Anda di halaman 1dari 15

Analisis Fenomena Anak Jalanan Usia Sekolah dalam

Tinjauan Pisikologi

Abstrak:

Agar dapat memberikan sebuah konseling yang baik dan benar terhadap anak
jalanan usia sekolah kita harus mengerti tentang: (1) Pengertian anak jalanan,
(2) Mengapa Anak Jalanan Enggan Bersekolah, (3) Alasan anak Jalanan
Kehilangan Motivasi Belajar, (4) Tujuan Pendidkan, (5) Pentingnya pendidikan
bagi semua orang, dan (6) Cara yang efektif untuk membangun kesadaran
belajar terhadap anak jalanan usia sekolah. Berkenaan dengan kegiatan
konseling kita sebagai konselor juga ikut andil dalam memajukan pendidikan di
Negara indonesia,baik anak jalanan usia sekolah maupun dalam sekolah.untuk
itu kita juga harus mengerti dan memahami alasan anak jalanan tidak
bersekolah.

Kata kunci: : Pengertian anak jalanan, Mengapa Anak Jalanan Enggan


Bersekolah, Alasan anak Jalanan Kehilangan Motivasi Belajar, Tujuan
Pendidkan, Pentingnya pendidikan bagi semua orang, dan Cara yang efektif
untuk membangun kesadaran belajar terhadap anak jalanan usia sekolah

A. Pendahuluan
Fenomena anak jalanan usia sekolah di negera Indonesia adalah sesuatu hal yang
luar biasa dan juga di anggap hal yang biasa oleh kita. Akan tetapi kita seharusnya
sadar bahwa fenomena anak jalanan adalah sesuatu yang harus kita perhatikan
dengan sungguh-sungguh, anak jalanan adalah bagian dari negeri ini mereka juga
manusia dan juga sodara kita satu tanah air, akan tetapi kita banyak dari kita yang
tidak sadar dan memperhatikan kondisi mereka. Kondisi anak jalanan sangat lah
memperhatikan baik di Negara kita sendiri ataupun di luar negeri sekalipun.
Mereka yang seharusnya menikmati masa kanak-kanak mereka dengan bermain
dan belajar malah disibukan dengan bekerja mencari uang layaknya orang dewasa.
Ini adalah fenomena yang harus kita perbaiki, anak-anak adalah penerus negeri,
juga pemimpin masa depan kita biarpun dia adalah anak jalanan dia juga punya
kesempatan untuk mengarahkan negeri ini. Jika sekarang negeri ini banyak anak
jalanan maka akan jadi apa negeri ini.

Anak jalanan kurang memiliki motivasi untuk belajar dan bersekolah, yang
mereka pikirkan hanyalah mencari uang, kebanyakan dari mereka beranggapan
bahwa pendidikan adalah hal yang tidak penting, buat apa sekolah banyak orang
yang berpendidikan pun mengangur, kata mereka.

Oleh alasan itu kita sepatutnya menyadarkan mereka bahwa pendidikan bukan
hanya untuk mencari kerja akan tetapi juga untuk memanusiakan mereka sendiri.
Belajar atau bersekolah banyak hal yang kita dapatkan bukan hanya tentang
pelajaran formal saja yang kita ketahui, akan tetapi kita belajar cara sosialisasi
yang baik, cara berpikir yang kritis dan juga yang lainnya.

Oleh karena itu dalam upaya memberikan pemahaman tentang pentingnya


pendidkan bagi anak jalanan melalui tulisan ini akan dipaparkan tentang alasan
dan bagaimana cara untuk memberikan pendidkan yang baik untukk anka jalanan.

B. Analisis Fenomena Anak Jalanan Usia Sekolah dalam Tinjauan


Pisikologi

Membicarakn tentang fenomena anak jalanan usia sekolah tidak lepas dari anak
jalanan tersebut. Fenomena anak jalanan di Indonesia adalah hal yang haru
ditanggapi secara serius karena anak jalanan juga calon pemimpin masa depan
kita. Untuk lebih mengenal apa itu anak jalanan, mengapa mereka tidak ingin
bersekolah dan cara yang tepat untuk memotivasi mereka, saya akan
membahasnya di bawah ini:
1. Pengertian anak jalanan

Anak jalanan adalah seseorang yang masih belum dewasa (secara fisik dan
phsykis) yang menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan dengan
melakukan kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan uang guna mempertahankan
hidupnya yang terkadang mendapat tekanan fisik atau mental dari
lingkunganya. Umumnya mereka berasal dari keluarga yang ekonominya lemah.
Anak jalanan tumbuh dan berkembang dengan latar kehidupan jalanan dan akrab
dengan kemiskinan, penganiayaan, dan hilangnya kasih sayang, sehingga
memberatkan jiwa dan membuatnya berperilaku negatif.

