Anda di halaman 1dari 94

PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS

KEUANGAN PEMERINTAH

MODUL

Dasar - Dasar Akuntansi

Powered by:
http://forumprima.multiply.com

Disusun Oleh:
Sunaryo
Malul Azam

DEPARTEMEN KEUANGAN RI
2008
SAP DASAR-DASAR AKUNTANSI

1. Deskripsi Singkat
Mata ajar Dasar-Dasar Akuntansi ini bertujuan membahas pengertian akuntansi, siklus
akuntansi, persamaan dasar akuntansi, analisis transaksi, basis akuntansi, akuntasi
kas, piutang, persediaan, aktiva tetap, hutang dan ekuitas pada perusahaan komersial.
Pemberian materi ini diharapkan dapat memberikan peserta landasan berpikir sebelum
mempelajari akuntansi pemerintah. Pengetahuan akan Dasar-Dasar Akuntasi ini akan
memperoleh pendalaman setelah peserta mempelajari penerapan pada akuntansi
pemerintah.

2. Tujuan Pembelajaran Umum


Peserta dapat menjelaskan tentang pengertian akuntansi, siklus akuntansi, persamaan
dasar akuntansi, analisis transaksi dan basis akuntansi pada perusahaan komersial.
Selain itu peserta juga diharapkan untuk dapat memahami perlakuan akuntansi dan
menyajikannya dalam Laporan Keuangan atas perkiraan Kas, Piutang, Persediaan,
Aktiva Tetap, Hutang dan Ekuitas.

3. Tujuan Pembelajaran Khusus


a. Peserta dapat menjelaskan pengertian akuntansi dan manfaat laporan akuntansi
bagi para pemakai laporan akuntansi tersebut.
b. Peserta dapat membedakan antara tatabuku dengan akuntansi.
c. Peserta dapat menjelaskan persamaan dasar akuntansi dan dapat menganalisa
transaksi berdasarkan persamaan dasar akuntansi.
d. Peserta dapat memahami langkah-langkah dalam siklus akuntansi.
e. Peserta dapat mencatat transaksi dalam jurnal, mempostingnya ke akun buku
besar, dan membuat neraca saldo.
f. Peserta dapat memahami jurnal penyesuaian, akun yang perlu disesuaikan, tujuan
jurnal penyesuaian dan pencatatan jurnal penyesuaian.
g. Peserta dapat membuat ayat jurnal penutup dan ayat jurnal pembalik.
h. Peserta dapat memahami pengertian dan elemen neraca, laporan laba rugi, dan
laporan perubahan modal dan membuat laporan keuangan dengan bantuan
neraca lajur.
i. Peserta dapat membuat ayat jurnal penutup.

1
j. Peserta dapat menjelaskan pengertian kas, melakukan rekonsiliasi kas dan
menyajikan kas di neraca
k. Peserta dapat menjelaskan arti piutang dan menjelaskan nilai yang disajikan di
neraca.
l. Peserta dapat memahami arti persediaan dan menjelaskan nilai persediaan yang
disajikan di neraca.
m. Peserta dapat memahami arti penyusutan dan mengetahui nilai aktiva yang
disajikan di neraca
n. Peserta dapat menjelaskan dan melakukan akuntansi atas hutang perusahaan.
o. Peserta dapat menjelaskan dan melakukan akuntansi atas ekuitas perusahaan.

4. Topik Bahasan
a. Pendahuluan
b. Akun/Perkiraan
c. Jurnal
d. Buku Besar
e. Neraca Saldo
f. Pencatatan Beban dan Pendapatan
g. Ayat Jurnal Penyesuaian.
h. Neraca Lajur
i. Laporan Keuangan
j. Ayat Jurnal Penutup dan Ayat Jurnal Pembalik
k. Akuntansi untuk Kas
l. Akuntansi untuk Piutang
m. Akuntansi untuk Persediaan
n. Akuntansi untuk Aktiva Tetap
o. Akuntansi untuk Hutang
p. Akuntansi untuk Ekuitas
q. Laporan Arus Kas

5. Materi
a) Definisi akuntansi, siklus akuntansi, persamaan dasar akuntansi, analisis transaksi,
dan basis akuntansi.
b) Pengertian, aturan pencatatan, saldo normal, kelompok dan bagan akun.

2
c) Pengertian, fungsi dan bentuk jurnal.
d) Pengertian dan bentuk buku besar.
e) Pengertian, fungsi dan bentuk neraca saldo.
f) Pencatatan beban dan pendapatan
g) Ayat jurnal penyesuaian.
h) Pengertian dan bentuk lajur.
i) Jenis laporan keuangan dan komponen laporan keuangan.
j) Ayat jurnal penutup dan ayat jurnal pembalik
k) Akuntansi untuk kas, rekonsiliasi bank, dan kas kecil.
l) Akuntansi untuk piutang biasa dan metode penetapan beban kerugian piutang.
m) Akuntansi untuk persediaan: metode pencatatan dan metode pengukuran.
n) Akuntansi untuk aktiva tetap: perolehan, metode penyusutan, pertukaran.
o) Akuntansi untuk utang: utang jangka pendek dan utang jangka panjang.
p) Akuntansi untuk Ekuitas dan Dividen
q) Metode penyusunan laporan arus kas.

6. Waktu
Pelatihan ini akan diberikan selama dua hari (16 Jam Pelatihan)

7. Metode Pembelajaran
Pemaparan dan Latihan Soal

8. Alat Bantu
Modul Dasar-Dasar Akuntansi, Proyektor, Komputer.

9. Referensi
a. Accounting Principles, Weygant, Kieso and Kimmel, 5th edition, John Wiley & Sons,
Inc. 1998.
b. Accounting Principles, Fees and Warren, 10th edition, John Wiley & Sons, Inc. 1998.
c. Akuntansi, Suatu Pengantar, Soemarso SR. Buku Satu, Edisi Kedua, Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2000.

3
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

KATA PENGANTAR
Kami ucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas limpahan
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun modul panduan dalam
pengelolaan dan penatausahaan keuangan negara dengan nama Modul Pengelolaan
Keuangan Negara Tingkat Satuan Kerja Kementerian Negara/Lembaga.
Penyusunan modul ini bertujuan agar Satuan Kerja Kementerian Negara/Lembaga
memiliki panduan dalam pengelolaan keuangan negara yang berdasarkan Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara telah menjadi tanggung jawabnya.
Modul ini disusun oleh Tim Penyusunan dan Penyempurnaan Modul Pengelolaan
Keuangan Negara Tingkat Satuan Kerja Kementerian Negara/Lembaga Direktorat
Jenderal Perbendaharaan yang terdiri dari pihak-pihak yang berkompeten di bidangnya
dan telah dikaji sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Modul ini disusun berdasarkan fungsi pengelolaan keuangan negara dengan
sistematika penulisan uraian detail pemaparan yang merupakan penjabaran dari peraturan
perundang-undangan yang berlaku sehingga memudahkan dalam pemahamannya.
Semoga Modul Pengelolaan Keuangan Negara Tingkat Satuan Kerja Kementerian
Negara/Lembaga ini bermanfaat bagi semua pihak dan khususnya bagi Satuan Kerja
Kementerian Negara/Lembaga.

Jakarta, Oktober 2009


Penyusun,

Direktorat Jenderal Perbendaharaan

MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI ‹


MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1


A. Definisi Akuntansi......……………………………………………… 1
B. Siklus Akuntansi.....................……………………….................... 2
C. Persamaan Dasar Akuntansi ..................................................... 2
D Analisis Transaksi………………………………………………….. 3
E Basis Akuntansi…………………………………………………….. 5

BAB II. AKUN/PERKIRAAN………………….................................................. 6


A. Pengertian .................................................................................... 6
B. Aturan Pencatatan ...................................................................... 6
C. Saldo Normal……………………………………………………… 7
D. Kelompok Akun/Perkiraan…………………………………………. 8
E. Bagan Akun/Perkiraan…………………………………………… 9
F. Pencatatan Transaksi ke Bukti Transaksi……………………….. 19

BAB III. JURNAL .............................................................................................. 11


A. Pengertian .................................................................................... 11
B. Fungsi........................................................................................... 11
C. Bentuk.....................................................................…………….. 11

BAB IV. BUKU BESAR ..................................................................................... 14


A. Pengertian .................................................................................... 14
B. Bentuk ......................................................................................... 14
C. Contoh ............................................................................ 15

MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI ‹‹


MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

BAB V. NERACA SALDO ............................................................................... 18


A. Pengertian ................................................................................... 18
B. Fungsi........................................................................................... 18
C. Bentuk………………………………………………………………. 18

