Anda di halaman 1dari 9

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH


PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
NOMOR : .............

TENTANG
PENERIMAAN LAIN-LAIN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan otonomi daerah yang luas,
nyata dan bertanggung jawab untuk penyelenggaraan pemerintahan daerah
dan pembangunan daerah perlu dukungan pembiayaan yang memadai dari
Pendapatan Asli Daerah ;
b. bahwa berdasarkan Pasal 79 Undang-undang Nomor 22 Tahu1999 tentang
Pemerintahan Daerah, salah satu pendapatan daerah diantaranya Lain-lain
Pendapatan Daerah yang sah;
c. bahwa disamping penerimaan lain-lain yang diatur dalam Peraturan Daerah
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5 Tahun 1991, terdapat
penerimaan Negara Bukan Pajak, yang dikarenakan adanya penggabungan
Kantor Wilayah-Kantor Wilayah ke Daerah, sehingga dalam rangka
pelaksanaan tugas dan fungsi dalam pelayanan kepada masyarakat, perlu
pengelolaan dan pengaturan terhadap penerimaan tersebut;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b,
dan c perlu menetapkan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta tentang Penerimaan Lain-lain;

Mengingat : 1. Undang - undang 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa


Yogyakarta jo. Peraturan Pemerintahan Nomor 31 Tahun 1950 sebagaimana
telah diubah dan ditambah terakhir dengan Undang-undang Nomor 26 Tahun
1959 ( Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 71, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 1819 ) ;
2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60 Tambahan
Lembaran Negara 3839 ) ;
3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3952) ;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan
Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah ( Lembaran Negara
Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4090 ) ;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan
Dekonsentrasi ( Lembaran Negara 2001 Nomor 62, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4095 ) ;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah
( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119 ) ;
8. Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah ;
9. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 21 Tahun
2001 tentang Teknik Penyusunan dan Materi Muatan Produk-produk Hukum
Daerah ;
10. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 22 Tahun
2001 tentang Bentuk Produk-produk Hukum Daerah ;
11. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 23 Tahun
2001 tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah ;
12. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 1 Tahun
1987 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ( Lembaran Daerah Seri D Nomor 120
Tahun 1987 ) .
13. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 4 Tahun
2002 tentang Pembentukan dan Organisasi Lembaga Teknis Daerah di
Lingkungan Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Lembaran
Daerah tahun 2002 Nomor 26 Seri D);
14. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5 Tahun
2002 tentang Pembentukan dan Organisasi Dinas-dinas di Lingkungan
Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Lembaran Daerah tahun
2002 Nomor 27 Seri D);
15. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 7 Tahun
2002 tentang Pembentukan dan Organisasi Unit Pelaksana Teknis Dinas
Pada Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta (Lembaran Daerah tahun 2002 Nomor 7 Seri D);

Dengan persetujuan bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA


DAN
GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA


YOGYAKARTA TENTANG PENERIMAAN LAIN-LAIN

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
3. Gubernur adalah Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta.
4. Instansi Adalah Badan/Dinas/Biro/Kantor/Unit Pelaksana Teknis Dinas / Unit Kerja di
lingkungan Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
5. Penerimaan Lain-lain yang selanjutnya PLL adalah pendapatan daerah yang merupakan
pemakaian kekayaan daerah yang penggunaannya dalam waktu panjang/terus menerus,
dan dalam penetapan besarnya tariff/harga dapat dilaksanakan tahunan yang merupakan
sistem sewa menyewa dengan melalui tahap negosiasi (harga tidak tetap), serta yang tidak

2
termasuk pajak daerah, retribusi daerah, hasil badan usaha milik daerah atau penerimaan
dinas-dinas yang sifatnya insidentil/temporer.
6. Penerimaan Daerah adalah semua penerimaan Kas Daerah dalam periode tahun anggaran
tertentu.
7. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang penerimaan daerah yang
berasal dari penerimaan lain-lain.sesuai peraturan perundang-undangan yang belaku.
8. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Persatuan
Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan
dlaam bentuk apapun, Firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan ,
yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga,
bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya.
9. Wajib Penerimaan Lain-lain yang selanjutnya disebut WPLL adalah orang pribadi atau
badan usaha yang menurut peraturan perundang-undangan diwajibkan untuk melakukan
pembayaran terhadap penerimaan lain-lain.
10. Surat Ketetapan Penerimaan Lain-lain yang selanjutnya disebut SKPLL adalah surat
ketetapan penerimaan lain-lain yang menentukan besarnya pokok penerimaan lain-lain.
11. Surat ketetapan Penerimaan Lain-lain lebih Bayar yang selanjutnya disebut SKPLLLB
adalah surat ketetapan penerimaan lain-lain yang menentukan jumlah kelebihan
pembayaran penerimaan lain-lain karena jumlah kredit penerimaan lain-lain lebih besar
daripada penerimaan lain-lain yang terutang atau yang seharusnya terutang.

