Anda di halaman 1dari 10

Kasus

Duta Besar Indonesia untuk Yunani Ahmad Rusdi menjelaskan, saat ini
Kedubes RI terus merampungkan agenda para wakil rakyat di negeri para dewa
tersebut. Sudah ada empat agenda utama yang disusun KBRI Athena untuk para
politikus.

1. Badan Kehormatan (BK) DPR RI akan bertemu dengan ketua parlemen


Yunani.
2. BK DPR RI akan mengadakan pertemuan dengan komisi etik parlemen
Yunani.
3. BK DPR akan berdialog dengan sejumlah fraksi di parlemen.
4. BK dijadwalkan mengunjungi sejumlah objek wisata di Athena
maupun di kota lainnya.

Rusdi lalu menjelaskan bahwa sudah ada kerja sama antarparlemen sejak
2008. Nama kerja sama itu Friendship Group Between Hellenic Parliament and
Indonesia Parliament. Dewan perwakilan kedua negara pun membentuk
Kelompok Kerja Bilateral DPR.

"Saling berkunjung itu hal yang wajar," kata Rusdi dengan nada hati-hati.
Ia lalu menggambarkan tahun lalu mantan ketua MPR Hidayat Nur Wahid pun
datang ke Yunani. Hidayat bahkan diterima presiden hingga ketua parlemen
Yunani.

Ketika ditanya apakah perlu belajar etika parlemen jauh-jauh ke Yunani,


Rusdi menjawab, pada dasarnya hubungan bilateral kedua negara tetap harus
dibina. Indonesia dan Yunani sejauh ini saling mendukung di pentas
internasional.

Soal materi studi banding berupa 'etika' parlemen, menurutnya sah-sah


saja. "Beda kalau hanya belajar dari buku dengan melihat langsung ke sini. Di sini
kan tempat lahirnya filsuf macam Plato, Socrates, dan Aristoteles, jadi saya rasa
banyak yang bisa dipelajari dari parlemen Yunani."

Bagaimana dengan jadwal jalan-jalan anggota DPR? Rusdi menjabarkan,


sejauh ini yang sudah diagendakan adalah keliling wisata Kota Athena yaitu
mengunjungi museum, situs Acropolis, situs Pathernon. Kunjungan wisata ke luar
kota Yunani masih digodok oleh KBRI dan agen perjalanan setempat.

"Anggota parlemen patut belajar banyak dari pariwisata Yunani. Karena


manajemen pariwisata di sini bisa dijadikan contoh pengelolaan wisata di
Indonesia," katanya. Sebagai gambaran umum, ia menjelaskan, Yunani
berpenduduk 11,2 juta jiwa namun mereka sanggup menarik wisatawan hingga
15 juta orang per tahun.

Di Jakarta, rencana kepergian BK DPR ke Yunani menambah panjang


daftar kontroversi pelesiran wakil rakyat ke luar negeri. Sebelum ini, sudah ada
kunjungan kerja Panitia Kerja RUU Pramuka ke Afrika Selatan, Panja RUU
Hortikultura ke Belanda, hingga Panja RUU Keimigrasian ke Inggris. Seluruh
kunjungan menuai protes keras dari masyarakat karena dianggap tak efektif dan
hanya buang-buang uang.

Untuk ke Yunani pun, Wakil Ketua BK DPR Nudirman Munir yakin banyak
yang bisa dipelajari oleh politikus Indonesia, terutama soal etika. Seperti apa
bentuk etika itu? "BK DPR perlu melihat langsung bagaimana anggota parlemen
Yunani bekerja, di saat rapat atau sekadar lobi. Kita melihat aturan soal anggota
dewan yang merokok, soal aturan pakaian, atau cara berbicara anggota dewan
saat mereka berbeda pendapat," jelas Nudirman yang berasal dari Fraksi Golkar.

Lucunya, Ketua BK DPR Gayus Lumbuun menolak ikut serta dalam


rombongan. Bagi politikus FPDIP ini, studi banding etika parlemen ini tak ada
gunanya. "Menurut pendapat saya kepergian mereka tidak bermanfaat."
Menurut Gayus, belajar etika tidak perlu jauh-jauh pergi ke Yunani. BK DPR
cukup membedah literatur yang ada atau bekerja sama dengan kedutaan besar
yang ada di Indonesia.