BAB VI. PENCATATAN, BEBAN DAN PENDAPATAN…............................ 20


A. Pencatatan Beban Dibayar di Muka ........................................... 20
B. Pencatatan Pendapatan Diterima di Muka ................................. 21

BAB VII. JURNAL PENYESUAIAN ................................................................... 23


A. Pengertian ................................................................................... 23
B. Akun Yang Harus Disesuaikan ................................................... 23

BAB VIII. NERACA LAJUR ............................................................................... 26


A. Pengertian ………………………………………………………… 26
B. Bentuk ………………………………………………..................... 26
C. Contoh ...............................................................………………… 27

BAB IX LAPORAN KEUANGAN 30


A. Tujuan………………………………………………………………. 30
B. Laporan Keuangan ………………………………………………… 30
C. Contoh……………………………………………………………….. 30

BAB X JURNAL PENUTUP DAN JURNAL BALIK 34


Pengertian…………………………………………………………… 34
Jurnal Penutup……………………………………………………… 34
Contoh……………………………………………………………….. 35
Reversing Entries (Jurnal Balik)…………………………………… 36

MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI ‹‹‹


MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

BAB XI AKUNTANSI KAS 39


A. Pengertian Kas……………………………………………………… 39
B. Rekonsiliasi Saldo Kas…………………………………………….. 39
C. Ilustrasi Akuntansi Transaksi Perusahaan dan Bank…………… 41
D. Ilustasi Rekonsiliasi………………………………………………. 43
E. Ilustrasi Bentuk Rekonsiliasi……………………………………… 43
F. Ilustrasi Jurnal untuk Mencatat Hasil Rekonsiliasi……………… 44
G. Dana Kas Kecil……………………………………………………. 44
H. Penyajian di Neraca………………………………………………. 46

BAB XII AKUNTANSI PIUTANG 47


A. Pengertian Piutang………………………………………………… 47
B. Piutang Usaha Biasa………………………………………………. 47

BAB XIII AKUNTANSI PERSEDIAAN 57


A. Pengertian Persediaan dan Cara Pencatatan………………… 57
B. Menentukan Nilai dari Persediaan Akhir…………………………. 58
C. Menaksir Nilai Persediaan…………………………………………. 61
D. Menyajikan Nilai Persediaan di Neraca………………………….. 62

BAB XIV AKUNTANSI AKTIVA TETAP 64


A. Klasifikasi…………………………………………………………….. 64
B. Pengeluaran untuk Aktiva Tetap………………………………….. 64
C. Pencatatan Perolehan Aktiva Tetap……………………………... 64
D. Perolehan Sekelompok Aktiva dengan Harga
Gabungan/Lumpsump…………………………………………….. 64
E. Perolehan Aktiva dengan Pembayaran Berkala………………… 65
F. Penggunaan Aktiva Tetap…………………………………………. 66
G. Metode Depresiasi…………………………………………………. 67
H. Pengafkiran AktivaTetap…………………………………………… 69

MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI ‹˜


MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

I. Penjualan Aktiva Tetap…………………………………………….. 70


J. Pertukaran Aktiva Tetap…………………………………………… 71

BAB XV AKUNTANSI UTANG 74


A. Pengertian…………………………………………………………… 74
B. Klasifikasi Utang……………………………………………………. 74
C. Pengukuran Utang………………………………………………….. 75

BAB XVI AKUNTANSI UNTUK EKUITAS 77


A. Pengertian Ekuitas………………………………………………… 77
B. Bentuk Perusahaan………………………………………………… 77
C. Karakteristik Perseroan Terbatas…………………………………. 77
D. Pembagian Dividen…………………………………………………. 77
E. Pembatasan Saldo Laba…………………………………………... 78

BAB XVII LAPORAN ARUS KAS 79


A. Pengertian Laporan Arus Kas…………………………………… 79
B. Bentuk/Metode Penyajian Laporan Arus Kas…………………… 79
D Akuntansi Utang Jangka Pendek…………………………………. 81
E Akuntansi Utang Jangka Panjang………………………………… 81

LAMPIRAN

MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI ˜


MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

BAB I
PENDAHULUAN

A. DEFINISI AKUNTANSI
Definisi akuntansi dapat dilihat dari 2 (dua) sudut pandang yaitu:

1. Fungsi dan Kegunaan


Akuntansi merupakan aktivitas jasa yang berfungsi memberikan informasi
kuantitatif mengenai kesatuan-kesatuan ekonomi terutama yang bersifat keuangan
yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan.

2. Proses Kegiatan
Akuntansi adalah seni mencatat, mengklasifikasi dan mengikhtisarkan transaksi-
ttransaksi kejadian yang sekurang-kurangnya atau sebagaian bersifat keuangan
dengan cara menginterpretasikan hasil-hasilnya.

Akuntansi dan Tata Buku


Akuntansi lebih luas dari Tata Buku sebab Tata Buku hanyalah pencatatan secara
sistimatis transaksi/kejadian yang dinyatakan dengan nilai uang.

Cabang Akuntansi
Terdapat 3 (tiga) cabang akuntansi yaitu:
1. Akuntansi keuangan
Adalah cabang akuntansi yang menghasilkan laporan keuangan bagi pihak
ekstern seperti investor, kreditor, dan Bapepam.
2. Akuntansi manajemen
Adalah cabang akuntansi yang menghasilkan laporan keuangan bagi pihak
intern organisasi atau manajemen.
3. Akuntansi Pemerintah
Adalah cabang akuntansi yang memproses transaksi-transaksi keuangan
pemerintah yang menghasilkan laporan keuangan sebagai bentuk
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD kepada rakyat melalui
lembaga legislatif serta untuk kepentingan pihak-pihak yang terkait.

1
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

B. SIKLUS AKUNTANSI

Bukti Jurnal Buku Neraca


Transaksi Besar Saldo

Jurnal
Penyesuaian

Laporan Jurnal
Keuangan Penutup

Berdasar gambar di atas dapat kita uraikan bahwa siklus akuntansi adalah sebagai
berikut:
a. Pencatatan Data ke dalam dokumen sumber/bukti transaksi.
b. Penjurnalan, yaitu menganalisis dan mencatat transaksi dalam jurnal (buku harian)
c. Melakukan posting ke Buku Besar yaitu memindahkan debet dan kredit dari jurnal
ke akun Buku Besar.
d. Penyusunan Neraca Saldo yaitu menyiapkan Neraca Saldo unttuk mengecek
keseimbangan Buku Besar.
e. Membuat ayat jurnal penyesuaian dan memasukkan jumlahya pada Neraca Saldo.
f. Membuat ayat-ayat penutup yaitu menjurnal dan memindahbukukan ayat-ayat
penutup.
g. Penyusunan Laporan Keuangan yaitu Laporan Rugi Laba, Laporaan Perubahan
Modal dan Neraca.

C. PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI

AKTIVA = HUTANG + MODAL

Aktiva = harta yang dimiliki perusahaan yang merupakan sumber


ekonomi. Contoh: kas, piutang, gedung dsb.

Utang = kewajiban yang menjadi beban perusahaan


Contoh: utang pembelian kredit

2
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

Modal = hak atau klaim pemilik atas aktiva perusahaan


Contoh: Setoran modal oleh pemilik

D. ANALISIS TRANSAKSI
1. Transaksi yang mempengaruhi Aktiva
1. Pembellian aktiva/aset secara tunai
Contoh = suatu perusahaan produsen minuman membeli sebuah
kendaraan seharga Rp 100.000.000,00 secara tunai
Analisis = transaksi tersebut akan mempengaruhi aktiva yaitu kas
perusahaan berkurang sebesar Rp 100.000.000,00 dan
kendaraan bertambah senilai Rp 100.000.000,00

2. Pembelian aktiva/aset secara kredit


Contoh = suatu perusahaan jasa foto copy membeli mesin foto kopi
seharga Rp 50.000.000,00 secara kredit.
Analisis = transaksi tersebut akan mempengaruhi aktiva yaitu
peralatan bertambah senilai Rp 50.000.000,00 dan hutang
berkurang senilai Rp 50.000.000,00

3. Penjualan aktiva/aset secara tunai


Contoh = suatu perusahaan minuman menjual kendaraan seharga
Rp 80.000.000,00 secara tunai
Analisis = transaksi tersebut akan mempengaruhi aktiva yaitu kas
perusahaan bertambah sebesar Rp 80.000.000,00 dan
kendaraan perusahaan berkurang senilai Rp 80.000.000,00

4. Penjualan aktiva/aset secara kredit


Contoh = suatu perusahaan minuman menjual kendaraan seharga
Rp 150.000.000,00 secara kredit
Analisis = transaksi tersebut akan mempengaruhi aktiva yaitu
kendaraan berkurang senilai Rp 150.000.000,00 dan piutang
perusahaan bertambah sebesar Rp 150.000.000,00

2. Transaksi yang mempengaruhi Utang


1. Pembelian aktiva/aset secara kredit
Contoh = suatu perusahaan membeli sebuah mesin secara kredit
seharga Rp 200.000.000,00
3
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

Analisis = transaksi tersebut akan mempengaruhi utang yaitu


utang perusahaan bertambah sebesar Rp 200.000.000,00
dan peralatan bertambah sebesar Rp 200.000.000,00.

