Anda di halaman 1dari 4

Etika Dalam Kepemimpinan (Sara Boatman)

1--Apakah "Etika" itu?

Pada pengertian yang paling dasar, etika adalah sistem nilai pribadi
yang digunakan memutuskan apa yang benar, atau apa yang paling tepat, dalam
suatu situasi tertentu; memutuskan apa yang konsisten dengan sistem nilai yang
ada dalam organisasi dan diri pribadi.

2--Apakah "Kepemimpinan yang Etis" itu

Kepemimpinan yang etik menggabungkan antara pengambilan keputusan etik


dan perilaku etik; dan ini tampak dalam konteks individu dan organisasi.
Tanggung jawab utama dari seorang pemimpin adalah membuat keputusan etik
dan berperilaku secara etik pula, serta mengupayakan agar organisasi
memahami dan menerapkannya dalam kode-kode etik.

3--Saran-saran untuk perilaku secara etik

Bila pemimpin etik memiliki nilai-nilai etika pribadi yang jelas dan
nilai-nilai etika organisasi, maka perilaku etik adalah apa yang
konsisten sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Ada beberapa saran yang diadaptasi
dari Blanchard dan Peale (1998) berikut ini:

a--berperilakulah sedemikian rupa sehingga sejalan dengan tujuan anda


(Blanchard dan Peale mendefinisikannya sebagai jalan yang ingin anda
lalui dalam hidup ini; jalan yang memberikan makna dan arti hidup anda.)
Sebuah tujuan pribadi yang jelas merupakan dasar bagi perilaku etik. Sebuah
tujuan organisasi yang jelas juga akan memperkuat perilaku organisasi yang
etik.

b--berperilakulah sedemikian rupa sehingga anda secara pribadi merasa


bangga akan perilaku anda. Kepercayaan diri merupakan seperangkat peralatan
yang kuat bagi perilaku etik. Bukankah kepercayaan diri merupakan rasa bangga

(pride) yang diramu dengan kerendahan hati secara seimbang yang akan
menumbuhkan keyakinan kuat saat anda harus menghadapi sebuah dilema
dalam menentukan sikap yang etik.

c--berperilakulah dengan sabar dan penuh keyakinan akan keputusan anda


dan diri anda sendiri. Kesabaran, kata Blanchard dan Peale, menolong kita
untuk bisa tetap memilih perilaku yang terbaik dalam jangka panjang, serta
menghindarkan kita dari jebakan hal-hal yang terjadi secara tiba-tiba.

d--berperilakulah dengan teguh. Ini berarti berperilaku secara etik


sepanjang waktu, bukan hanya bila kita merasa nyaman untuk melakukannya.

Seorang pemimpin etik, menurut Blanchard dan Peale, memiliki ketangguhan


untuk tetap pada tujuan dan mencapai apa yang dicita-citakannya.

e--berperilakulah secara konsisten dengan apa yang benar-benar penting.


Ini berarti anda harus menjaga perspektif. Perspektif mengajak kita untuk
melakukan refleksi dan melihat hal-hal lebh jernih sehingga kita bisa
melihat apa yang benar-benar penting untuk menuntun perilaku kita
sendiri.

(diadaptasi dari presentasi "Ethical Leadership: Doing What's Right",


Sara A. Boatman)
http://www.gsn-soeki.com/wouw/

Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat selalu membutuhkan adanya


pemimpin. Di dalam kehidupan rumah tangga diperlukan adanya
pemimpin atau kepala Keluarga. Di sebuah Negara ada Presidennya.

Ini semua menunjukkan betapa penting kedudukan pemimpin dalam suatu


masyarakat, baik dalam skala yang kecil apalagi skala yang besar.

Dari pengantar di atas, terasa dan terbayang sekali betapa dalam


pandangan terhadap "pemimpin" yang mempunyai kedudukan yang sangat
penting, karenanya siapa saja yang menjadi pemimpin tidak boleh
dan jangan sampai menyalahgunakan kepemimpinannya untuk hal-hal yang
tidak benar.

Karena itu, para pemimpin dan orang-orang yang dipimpin harus memahami
hakikat kepemimpinan dalam pandangan yang mendalam sbb :

1. Tangung Jawab, Bukan Keistimewaan.

Ketika seseorang diangkat atau ditunjuk untuk memimpin suatu lembaga


atau institusi, maka ia sebenarnya mengemban tanggung jawab yang besar
sebagai seorang pemimpin yang harus mampu mempertanggung jawabkannya,.