Kasus-kasus kekerasan (fisik, psykologis, maupun seksual) yang dialami oleh


anak jalanan hingga terungkap ke publik hanyalah sebuah fenomena “gunung es”
dari kasus-kasus kekerasan yang sebenarnya sering terjadi di dalam kehidupan
anak-anak jalanan. Oleh karena itu, tidaklah terlalu berlebihan bila dikatakan
bahwa anak jalanan senantiasa berada dalam situasi yang mengancam
perkembangan fisik, mental dan sosial bahkan nyawa mereka. Di dalam situasi
kekerasan yang dihadapi secara terus-menerus dalam perjalanan hidupnya, maka
pelajaran itulah yang melekat dalam diri anak jalanan dan membentuk kepribadian
mereka.

Ketika mereka dewasa, besar kemungkinan mereka akan menjadi salah satu
pelaku kekerasan. Tanpa adanya upaya apapun, maka kita telah berperan serta
menjadikan anak-anak sebagai korban tak berkesudahan. Menghapus stigmatisasi
di atas menjadi sangat penting. Sebenarnya  anak-anak jalanan hanyalah korban
dari konflik keluarga, komunitas jalanan, dan korban kebijakan ekonomi
permerintah yang tidak becus mengurus rakyat. Untuk itu kampanye perlindungan
terhadap anak jalanan perlu dilakukan secara terus menerus setidaknya untuk
mendorong pihak-pihak di luar anak jalanan agar menghentikan aksi-aksi
kekerasan terhadap anak jalanan
2. Mengapa Anak Jalanan Enggan Bersekolah

Ilmu ekonomi berpandangan apapun yg dilakukan sesorang atau sekelompok


orang umumnya selalu dilakukan berdasarkan pertimbangan untung-rugi.Dengan
kata lain ilmu ekonomi berpandangan bahwa anak-anak jalanan pun bertindak
rasional.Mereka akan tetap menjadi anak jalanan selama biaya ekonomi
(opportunity cost) sangat kecil. Dengan kata lain mereka akan menolak mengikuti
program-program pembinaan yg diberikan pemerintah, jika dianggap biaya
ekonomi dari mengikuiti program-program tersebut amat besar.

Untuk memperjelas pembahasan, Kita fokuskan pembahasan pada kegagalan


program penyekolahan anak-anak jalanan. Kegagalan tersebut membawa kepada
pertanyaan "mengapa anak-anak jalanan enggan bersekolah?".Dari sudut pandang
ilmu ekonomi,jawabannya sangat jelas, yaitu biaya ekonomi dari bersekolah bagi
anak-anak jalanan adalah sangat besar. Biaya ekonomi yg relevan bagi anak-anak
jalanan dalam memutuskan untuk bersekolah atau tidak berseklah adalah
pendapatan yg dikorbankan jka mereka bersekolah.

Selain pendapatan yg dikorbankan sangat besar,prospek penghasilan bagi anak2


jalanan jika hanya mengandalkan ijazah SD saja sangat kecil.Pengahasilan yg
diperoleh dari bekerja dengan mengandalkan ijazah SD terlalu kecil dibanding
penghasilan yg harus dikorbankan untuk mendapatkan ijazah tersebut.

Faktor-faktor lain:
1. Motivasi yang kurang dari anak jalanan. Mereka menganggap mencari uang
itu mudah sekali, jadi buat apa sekolah.
2. Adanya koordinasi negatif dari Preman dan beberapa "pihak" lain yang selalu
mendominasi anak jalanan, sehingga mereka harus setor sekian ribu rupiah
per hari
3. Adanya dorongan negatif dari orang tua, karena beberapa dari mereka ada
yang dipaksa oleh orang tua buat mencari uang dengan jalan jadi anak
jalanan.
4. Kurangnya perhatian dari pemerintah

3. Alasan anak Jalanan Kehilangan Motivasi Belajar

Anak jalanan masih sempat mengenyam pendidikan, namun banyak di antaranya


sudah tak memedulikannya lagi. Mereka pun seolah-olah kehilangan
motivasi dan tidak menghiraukan lagi pentinanya pendidikan sebagai bekal bagi
kehidupan yang Iebih baik pada masa depan. Bagi mereka, apalah arti bersekolah
kalau kenyataannya mereka berada di lengah pahitnya penderitaan akibat
kemiskinan yang melanda keluarganya.