2. Pembayaran utang
Contoh = suatu perusahaan membayar utang sebesar
Rp 50.000.000,00
Analisis = transaksi tersebut mempengaruhi utang yaitu
Utang perusahaan berkurang sebesar Rp 50.000.000,00 dan
kas berkurang sebesar Rp 50.000.000,00.

3. Transaksi yang mempengaruhi Modal


1. Penambahan investasi pemilik
Contoh = Mr. X melakukan penyetoran sebesar Rp 50.000.000,00
ke kas perusahaan sebagai tambahan modal.
Analisis = transaksi tersebut akan mempengaruhi modal yaitu
modal perusahaan bertambah sebesar Rp 50.000.000,00 dan
kas perusahaan bertambah sebsesar Rp 50.000.000,00.

2. Pengurangan investasi pemilik


Contoh = Mr. T melakukan penarikan uang perusahaan untuk
keperluan pribadi sebesar Rp 25.000.000,-
Analisis = transaksi tersebut akan mempengaruhi modal yaitu
modal perusahaan berkurang sebesar Rp 25.000.000,- dan
kas berkurang sebesar Rp 25.000.000,-.

Latihan 1
Analisislah transaksi-transaksi sebagai berikut:
1. Pembelian aktiva tetap secara tunai senilai Rp 2.000.000,00
2. Penerimaan kas atas piutang perusahaan senilai Rp 200.000,00
3. Pembelian aktiva tetap secara kredit senilai Rp4.000.000,00
4. Pembayaran utang senilai Rp 100.000,00
5. Penambahan investasi oleh pemilik sbesar Rp 3.000.000,00.
6. Pengambilan untuk pribadi sebesar Rp 300.000,00.

4
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

E. BASIS AKUNTANSI
Basis akuntansi menyatakan saat pengakuan atas transaksi yang merupakan dasar
pencatatan transaksi tersebut.
Terdapat 2 (dua) basis akuntansi yaitu basis kas dan basis akrual.

Basis Kas
Suatu transaksi yang diakui dan dicatat berdasarkan saat kas diterima dan
dikeluarkan.

Basis Akrual
Suatu transaksi diakui dan dicatat berdasarkan pengaruh transaksi pada saat kejadian
dan dicatat serta dilaporkan pada periode yang bersangkutan.

Latihan 2
Hotel SEPITRUS pada tanggal 2 Agustus 2002 menerima pembayaran dimuka sewa
kamar dari seorang tamu hotel sebesar Rp 1.000.000,- untuk sewa kamar selama 4
hari.
Bagaimana pencatatan dan pelaporan transaksi tersebut dengan basis kas dan basis
akrual?

Latihan 3
Pada tanggal 1 Januari 2000 telah dilakukan pembayaran biaya iklan untuk periode 24
bulan sebesar Rp. 24.000.000,-.
Bagaimana pencatatan dan pelaporan transaksi tersebut dengan basis kas dan basis
akrual?

5
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

BAB II
AKUN/PERKIRAAN

A. PENGERTIAN

Adalah suatu media untuk mengklasifikasikan dan mencatat penambahan dan


pengurangan dari tiap unsur-unsur laporan keuangan.

Bentuk akun/perkiraan yang paling sederhana adalah akun/perkiraan “T”, dimana sisi
kiri adalah Debet dan sisi kanan adalah Kredit. Dasar pencatatan untuk mendebet dan
mengkredit adalah persamaan akuntansi dengan tambahan beban dan pendapatan.

Bentuk perkiraan “T” adalah sebagai berikut:

D K

B. ATURAN PENCATATAN
Untuk menghindari terjadinya salah pengertian yang sering terjadi bahwa debet
diartikan sebagai penambahan dan kredit diartikan sebagai pengurangan perlu kita
uraikan arti dari pendebetan dan pengkreditan.

Pendebetan
yang dimaksud dengan mendebet atau pendebetan adalah memasukkan sejumlah
angka dalam sisi debet. Mendebet tidak selalu berarti menambah.

Pengkreditan
yang dimaksud dengan mengkredit atau pengkreditan adalah memasukkan sejumlah
angka dalam sisi kredit. Mengkredit tidak selalu berarti mengurangi.

6
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

C. SALDO NORMAL
Saldo normal tiap-tiap akun/perkiraan adalah sebagai berikut:

Perkiraan Saldo Normal Menambah Mengurangi


Aktiva Debet Debet Kredit
Utang Kredit Kredit Debet
Modal Kredit Kredit Debet
Pendapatan Kredit Kredit Debet
Beban Debet Debet Kredit

Latihan 4

Analisislah, transaksi berikut ini, perkiraan-perkiraan apa saja yang terpengaruh?


1. Pembelian aktiva tetap dengan tunai sebesar Rp. 500.000,-
2. Penjualan aktiva tetap dengan cicilan sebesar Rp. 400.000,-
3. Pelunasan Utang Dagang sebesar Rp. 300.000,-
4. Pembelian Aktiva secara kredit sebesar Rp. 250.000,-
5. Penjualan barang dagang secara kredit sebesar Rp. 100.000,-
6. Pembayaran biaya gaji pegawai sebesar Rp. 200.000,-
7. Penjualan barang dagangan dengan tunai sebesar Rp. 1.000.000,-
8. Penambahan investasi modal oleh pemilik sebesar Rp. 250.000,-
9. Pengambilan kas oleh pemilik sebesar Rp. 50.000,-

Jawab:
1. Debet : …………………………………………………………………………
Kredit : …………………………………………………………………………

2. Debet : …………………………………………………………………………
Kredit : …………………………………………………………………………

3. Debet : …………………………………………………………………………
Kredit : …………………………………………………………………………

4. Debet : …………………………………………………………………………
Kredit : …………………………………………………………………………

7
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

5. Debet : …………………………………………………………………………
Kredit : …………………………………………………………………………

6. Debet : …………………………………………………………………………
Kredit : …………………………………………………………………………

7. Debet : …………………………………………………………………………
Kredit : …………………………………………………………………………

8. Debet : …………………………………………………………………………
Kredit : …………………………………………………………………………

9. Debet : …………………………………………………………………………
Kredit : …………………………………………………………………………

D. KELOMPOK AKUN/PERKIRAAN
Terdapat 2 (dua) kelompok akun/perkiraan yaitu akun riil/permanen dan akun
nominal/sementara.

Akun Riil/Permanen
Akun-akun yang terdapat dalam Neraca yaitu Aktiva, Utang dan Modal. Akun ini
menyatakan posisi saldo keuangan pada Neraca.

Akun Nominal/Sementara
Adalah akun-akun yang terdapat dalam peerhitungan Rugi Laba yaitu akun
Pendapatan dan akun Beban. Akun-akun pada akhir periode akuntansi harus ditutup
sehingga saldonya nol pada awal periode akuntansi.

8
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

Latihan 5
Berdasarkan data di bawah ini, kelompokkan masing-masing akun/perkiraan ke dalam
kelompok akun riil dan kelompok akun nominal.
1. Penjualan
2. Kas
3. Utang Sewa
4. Beban Iklan
5. Modal
6. Piutang Dagang
7. Beban Bunga
8. Peralatan Mesin
9. Beban Penyusutan
10. Beban Gaji Bagian Administrasi
11. Perlengkapan Kantor
12. Beban Asuransi
13. Beban Pajak
14. Utang Pajak
15. Sewa Dibayar Di Muka
16. Beban Listrik, Air dan Telepon
17. Piutang Bunga
18. Persediaan
19. Beban Sewa Kantor
20. Beban Gaji Pegawai Penjualan
21. Pendapatan Bunga

E. BAGAN AKUN/PERKIRAAN
Merupakan daftar lengkap dari akun-akun yang dipakai oleh suatu perusahaan dengan
penggolongan tertentu menurut unsur laporan keuangan.