BAB II
PENERIMAAN LAIN LAIN

Pasal 2

(1) Setiap orang pribadi atau badan usaha yang memanfaatkan/memakai obyek PLL wajib
mengajukan permohonan pemanfaatan/pemakaian dan mentaati ketentuan yang
ditetapkan terhadap pemanfaatan/pemakaian obyek jenis PLL dengan rincian sebagai
berikut :
1. Bidang Kebudayaan dan Pariwisata meliputi :
a. Penerimaam Bagi Hasil Tempat Penitipan Kendaraan Bermotor Candi Ratu Boko.
b. Sewa Ruang Gedung TIC.
c. Sewa Rumah Dinas.
2. Bidang Kehutanan dan Perkebunan yaitu Sewa Rumah Dinas di BP2BPT
3. Bidang Pertanian yaitu :
a. Sewa Mobil Box Daging.
b. Sewa Rumah Dinas.
4. Bidang Perindustrian dan Perdagangan meliputi
a. Sewa Lingkungan Industri Kecil (LIK) Maguwoharjo.
b. Sewa Yogya Craft Centre (YCC).
c. Sewa Rumah Dinas.
5. Bidang Pendidikan meliputi :
a. Sewa Rumah Dinas.
b. Sewa sebagian gedung BLPT.
6. Bidang Pendapatan Daerah meliputi :
a. Sewa tempat Penitipan Kendaraan Bermotor Basement Malioboro mall.
b. Kompensasi atas pemanfaatan lahan parkir untuk mendukung fasilitas Malioboro
mall.
c. Sewa Ruangan di KPPG Samsat Kabupaten/Kota
d. Bantuan Administrasi Jasa Raharja.
e. Bagian keuntungan penyertaan Modal dengan PT Jis.
f. Sumbangan Pihak Ketiga.
7. Bidang Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial meliputi :
Sewa Rumah Dinas.

3
8. Bidang Perpustakaan dan Arsip daerah meliputi :
a. Denda keterlambatan Peminjaman Buku.
b. Sewa Rumah Dinas.
9. Bidang Perekonomian dan Investasi Penanaman Modal meliputi :
a. Sewa Rumah Dinas
b. Sewa tanah dan bangunan aset Pemerintah Daerah yang belum dikelola oleh
Instansi.
10. Bidang Umum meliputi :
Pemakaian Aset Pemerintah Daera Kantor Perwakilan Jakarta.
11. Bidang Tenaga Kerja dan Transmigrasi meliputi :
Sewa Rumah Dinas/jabatan.
12. Bidang Perikanan dan Kelautan meliputi :
a. Pemakaian Kolam Pemancingan PIP Wonocatur.
b. Hasil samping Tambak Congot.
c. Sewa Pasar Ikan Cangkringan.
d. Hasil Samping PMT Bawal (perahu motor tempel).
e. Hasil samping Kapal KM DIY 01.
f. Hasil damping Lahan PPP Sadeng.
13. Bidang Pendidikan dan latihan meliputi :
a. Pemakaian Ruang/kelas dan Asrama.
b. Penyelenggaraan Diklat.
14. Dan lain-lain penerimaan diluar penerimaan tersebut di atas.
(3) Prosedur dan Tata Cara dan Ketentuan Permohonan Pemanfatan/pemakaian diatur lebih
lanjut oleh Gubernur.

BAB III
OBYEK DAN SUBYEK PENERIMAAN LAIN-LAIN

Pasal 3

(1) Obyek PLL adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah
yang dimanfaatkan/dipakai untuk dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan usaha.
(2) Subyek PLL adalah orang pribadi atau badan usaha yang memanfaatkan/memakai
pelayanan PLL.
(3) Atas pemanfaatan/pemakaian PLL dipungut biaya PLL.
(4) Subyek PLL adalah WPLL

BAB IV
KRITERIA PENERIMAAN LAIN-LAIN

Pasal 4

Kriteria PLL adalah :


1. Bersifat bukan pajak dan bukan golongan retribusi Daerah (yang diatur dalam golongan
Retribusi Jasa Umum, Retribusi jasa Usaha dan Retribusi Perijinan Tertentu).
2. Merupakan kewenangan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
3. Memberi manfaat khusus bagi orang pribadi atau badan usaha.
4. Jasa PLL dapat bersifat komersial dan non komersial.
5. Dapat dipungut secara efektif, dan efisien dan merupakan salah satu sumber pendapatan
daerah yang potensial.

4
BAB V
PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN TARIF

Pasal 5

Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif PLL didasarkan pada
kebijaksanaan daerah dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa, kemampuan
masyarakat, asepek keadilan dan berorientasi pada harga pasar.

