Rib A
Rib A
RIBA
1. Arti Riba
Riba menurut etimologi adalah kelebihan atau tambahan, menutur etimologi, riba artinya
kelebihan pembayaran tanpa ganti rugi atau imbalan, yang disyaratkan bagis salah
seorang dari dua orang yang melakukan transaksi
Misalnya, Si A memberi pinjaman kepada si B dengan syarat si B harus mengembalikan
uang pokok pinjaman dan sekian persen tambahnya
Riba hanyalah berlaku pada benda – benda seperti emas, perak, makanan dan uang.
Karena itu tidak diperbolehkan menjual emas dengan emas, perak dengan perak, kecuali
jika harganya sebanding dan dilakukan dengan kontan. Tidak diperbolehkan menjual
sesuatu barang, dimana barang tersebut belum berada ditangannya (misal A membeli
barang tersebut kepada si B)
Tidak diperbolehkan pula menjual daging dengan binatang yang masih hidup. Tidak
diperbolehkan juga menjual emas dengan ditukar dengan perak yang harga nilainya tidak
sebanding. Demikian pula menjual makanan, tidak diperbolehkan dijual dengan makanan
sejenis, kecuali jika sebanding harganya. Tidak diperbolehkan pula jual beli barang
sejenis daripadanya dengan barang yang tidak seimbang harganya. Tidak diperbolehkan
pula beli barang yang belum menjadi miliknya, misalnya menjual burung yang bebas
terbang di udara dan lain – lain
Dalam sebuah hadits dijelaskan konsekuensi kaharaman itu, terdapat sanski sebagaimana
sabda Rasulullah SAW.
سَواٌء ) رواه مسلم عن جابر
َ ل ُهْم
َ شاِهَدْيِه َوَق
َ ل الّرَبا َرُمَو ِكَلُه َوَكاِتَبُه َو
َ سَلَم آِك
َ عَلْيِه َو
َ ل
ُ صّلى ا
َ ل
ِ لا
ُ سْو
ُ ن َر
َ )َلَع
Artinya :
“Dari Jabir, Rasulullah SAW. Melaknat yang memakan riba, yang mewakilinya,
penulisnya dan kedua saksinya dan Rasul berkata, mereka semua berdosa.” (Riwayat
Muslim dari Jabir)
Setiap orang Islam dan mukalaf sebelum terlibat dalam satu urusan, terlebih dahulu wajib
mengetahui apa – apa yang dihalalkan dan diharamkan Allah. Sesungguhnya Allah telah
membebani kita dengan tugas – tugas mengabdi. Oleh karena itu,, mau tidak mau harus
memelihara apa yang ditugaskan kepada kita. Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba
Allah telah mengayidi kata jual beli dengan alat memakrifatkan, yakni ل ْ َاdan َاْلَبْيُع
Jual beli ini diikat oleh beberapa ikatan – ikatan, syarat, dan rukun yang harus dipelihara
semua.
Jadi orang yang hendak jual beli wajib mengetahui hal – hal tersebut. Jika tidak, jelas
akan makan riba, mau tidak mau
Rasulullah telah bersabda. “Pedagang yang jujur, besok pada hari kiamat digiring
bersama dengan orang – orang yang jujur dan orang – orang yang mati sahid”.
Semua itu tidak lain kecuali karena sesuatu yang dia lakukan yaitu berperang melawan
hawa nafsu dan keinginan (yang menyeleweng) serta memaksa nafsunya untuk
menjalankan akad sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah. Jika tidak, maka tak
samar lagi pasti mendapat apa yang akan diancamkan Allah kepada orang yang
melanggar batas – batas
Kemudian sesungguhnya semua akad, seperti akad ijarah (persewaaan), qirad (andil
berdagang), rohn (gode), wakalah, wadiah, ariah, sirkah, musaqah, dan sebagainya, wajib
dijaga syarat – syarat dan rukun – rukunnya
Akad nikah (malah) membutuhkan kehati – hatian dan ketelitian untuk menghindari
kejadian yang ada kaitannya dengan ketidaksempurnaan syarat dan rukun (jika tidak sah
nikahnya lantas istri disetubuhi, maka berarti berzinah)
b. Riba Qardhi, yaitu riba yang terjadi karena adanya proses utang piutang atau pinjam
meminjam dengan syarat keuntungan (bunga) dari orang yang meminjam atau yang
berhutang. Misalnya, seseorang meminjam uang sebesar sebesar Rp. 1.000.000,- (satu
juta) kemudian diharuskan membayarnya Rp. 1.300.000,- (satu juta Tiga ratus ribu
rupiah)
Terhadap bentuk transsaksi seperti ini dapat dikategorikan menjadi riba, seperti sabda
Rasulullah Saw.:
جّر َمْنَفَعًة َفُهَوِرًبا )رواه البيهقى
َ ض
ٍ ل َقْر
ّ )ُك
Artinya
“Semua piutang yang menarik keuntungan termasuk riba.” (Riwayat Baihaqi)
c. Riba Nasi’ah, ialah tambahan yang disyaratkan oleh orang yang mengutangi dari orang
yang berutang sebagai imbalan atas penangguhan (penundaan) pembayaran utangnya.