Akun Riil/Permanen
a) Aktiva
(1) Aktiva Lancar
(2) Aktiva Tidak Lancar
(3) Aktiva Tetap
(4) Aktiva Lain-lain
b) Utang
(1) Utang Lancar/jangka pendek
9
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

(2) Utang Tidak Lancar/jangka panjang

Latihan 6
Berdasarkan soal Latihan 5 di atas kelompokkan akun-akun tersebut sesuai dengan
bagan akun sebagai berikut:
Akun Riil/Neraca
a) Aktiva
(1). Aktiva Lancar
(2). Aktiva Tidak Lancar
b) Utang
c). Modal

Akun Nominal/Sementara
a) Pendapatan
(1) Pendapatan Operasi
(2) Pendapatan Non Operasi
b) Beban
(1) Beban Operasi
(2) Beban Non Operasi

F. PENCATATAN TRANSAKSI KE BUKTI TRANSAKSI


Pencatatan transaksi ke dalam bukti/dokumen dilakukan untuk tiap transaksi dan
setiap transaksi dicatat serinci mungkin yang menampung semua informasi yang perlu.
Bukti transaksi sekurang-kurangnya memuat data mengenai jumlah nilai uang yang
tercakup dalam transaksi, tanggal terjadinya transaksi, dan pihak yang terlibat di
dalamnya.
Contoh: faktur penjualan, bukti setoran kas/bank dsb.

10
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

BAB III
JURNAL

A. PENGERTIAN
Jurnal adalah catatan sistematis dan kronologis dari transaksi-transaksi keuangan
dengan menyebutkan akun yang akan didebet atau dikredit disertai jumlahnya masing-
masing dan referensinya.

B. FUNGSI
Jurnal bagi suatu perusahaan mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Fungsi Analisis
Yaitu untuk menentukan perkiraan yang di debet dan perkiraan yang dikredit serta
jumlahnya masing-masing.

2. Fungsi Pencatatan
Yaitu untuk mencatat transaksi keuangan dalam kolom debet dan kredit serta
keterangan yang perlu

3. Fungsi Historis
Yaitu untuk mencatat aktivitas perusahaan secara kronologis.

C. BENTUK
Bentuk jurnal adalah sebagai berikut:
Hal:….
Tanggal Akun & Keterangan Referensi Debet Kredit

CONTOH
Berikut ini adalah contoh jurnal dari transaksi-transaksi:

11
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

1. Pada tanggal 1 Januari 2002 Tuan Raka menyetorkan uang ke dalam perusahaan
sebesar Rp. 500.000.000,- sebagai setoran modal.

Tanggal Akun & Keterangan Ref Debet Kredit


01-01- Kas 500.000.000
2002 Modal, Tn Raka - 500.000.000
(setoran modal Tn Raka)

2. Pada tanggal 5 Januari 2002 perusahaan membeli sebuah mobil seharga Rp.
150.000.000,- serta tunai.
Tanggal Akun & Keterangan Ref Debet Kredit
05-01- Kendaraan 150.000.000
2002 Kas - 150.000.000
(pembelian kendaraan)

3. Pada tanggal 6 Januari 2002 membeli mesin fotokopi seharga Rp.50.000.000,-


secara kredit.
Tanggal Akun & Keterangan Ref Debet Kredit
06-01- Peralatan 50.000.000
2002 Utang - 50.000.000
(pembelian mesin foto kopi)

4. Pada tanggal 15 Januari 2002 dibayar beban telepon sebesar Rp.1.000.000,-.


Tanggal Akun & Keterangan Ref Debet Kredit
15-01- Beban telepon 1.000.000
2002 Kas - 1.000.000
(membayar beban telepon)

5. Pada tanggal 18 Januari 2002 diterima pendapatan dari jasa foto kopi sebesar Rp.
8.000.000,-.
Tanggal Akun & Keterangan Ref Debet Kredit
18-01- Kas 8.000.000
2002 Pendapatan - 8.000.000
(penerimaan pendapatan foto kopi)

12
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

6. Pada tanggal 26 Januari 2002 dibayar asuransi sebesar Rp. 750.000,-.


Tanggal Akun & Keterangan Ref Debet Kredit
20-01- Beban Asuransi 750.000
2002 Kas - 750.000
(membayar beban asuransi)

7. Pada tanggal 21 Januari 2002 perusahaan telah menyelesaikan jasa foto kopi
sebesar Rp.5.000.000,- tetapi uangnya belum diterima
Tanggal Akun & Keterangan Ref Debet Kredit
21-01- Piutang 5.000.000
2002 Pendapatan - 5.000.000
(penerimaan pendapatan foto kopi)

Latihan 7
Buatlah jurnal untuk transaksi-transaksi berikut ini:
1. Tanggal 5 Maret 2002 Tuan Rangga menyetorkan uang ke perusahaan sebesar
Rp. 50.000.0000,- sebagai setoran modal.
2. Tanggal 7 Maret 2002 dibeli perlengkapan sebesar Rp. 2.000.000,- secara tunai.
3. Tanggal 15 Maret 2002 dibeli sebuah mobil seharga Rp. 90.000.000,- secara
kredit dengan uang muka sebesar Rp. 10.000.000,-.
4. Tanggal 17 Maret 2002 dibeli mesin fotokopi seharga Rp. 30.000.000,- tunai.
5. Tanggal 20 Maret 2002 diterima pendapatan sebesar Rp. 15.000.000,-
6. Tanggal 22 Maret 2002 dibayar beban telepon sebesar Rp. 500.000,-
7. Tanggal 25 Maret 2002 dibayar angsuran pembelian mobil sebesar Rp.3.000.000,-
8. Tanggal 26 Maret 2002 diterima pendapatan sebesar Rp. 10.000.000,-
9. Tanggal 27 Maret 2002 dijual sebuah mesin fotokopi seharga Rp.25.000.000,-
secara kredit.
10. Tanggal 30 Maret 2002 dibayar gaji pegawai sebesar Rp.2.000.000,-

13
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

BAB IV
BUKU BESAR

A. PENGERTIAN
Buku Besar adalah buku yang berisi semua akun-akun (kumpulan akun) yang ada
dalam laporan keuangan.
Buku ini mencatat perubahan-perubahan yang terjadi pada masing-masing akun dan
pada akhir periode akan tampak saldo dari akun-akun tersebut. Setiap transaksi yang
telah dicatat dalam jurnal akan diposting atau dipindahkan ke Buku Besar secara
berkala.

B. BENTUK
Bentuk Buku Besar yang sederhana adalah bentuk T, sebagai berikut:

Buku Besar ……….. Buku Besar ………….

Debet Kredit Debet Kredit

Bentuk Buku Besar T yang cukup lengkap berbentuk sebagai berikut:

Nama Akun No. ………


Debet Kredit
Tgl. Keterangan Ref. Jumlah Tgl. Keterangan Ref. Jumlah

Bagian Referensi mengacu pada pencatatan dalam jurnal yaitu halaman jurnal pada
saat transaksi dicatat.

14
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

Proses posting mengacu ke pencatatan Debet atau Kredit pada jurnal yaitu bila dalam
jurnal dicatat dalam sisi debet dari suatu perkiraan tertentu maka dalam perkiraan
Buku Besar untuk perkiraan yang sama juga harus didebet.

C. CONTOH
Berdasar contoh jurnal pada BAB III dapat dilakukan posting ke Buku Besar sebagai
berikut:

15
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

D Kas K D Modal K
01-Jan 500.000.000 05-Jan 150.000.000 01-Jan 500.000.000
18-Jan 8.000.000 15-Jan 1.000.000
20-Jan 750.000
508.000.000 151.750.000
saldo 356.000.000 saldo 500.000.000

D Kendaraan K D Beban Telepon K


05-Jan 150.000.000 15-Jan 1.000.000

saldo 150.000.000 saldo 1.000.000

D Peralatan K D Pendapatan K
06-Jan 50.000.000 18-Jan 8.000.000
21-Jan 5.000.000

saldo 50.000.000 Saldo 13.000.000

D Hutang K D Beban Asuransi K


06-Jan 50.000.000 20-Jan 750.000

saldo 50.000.000 saldo 750.000

D Piutang K
21-Jan 5.000.000

saldo 5.000.000

Setelah seluruhnya diposting, masing-masing perkiraan dapat dihitung saldonya


dengan cara seperti contoh di atas.