Mencermati dunia anak jalanan, rusaknya mental anak mentpaktin bahaya yang
sangat mengkhawatirkan. Kekhawatiran ini khususnya kagi mereka yang
menekuni profesi sebagai pengamen atau peminta-minta. Kemudahan
memperoleh uang dikhawatirkan dapat mengondisikan sikap manja dan membuat
mereka enggan bekerja keras.

Dengan gampang mereka mendapatkan uang receh. Cukup hanya dengan cara
menyanyi sambil meminta-minta di atas bus kota atau di persimpangan-
persimpangan jalan, uang recehan sudah dalang sendiri.Padahal, di lain pihak,
banyak pekerja seperti kuli bangunan, kuh barang, dan tukang becak harus bekerja
keras selama berjam-jam untuk bisa mendapatkan uang upah minimum untuk
kehidupan keseharian mereka.

Sikap mental sebagai "peminta" ini tentu kurang baik bagi dirinya sebagai bekal
dalam menapak masa depan. Ada kesan mereka menjadi kurang fight dalam
menjalani hidup keseharian. Mereka pun rentan untuk bisa diharapkan
menghadapi persaingan keras dalam meraih kebahagiaan dan kesejahteraan
apabila kelak menjadi dewasa.
4. Tujuan Pendidkan

Jelasnya pendidikan (sekolah) bukanlah suatu proses untuk mempersiapkan


manusia-manusia penghuni pabrik, berpenampilan elegan apalagi hanya sebatas
regenerasi pegawai negeri sipil (PNS), tapi lebih dari itu adalah pendidikan
merupakan upaya bagaimana memanusiakan manusia. Kalau dunia pendidikan
hanya diposisikan sebagai pelengkap dunia industri maka bisa jadi manusia-
manusia Indonesia kedepan adalah manusia yang kapitalistik, coba perhatikan
menjelang masa-masa penerimaan siswa/mahasiswa tahun ajaran baru dipinggir
jalan sering kita temukan mulai dari spanduk, baliho, liflet, brosur, pamlet dan
stiker yang bertuliskan slogan yang kapitalistik seperti ” lulus dijamin langsung
kerja, kalau tidak uang kembali 100%, adapula yang bertuliskan “sekolah hanya
untuk bekerja, disini tempatnya” apalagi banyaknya sekolah-sekolah yang bergaya
industri semakin memperparah citra dunia pendidikan yang cenderung lebih
berorientasi pada pengakumulasian modal daripada pemenuhan kualitas pelayanan
akademik yang diberikan.

5. Pentingnya pendidikan bagi semua orang

Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,ini berarti bahwa
setiap manusia berhak mendapatkannya dan diharapkan untuk selalu berkembang
didalamnya, Pendidikan tidak akan ada habisnya,. Pendidikan secara umum
mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri tiap individu
untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan. Sehingga menjadi seorang
yang terdidik itu sangat penting.Kita dididik menjadi orang yang berguna baik
bagi Negara,Nusa dan Bangsa.Pendidikan pertama kali yang kita dapatkan di
lingkungan keluarga (Pendidikan Informal), lingkungan sekolah(Pendidikan
Formal),dan lingkungan masyarakat (Pendidikan Nonformal). Pendidikan
Informal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari
dengan sadar atau tidak sadar,sejak seseorang lahir sampai mati.Proses pendidikan
ini berlangsung seumur hidup.Sehingga peranan keluarga itu sangat penting bagi
anak terutama orang tua.Orang tua mendidik anaknya dengan penuh kasih
sayang.Kasih sayang yang diberikan orang tua tidak ada habisnya dan terhitung
nilainya.Orang tua mengajarkan kepada kita hal-hal yang baik misalnya,
bagaimana kita bersikap sopan-santun terhadap orang lain,menghormati
sesama,dan berbagi dengan mereka yang kekurangan.

