Menyikapi Masalah Rencana Studi DPR Ke Yunani
Menyikapi Masalah Rencana Studi DPR Ke Yunani
Duta Besar Indonesia untuk Yunani Ahmad Rusdi menjelaskan, saat ini
Kedubes RI terus merampungkan agenda para wakil rakyat di negeri para dewa
tersebut. Sudah ada empat agenda utama yang disusun KBRI Athena untuk para
politikus.
Rusdi lalu menjelaskan bahwa sudah ada kerja sama antarparlemen sejak
2008. Nama kerja sama itu Friendship Group Between Hellenic Parliament and
Indonesia Parliament. Dewan perwakilan kedua negara pun membentuk
Kelompok Kerja Bilateral DPR.
"Saling berkunjung itu hal yang wajar," kata Rusdi dengan nada hati-hati.
Ia lalu menggambarkan tahun lalu mantan ketua MPR Hidayat Nur Wahid pun
datang ke Yunani. Hidayat bahkan diterima presiden hingga ketua parlemen
Yunani.
Untuk ke Yunani pun, Wakil Ketua BK DPR Nudirman Munir yakin banyak
yang bisa dipelajari oleh politikus Indonesia, terutama soal etika. Seperti apa
bentuk etika itu? "BK DPR perlu melihat langsung bagaimana anggota parlemen
Yunani bekerja, di saat rapat atau sekadar lobi. Kita melihat aturan soal anggota
dewan yang merokok, soal aturan pakaian, atau cara berbicara anggota dewan
saat mereka berbeda pendapat," jelas Nudirman yang berasal dari Fraksi Golkar.
Ada beberapa pertanyaan yang dapat dijawab oleh para anggota BK DPR
RI sebelum melakukan studi banding ke Yunani dan hasil perjalanan tersebut
seharusnya mampu menjawab pertanyaan ini, karena saya menilai jika
perjalanan tersebut belum mampu menjawab pertanyaan ini, maka lebih baik
studi banding dibatalkan atau dialihkan ke negara lain yang lebih bagus etika nya
baik dalam parlemen dan sebagainya.
Bukan patokan
Jika alasan kunjungan kerja adalah belajar etika, negara seperti Jepang
dinilai lebih layak untuk dikunjungi. Kalau mau belajar etika yang luhur ya ke
Jepang, di sana anggota dewan yang gagal ambil langkah bunuh diri.
Yunani tidak bisa dijadikan patokan (benchmark) etika. Alasannya, saat ini
Yunani sedang berada dalam keterpurukan. Di benua Eropa, kata Sebastian,
Yunani adalah negara terkorup. Bahkan, menurut dia, BK DPR cukup belajar etika
dari rakyat sendiri. Di negara kita ada masyarakatnya yang rela bunuh diri
ketimbang mencuri untuk makan. Itu etika tertinggi. BK DPR tidak layak
melakukan kunjungan ke luar negeri saat ini. Alasannya, selama setahun
belakangan ini, BK DPR disibukkan oleh konflik internal sehingga menelantarkan
laporan aduan masyarakat. Waktu kerja yang banyak habis untuk konflik internal
tersebut, kata Sebastian, seharusnya dibayar dengan menyelesaikan pengaduan
masyarakat yang menumpuk.
Pernahkah kita berpikir kenapa dewan DPR RI yang dipilih menjadi wakil
rakyat sekarang ini ketika terjadi silang pendapat pada saat musyawarah, mereka
menjadi tidak menghargai jalannya musyawarah tetapi memilih untuk berkelahi
di ruang rapat?, mengapa dewan DPR RI bisa tidur pulas saat rapat besar yang
diadakan untuk kepentingan rakyat?, mengapa banyak dewan DPR RI yang tidak
menghadiri rapat yang penting untuk dihadiri dan memilih absen?