Ini pula yang disarankan pengamat politik dari Universitas Airlangga,


Airlangga Pribadi. Ia mengatakan, mencari perbandingan praktik parlemen di
Indonesia dengan parlemen negara lain sesungguhnya dapat dicari di jurusan
politik di kampus manapun di Indonesia. "Cukup kontak akademisi, kita nanti
sharing," katanya.

Sembari tertawa Airlangga kemudian mengatakan, rencana kunjungan


kerja BK ke Yunani merupakan tindakan yang merugikan negara. "Mengada-ada,
ini menghamburkan uang negara saja," ucapnya.

Etika sebagai anggota dewan, sambungnya, seharusnya dipelajari lewat


praktik langsung ke konstituen mereka di daerah. Ia juga melihat, problem etika
bukanlah hal prioritas bagi DPR. Sebaliknya, hal terpenting bagi anggota dewan
adalah bagaimana memperkuat hubungan dengan konstituen. Sehingga,
lembaga parlemen bisa menyerap proses politik lewat masukan dari publik. ed:
stevy maradona.
Analisa Kasus (Berisikan pandangan dan pendapat saya)

Kunjungan ke Yunani dinilai salah sasaran

Ada beberapa pertanyaan yang dapat dijawab oleh para anggota BK DPR
RI sebelum melakukan studi banding ke Yunani dan hasil perjalanan tersebut
seharusnya mampu menjawab pertanyaan ini, karena saya menilai jika
perjalanan tersebut belum mampu menjawab pertanyaan ini, maka lebih baik
studi banding dibatalkan atau dialihkan ke negara lain yang lebih bagus etika nya
baik dalam parlemen dan sebagainya.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut menurut saya adalah :

1. Apakah Yunani adalah negara yang tepat untuk dikunjungi padahal


Yunani yang sekarang tidak Berjaya dibanding Yunani yang dikenal dahulu
kala?
2. Bagaimana dengan etika Indonesia yang telah dibangun dengan
berasaskan Pancasila, bukankah etika Indonesia lebih berkelas dibanding
etika negara lain, jika memang tetap ingin melakukan studi banding,
apakah tidak lebih baik BK DPR RI memilih negara yang memang terbukti
pemerintahannya seperti Jepang, Inggris, Amerika Serikat, Iran, Turki?

Bukan patokan

Jika alasan kunjungan kerja adalah belajar etika, negara seperti Jepang
dinilai lebih layak untuk dikunjungi. Kalau mau belajar etika yang luhur ya ke
Jepang, di sana anggota dewan yang gagal ambil langkah bunuh diri.

Yunani tidak bisa dijadikan patokan (benchmark) etika. Alasannya, saat ini
Yunani sedang berada dalam keterpurukan. Di benua Eropa, kata Sebastian,
Yunani adalah negara terkorup. Bahkan, menurut dia, BK DPR cukup belajar etika
dari rakyat sendiri. Di negara kita ada masyarakatnya yang rela bunuh diri
ketimbang mencuri untuk makan. Itu etika tertinggi. BK DPR tidak layak
melakukan kunjungan ke luar negeri saat ini. Alasannya, selama setahun
belakangan ini, BK DPR disibukkan oleh konflik internal sehingga menelantarkan
laporan aduan masyarakat. Waktu kerja yang banyak habis untuk konflik internal
tersebut, kata Sebastian, seharusnya dibayar dengan menyelesaikan pengaduan
masyarakat yang menumpuk.

Anggaran Rp 1,5 miliar yang akan dihabiskan delapan anggota BK DPR


yang pergi ke Yunani setara dengan jaminan kesehatan masyarakat untuk 25 ribu
jiwa. Rencana kepergian BK DPR ke Yunani menambah panjang daftar
kontroversi pelesiran wakil rakyat ke luar negeri. Sebelumnya, kunjungan kerja
Panitia Kerja (Panja) Kepramukaan ke Afrika Selatan, Panja Hortikultura ke
Belanda, hingga Panja RUU Keimigrasian ke Inggris menuai protes keras dari
publik.

Para anggota dewan sebaiknya mempersiapkan semua perencanaan


secara matang sebelum melakukan studi banding ke luar negeri. Alasannya, agar
masyarakat tak menilai kepergian para anggota DPR tak hanya menghamburkan
uang. Di sisi lain, Saya menyarankan agar para anggota dewan menggunakan
sistem studi mikro melalui internet. Tapi, anggota DPR butuh wawasan lebih luas
dengan memilih perbandingan ke luar negeri.

