihak penggunaan antibiotika yang banyak dan tidak terarah dapat
menyebabkan timbulnya strain kuman yang bertahan dan penumbuhan furqus yang
berlebihan, misalnya candida albicans. Sebaliknya, pemberian antibiotika terlambat pada
penyakit infeksi neonatus, sering mengakibatkan kematian. Berdasarkan hal-hal di atas
dapat dipakai kebijaksanaan sebagai berikut :
a. Kalau kemampuan pengamatan klinik dan monitoring laboratorium cukup baik,
sebaiknya tidak perlu diberi antibiotika sebagai pencegahan, antibiotika baru diberikan
kalau terdapat tanda-tanda infeksi.
b. Kalau kemampuan tersebut tidak ada, maka dapat dipertanggungjawabkan untuk
mermberi antibiotika sebagai pencegahan berupa ampisilin 100 mg/kg berat badan dan
Kanamisin 15 mg/kg berat badan selama 3 hari sebagai pengganti kanamisin dapat
dipakai gentamisin
Selain hal-hal yang telah diterangkan di atas, petugas yang merupakan carrier kuman
tertentu, misalnya E. Coli Patogen, harus berhati-hati dalam menjalankan tugas
perawatan. Masih merupakan persoalan yang belum terpecahkan apakah carrier ini harus
dilarang bekerja di tempat perawatan bayi atau harus diobati dahulu. Namun selama
syarat aseptik dan antiseptik diperhatikan, kemungkinan bahwa petugas tersebut
menularkan penyakit berkurang.

Tindakan Pencegahan Infeksi Pada Bayi Secara Umum


Perawatan Umumϖ
Cara mengurangi resiko infeksi pada bayi sesudah lahir, petugas kesehatan harus
melakukan tindakan sebagai berikut :
♣ Gunakan sarung tangan dan celemek plastik atau karet waktu memegang bayi baru
lahir sampai dengan kulit bayi bersih dari darah, mekonium dan cairan.
Bersihkan darah dan cairan tubuh bayi lainnya dengan menggunakan kapas yang
direndam di dalam air hangat kemudian keringkan.♣
Bersihkan pantat dan daerah sekitar anus bayi setiap selesai mengganti popok.♣
Gunakan sarung tangan waktu merawat tali pusat.♣
Ajari ibu merawat payudara dan bagaimana cara mengurangi trauma pada payudara dan
puting agar tidak terjadi mastitis.♣

Teknik Aseptik Untuk Melakukan Tindakan


Teknik aseptik memuat tindakan menjadi lebih aman baik bagi bayi baru lahir maupun
tenaga kesehatan dengan mengurango atau menghilangkan jumlah mikroorganisme di
kulit, jaringan atau benda mati ketingkat yang lebih aman. Ini meliputi aspek-aspek
sebagai berikut :
Cuci tangan selama 3-5 menit dengan menggunakan sikat yang lembut dan sabun
antiseptik♣
Kenakan sarung tangan steril/sarung tangan yang disinfeksi tingkat tinggi.♣
♣ Siapkan kulit untuk dilakukan tindakan dengan mencuci menggunakan cairan
antiseptic dengan gerakan melingkar, gerakan dari sentral ke luar seperti membentuk
spiral
Bila ragu-ragu apakah peralatannya terkontaminasi atau tidak, anggaplah tidak
terkontaminasi♣

Cairan Antiseptik Dan Disinfektan


Cairan antiseptik digunakan untuk kulit dan biasanya tidak sekuat disinfektan♣
Cairan disinfektan digunakan untuk dekontaminasi alat atau barang yang terkontaminasi
derajat tinggi♣

Cara Mencegah Kontaminasi Cairan Antiseptik Dan Disinfektan


Bila perlu pengenceran, hanya menggunakan air yang dimasak♣
Jaga jangan sampai mulut botol besar tempat cairan terkontaminasi waktu menuangkan
cairan ke botol / tempat yang lebih kecil♣
Kosongkan dan cuci tabung dengan sabun dan air kemudian keringkan di udara terbuka
paling tidak seminggu sekali♣
Tuangkan cairan antiseptik ke atas gulungan kapas / kain kasa, jangan mencelupkan
kapas / kain kasa ke dalam cairan antiseptik♣
Simpan cairan di tempat yang dingin dan gelap♣

Cara Lain Untuk Mencegah Infeksi


Ruang perawatan bayi resiko di lokasi area yang tidak terlalu banyak dilewati orang dan
jalur masuknya terbatas♣
Bila mungkin, sediakan ruangan khusus untuk bayi baru lahir♣
♣ Yakinkan bahwa tenaga yang berhubungan langsung dengan bayi baru lahir telah di
imunisasi rubella, campak, hepatitis B dan parotitis serta mendapat vaksin influenza
setiap tahun
Tenaga yang mempunyai lesi / infeksi kulit tidak boleh datang dan berhubungan
langsung dengan bayi baru lahir♣
♣ Pengunjung atau staf yang sedang menderita infeksi akut (misalnya virus pernafasan)
tidak diperbolehkan masuk ke ruang perawatan bayi resiko tinggi
Hindari / jangan meletakkan dua bayi dalam boks atau inkubator yang sama♣
Batasi jumlah tenaga yang menangani bayi♣