16
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

Latihan 8
Berdasarkan soal Latihan 7 pada BAB III postinglah ke Buku Besar sebagai berikut:

Jawab:
D Kas K D Hutang K

D Piutang K D Modal K

D Perlengkapan K D Pendapatan K

D Kendaraan K D Beban Telepon K

D Peralatan K D Beban Gaji K

17
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

BAB V
NERACA SALDO

A. PENGERTIAN
Neraca Saldo adalah daftar yang berisi kumpulan seluruh akun/perkiraan Buku Besar.
Neraca Saldo biasanya disiapkan pada akhir periode atau dapat juga disiapkan kapan
saja untuk memastikan keseimbangan Buku Besar. Untuk menyiapkan Neraca Saldo,
saldo tiap perkiraan harus ditentukan terlebih dahulu.

B. FUNGSI
Neraca Saldo disusun untuk memastikan bahwa Buku Besar secara matematis adalah
akurat dengan pengertian bahwa jumlah saldo-saldo debet selalu sama dengan saldo-
saldo kredit. Namun keseimbangan bukan berarti catatan-catatan akuntansi benar-
benar akurat.

C. BENTUK

NERACA SALDO
Nama Akun No. Akun Debet Kredit

Saldo setiap akun disusun berurutan dari akun Neraca dan akun Rugi Laba sebagai
berikut:
a) Aktiva Lancar
b) Aktiva Tetap

18
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

c) Aktiva Lain-lain
d) Utang Lancar
e) Hutanng Tidak Lancar
f) Ekuitas
g) Pendapatan Operasi
h) Pendapatan Non Operasi
i) Beban Operasi
j) Beban Non Operasi

D. CONTOH
Berdasar contoh Buku Besar pada BAB IV dapat disusun Neraca Saldonya sebagai
berikut:

NERACA SALDO
Nama Akun No. Akun Debet Kredit
Kas 356.250.000 -
Piutang 5.000.000 -
Kendaraan 150.000.000 -
Peralatan 50.000.000
Utang - 50.000.000
Modal - 500.000.000
Pendapatan - 13.000.000
Beban Telepon 1.000.000 -
Beban Asuransi 750.000 -

Saldo 563.000.000 563.000.000

Latihan 9
Berdasarkan soal latihan 8 pada BAB IV susunlah Neraca Saldonya.

19
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

BAB VI
PENCATATAN BEBAN DAN PENDAPATAN

A. PENCATATAN PEMBAYARAN BEBAN DIBAYAR DIMUKA


Perusahaan kadangkala membayar suatu biaya yang belum terjadi yang lazim
disebut “biaya dibayar dimuka”. Misalnya pada tanggal 1 Oktober 2002,
perusahaan membayar sewa ruangan untuk masa satu tahun ke depan sebesar
Rp 1.200.000,00. Pada saat dibayar, belum seluruh manfaat pembayaran tersebut
dirasakan oleh perusahaan. Terdapat dua pendekatan untuk mencatat
pembayaran itu yaitu ”pendekatan harta” dan ”pendekatan beban”.
Dengan adanya pembayaran tersebut, uang perusahaan berkurang oleh karena
itu menurut kedua pendekatan tersebut, akun ”Kas” dikredit sebesar Rp
1.200.000,00. Perbedaannya terletak pada akun yang didebet.

1. Pendekatan Harta
Akun harta yaitu ”Sewa dibayar di Muka” didebet.
Tanggal Akun & Keterangan Ref Debet Kredit
2002
Oktober 1 Sewa Dibayar di Muka - 1.200.000
Kas 1.200.000

Selanjutnya sampai dengan 31 Desember 2002, perusahaan baru menggunakan


ruangan selama 3 bulan, sehingga sewa untuk 3 bulan (Rp 300.000,00) harus
dicatat di akun ”Biaya Sewa” untuk dilaporkan dalam Laporan Laba Rugi. Untuk itu
dibuat ayat jurnal penyesuaian sebagai berikut:

Tanggal Akun & Keterangan Ref Debet Kredit


2002
Des 31 Biaya Sewa - 300.000
Sewa Dibayar di Muka 300.000

2. Pendekatan Beban
Akun beban/biaya yaitu ”Beban/Biaya Sewa” didebet.

Tanggal Akun & Keterangan Ref Debet Kredit


2002
Oktober 1 Beban Sewa - 1.200.000
Kas 1.200.000

20
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

Selanjutnya sampai dengan 31 Desember 2002, perusahaan baru menggunakan


ruangan selama 3 bulan, sehingga sewa untuk 3 bulan (Rp 300.000,00) harus
dicatat di akun ”Biaya Sewa” untuk dilaporkan dalam Laporan Laba Rugi. Untuk itu
dibuat ayat jurnal penyesuaian sebagai berikut:

Tanggal Akun & Keterangan Ref Debet Kredit


2002
Des 31 Sewa Dibayar di Muka - 900.000
Beban Sewa 900.000

B. PENCATATAN PENDAPATAN DITERIMA DI MUKA


Perusahaan jasa seperti maskapai penerbangan dapat saja suatu saat menerima
uang harga tiket pesawat yang pada saat itu penumpangnya belum diberankatkan.
Jumlah uang yang diterima tersebut nantinya akan menjadi pendapatan setelah
penumpang tersebut diberangkatkan ke tujuan sesuai perjanjian. Dalam akuntansi,
penerimaan uang yang jasanya belum diberikan kepada pihak pembayar disebut
”Pendapatan Diterima Dimuka”. Terdapat 2 cara pencatatan atas ”Pendapatan
Diterima Dimuka”, yaitu: Pendekatan Utang dan Pendekatan Pendapatan.
Misalkan untuk pembahasan berikut, Maskapai Penerbangan SA pada tanggal 1
Desember 2002 menjual tiket pesawat dengan total harga Rp 15.000.000,00.
Sampai dengan 31 Desember 2002 harga tiket atas penumpang yang sudah
diberangkatkan berjumlah Rp 9.000.000,00.
1. Pendekatan Utang
Jurnal yang dibuat adalah mendebet akun Kas dan mengkredit akun Pendapatan
Diterima Dimuka. Jurnal yang dibuat untuk mencatat penjualan tiket pada tanggal 1
Desember 2002 adalah:
Tanggal Akun & Keterangan Ref Debet Kredit
2002
Des 1 Kas - 15.000.000
Pendapatan Tiket 15.000.000
Diterima Dimuka

Selanjutnya pada tanggal 31 Desember, karena maskapai penerbangan tersebut


telah menerbangkan penumpang dengan nilai Rp 9.000.000,00 maka perusahaan
tersebut akan mengakui pendapatan tiket sebesar Rp 9.000.000,00. Jumlah ini akan
dilaporkan dalam Laporan Laba Rugi. Sementara itu harga tiket sebesar Rp

21
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

6.000.000,00 belum diterbangkan sehingga masih berstatus ”Pendapatan Diterima


Dimuka” dan jumlah ini akan dilaporkan dalam neraca. Untuk itu jurnal yang dibuat
adalah:
Tanggal Akun & Keterangan Ref Debet Kredit
2002
Des 1 Pendapatan Tiket Diterima - 9.000.000
Dimuka 9.000.000
Pendapatan Tiket

2. Pendekatan Pendapatan
Dengan pendekatan ini, pada tanggal 1 Desember 2002 dan 31 Desember 2002
adalah:
Tanggal Akun & Keterangan Ref Debet Kredit
2002
Des 1 Kas - 15.000.000
Pendapatan Tiket 15.000.000
Pendapatan tiket - 6.000.000
Pendapatan Tiket Diterima 6.000.000
Dimuka

22
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

BAB VII
JURNAL PENYESUAIAN

A. PENGERTIAN
Jurnal penyesuaian adalah jurnal yang dibuat untuk menyesuaikan saldo akun-akun ke
saldo yang sebenarnya sampai dengan periode akuntansi, atau untuk memisahkan
antara pendapatan dan beban dari suatu periode dengan periode yang lain.

B. AKUN YANG HARUS DISESUAIKAN


Saldo akun yang perlu disesuaikan adalah :

1. Penyusutan/depresiasi aset tetap


Seluruh aset tetap kecuali tanah yang dimiliki perusahaan harus
disusutkan/didepresiasi. Terdapat beberapa metode untuk menyusutkan aset
tetap, salah satunya adalah metode garis lurus.