Masalah mental kepemimpinan para dewan RI

Jika kita uraikan masalah-masalah etika yang terjadi di Indonesia, maka


dapat saya simpulkan bahwa kesalahan sebenarnya bukanlah karena negara ini
tidak memiliki etika. Di atas telah saya sebutkan bahwa Indonesia memiliki etika
yang berkelas diantara negara-negara lainnya, etika kita berasaskan pancasila,
dimana etika kita menomorsatukan Tuhan Yang Maha Esa di atas segala-galanya,
bukankah itu sudah cukup mewakili bahwa etika apapun yang ada di negeri ini
dilandasi Tuhan Yang Maha Esa. Dengan dilandasi kekuatan spiritual tentunya
apapun yang dikerjakan oleh kita pasti sesuai dengan hati nurani.
Permasalahan yang ada bukanlah pada etika yang ada, tapi lebih kepada
kepemimpinan dari wakil rakyat yang masih belum terbentuk. Sudah selayaknya
seorang pemimpin melakukan evaluasi diri sebelum meniru atau dalam hal ini
melakukan studi banding ke negara lain. Dewan DPR seharusnya melakukan
evaluasi tentang kepemimpinan mereka yang dipertanyakan dalam menuntun
negeri ini menuju masa depan yang lebih baik.

Kepemimpinan yang baik haruslah dilandasi dengan spiritual yang kuat,


sehingga pemimpin tetap bisa bekerja sesuai dengan hati nurani dan memimpin
pada jalan kebenaran. Sama halnya dengan dewan DPR RI yang dipercaya
memimpin saat ini. Mereka seharusnya melakukan evaluasi diri terlebih dulu,
sadarilah, Indonesia pernah mengalami masa-masa sulit dan memiliki suku yang
beragam, artinya banyak kepala yang memiliki pemikiran berbeda, sehingga yang
kita perlukan adalah pemimpin yang bisa membuat ide pemikiran tersebut
menjadi sebuah kesepakatan yang memakmurkan bangsa dan rakyat Indonesia.

Karakter yang belum terbentuk

Pernahkah kita berpikir kenapa dewan DPR RI yang dipilih menjadi wakil
rakyat sekarang ini ketika terjadi silang pendapat pada saat musyawarah, mereka
menjadi tidak menghargai jalannya musyawarah tetapi memilih untuk berkelahi
di ruang rapat?, mengapa dewan DPR RI bisa tidur pulas saat rapat besar yang
diadakan untuk kepentingan rakyat?, mengapa banyak dewan DPR RI yang tidak
menghadiri rapat yang penting untuk dihadiri dan memilih absen?

Saya berpendapat bahwa semua itu terjadi karena dalam diri dewan DPR
RI belum terbentuk karakter yang kuat (baca : etika) dalam mementingkan nasib
rakyat ke depannya. Karakter yang kuat dalam membangun bangsa ini lebih
diperlukan daripada sekedar studi banding ke Athena, kita tidak perlu
berkunjung ke rumah tetangga untuk membandingkan interior rumah kita
dengan rumah tentangga untuk menjadi lebih baik. Semua itu memang baik,
tetapi jika diri kita sendiri sebagai subjek dalam membangun interior tersebut
tidak memiliki visi dan sikap yang diperlukan untuk membuat semua itu lebih
baik, maka dana yang ada hanya akan terbuang sia-sia.

Hal ini saya kiaskan dengan kejadian yang terjadi saat ini di Indonesia,
dewan DPR RI sepertinya tidak perlu mengeluarkan dana yang banyak (baca :
uang rakyat) untuk melakukan perbaikan dalam negeri, perbaikilah dulu
karakter-karakter dari pemimpin kita, bentuk karakter yang kuat untuk
mementingkan nasib rakyat dan memajukan negeri kita ini terlebih dulu, jika
semua itu sudah dilakukan, hal-hal yang bersifat mendukung perubahan pasti
akan dapat dukungan dari rakyat Indonesia.

Sikap Saya

Kisah klise, namun selalu saja mampu menarik perhatian masyarakat.


Berita tentang berangkatnya sejumlah Anggota DPR-RI ke Yunani untuk
melakukan Studi Banding membuat masyarakat resah dan ada sebagian bahkan
ada yang marah. Hal-hal semacam ini (studi banding) masih dinilai oleh sebagian
besar rakyat sebagai sebuah tindakan sia-sia dan hanya menghambur-
hamburkan uang negara.

