Anda di halaman 1dari 1

Tugas

Pengatar Ilmu Hukum ( P I H ) Dosen Pembimbing Indah Kurnia Ratri, SH, MH.

SOFAM PUSTA ENDROYONO


FAKULTAS HUKUM SEMESTER 1 (SATU)
N P M : 1012000000006

Pejelasan dan Contohnya:


1. Lex superior derogat legi inferior : Undang-undang yang tingkatannya lebih rendah tidak boleh
bertentangan dengan Undang-undang yang tingkatanya lebih tinggi dalam mengatur hal yang
sama.

Contoh kasus : yang menarik untuk dibahas adalah kasus pelanggaran HAM berat yang terjadi sebelum
UU Nomor 26 Tahun 2000, pada pasal 46 UU Nomor 26 Tahun 2000 berbunyi “Untuk pelanggaran hak
asasi manusia yang berat sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang ini tidak berlaku ketentuan
mengenai kadaluarsa”. Tentunya bertentangan dengan pasal 28 i UUD NRI 1945 yang berbunyi ”...dan
hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan apapun”. Pertentangan seperti ini tentunya tidak lagi menggunakan asas lex
specialis derogat legi generale melainkan asas lex superior derogat legi inferiori karena kedua peraturan
tersebut secara hierarki tidak sederajat, jadi yang harus ditaati adalah pasal 28 i UUD NRI 1945. Jadi
solusinya untuk penegakan hukum dalam kasus pelanggaran HAM berat yang terjadi sebelum adanya
UU pengadilan HAM tersebut tentunya diselesaikan dengan menggunakan ketentuan umum yang ada
dalam KUHP yang berkaitan dengan kasus tersebut. Dan sangat ironis jika dalam kasus seperti ini
masih ada yang memaksakan untuk menjerat dengan UU pengadilan HAM tanpa memperhatikan
peluang seorang pelaku dapat dibebaskan karena kesalahan seperti ini dan sangatlah sulit untuk
menjerat kembali dengan dakwaan yang berbeda terhadap kasus yang sama karena kita menganut asas
ne bis ni idem (Asas yang melarang seseorang untuk diadili dan dihukum untuk kedua kalinya untuk
kejahatan yang sama).

2. Lex specialis derogat legi generali : Undang-undang yang bersifat khusus mengesampingkan
undang-undang yang bersifat umum apabila undang-undang tersebut sama kedudukannya.

Contoh kasus : yang tidak asing lagi dalam masyarakat adalah tindak pidana korupsi, untuk kasus yang
terjadi setelah UU Nomor 31 Tahun 1999 jo. UU Nomor 20 Tahun 2001 tentunya diselesaikan menurut
UU tersebut bukan lagi ketentuan umum yang ada dalam KUHP dengan dasar asas lex specialis derogat
legi generale. Tetapi untuk kasus tindak pidana korupsi yang terjadi sebelum UU tindak pidana korupsi
tersebut yang digunakan untuk menyelesaikannya bukan lagi UU tindak pidana korupsi sekalipun ada
ketentuan dalam UU tersebut yang menyatakan UU ini berlaku surut, dengan dasar asas legalitas maka
ketentuan tersebut tidak dapat digunakan, bukan berarti tidak dapat diadili atau dibiarkan begitu saja,
melainkan digunakan ketentuan umum yang ada dalam KUHP yang berkaitan dengan kasus tersebut
jadi tidak ada alasan untuk tidak dapat menjerat seorang koruptor jika para penegak hukum memang
memiliki komitmen untuk menegakkan hokum.

3. Lex posterior derogat legi priori : Undang-undang yang baru membatalkan undang-undang yang
lama, sejauh undangundang itu mengatur hal yang sama.

Contohnya : UU no 14/1992 tentang UU Lalu-Lintas dan Angkutan Jalan Mengenyampingkan Undang-


Undang no 13/1965.

Anda mungkin juga menyukai