Anda di halaman 1dari 6

HIDUPKu,

Namaku Cika, usiaku baru menginjak di angka 20. Mungkin kalian melihatku layaknya
remaja putri biasa yang sedang beranjak dewasa, namun aku tak seperti apa yang kalian lihat.
Ada suatu masalah dalam hidupku. Mungkin jika baru sekali bertemu denganku di jalanan,
kalian tidak akan tau apa masalahku. Ya memang, semua orang punya masalah. Tapi masalah
yang aku hadapi berbeda, tidak seperti kalian.

Masalah ini baru aku ketahui baru 2tahun yang lalu. Dan aku rasa, ini sudah terlambat.
Aku tak tau harus berbuat apa.

Dua tahun yang lalu, saat aku tiba-tiba sakit parah, aku masuk di salah satu rumah sakit
di daerah Fatmawati. Seminggu aku menginap disana. Rasanya tidak nyaman.

Saat hariku pulang dari rumah sakit, aku dipanggil dokter ke ruangannya. Dia member
tahu jika aku terkena penyakit HIV/AIDS. Aku terpukul. Aku menangis. Aku menjerit saat itu
juga. Diruang dokter aku manangis sejadi-jadinya oh tuhan, ooooohhhh tuhan……

Aku merasa hina. Aku tak kuasa….

Tak lama setelah dokter memberi tahu penyakitku, aku dijemput oleh kekasihku, yang
kelak akan menjadi suamiku nanti. Irfan, dia bertanya tentang penyakitku. Dia bertanya penyakit
apa yang sedang aku derita. Aku sakit apa, apa yang salah dalam tubuhku. Itu yang ia tanya
sepanjang perjalanan di dalam mobil menuju rumahku.

Aku bingung untuk menjawab apa. Aku tak tahu apa yang harus aku katakan padanya.
Tuhan…. Bantu aku…..

Kelak suatu hari nanti, aku dan irfan akan menjadi sepasang suami-istri.

Aku hanya diam, dan hanya sekedar menjawab. “ Aku baik, aku gapapa kok sayang. Aku
sehat, buktinya aku udah boleh pulang kan. ” aku pun lantas melalparkan sedikit senyum mungil
kepadanya.

“ Cika, apapun yang terjadi sama kamu. Mau kamu kena penyakit yang ganas sekalipun,
aku akan tetep sayang sama kamu cik, aku gamau kehilangan kamu cika-ku. “

Irfan, seandainya kamu tau kalau aku tertular virus HIV/AIDS apa kamu akan tetap ada
untukku? Apa iya fan? Aku nggak yakin segitunya. Fan, aku sayang sama kamu. Aku nggak mau
kehilangan kamu, Fan…
Mobilpun berhenti di sebuah rumah di daerah cempaka putih. Jalan merak nomer 17, itu
rumahku..

Irfan membantuku membawakan barang bawaan ku kedalam kamar. Ya, memang sudah
tidak ada batas lagi antara kami, bahkan antara keluarga kami.

“ cik, kamu istirahat aja yah. Aku pulang aja mendingan. Daaaah sayang, I love you. ”
irfan pun lantas mendaratkan sedikit ciuman diatas keningku.

Aku hanya tersenyum, hingga irfan pergi. Aku terdiam, dan tak tahu harus berkata apa.

Tiga bulan setelah aku keluar dari rumah sakit, aku masih belum bisa mengatakan apa-
apa pada irfan tentang penyakitku. Perlu mengumpulkan 1001 kekuatan untuk mengatakan
kejujuran ini padanya. Dua malam lagi tanggal 6oktober, hari perayaan tiga tahun kami menjalin
kasih. Rencanaku, aku akan member tahunya pada hari itu. Mau tidak mau. Suka tidak suka.
Cepat atau lambat. Aku harus mengataknnya pada irfan. Dia akan menjadikanku istrinya. Aku
harus berani, walau sejujurnya ada rasa takut di dalam hati ini. Berat rasanya untuk jujur dan
terima segala keputusan dari mulutnya nanti. Aku nggak mau kehilangan irfan tuhan.. dia
mengerti aku apa adanya, aku mencintainya, aku menyayanginya…

Entah mengapa, hari ini waktu terasa singkat.

Uiuaa tingting walawalatingting,Uiuaa tingting walawalatingting.

Seperti biasa irfan menelponku.

“hai cika”

“ya fan, kamu udah pulang kerja?”

“udah cik, kamu lagi apa? Pasti lagi mukirin aku kannnnnnnn? Hahahaha ”

“please ya ipan, jangan geer deh kamu.. aku lagi tiduran kok sambil nge-game”

“jahat banget masa ga mikirin aku, aku aja mikirin kamu cik.”

“fan, sekarang tanggal 4 oktober ya? Dua hari lagi tanggal berapa ya? haha”

“iya, hemmmm.. dua tambah empat jadi enam. Kenapa emang cik? Ada apa sih?hahahah

“tuh siapa yang jahat sekarang? Kamu kan, masa gainget sih?”

“aku inget dong cika sayang, aku udah beli kado juga buat kita.heheheh “

“wooo, ipan… eh ada yang mau aku omongin juga nanti, rahasia tapi ”
“apa sih cika, eh udah ya, aku mau mandi. Bau acem nih.”

“ipan jorok ih, bau ketek… udah sana mandi.. ”

“ bye cika, I love you”

“I love you too irfan haris gunawan.”

Aku harus kuat, kuat buat bilang apa yang sejujurnya ke irfan. Waktu sudah
menunjukkan pukul 2pagi, aku menghadap tuhan dulu lah sebentar, meminta kekuatan darinya.

Uiuaa tingting walawalatingting,Uiuaa tingting walawalatingting.