Contoh :
Sebuah mobil seharga Rp 90.000.000,- diperkirakan umur ekonomisnya adalah 10
tahun, apabila disusutkan menggunakan metode garis lurus maka beban
depresiasinya per tahun adalah:

90.000.000 = Rp 9.000.000; per tahun


10

Jurnal untuk mencatat beban depresiasi tersebut adalah:

Tanggal Akun & Keterangan Ref Debet Kredit


31-12-02 Beban depresiasi 9.000.000
Akumulasi depresiasi 9.000.000
kendaraan
(mencatat depresiasi kendaraan)

23
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

2. Beban dibayar di muka


Contoh :
Perusahaan membayar asuransi sebesar Rp 750.000 untuk masa 3 tahun yaitu
tahun 2002 s/d 2004. Asumsi pecatatan awal dengan pendekatan beban.

Jurnal penyesuaiannya adalah sebagai berikut:

Tanggal Akun & Keterangan Ref Debet Kredit


31-12- Asuransi Dibayar di muka 500.000
2002 Beban Asuransi - 500.000

3. Beban yang masih harus dibayar


Contoh :
Suatu perusahaan membayar gaji karyawan setiap awal bulan sebesar Rp
2.000.000; (gaji dibayar di muka)

Jurnal penyesuaiannya adalah sebagai berikut:

Tanggal Akun & Keterangan Ref Debet Kredit


31-12- Beban Gaji 2.000.000
2002 Utang Gaji - 2.000.000

4. Pendapatan diterima di muka


Contoh :
Tanggal 31 Desember 2002 sebuah hotel menerima pembayaran dari tamu hotel
sebesar Rp 750.000 untuk 5 hari.

Jurnal penyesuainnya adalah sebagai berikut:

Tanggal Akun & Keterangan Ref Debet Kredit


31-12- Pendapatan 600.000
2002 Pendapatan diterima dimuka - 600.000

24
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

5. Piutang Pendapatan
Contoh :
Tanggal 31 Desember 2002 sebuah hotel belum menerima pembayaran sewa
kamar sebesar Rp 500.000; karena pembayaran baru dilakukan pada saat check
out.

Jurnal penyesuainnya adalah sebagai berikut:


Tanggal Akun & Keterangan Ref Debet Kredit
31-12- Piutang Pendapatan 500.000
2002 Pendapatan - 500.000

Latihan 10

Buatlah jurnal penyesuaian berdasarkan data-data sebagai berikut:


1. Perlengkapan yang digunakan pada tahun ini adalah sebesar Rp.500.000;
2. Gaji karyawan yang masih harus dibayar oleh perusahaan sebesar Rp.1.000.000;
3. Perusahaan telah menyelesaikan pekerjaan jasa foto copy sebesar Rp.750.000;
tetapi belum diterima pembayarannya.
4. Tanggal 2 Januari 2002 perusahaan membayar sewa gedung kantor untuk 2 tahun
sebesar Rp 10.000.000. (Asumsi: pencatatan awal menggunkan pendekatan
beban).

25
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

BAB VIII
NERACA LAJUR

A. PENGERTIAN
Neraca Lajur adalah kertas kerja berkolom-kolom untuk memudahkan dalam membuat
penyesuaian dan penyusunan laporan keuangan.
Neraca Lajur disusun dengan memindahkan data-data Neraca Saldo dan Jurnal
Penyesuaian..

B. BENTUK
Berikut ini adalah bentuk Neraca Lajur 10 (sepuluh) kolom.

NERACA LAJUR
Perkiraan Neraca Penyesuain Neraca Rugi-Laba Neraca
Saldo Saldo
setelah
Penyesuain
D K D K D K D K D K

26
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

C. CONTOH

Berdasarkan contoh Neraca Saldo pada BAB V dan contoh jurnal penyesuaian pada
BAB VI dapat disusun Neraca Lajur sebagai berikut:

NERACA LAJUR
(Dalam Ribuan)
Perkiraan Neraca Saldo Penyesuain Neraca Saldo Rugi-Laba Neraca
setelah
Penyesuain
D K D K D K D K D K
Kas 356.250 356.250 356.250

Piutang dagang 5.000 5.000 5.000

Kendaraan 150.000 150.000 150.000

Peralatan 50.000 50.000 50.000

Utang dagang 50.000 50.000 50.000

Modal 500.000 500.000 500.000

Pendapatan 13.000 600 500 12.900 12.900

Beban telepon 1.000 1.000 1.000

Beban asuransi 750 500 250 250

563.000 563.000

9.000 9.000 9.000


Beban depresiasi
Ak. Depr. 9.000 9.000 9.000

Asuransi dibyr dimk 500 500 500

Beban gaji 2.000 2.000 2.000

Utang gaji 2.000 2.000 2.000

Pendptan diterima 600 600 600

dimk
Piutang pendapatan 500 500 500

12.250 12.250 574.500 574.500 12.250 12.900 650

Laba 650

12.900 12.900 562.250 562.250

27
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

Latihan 11
Buatlah jurnal penyesuaian untuk transaksi-transaksi berikut ini:
1. Perusahaan telah membayar sewa gedung kantor untuk 3 tahun ini sebesar Rp
12.000.000;
2. Perusahaan telah menyelesaikan pekerjaan perbaikan mobil senilai Rp
10.000.000; tetapi uangnya belum diterima.
3. Asuransi yang telah jatuh tempo sebesar Rp 1.000.000; dari Rp 2.000.000;
4. Perusahaan masih harus membayar gaji pegawai sebesar Rp 750.000;
5. Sisa perlengkapan yang ada sebesar Rp 500.000;
6. Beban depresiasi kendaraan sebesar Rp 1.000.000;

Jawab :
JURNAL PENYESUAIAN
Tanggal Akun Ref Debet Kredit

28
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

Berdasarkan data neraca saldo berikut ini dan jurnal penyesuaian di atas buatlah
neraca lajurnya!

NERACA LAJUR
(Dalam Ribuan)
Perkiraan Neraca Saldo Penyesuain Neraca Rugi-Laba Neraca
Saldo
setelah
Penyesuain
D K D K D K D K D K
Kas 100.000

Piutang 50.000

Perlengkapan 1.000

Peralatan 75.000

Kendaraan 80.000

Utang 80.000

Modal 200.000

Pendapatan 41.000

Beban telepon 500

Beban gaji 500

Beban Asuransi 2.000

Beban sewa 12.000

321.000 321.000

29
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

BAB IX
LAPORAN KEUANGAN

A. TUJUAN
Berdasar Neraca Lajur dapat disusun laporan keuangan perusahaan. Tujuan dari
disusunnya laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut
posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi pengambilan keputusan pemakaiannya.
Laporan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen atau
pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

B. LAPORAN KEUANGAN
Laporan keuangan perusahaan terdiri dari :

1. Laporan Laba Rugi


yaitu laporan mengenai pendapatan, beban, dan laba atau rugi suatu perusahaan
dalam suatu periode tertentu.

2. Laporan Perubahan Modal


yaitu laporan yang menyajikan perubahan modal karena penambahan dan
pengurangan dari laba/rugi dan transaksi pemilik.

3. Neraca
yaitu laporan yang menggambarkan posisi keuangan dari suatu perusahaan yang
meliputi aktiva, kewajiban dan ekuitas pada suatu saat tertentu.

C. CONTOH
Berdasarkan contoh Neraca Lajur pada BAB VIII dapat disusun laporan keuangan
sebagai berikut:

30
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

TUAN RAKA
LAPORAN LABA RUGI
untuk periode yang berakhir 31 Desember 2002

Pendapatan Rp 12.900.000

Beban-beban:
- Beban telepon Rp 1.000.000
- Beban asuransi Rp 250.000
- Beban depresiasi Rp 9.000.000
- Beban gaji Rp 2.000.000 (+)

Rp 12.250.000 (-)

Laba Rp 650.000

TUAN RAKA
LAPORAN PERUBAHAN MODAL
Per 31 Desember 2002

Modal 1 Januari 2002 Rp 500.000.000


Laba Rp 650.000 (+)

Modal, 31 Desember 2002 Rp 500.650.000

TUAN RAKA
NERACA
Per 31 Desember 2002
AKTIVA HUTANG
Aktiva Lancar:
Kas Rp 356.250.000 Utang Dagang Rp 50.000.000
Piutang dagang 5.000.000 Utang gaji 2.000.000
Asuransi di bayar dimuka 500.000 Pendapatan ditrm dimuka 600.000
Piutang Pendapatan 500.000

Aktiva Tetap: MODAL


Kendaraan 150.000.000 Modal Tn. Raka 500.650.000
Ak. depr. Kendr 9.000.000
Rp 141.000.000
Peralatan 50.000.000
Rp 553.250.000 Rp 553.250.000

31
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

Latihan 12
Berdasarkan data di bawah ini, susunlah Laporan Rugi Laba untuk PT TAKSAKA
periode 1 Januari 2002 sampai dengan 31 Desember 2002.