BAB VI
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF

Pasal 6

(1) Struktur dan besarnya tarif sewa atau bagi hasil dengan mempertimbangkan asas
kepatutan, rasional dan berorientasi pada harga pasar yang diatur dalam perjanjian/kontrak,
antara Gubernur atau Pejabat yang ditunjuk dengan orang pribadi atau Badan Usaha

(2) Struktur dan besarnya tarif yang bersifat bukan sewa ditetapkan berdasarkan jenis
pelayanan dengan mempertimbangkan unsur biaya per-satuan penyediaan jasa, yang
meliputi :
a. Biaya operasional langsung meliputi biaya belanja pegawai, belanja barang, belanja
pemeliharaan, sewa tanah dan bangunan, biaya listrik dan semua biaya rutin / periodik
lainnya yang berkaitan.
b. Biaya tidak langsung, diantaranya biaya administrasi umum dan biaya lainnya yang
mendukung penyediaan jasa.
(5) Besarnya tarif PLL akan ditetapkan oleh Gubernur atau Pejabat yang ditunjuk dengan
berdasarkan tarif pasar.
(6) Gubernur atau pejabat yang ditunjuk secara berkala setiap tri wulan atau semester dapat
melakukan evaluasi dan menetapkan tarif tersebut sesuai dengan harga pasar dan atau
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB VII
WILAYAH PEMUNGUTAN

Pasal 7

PLL yang terutang dipungut di wilayah daerah yang bersangkutan atau daerah lain yang
menjadi obyek PLL.

BAB VIII
MASA PENERIMAAN LAIN-LAIN

Pasal 8

Masa PLL yang lamanya ditentukan oleh Gubernur atau pejabat yang ditunjuk.

BAB IX
BENTUK, ISI DAN TATA CARA PENGISIAN DAN PENYAMPAIAN SKPLL

Pasal 9

(1) Bentuk dan isi SKPLL sebagaimana tersebut dalam Lampiran Peraturan Daerah.
(2) Tata cara pengisian dan penyampaian SKPLL adalah sebagai berikut :

5
a. SKPLL diisi oleh petugas instansi berdasarkan besarnya tarif, untuk menentukan
besarnya PLL yang harus dibayar.
b. SKPLL dibuat rangkap 4 dengan ketentuan :
1. Lembar kesatu disampaikan kepada WPLL sebagai tanda pembayaran dan bagi
WPLL yang telah lunas diberi tanda pembayaran berupa kuitansi.
2. Lembar kedua disampaikan kepada Dinas Pendapatan daerah Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta.
3. Lembar ketiga disampaikan kepada Biro keuangan Sekretariat Daerah Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta.
4. Lembar keempat untuk arsip instansi yang bersangkutan.

BAB X
TATA CARA PEMBAYARAN

Pasal 10

(1) Pembayaran PLL dilaksanakan melalui BKP Instansi.


(2) Pembayaran PLL tersebut dilakukan pada saat penerbitan SKPLL.

BAB XI
TATA CARA PENYETORAN

Pasal 11

(1) Penyetoran PLL dilakukan oleh BKP masing-masing instansi.


(2) Hasil PLL disetor oleh BKP secara Bruto ke Bank Pembangunan Daerah Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta selaku Kas Daerah.

BAB XII
SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 12

(1) Dalam hal WPLL tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar ; dikenakan
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % ( dua perseratus ) setiap bulan dan
besarnya PLL yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan
menggunakan STPLL.
(2) Penagihan PLL melalui Badan Urusan Piutang dan lelang Negara (BUPLN) dan
dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB XIII
BIAYA PEMUNGUTAN

Pasal 13

Dalam rangka kegiatan pemungutan PLL diberikan biaya pemungutan sebesar 5 % ( lima
persen ) dari realisasi penerimaan.

BAB XIV
PEMERIKSAAN

Pasal 14

(1) Gubernur atau pejabat yang ditunjuk berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban PLL dalam rangka melaksanakan Peraturan Daerah ini.

6
(2) WPLL yang diperiksa wajib :
a. Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku dan atau catatan serta dokumen lain yang
berhubungan dengan obyek PLL.
b. Memberikan kesempatan kepada petugas yang ditunjuk untuk memasuki tempat atau
ruangan yang dianggap perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan.
c. Memberikan keterangan yang dianggap perlu.

BAB XV
KETENTUAN PIDANA

Pasal 15

(1) Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) Pasal
14 ayat (2), Peraturan Daerah ini diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 3
(tiga) bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 5.000.000,00 ( lima juta rupiah ).
(2) Disamping ancaman pidana sebagaimana tersebut kepada yang bersangkutan tetap
diwajibkan membayar penerimaan lain-lain sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini.
(3) Pidana denda tersebut ayat (1) masuk ke Kas daerah sebagai penerimaan Daerah.
(4) Tindak pidana tersebut ayat (1) adalah pelanggaran.