Seorang manusia yang normal ,baik anak maupun orang dewasa senantiasa
membutuhkan sesuatu “ rasa dihargai”.Rasa sayang kepada anak perlu orang tua
nyatakan.Anak harus mengetahui bahwa memang kita disayangi.Seorang anak
yang disayangi akan menyayangi keluarganya ,sehingga anak akan merasakan
bahwa anak dibutuhkan dalam keluarga.Dalam situasi yang demikian anak akan
merasa aman,dihargai,dan disayangi.Si anak tidak akan merasa takut untuk
menyatakan dirinya.Sebab merasa keluarga sebagai sumber kekuatan yang
membangunya.Dengan demikian akan timbul suatu situasi yang saling
membantu,saling menghargai,yang sangat mendukung perkembangan mental
anak.Di dalam keluarga yang memberi kesempatan maksimum pertumbuhan,dan
perkembangan adalah orang tua.Dalam lingkungan keluarga harga diri
berkembang karena dihargai,diterima,dicintai,dan dihormati sebagai manusia
.Itulah pentingnya mengapa kita menjadi orang yang terdidik di lingkungan
keluarga.Orang tua mengajarkan kepada kita mulai sejak kecil untuk menghargai
orang lain hal ini akan menimbulkan kenyamanan dan ketentraman hidup
sehingga akan mempererat kerukunan hidup.

Sedangkan di lingkungan sekolah yang menjadi pendidikan yang kedua atau juga
disebut dengan Pendidikan formal.Pendidikan formal adalah pendidikan yang
didapat seseorang dari umur 9-12 tahun,wajib bagi seseorang untuk
mendapatkanya.Selain itu dapat melanjutkannya kejenjang yang lebih tinggi yaitu
di SLTP dan SLTA,dan apabila orang tua mempunyai cukup uang maka dapat
melanjutkannya ke Perguruan Tingi Menjadi seorang terdidik itu penting
sekali.Alangkah pentingnya pendidikan di Indonesia.Peningkatan mutu
pendidikan di Indonesia memang diperlukan untuk mencapai Indonesia
baru.Mengenai mutu pendidikan di Indonesia khususnya tingkat keberhasilan
seorang guru untuk mendidik anak didiknya.Guru sebagai media pendidik
memberikan ilmunya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.Sehingga tak luput
dari peranan Guru.Peranan guru sebagai pendidik merupakan peranan yang
berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan ,serta tugas-tugas
yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak didik agar anak itu menjadi patuh
terhadap norma hidup,dan aturan-aturan sekolah.Guru mengajarkan kepada anak
didik supaya pintar dan berwawasan luas.Anak didik yang terdidik dituntut untuk
tidak merugikan orang lain ,harus menghargai,dan menghormati hak orang
lain,anak dididik untuk menaati peraturan-peraturan,dan menyesuaikan diri
dengan norma-norma tertentu.

Sekolah sebagai lembaga formal yang diserahi tugas untuk mendidik.Peranan


Sekolah sangat besar sebagai sarana tukar pikiran diantara peserta didik.Dan juga,
Guru harus berupaya agar pelajaran yang diberikan selalu cukup untuk menarik
minat anak, sebab tidak jarang anak menganggap pelajaran yang diberikan oleh
Guru kepadanya tidak bermanfaat .Tugas Guru yang hanya semata-mata mengajar
saat ini sudah keluar dari aturan-aturan itu .Guru harus mendidik yaitu harus
membina para anak didik menjadi manusia dewasa yang bertangging
jawab.Hanya dengan inilah maka semua aspek kepribadian anak bisa berkembang.
Selain itu peranan lingkungan masyarakat juga penting bagi peserta didik .Ini juga
disebut Pendidikan Nonformal.Pendidikan Nonformal adalah pendidikan di luar
sekolah,yaitu pendidikan yang diperoleh seseorang secara teratur,terarah.

Berhubung karena Pendidikan Nonformal lebih mudah disesuaikan dengan


keadaan seseorang dan lingkungan maka pendidikan Nonformal lebih terhadap
kehidupan masyarakat.Hal ini berarti memberikan gambaran tentang bagaimana
kita hidup bermasyarakat.Dengan demikian apabila kita berinteraksi dengan
mereka di lingkungan masyarakat maka mereka akan menilai kita,bahwa mereka
akan tahu mana orang yang terdidik,mana orang yang tidak Terdidik berarti kita
dididik untuk bisa memahami,mengerti,serta menjadi orang yang peduli terhadap
orang lain.Di zaman Era Globalisasi diharapkan generasi muda bisa
mengaplikasikan ilmu yang didapat Sehingga tidak terombang-ambing dalam
kancah perkembangan zaman.Itulah pentingnya menjadi seorang yang terdidik
baik di lingkungan Keluarga,Sekolah,dan Masyarakat.