1. Beban Perlengkapan kantor ……………………………. Rp. 75.000,-


2. Beban iklan ……………………………………………… Rp. 350.000,-
3. Beban gaji pegawai …………………………………… Rp. 4.000.000,-
4. Beban sewa kantor ……………………………………… Rp. 500.000,-
5. Beban asuransi ………………………………………… Rp. 200.000,-
6. Pendapatan……………………………………………… Rp. 7.500.000,-
7. Beban telepon…………………………………………… Rp. 125.000,-
8. Beban listrik dan air …………………………………… Rp. 100.000,-
9. Beban penyusutan mesin……………………………… Rp. 300.000,-
10. Beban penyusutan mobil ……………………………… Rp. 200.000,-
11. Pendapatan bunga ……………………………………… Rp. 250.000,-
12. Beban bunga …………………………………………… Rp. 200.000,-

LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS/MODAL

Latihan 13
Dengan menggunakan data Laporan Rugi Laba di atas susun Laporan Perubahan
Modal PT TAKSAKA per 31 Desember 2002 dengan asumsi Modal 1 Januari 2002
sebesar Rp. 1.200.000,- dan pengambilan oleh pemilik sebesar Rp. 300.000,-.

Latihan 14
Berdasarkan data di bawah ini dan data Laporan Perubahan Modal dalam Latihan 13,
susunlah Neraca untuk PT TAKSAKA per tanggal 31 Desember 2002.

Kas …………………………………………………………… Rp. 400.000,-


Utang lancar ……………………………………………… Rp. 350.000,-
Utang pajak ………………………………………………… Rp. 50.000,-
Asuransi dibayar di muka…………………………………… Rp. 130.000,-
Peralatan ……………………………………………………… Rp. 1.500.000,-
Kendaraan …………………………………………………… Rp. 1.200.000,-

32
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

Akumulasi penyusutan peralatan ………………………… Rp. 300.000,-


Piutang ………………………………………………………… Rp. 460.000,-
Akumulasi penyusutan kendaraan ………………………….. Rp. 200.000,-
Sewa yang masih harus dibayar …………………………… Rp. 200.000,-
Perlengkapan kantor ………………………………………… Rp. 160.000,-

33
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

BAB X
JURNAL PENUTUP DAN JURNAL BALIK

A. PENGERTIAN
Jurnal Penutup adalah ayat jurnal yang dibuat pada akhir periode akuntansi untuk
menutup akun-akun nominal/sementara.
Akibat penutupan ini maka akun–akun ini pada awal periode akuntansi saldonya nol.

B. JURNAL PENUTUP
Terdapat 4 (empat) jurnal penutup yang harus dibuat yaitu:
1. Menutup akun Pendapatan
Akun Debet Kredit
Pendapatan xxx
Ikhtisar Rugi/Laba xxx

2. Menutup akun Beban


Akun Debet Kredit
Ikhtisar Rugi/Laba xxx
Beban xxx

3. Menutup akun Ikhtisar Rugi/Laba


Akun Debet Kredit
Ikhtisar Rugi/Laba xxx
Modal xxx

4. Menutup akun Prive


Akun Debet Kredit
Modal xxx
Prive xxx

34
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

C. CONTOH

Berikut adalah data laporan Rugi laba suatu perusahaan:

Pendapatan……………………………………………………. Rp. 12.900.000,-


Beban pendapatan…………………………………………… Rp. 1.000.000,-
Beban asuransi…………………………………………… Rp. 250.000,-
Beban depresiasi…………………………………………… Rp. 9.000.000,-
Beban gaji..…………………………………………………… Rp. 2.000.000,-

Jurnal penutup yang harus dibuat pada akhir periode akuntansi adalah sebagai berikut:

JURNAL PENUTUP

Akun Debet Kredit


Menutup Pendapatan:

Pendapatan 12.900.000
Ikhtisar Rugi/Laba 12.900.000

Menutup Beban:

Ikhtisar Rugi/Laba 12.250.000


Beban telepon 1.000.000
Beban asuransi 250.000
Beban depresiasi 9.000.000
Beban gaji 2.000.000

Menutup Ikhtisar Rugi/Laba:

Ikhtisar Rugi/Laba 650.000


Modal 650.000

35
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

Latihan 15
Buatlah jurnal penutup berdasarkan data-data sebagai berikut:

Pendapatan …………………………………………………. Rp. 20.000.000,-


Beban telepon ……………………………………………… Rp. 1.500.000,-
Beban asuransi……………………………………………… Rp. 1.000.000,-
Beban depresiasi……………………………………………… Rp. 10.000.000,-
Beban gaji …….……………………………………………… Rp. 4.000.000,-
Beban perlengkapan………………………………………… Rp. 2.000.000,-
Prive…..………………………………………………………. Rp. 5.000.000,-

Jawab:
JURNAL PENUTUP

Akun Debet Kredit

E. REVERSING ENTRIES (JURNAL BALIK)


Jurnal balik adalah jurnal yang dibuat pada awal periode sebagai kebalikan dari
sebagian jurnal penyesuaian pada akhir periode sebelumnya. Jurnal ini bersifat
opsional namun jika dilakukan memberikan manfaat. Tidak semua ayat jurnal
penyesuaian dilakukan reversing entries. Jurnal penyesuian yang dibalik adalah:
1. Utang biaya
2. Piutang Pendapatan
3. Pendapatan Diterima Dimuka jika digunakan pendekatan pendapatan

36
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

4. Biaya Dibayar Dimuka jika digunakan pendekatan beban (biaya)


Untuk memudahkan pemahaman, berikut ini disajikan ikhtisarnya saja sebagai berikut:

No. Jenis AJP Ayat Jurnal Penyesuian Jurnal Balik


1. Utang Biaya Biaya gaji xxx Utang Gaji xxx
Utang gaji xxx Biaya Gaji xxx
2. Piutang Bunga Piutang bunga xxx Pendapatan bunga xxx
Pendapatan bunga xxx Piutang bunga xxx
3. Pendapatan Pendapatan tiket xxx Pendapatan tiket DD xxx
diterima dimuka Pendapatan tiket DD xxx Pendapatan tiket xxx
4. Biaya dibayar Sewa dibayar dimuka xxx Beban Sewa xxx
dimuka Beban sewa xxx Sewa dibayar dimuka xxx

37
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

BAB XI
AKUNTANSI KAS

A. PENGERTIAN KAS
Kas adalah harta yang dapat digunakan untuk membayar kegiatan operasional
perusahaan atau dapat digunakan untuk membayar kewajiban saat ini. Wujud dari
kas dpat berupa uang kertas/logam, simpanan bank yang sewaktu-waktu dapat
ditarik, dana kas kecil, cek, bilyet giro, dsb. Item yang tidak dapat dikatakan kas
adalah cek mundur, cek yang tidak cukup dananya/not sufficient fund (NSF) check,
saldo dana yang kegunaannya dibatasi, saldo rekening koran yang diblokir.

B. REKONSILIASI SALDO KAS


Untuk pengendalian, kas dapat disimpan di bank dalam bentuk simpanan giro. Jika
hal ini terjadi maka masing-masing fihak yaitu perusahaan (nasabah) dan bank
akan melakukan pencatatan atas saldo dan perubahan dari saldo kas tersebut.
Perusahaan melakukan pencatatan atas uang yang disimpan di bank di perkiraan
(akun) cash atau cash in bank. Selanjutnya berdasarkan catatan bank, secara
berkala bank biasanya mengirimkan laporan ke nasabah yang lazim disebut
rekening koran (bank statement). Dengan demikian dapat dilakukan perbandingan
antara data menurut perusahaan dengan informasi yang dilaporkan bank.

Rekonsiliasi adalah tindakan membandingkan dua data untuk mencari


kesesuaiannya. Jika rekening koran bank tersebut dibandingkan dengan catatan
perusahaan, kemungkinan ada perbedaan yang dapat disebabkan oleh hal-hal
sebagai berikut:

1. Transaksi sudah dicatat oleh perusahaan, tetapi belum dilaporkan oleh bank,
seperti:
- setoran dalam perjalanan (deposit in transit), yaitu setoran yang dilakukan
oleh perusahaan (biasanya pada akhir suatu periode yang dicakup oleh
rekening koran) dan uang setoran tersebut telah diterima oleh bank tetapi
belum masuk dalam rekening koran bank karena rekening koran bank
dibuat mendahului setoran tersebut.
- Cek yang masih beredar (outstanding check), yaitu cek yang sudah dibuat
dan diserahkan oleh perusahaan kepada penerima tetapi sampai akhir
periode cek tersebut belum diuangkan di bank. Akibatnya perusahaan telah
mencatat pengeluaran tetapi bank belum.