Salah satu tujuan anggota DPR itu pergi ke Yunani adalah belajar etika.
Saya kurang paham sebenarnya etika apa sih yang dipelajari di Yunani sana?
Sudah banyak yang menanyakannya, meragukan manfaat yang akan didapatkan
dari perjalanan yang menelan biaya 1,5 Milyar itu.

Dari segi jumlah uang yang begitu besar, tidak sedikit yang merasa itu
adalah sebuah tindakan “buang uang”.

“Uang sebanyak itu jika dikonversikan mampu melingkupi jaminan


kesehatan sekitar 25.000 orang miskin. Belum lagi, insentif sebesar Rp 26 juta
selama 7 hari,” Kata Yuna Farhan, Sekjen Forum Indonesia untuk Transparansi
Anggaran (Fitra).

Kegiatan hambur-hambur uang rakyat ini dinilai juga kurang tepat,


banyak yang dengan nada keras menentang menyatakan bahwa belajar etika
tidak harus ke Yunani. Banyak cara yang lebih efektif dan tentunya lebih hemat
untuk belajar etika.

Sahabat saya menyatakan ada sesuatu yang kurang bisa dimengerti oleh
akalnya tentang belajar etika itu, bagaimana mungkin untuk belajar etika saja
harus ke negeri seberang? Bukankah kita sendiri yang sejak jaman dulu
membanggakan diri dan menyatakan sebagai orang timur yang memiliki
keramahan, kesopanan dan tatanan etika yang “berkelas”?

Dan itu hanya sekelumit dari sekian banyak keluhan, protes, kritik atau
apapun lah namanya yang diutarakan oleh rakyat mengenai studi banding ke
Yunani itu. Sebagian besar menilai negatif kepergian itu. Namun bagi saya tidak
demikian.

Menurut pandangan saya, keputusan mereka untuk berangkat itu sudah


sangat tepat. Kegigihan mereka untuk mempertahankan rencana studi banding
ke Yunani untuk mempelajari etika itu tidak bisa disalahkan, bahkan saya menilai
itu memang sangat wajar dan mungkin juga sudah dalam kategori wajib.

Etika menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya adalah ilmu tentang
apa yg baik dan apa yg buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).
Jadi, sudah sepatutnya itu dipelajari. Bukan saja dilihat dari sudut pentingnya
ilmu itu, namun lebih pada korelasi atau kecocokan antara ilmu yang sedang
ingin dipelajari dengan orang-orang yang ingin mempelajari.
Maksudnya seperti ini, tak perlulah kita protes tentang tidak perlunya
mereka berangkat “hanya” untuk belajar etika, karena bagi saya mereka
memang perlu untuk belajar etika.

Mengapa demikian? Karena kekukuhan atau kengototan mereka untuk


tetap berangkat menunjukkan betapa mereka itu adalah orang-orang yang
butuh belajar etika. Jadi biarkanlah mereka berangkat belajar etika.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
-

Saya hanya mengajak masyarakat untuk mencari-cari alasan yang bisa


meringankan kegundahan, kekesalan atau mungkin juga kemarahan karena
studi banding itu. Saya cuma khawatir, sebuah perjalanan yang dibiayai oleh
uang orang, sementara orang yang membiayai itu tidak ikhlas biasanya punya
banyak resiko. Mari kita coba untuk lapangkan dada, ikhlaskan hati dan
hilangkan dendam, sehingga mereka bisa lebih tenang dalam melakukan
perjalanan ini sehingga bisa selamat saat pergi dan sekembalinya nanti.

Saya yang sekarang tidak memiliki kedudukan dan jabatan penting dalam
pemerintahan, saya tidak menjadi seolah-olah saya suci untuk mengikhlaskan
kepergian mereka ke Yunani, namun saya hanya mengalah, tapi bukan berarti
saya kalah. Dalam hal ini saya juga sadar posisi saya sebagai mahasiswa yang
tugasnya adalah belajar.

Sangatlah wajar jika saya dan anda tidak setuju dengan wacana dewan
DPR RI akan bepergian dengan uang rakyat, karena manfaat yang didapat tidak
sepenuhnya masuk akan (logis). Patut kita sadari bahwa pemerintahan yang
sekarang berjalan adalah visi pemerintahan yang kita pilih 1 tahun lalu, jadi ikuti
saja pemimpin yang masih adil. Jika terjadi penyimpangan yang serius, barulah
kita bersatu untuk meluruskannya kembali.
-----

Anda mungkin juga menyukai