Botol Injeksi Yang Dipakai Ulang


Gunakan semprit dan jarus yang baru setiap menyedot obat dari botol injeksi atau tabung
yang dipakai ulang♣
♣ Simpan botol injeksi yang dipakai ulang sesuai dengan instruksi (misalnya simpan di
tempat yang gelap, dingin, atau lemari es) catat tanggal dan waktu botol injeksi yang
dipakai ulang tersebut dibuka
♣ Jangan memakai ulang obat dalam ampul terbuka untuk beberapa bayi. Obat menjadi
tidak stabil dan tidak dapat mencegah kontaminasi
Buang cairan pelarut (misalnya garam fisiologis) sesudah 24 jam♣

Mencegah Infeksi Nosokomial


Untuk infeksi kulit atau mata dan diare (injeksi nosokomial yang paling sering terjadi di
bangsal bayi baru lahir). Perhatikan cara-cara berikut :
Letakkan bayi bersama ibunya dalam angan tersendiri♣
Bila memasuki ruangan bayi♣
Gunakan sarung tangan yang bersih dan ganti sarung tangan sesudah kontak dengan
benda infeksius¬
¬ Pakailah gaun atau jas luar bila memasuki ruang bayi yang menderita diare / sedang
mengeluarkan nanah dari kulit bayi atau bayi dengan infeksi mata
Sebelum keluar ruangan :¬
o Lepaskan gaun atau jas luar sebelum keluar ruangan
o Lepas sarung tangan
o Cuci tangan dengan cairan anti bakteri atau larutan pencuci tangan berbasis alcohol
o Sesudah melepas jas atau gaun luar atau sarung dan cuci tangan, maka jangan
menyentuh benda atau permukaan yang potensial untuk terjadinya kontaminasi sebelum
keluar ruangan, dan yakinkan bahwa baju yang dipakai tidak terkontaminasi banda
tersebut
o Batasi pemindahan bayi ke ruang lain dalam rumah sakit, kecuali mutlak diperlukan
o Selama proses pemindahan berlangsung, tetap perhatikan penatalaksanaan pencegahan
infeksi
o Bila memungkinkan sediakan cadangan alat yang tidak terkontaminasi (misalnya
stetoskop, thermometer) dan hanya dipakai untuk bayi yang terinfeksi

Salah Satu Contoh Infeksi Yang Disebabkan Oleh Virus


Penyebabϖ
Penyebabnya adalah virus.
Virus Rubella ditularkan melalui percikan ludah penderita atau karena kontak dengan
penderita. Penyakit ini juga ditularkan dari ibu hamil kepada janin yang berada di dalam
kandungannya.
Penderita bisa menularkan penyakit ini pada saat 1 minggu sebelum munculnya ruam
sampai 1 minggu setelah ruam menghilang. Bayi baru lahir yang terinfeksi ketika masih
berada dalam kandungan, selama beberapa bulan setelah lahir, bisa menularkan penyakit
ini. Kekebalan seumur hidup diperoleh setelah menderita penyakit ini. Wabah bisa terjadi
dengan interval 6-9 tahun.
Sindroma rubella congenital terjadi pada 25 % atau lebih bayi yang baru lahir dari ibu
yang menderita rubella pada trimester pertama. Jika ibu menderita infeksi ini setelah
kehamilan berusia lebih dari 20 minggu, jarang terjadi kelainan bawaan pada bayi.
Kelainan bawaan yang bisa ditemukan pada bayi baru lahir adalah tuli, katarak,
mikrosefalus, keterbelakangan mental, kelainan jantung bawaan dan kelainan lainnya.
Gejala
Gejala mulai timbul dalam waktu 14-21 hari setelah terinfeksi. Pada anak-anak, gejalanya
diawali dengan rasa tidak enak

Pencegahan
Vaksin rubella merupakan bagian dari imunisasi rutin pada masa kanak-kanak. Vaksin
MMR diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun.
Wanita usia subur bisa menjalani pemeriksaan antibody untuk rubella. Jika tidak
memiliki antibody, diberikan imunisasi dan baru boleh hamil 3 bulan setelah
penyuntikan. Vaksinasi sebaiknya tidak diberikan ketika ibu sedang hamil atau kepada
orang yang mengalami gangguan system kekebalan akibat kanker, terapi kortikosteroid
maupun terapi penyinaran.
Diposkan oleh pestarotua di 19:33

0 komentar:

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Halaman Muka


Langgan: Poskan Komentar (Atom)

kehamilan ektopik

kehamilan ektopik

Pengikut

Arsip Blog
• ▼ 2009 (7)
o ▼ Mei (3)
 PENCEGAHAN INFEKSI PADA BAYI
 CAMPAK
o ► April (4)
 KONSEP KEBIDANAN PADA IBU DENGAN KEHAMILAN
EKTOPIK...
 ASUHAN PADA HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
 “BROKOPNEUMONI”.
 PENEMUAN TERBARU MENGENAI KANKER HATI

Mengenai Saya

pestarotua
Lihat profil lengkapku

Anda mungkin juga menyukai