Uiuaa tingting walawalatingting,Uiuaa tingting walawalatingting.

Emmmhhh, iya iya. Siapa sih yang telepon pagi-pagi gini..

“ selamat pagi malaikatku, jangan lupa mandi, sama sarapan yaa. Kamu ada seminar
nanti jam 10, jangan lupa. Jangan pikun juga ya sayang. Bye, I love you cika” belum aku jawab
selamat pagi dari irfan dia sudah menutup teleponnya saja.

Akupun mandi. Dan beraktifitas seperti biasanya. Seminar, ngajar privat, makan siang,
pulang tidur. Huuuuh, terlalu datar hariku.

Hey, u’ve got one messages Hey, u’ve got one messages Hey, u’ve got one messages.
Aelah ini sms dari siapa sih? Lagi ngajar juga.

“ Ya coba kalian buat lima kalimat dengan pola yang sama seperti yang kakak buat di
papan tulis”

Aku pun membuka kotak masuk.

Hai kakak guru, nanti pulang aku jemput ya. Pulang


jam berapa?

From : irpan
Oke, Jam 5an

Sender : cika

Oke, nanti aku jemput ya sayang. Love you

From : irpan

Jam tangan-ku sudah menunjukkan pukul 5sore. Tapi aku masih menunggu irfan, 5
menit kemudian irfan datang.
“ sore sayangku, ini bunga untuk kamu. Maaf ya aku telat jemputnya . Jangan cemberut
dong ahhh. Mau pulang apa makan dulu nih?”

“ pulang aja, aku capek banget.”

Irfanpun membawaku pulang, badan ini rasanya berat sekali.

Esok paginya seperti biasa. Irfan meneleponku. Mengucap selamat pagi, dan selamat
3tahunan. Irfan mengajakku pergi siang ini. Ini saatnya aku harus jujur padamu irfan, tantang
penyakitku.

“Mbak cika, mas irfan udah jemput nih.”

“iya sebentar, ini lagi dandan”

“cika, kamu cantik banget”

“perez aja deh kamu, yaudah yuk”

“bi, kita pergi dulu ya.”

“iya mas”

Irfanpun menyetir mobilnya, membawaku ke daerah sudirman, ia mengajakku masuk ke


sebuah apartemen. Aku rasa ia ingin mengajakku kedalam restaurant di apartemen ini, namun
aku salah. Irfan membelikan sebuah aparteman untuk kita, untuk masa depan kita.

Aku terpana melihatnya, apartemen dengan semua nya, lengkap.

Aku dan irfan bersantai-santai di apartemen kami tersebut. Kami duduk di depan jendela,
dengan menghadap tepat kearah ibukota. Irfan memangkuku. Rasanya nyaman sekali seperti ini.

Ya tuhan, aku masih punya janji sama irfan. Janji untuk memberitahunya tentang
penyakitku.

“fan, aku mau ngomong sesuatu.”

“apa sih cik”

Akupun memberikan irfan sepucuk surat keterangan dari dokter, tiga bulan yang lalu.
Selesai membuka dan membacanya, aku tau irfan shock, tergambar jelas raut di mukanya.

“kamu harus tau ini, berat buat aku untuk jujur tentang ini. Aku harus mengumpulkan
banyak kekuatan agar bisa menyampaikan hal ini. Aku tau kamu shock, kamu nggak akan terima
segalanya, aku siap kalau kamu mau tinggalin aku karena peyakit ini, aku siap. Aku siap fan”
aku hanya member sedikit kecupan di pipi, lantas aku pulang. Dan aku tau irfan masih shock.
Pukul 3sore aku sudah sampai di rumah. Dan baru aku sadari irfan mengirimku sebuah
pesan singkat di handphoneku
AKU MENCINTAIMU, CIKA. AKU AKAN ADA UNTUKMU,
SELAMANYA. APAPUN YANG TERJADI.

From : irpan

Kamu punya masa depan yang bagus, jangan kamu


sia-siain Cuma sama orang yang kayak aku fan.

Sender : cika

Aku nggak peduli, aku sayang kamu cika!

From : irpan

Hari pertama setelah aku memberikan surat keterangan itu kepada irfan, dia menjadi pria
yang super ekstra menjagaku. Namun entah kenapa hal itu hanya berlangsung tiga hari. Dua hari
kemudian irfan menghilang. Teleponku, smsku, bbm, chat, e-mail. Satupun nggak ada yang
dibalas. Aku mencarinya hingga tempat kerjanya, tetapi dia tidak ada. Irfan menghilang. Aku
menangis. Aku tau irfan pasti akan meninggalkanku.

Dua hari sudah irfan menghilang. Aku kesepian, takada lagi yang membangunkanku di
pagi hari. Aku kesepian.

Tapi, tiba-tiba sore itu irfan menjemputku. Ia datang dengan membawa sebucket bunga.

“sore malaikat kecilku, maafkan aku ya. Entah kenapa hatiku ragu. Aku juga manusia
biasa. Maafin aku cika, will you marry me?”

“maaf fan, tapi sudah ku putuskan. Lebih baik kamu dengan wanita normal yang lain,
jangan sama aku.”

“cika, aku kan udah pernah bilang sama kamu. Mau kamu kena sakit parah sekalipun aku
sayang kamu. Aku gamau kehilangan kamu dari hidupku. Aku sayang kamu cika, aku
mencintaimu.” Irfanpun langsung memelukku. Aku menangis, menangis sejadi-jadinya.

Lima bulan kemudian, kami menikah. Kami menjalani prosesi adat ala minang. Hidup
kamipun kini bahagia. Dan aku, aku sangatmencintai irfan. Begitupun irfan. I love you irfan.

Anda mungkin juga menyukai