6. Cara yang efektif untuk membangun kesadaran belajar terhadap anak


jalanan usia sekolah

Pada hakekatnya pendidikan merupakan investasi yang paling strategis dalam


proses pembangunan nasional, karena terkait langsung dengan penyediaan sumber
daya manusia (SDM) berkualitas sebagai penggerak utama pembangunan. Selain
itu, pendidikan juga merupakan ujung tombak dalam perwujudan nation and
character building

Pendidikan merupakan elemen penting dari kehidupan seseorang dan merupakan


aspek strategis bagi suatu negara. Sifat pendidikan adalah kompleks, dinamis, dan
kontekstual. Oleh karena itu pendidikan bukanlah hal yang mudah atau sederhana
untuk dibahas. Kompleksitas pendidikan ini mengambarkan bahwa pendidikan itu
adalah sebuah upaya yang serius karena pendidikan melibatkan aspek kognitif,
afekif, dan keterampilan yang akan membentuk diri seseorang secara keseluruhan
menjadi manusia seutuhnya

Dalam arti luas, pendidikan merupakan proses pembudayaan anak untuk dibentuk
sesuai potensi belajar yang dimilikinya dengan tujuan supaya menjadi anggota
penuh dari masyarakat yang dapat menghayati dan mengamalkan potensinya baik
secara individu maupun bersama-sama dengan anggota lainnya. Dalam arti
praktis, pendidikan dapat diartikan sebagai proses penyampaian kebudayaan atau
proses pembudayaan yang bertujuan menjadikan anak memiliki keterampilan,
pengetahuan, sikap-sikap, nilai-nilai, serta pola prilaku tertentu. Mengacu
pemahaman arti luas dan juga arti praktis, pendidikan itu bertujuan untuk
mentransformasikan budaya, baik pendidikan di rumah tangga (keluarga), di
masyarakat, maupun di sekolah, yang menunjukkan apa yang baik di masyarakat.
Tujuan pendidikan pada semua jenjang dan jenis satuan pendidikan haruslah
memuat ilmu dan pengetahuan yang akan dicapai, bersifat aspiratif yaitu
mengembangkan inisiatif atau yang menerapkan sikap demokratis, menjunjung
tinggi norma dan nilai serta pandangan hidup yang berlaku di tengah masyarakat

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis
dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi
manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajuan bangsa. Proses pendidikan
dilaksanakan melalui tiga jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal,
nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya

   Berdasarkan UUD RI 1945 pasal 31 tentang pendidikan menjelaskan bahwa


tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran. Pada pasal 34 juga
menjelaskan bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.
Bila kita menilik pada UU nomor 20 tahun 2003 pasal 5 ayat 1 menetapkan setiap
warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu. Selanjutnya pada 34 juga dijelaskan wajib belajar merupakan tanggung
jawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat.

   Ironisnya apabila kita melihat realita di lapangan program wajib belajar


sembilan tahun masih belum mencapai hasil yang maksimal. Dengan
terbangkalainya program wajib belajar sembilan tahun mengakibatkan anak-anak
Indonesia masih banyak yang putus sekolah sebelum mereka menyelesaikan wajib
belajar sembilan tahun. Dengan kondisi tersebut, bila tidak ada perubahan
kebijakan yang signifikan, sulit bagi bangsa ini keluar dari masalah-masalah
pendidikan yang ada, apalagi bertahan pada kompetensi di era global

Hal ini masih menjadi problematika serta merupakan tanggung jawab negara
untuk mencari benang merahnya. Oleh karena itu, masih banyak ditemukan anak
usia sekolah (usia 6-18 tahun) yang seharusnya berada di sekolah mengikuti
proses pembelajaran dalam rangka menambah ilmu pengetahuan, tapi mereka
harus di jalanan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Menurut hasil penelitian di 12 kota besar yang dilakukan kementrian


pemberdayaan perempuan, jumlah anak jalanan tahun 2003 sebanyak 147.000
orang. Dari data tersebut terungkap, sebanyak 60% putus sekolah, 40% masih
sekolah. Sedangkan sebanyak 18% adalah anak jalanan perempuan yang berisiko
terhadap kekerasan seksual