BAB XVI
PENYIDIKAN

Pasal 16

(1) Selain oleh Pejabat Penyidik Polisi, penyidikan tindak pidana sebagaimana dimaksud Pasal
15 Peraturan Daerah ini, dapat dilakukan oleh Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil di
lingkungan Pemerintah Daerah dalam lingkup bidang tugasnya yang pengangkatannya
sesauai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan, para penyidik tersebut Pasal ini berwenang :
a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan
dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah agar keterangan atau laporan tersebut
menjadi lebih lengkap dan jelas ;
b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan
tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana
retribusi daerah ;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan
tindak pidana di bidang retribusi daerah ;
d. memeriksa buku - buku, catatan - catatan dan dokumen - dokumen lain berkenaan
dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah ;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan
dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut ;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana
di bidang retribusi daerah ;
g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat
pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau
dokumen yang dibawa sebagaimana pada huruf e ;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi daerah ;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau
saksi ;
j. menghentikan penyidikan ;
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang
retribusi daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.
(3) Penyidik tersebut ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan
hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Polri.

7
BAB XVII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 17

Dengan berlakunya Peraturan daerah ini, terhadap pemakaian obyek PLL yang telah
ditetapkan/diperjanjikan tetap berlaku sampai dengan berakhirnya batas waktu
penetapan/perjanjian.

BAB XVIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 18

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka :


1. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 11 tahun 1990 tentang
Penyertaan Modal Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada Pihak Ketiga.
2. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5 tahun 1991 tentang
Penerimaan Dinas-dinas dan Penerimaan Lain-lain dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 19

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya
diatur lebih lanjut oleh Gubernur

Pasal 20

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan


Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.

Ditetapkan di Yogyakarta
pada tanggal ....................

GUBERNUR
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

HAMENGKU BUWONO X

Diundangkan di Yogyakarta
pada tanggal .......................

SEKRETARIS DAERAH
PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAMBANG S PRIYOHADI
NIP. 110021674

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA


TAHUN ........... NOMOR .............. SERI ..................

8
PENJELASAN ATAS
RANCANGAN PERATURAN DAERAH
PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
NOMOR ....................

TENTANG
PENERIMAAN LAIN-LAIN

I. UMUM

Sebagai upaya untuk mewujudkan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung
jawab untuk penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah perlu
dukungan pembiayaan yang memadai dari Pendapatan Asli Daerah. Oleh karena itu sesuai
dengan Pasal 79 Undang-undang Nomor 22 Tahu1999 tentang Pemerintahan Daerah, yang
menyebutkan antara lain salah satu pendapatan daerah diperoleh dari Lain-lain
Pendapatan Daerah yang sah, Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta melalui
Peraturan daerah ini mengatur Penerimaan Lain-lain sebagai tindak lanjutnya.
Sebelum berlakunya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
daerah Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta penerimaan lain-lain yang merupakan
salah satu lain-lain pendapatan daerah yang sah diatur dalam Peraturan Daerah Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5 Tahun 1991 tentang Penerimaan dari Dinas-dinas
dan Penerimaan Lain-lain. Kemudian setelah berlakunya Undang-undang 22 Tahun 1999
terdapat penerimaan Negara Bukan Pajak, yang dikarenakan adanya penggabungan
Kantor Wilayah-Kantor Wilayah ke Daerah, sehingga dalam rangka pelaksanaan tugas dan
fungsi dalam pelayanan kepada masyarakat, perlu pengelolaan dan pengaturan terhadap
penerimaan tersebut, dimasukkan dalam penerimaan lain-lain.
Selanjunya dalam rangka meningkatkan efisiensi perekonomian dan keuangan daerah
serta untuk memberikan kepastian peranan dan wewenang daerah dalam melaksanakan
penyelenggaraan dan pengelolaan penerimaan daerah yang berasal dari penerimaan lain-
lain dan penerimaan negara bukan pajak tersebut perlu segera menetapkan Peraturan
Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tentang Penerimaan Lain-lain.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 : Cukup jelas


Pasal 2 : Cukup jelas.
Pasal 3 : Cukup jelas
Pasal 4 : Cukup jelas
Pasal 5 : Cukup jelas.
Pasal 6 : Cukup jelas
Pasal 7 : Cukup jelas
Pasal 8 : Cukup jelas.
Pasal 9 : Cukup jelas
Pasal 10 : Cukup jelas
Pasal 11 : Cukup jelas
Pasal 12 : Cukup jelas
Pasal 13 : Cukup jelas
Pasal 14 : Cukup jelas
Pasal 15 : Cukup jelas
Pasal 16 : Cukup jelas
Pasal 17 : Cukup jelas
Pasal 18 : Cukup jelas
Pasal 19 : Cukup jelas
Pasal 20 : Cukup jelas

Anda mungkin juga menyukai