Anda di halaman 1dari 4

2.1.

1 Dasar-Dasar Pengujian Kekerasan


Pengujian kekerasan bahan logam bertujuan mengetahui angka kekerasan logam
tersebut. Dengan kata lain, pengujian kekerasan ini bukan untuk melihat apakah bahan itu
keras atau tidak, melainkan untuk mengetahui seberapa besar tingkat kekerasan logam
tersebut. tingkat kekerasan logam berdasarkan pada standar satuan yang baku. Karena itu,
prosedur pengujian kekerasan pun diatur dan diakui oleh standar industri di dunia sebagai
satuan yang baku. Satuan yang baku itu disepakati melalui tiga metode pengujian
kekerasan, yaitu penekanan, goresan, dan dinamik.

Tabel 2.1 Logam Ferro Dan Pemakaiannya


Nama Komposisi Sifat Pemakaian
Baja lunak Campuran ferro dan Ulet dan dapat Pipa, mur, baut,
(Mild Steel) karbon ditempa dingin dan sekrup
(0,1%-0,3%)
Baja karbon Campuran ferro dan Lebih ulet Poros, rel baja,
sedang karbon dan peron
(medium (0,4%-0,6%)
carbon
steel)
Baja karbon Campuran ferro dan Dapat ditempa dan Perlengkapan
tinggi (high karbon disepuh mesin perkakas,
carbon (0,7%-1,5%) kikir, gergaji,
steel) pahat, tap,
penitik, dan
stempel
Baja Baja karbon tinggi Getas, dapat Alat potong
kecepatan ditambah dengan disepuh keras, yang digunakan
tinggi (high nikel/krom/kobalt/tung dimudakan, dan ialah pahat
speed steel) sten/vanadium tahan terhadap suhu bubut, pisau
tinggi fris, mata bor,
dan
perlengkapan
mesin perkakas
Pengujian kekerasan dengan cara penekanan banyak digunakan oleh industri
permesinan. Hal ini dikarenakan prosesnya sangat mudah dan cepat dalam memperoleh
angka kekerasan logam tersebut apabila dibandingkan dengan metode pengujian lainnya.
Pengujian kekerasan yang menggunakan cara ini terdiri dari tiga jenis, yaitu pengujian
kekerasan dengan metode Rockwell, Brinell, dan Vickers. Ketiga metode pengujian
tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, serta perbedaan dalam
menentukan angka kekerasannya. Metode Brinell dan Vickers misalnya, memiliki prinsip
dasar yang sama dalam menentukan angka kekerasannya, yaitu menitikberatkan pada
perhitungan kekuatan bahan terhadap setiap daya luas penampang bidang yang menerima
pembebanan tersebut. Sedangkan metode Rockwell menitikberatkan pada pengukuran
kedalaman hasil penekanan atau penekan (indentor) yang membentuk berkasnya
(indentasi) pada benda uji.
Perbedaan cara pengujian ini menghasilkan nilai satuannya juga berbeda. Karena
itu, tiap-tiap pengujian memiliki satuannya masing-masing sesuai dengan proses
penekannya, yang mendapat pengakuan standar internasional. Perbedaan satuan itu
ditunjukkan dalam bentuk tulisan angka hasil pengujiannya. Berikut ini merupakan
uraian terperinci mengenai masing-masing metode pengujian.

Kesalahan pada pengujian Rockwell dapat disebabkan oleh beberapa factor antara
lain:
1. Benda uji.
2. Operator.
3. Mesin uji Rockwell.
Kelebihan dari pengujian logam dengan metode Rockwell, yaitu:
1. Dapat digunakan untuk bahan yang sangat keras.
2. Dapat dipakai untuk batu gerinda sampai plastik.
3. Cocok untuk semua material yang keras dan lunak.
Kekurangan dari pengujian logam dengan metode Rockwell, yaitu:
1. Tingkat ketelitian rendah.
2. Tidak stabil apabila terkena goncangan.
3. Penekanan bebannya tidak praktis.
Berikut ini merupakan langkah-langkah yang dilakukan untuk menguji
kekerasan logam dengan metode Brinell, yaitu:
1. Memeriksa dan mempersiapkan specimen sehingga siap untuk diuji.
2. Memeriksa dan mempersiapkan mesin yang akan dipakai untuk menguji.
3. Melakukan pemeriksaan pada pembebanan, diameter bola baja yang digunakan, dan
alat pengukur waktu.
4. Membebaskan beban tekan dan mengeluarkan bola dari lekukan lalu memasang alat
optis untuk melihat bekas yang kemudian mengukur diameter bekas sebelumnya
secara teliti dengan mikrometer pada mikroskop. Pangukuran diameter ini untuk
sebuah lekuk dilakukan dua kali secara bersilang tegak lurus dan baru dari dua nilai
diameter yang diperoleh, diambil rata-ratanya. Kemudian dimasukkan ke dalam
rumus Brinell untuk memperoleh hasil kekerasan Brinell-nya (HB).
5. Melakukan proses pengujian sebanyak lima kali sehingga diperoleh nilai rata-rata
dari uji kekerasan Brinell tersebut.
6. Yang perlu diperhatikan adalah jarak dari titik pusat lekukan baik dari tepi specimen
maupun dari tepi lekukan lainnya minimal 2 dari 3/2 diameter lekukannya.

2.2. Uji Metalografi


Ilmu logam dibagi menjadi dua bagian khusus, yaitu metalurgi dan metalografi.
Metalurgi adalah ilmu yang menguraikan tentang cara pemisahan logam dari ikatan
unsur-unsur lain. Metalurgi dapat dikatakan pula sebagai cara pengolahan logam secara
teknis untuk memperoleh jenis logam atau logam paduan yang memenuhi kebutuhan
tertentu. Sedangkan metalografi adalah ilmu yang mempelajari tentang cara pemeriksaan
logam untuk mengetahui sifat, struktur, temperatur, dan persentase campuran logam
tersebut.

Proses pengujian metalografi, pengujian logam dibagi lagi menjadi dua jenis,
yaitu:
1. Pengujian makro (Macroscope Test)
Pengujian makro ialah proses pengujian bahan yang menggunakan mata terbuka
dengan tujuan dapat memeriksa celah dan lubang dalam permukaan bahan. Angka
kevalidan pengujian makro berkisar antara 0,5 hingga 50 kali.
2. Pengujian mikro (Microscope Test)
Pengujian mikro ialah proses pengujian terhadap bahan logam yang bentuk kristal
logamnya tergolong sangat halus. Sedemikian halusnya sehingga pengujiannya
memerlukan kaca pembesar lensa mikroskop yang memiliki kualitas perbesaran
antara 50 hingga 3000 kali.

Anda mungkin juga menyukai