   Disamping fenomena diatas, rendahnya pengetahuan mereka akan pentingnya


pendidikan juga merupakan suatu penyebab kurangnya kesadaran dalam
mengikuti dan melaksanakan pendidikan. Dengan kata lain sebagian masyarakat
belum menyadari bahwa pendidikan sebagai “investasi” jangka panjang bagi
keluarga, masyarakat, dan negara. Mereka beranggapan dengan berada di jalanan
dan mendapatkan uang adalah sesuatu yang berharga bila dibandingkan harus
mengikuti proses belajar pembelajaran di sekolah yang dapat merubah
kehidupannya kearah yang lebih baik pada masa yang  akan datang.

Untuk keluar dari berbagai problematika tersebut, maka diperlukan semacam


pendekatan kepada mereka. Salah satu strategi pendekatan yang mungkin dapat
dilakukan adalah pemberian bimbingan kelompok kepada anak jalanan tersebut.
Bimbingan kelompok berguna untuk membantu anak jalanan menemukan dirinya
sendiri, mengarahkan diri dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Disamping itu pemberian bimbingan kelompok juga memberikan kesempatan
kepada anak jalanan untuk belajar hal-hal penting yang berguna bagi pengarahan
dirinya yang berkaitan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan sosial.

   Dengan adanya pemberian bimbingan kelompok kepada anak jalanan


diharapkan dapat merubah paradigma anak jalanan untuk kembali melanjutkan
pendidikannya agar terciptanya pendidikan nasional yang berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab
C. Kesimpulan

Berdasarkan dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa alasan anak
jalanan usia sekolah tidak mau bersekolah yaitu:

1. Motivasi yang kurang dari anak jalanan untuk bersekolah


2. Adanya kordinasi negatif dari Preman dan beberapa "pihak" lain yang
selalu mendominasi anak jalanan,
3. Adanya dorongan negatif dari orang tua, karena beberapa dari mereka ada
yang dipaksa oleh orang tua buat mencari uang dengan jalan jadi anak
jalanan.
4. Kurangnya perhatian dari pemerintah

Dan cara yang tepat dalam bimbingan belajar anak jalanan ialah bimbingan
kelompok, karena dengan bimbingan kelompok seorang guru atau konselor tahu
betul potensi yang setiap anak miliki dan dengan bimbingan belajar kelompok
akan tercipta suasana yang nyaman karena mereka akan beranggapan ini bukan
belajar formal, jadi pisikologi mereka akan lebih rileks atau santai dalam
menerima pelajaran tersebut

 
Daftar Pusataka

“Pameran Pendidikan Nasional Tahun 2002”, www.asosiasi-politenik.or.id,


diakses pada tanggal 7 Februari 2008.

Syaiful Sagala, Manajemen Berbasis sekolah dan Masyarakat,  (Jakarta: Nimas


Multima 2004), hal. 1.

UU nomor 20 tahun 2003 Tentang SISDIKNAS,  (Bandung: Citra Utama, 2006).

Wulan Agustin Herdina, “Permasalahan Pendidikan Sekarang ini”, www. re-


searchengine.com, 6 Juni 2007, diakses pada tanggal 7 Februari 2008.

“Keadilan Sosial Untuk Anak Jalanan”, www.cmm.or.id, 24 Mei 2007, diakses


pada tanggal 7 Februari 2008.

UU nomor 20 tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, (Bandung: Citra Utama, 2006).

http://putraboxer.multiply.comjournalitem5Mengapa_Anak_Jalanan_Enggan_Ber
sekolah

http://www.bunghatta.ac.id/artikel-259-pentingnya-pendidikan-bagi-semua-
orang.html

http:// Fenomena Anak Jalanan, Sebuah Tragedi Zaman Ini! « Portal Komunitas
Pelayanan Masyarakat.htm
Ana Fenomena Anak Jalanan Usia Sekolah dalam
Tinjauan Pisikologi

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia dengan
dosen pengempu Rosita Rahma M. Pd.

Ahmad Chutomi

1006759

PPB

Kelas A

Pisikologi Pendidkan dan Bimbingan


Fakultas ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
2010

Anda mungkin juga menyukai