Bukan hanya dihadapan manusia tapi juga dihadapan Allah. Oleh karena
itu, jabatan dalam semua level atau tingkatan bukanlah suatu
keistimewaan sehingga seorang pemimpin atau pejabat tidak boleh
merasa menjadi manusia yang istimewa sehingga ia merasa harus
diistimewakan dan ia sangat marah bila orang lain tidak
mengistimewakan dirinya.

2. Pengorbanan, Bukan Fasilitas

Menjadi pemimpin atau pejabat bukanlah untuk menikmati kemewahan atau


kesenangan hidup dengan berbagai fasilitas duniawi yang menyenangkan,
tapi justru ia harus mau berkorban dan menunjukkan pengorbanan, apalagi
ketika masyarakat yang dipimpinnya berada dalam kondisi sulit dan
sangat sulit.
Karena itu menjadi terasa aneh bila dalam anggaran belanja negara atau
propinsi dan tingkatan yang dibawahnya terdapat anggaran dalam
puluhan bahkan ratusan juta untuk membeli pakaian bagi para pejabat,
padahal ia sudah mampu membeli pakaian dengan harga yang mahal
sekalipun dengan uangnya sendiri sebelum ia menjadi pemimpin atau pejabat.

3. Kerja Keras, Bukan Santai.

Para pemimpin mendapat tanggung jawab yang besar untuk menghadapi dan
mengatasi berbagai persoalan yang menghantui masyarakat yang
dipimpinnya untuk selanjutnya mengarahkan kehidupan masyarakat untuk
bisa menjalani kehidupan yang baik dan benar serta mencapai kemajuan dan
kesejahteraan.

Untuk itu, para pemimpin dituntut bekerja keras dengan penuh kesungguhan
dan optimisme.

4. Melayani, Bukan Sewenang-Wenang.

Pemimpin adalah pelayan bagi orang yang dipimpinnya, karena itu menjadi
pemimpin atau pejabat berarti mendapatkan kewenangan yang besar untuk
bisa melayani masyarakat dengan pelayanan yang lebih baik dari pemimpin
sebelumnya

Oleh karena itu, setiap pemimpin harus memiliki visi dan misi pelayanan
terhadap orang-orang yang dipimpinnya guna meningkatkan kesejahteraan
hidup, ini berarti tidak ada keinginan sedikitpun untuk membohongin
rakyatnya apalagi menjual rakyat, berbicara atas nama rakyat atau
kepentingan rakyat padahal sebenarnya untuk kepentingan diri, keluarga
atau golongannya.
Bila pemimpin seperti ini terdapat dalam kehidupan kita, maka ini adalah
pengkhianatan yang paling besar.

5. Keteladanan dan Kepeloporan, Bukan Pengekor.

Dalam segala bentuk kebaikan, seorang pemimpin seharusnya menjadi


teladan dan pelopor, bukan malah menjadi pengekor yang tidak memiliki
sikap terhadap nilai-nilai kebenaran dan kebaikan. Ketika seorang pemimpin
menyerukan kejujuran kepada rakyat yang dipimpinnya, maka ia telah
menunjukkan kejujuran itu. Ketika ia menyerukan hidup sederhana dalam
soal materi, maka ia tunjukkan kesederhanaan bukan malah kemewahan.
Masyarakat sangat menuntut adanya pemimpin yang bisa menjadi pelopor
dan teladan dalam kebaikan dan kebenaran..
Dari penjelasan di atas, kita bisa menyadari betapa penting kedudukan
pemimpin bagi suatu masyarakat, karenanya jangan sampai kita salah
memilih pemimpin, baik dalam tingkatan yang paling rendah seperti
kepala rumah tanggai, ketua RT, pengurus masjid, lurah dan camat apalagi
sampai tingkat tinggi seperti anggota parlemen, bupati atau walikota,
gubernur, menteri dan presiden.
http://www.gsn-soeki.com/wouw/

Karena itu, orang-orang yang sudah terbukti tidak mampu memimpin,


menyalahgunakan kepemimpinan untuk misi yang tidak benar dan orang-orang
yang kita ragukan untuk bisa memimpin dengan baik dan kearah kebaikan,
tidak layak untuk kita percayakan menjadi pemimpin.

Anda mungkin juga menyukai