Misalnya si A meminjam uang Rp. 1.000.000,- kepada si B dengan perjanjian waktu
mengembalikannya satu bulan, setelah jatuh tempo si A belum dapat mengembalikan
utangnya. Untuk itu, si A menyanggupi memberi tambahan pembayaran jika si B mau
menunda jangka waktunya. Contoh lain, si B menawarkan kepada si A untuk membayar
utangnya sekarang atau minta ditunda dengan memberikan tambahan. Mengenai hal ini
Rasulullah SAW. Menegaskan bahwa:
سْيَئًة )رواه الخمسة وصححه ِ ن َن
ِ حَيَوا َ ن ِباْل
ِ ن َبْيِع اَلحََيَوا
ْع َ سّلَم َنهى َ عَلْيِه َو َ ل ُ صّلىا
َ ي ّ ن الّنِب
ّ ب َا
ٍ جْنُد
ُ ن
ِ سَمَرِة ْب
َ ن
ْع َ
)الترمدى وابن الجاروه
Artinya:
Dari Samrah bin Jundub, sesungguhnya Nabi Muhammad saw. Telah melarang jual beli
hewan dengan hewan dengan bertenggang waktu.” (Riwayat Imam Lima dan dishahihkan
oleh Turmudzi dan Ibnu Jarud)
d. Riba Yad, yaitu riba dengan berpisah dari tempat akad jual beli sebelum serah terima
antara penjual dan pembeli. Misalnya, seseorang membeli satu kuintal beras. Setelah
dibayar, sipenjual langsung pergi sedangkan berasnya dalam karung belum ditimbang
apakah cukup atau tidak. Jual beli ini belum jelas yang sebenarnya. Sabda Rasulullah
SAW.
سَواٍء
َ سَواًءِب
َ ل
ٍ ل ِبِمْث
ً ح ِمْث
ِ ح ِباْلِمْل
ُ شِعْيِر َوالّتْمُرِبالّتْمِر َواْلِمْلّ شِعْيُرِبال
ّ ضِةَواْلُبّر ِباْلُبّر َوال ّ ضُة ِباْلِف
ّ ب َوْالِف
ٍ ب ِبالّذَه
ُ الّذ َه
ن َيًدا ِبَيٍد )رواه مسلم َ شْئُتْم ِاَذاَكا
ِ ف َ ف َفِبُعْو اَكْي ُ صَنا ْ ل َ ت َهِذِه ْاْ جَتَلَف
ْ )َيًداِبَيٍدَفِاَذاَا
Artinya:
“Emas dengan emas, perak dengan perak, beras dengan beras, gandum dengan gandum,
kurma dengan kurma, garam dengan garam, hendaknya serupa dan sama banyaknya,
tunai dengan tunai, apabila berlainan jenisnya boleh kamu menjual sekehendamu asal
tunai”. (Riwayat Muslim)
B. PERBANKAN
Undang – undang Nomor 14 tahun 1957 tentang Pokok Pokok PerBankan menjelaskan
bahwa Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memeberikan kredit dan
jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Bank itu ada yang milik negara
dan ada yang milik swasta
1. Fungsi Bank
Fungsi Bank secara umum sangat penting bagi kelangsungan perekonomian masyarakat,
bangsa dan negara. Secara khusus fungsi Bank antara lain:
a. Sebagai sentral penyediaan dan peredaran uang, pengendalian inflasi, dan jumlah
peredarannya
b. Sebagai pengawasan peredaran uang, pengendalian inflasi dan jumlah peredarannya
c. Tempat penyimpanan uang dan barang berharga yang aman bagi masyarakat dan
negara
d. Tempat tukat menukar mata uang
e. Tempat menerima pembayaran uang
f. Khusus Bank Islam, selain berfungsi sebagimana di atas, juga dapat menghilangkan
sistem bunga sehingga dapat merangsang masyarakat untuk berani menyimpan atau
meminjam modal untuk usaha. Pada perkembangannya, Bank – Bank konvensional juga
telah membuka Bank Syari’ah, seperti Bank Syari’ah mandiri dan Bank BNI Syari’ah