Saya berpendapat bahwa semua itu terjadi karena dalam diri dewan DPR
RI belum terbentuk karakter yang kuat (baca : etika) dalam mementingkan nasib
rakyat ke depannya. Karakter yang kuat dalam membangun bangsa ini lebih
diperlukan daripada sekedar studi banding ke Athena, kita tidak perlu
berkunjung ke rumah tetangga untuk membandingkan interior rumah kita
dengan rumah tentangga untuk menjadi lebih baik. Semua itu memang baik,
tetapi jika diri kita sendiri sebagai subjek dalam membangun interior tersebut
tidak memiliki visi dan sikap yang diperlukan untuk membuat semua itu lebih
baik, maka dana yang ada hanya akan terbuang sia-sia.
Hal ini saya kiaskan dengan kejadian yang terjadi saat ini di Indonesia,
dewan DPR RI sepertinya tidak perlu mengeluarkan dana yang banyak (baca :
uang rakyat) untuk melakukan perbaikan dalam negeri, perbaikilah dulu
karakter-karakter dari pemimpin kita, bentuk karakter yang kuat untuk
mementingkan nasib rakyat dan memajukan negeri kita ini terlebih dulu, jika
semua itu sudah dilakukan, hal-hal yang bersifat mendukung perubahan pasti
akan dapat dukungan dari rakyat Indonesia.
Sikap Saya
Salah satu tujuan anggota DPR itu pergi ke Yunani adalah belajar etika.
Saya kurang paham sebenarnya etika apa sih yang dipelajari di Yunani sana?
Sudah banyak yang menanyakannya, meragukan manfaat yang akan didapatkan
dari perjalanan yang menelan biaya 1,5 Milyar itu.
Dari segi jumlah uang yang begitu besar, tidak sedikit yang merasa itu
adalah sebuah tindakan “buang uang”.
Sahabat saya menyatakan ada sesuatu yang kurang bisa dimengerti oleh
akalnya tentang belajar etika itu, bagaimana mungkin untuk belajar etika saja
harus ke negeri seberang? Bukankah kita sendiri yang sejak jaman dulu
membanggakan diri dan menyatakan sebagai orang timur yang memiliki
keramahan, kesopanan dan tatanan etika yang “berkelas”?
Dan itu hanya sekelumit dari sekian banyak keluhan, protes, kritik atau
apapun lah namanya yang diutarakan oleh rakyat mengenai studi banding ke
Yunani itu. Sebagian besar menilai negatif kepergian itu. Namun bagi saya tidak
demikian.
Etika menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya adalah ilmu tentang
apa yg baik dan apa yg buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).
Jadi, sudah sepatutnya itu dipelajari. Bukan saja dilihat dari sudut pentingnya
ilmu itu, namun lebih pada korelasi atau kecocokan antara ilmu yang sedang
ingin dipelajari dengan orang-orang yang ingin mempelajari.
Maksudnya seperti ini, tak perlulah kita protes tentang tidak perlunya
mereka berangkat “hanya” untuk belajar etika, karena bagi saya mereka
memang perlu untuk belajar etika.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
-
Saya yang sekarang tidak memiliki kedudukan dan jabatan penting dalam
pemerintahan, saya tidak menjadi seolah-olah saya suci untuk mengikhlaskan
kepergian mereka ke Yunani, namun saya hanya mengalah, tapi bukan berarti
saya kalah. Dalam hal ini saya juga sadar posisi saya sebagai mahasiswa yang
tugasnya adalah belajar.
Sangatlah wajar jika saya dan anda tidak setuju dengan wacana dewan
DPR RI akan bepergian dengan uang rakyat, karena manfaat yang didapat tidak
sepenuhnya masuk akan (logis). Patut kita sadari bahwa pemerintahan yang
sekarang berjalan adalah visi pemerintahan yang kita pilih 1 tahun lalu, jadi ikuti
saja pemimpin yang masih adil. Jika terjadi penyimpangan yang serius, barulah
kita bersatu untuk meluruskannya kembali.
-----