39
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

2. Transaksi sudah dilaporkan di rekening koran bank, tetapi belum dicatat oleh
perusahaan, seperti:
- Biaya bank, yang dibebankan kepada nasabah dengan cara langsung
mengurangi saldo simpanan nasabah. Nasabah biasanya baru mengetahui
hal itu pada saat menerima rekening koran.
- Penerimaan tagihan oleh bank, jika bank telah menerima uang dari
pelanggan perusahaan , kadangkala bank memberi tahu hal tersebut
bersamaan dengan rekening koran.
3. Kesalahan, baik yang dilakukan oleh perusahaan maupun oleh bank, misalnya
cek untuk membayar gaji sebesar Rp 192.000.000,00 oleh petugas akuntansi
perusahaan dicatat sebesar Rp 129.000.000,00.

Berikut adalah ikhtisar tindakan dalam proses rekonsiliasi:

(a) Transaksi sudah dicatat oleh salah satu pihak tetapi belum dicatat oleh
pihak lain.

No. Item Keterangan Perlakuan


1. Setoran dalam Perusahaan sudah mencatat Saldo bank ditambah
perjalanan penambahan kas tetapi bank
belum melaporkan dalam
rekening koran
2. Cek yang sedang Perusahaan telah mencatat Saldo bank dikurangi
beredar sebagai pengeluaran kas tetapi
bank belum mencatat
3. Biaya bank Bank telah mengurangi saldo kas Saldo kas menurut
perusahaan, tetapi perusahaan perusahaan
belum mencatat dikurangi
4. Bunga/jasa giro Bank telah menambah saldo kas Saldo kas menurut
perusahaan, tetapi perusahaan perusahaan
belum mencatat ditambah
5. Debitur perusahaan Bank telah menambah saldo kas Saldo kas menurut
menyetor ke rekening perusahaan, tetapi perusahaan perusahaan
perusahaan di bank belum mencatat ditambah

(b) Adanya kesalahan oleh bank atau oleh perusahaan.


No. Item Keterangan Perlakuan
1. Penerimaan kas Saldo kas menurut perusahaan Saldo kas menurut

40
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

terlalu besar dicatat terlalu besar perusahaan


oleh perusahaan dikurangi
2. Penerimaan kas Saldo kas menurut bank terlalu Saldo bank dikurangi
terlalu besar dicatat besar
oleh bank
3. Pengeluaran kas Saldo kas menurut perusahaan Saldo kas menurut
terlalu besar dicatat terlalu kecil perusahaan
oleh perusahaan ditambah
4. Pengeluaran kas Saldo kas menurut rekening Saldo kas menurut
terlalu besar dicatat koran terlalu kecil RK ditambah
oleh bank
5. Debitur perusahaan Bank telah menambah saldo kas Saldo kas menurut
menyetor ke rekening perusahaan, tetapi perusahaan perusahaan
perusahaan di bank belum mencatat ditambah

C. ILUSTRASI AKUNTANSI TRANSAKSI PERUSAHAAN DAN BANK


Berikut ini adalah daftar transaksi antara bank dan perusahaan selama bulan
tertentu:
Perusahaan Bank
1. Salon Eliza didirikan dan Eliza setor 1. Menerima setoran dari Eliza Rp 1.000
uang ke Bank Rp 1.000
2. Diterbitkan cek no. 1 untuk membayar 2. Membayar cek no. 1
beban sewa Rp 100
3. Menerima pembayaran piutang Rp 500 3. Menerima setoran dari Salon Eliza Rp
dan langsung disetor ke bank 500
4. Diterbitkan cek no. 2 untuk membayar
honor
5. 5. Menerima setoran dari Tn. A untuk
Salon Eliza Rp 300
6. 6. Akhir bulan bank memberi jasa giro Rp
50 dan membebani Salon Eliza Rp 25
dan dibuat rekening koran.
7. Salon Eliza menyetor ke bank Rp 1.500 7. Bank menerima setoran dari Salon
Eliza Rp 1.500 (belum masuk RK)

41
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

Jurnal yang dibuat oleh perusahaan dan bank adalah sebagai berikut:
Perusahaan Bank
1. Kas di Bank 1.000 1. Kas 1.000
Modal Eliza 1.000 Giro-Salon Eliza 1.000
2. Beban Sewa 100 2. Giro-Salon Eliza 100
Kas di Bank 100 Kas 100
3. Kas di Bank 500 3. Kas 500
Piutang 500 Giro-Salon Eliza 500
4. Biaya Honor 100 4.
Kas di Bank 100
5. 5. Kas 300
Giro-Salon Eliza 300
6. 6. Biaya bunga 50
Giro-Salon Eliza 50
Giro-Salon Eliza 25
Pendapatan adm 25
7. Kas di Bank 1.500 7. Kas 1.500
Pendapatan 1.500 Giro-Salon Eliza 1.500

Buku besar Kas di Bank yang disusun oleh Eliza adalah sebagai berikut:

Kas di Bank
Tgl Uraian Debet Kredit Saldo D/K
2007
Des 1 Penyetoran 1.000 1.000 D
2 Cek No.1 100 900 D
10 Setoran 500 1.400 D
15 Cek No.2 100 1.300 D
31 Setoran 1.500 2.800 D

Buku besar Giro-Salon Eliza dan rekening koran untuk Salon Eliza yang disusun oleh
bank adalah sebagai berikut:

42
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

Salon Eliza
Tgl Uraian Debet Kredit Saldo D/K
2007
Des 1 Penyetoran 1.000 1.000 K
2 Cek No.1 100 900 K
10 Setoran 500 1.400 K
15 Setoran Tn. A 300 1.700 K
31 Jasa Giro 50 1.750 K
Biaya Bank 25 1.725 K

D. ILUSTRASI REKONSILIASI
Rekonsiliasi dilakukan dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Transaksi yang dilaporkan di Rekening Koran sisi Kredit dibandingkan dengan
transaksi yang dicatat di Buku Besar Kas di Bank sisi Debet. Maka akan
didapat data sebagai berikut:
- setoran Tn. A Rp 300 dan jasa giro Rp 50 belum dicatat oleh perusahaan,
sehingga harus ditambahkan ke saldo menurut perusahaan.
- Perusahaan sudah mencatat setoran Rp 1.500 tetapi di Rekening Koran
belum ada, sehingga harus ditambahkan ke saldo bank sebagai setoran
dalam perjalanan.
2. Transaksi di sisi Debit Rekening Koran dibandingkan dengan sisi Kredit akun
”Kas di Bank”, maka akan menghasilkan:
- Cek No. 2 sebesar Rp 200 belum tampak di Rekening Koran, sehingga cek
tersebut harus dikurangkan ke saldo menurut Rekening Koran.
- Di Rekening Koran telah ada biaya bank Rp 25, sementara di akun ”Kas di
Bank” belum ada, saldo menurut perusahaan harus dikurangi dengan biaya
bank tersebut.

E. ILUSTRASI BENTUK REKONSILIASI


Hasil perbandingan di atas dituangkan sebagai berikut:

43
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

Salon Eliza
Rekonsiliasi Saldo Kas
Untuk Bulan Desember 2007

Saldo menurut Rekening Koran Rp1,725


Ditambah: Setoran dalam Perjalanan Rp1,500
Rp3,225
Dikurangi: Cek yang beredar Rp 100
Rp3,125

Saldo menurut Perusahaan Rp2,800


Ditambah: Setoran Tn. A Rp 300
Jasa Giro Rp 50
Rp3,150
Dikurangi: Biaya Bank Rp 25
Rp3,125

F. ILUSTRASI JURNAL UNTUK MENCATAT HASIL REKONSILIASI


Transaksi yang harus dijurnal adalah transaksi yang belum dicatat oleh
perusahaan, yaitu:
Tanggal Uraian Debet Kredit
2007 Kas di Bank 350
Des 31 Piutang 300
Jasa Giro 50
Biaya Bank 25
Kas di Bank 25

G. DANA KAS KECIL


Dana Kas Kecil adalah kas yang disediakan untuk membayar pengeluaran kecil.
Terdapat dua metode pencatatan atas dana kas kecil yaitu:
1. Metode Imprest Fund (Metode Saldo Tetap)
Jika metode ini yang digunakan, maka di dalam buku besar disediakan satu
rekening untuk mempertanggungjawabkan dana kas kecil. Saldo rekening ini
tetap jumlahnya. Oleh karena itu jika ada pengeluaran kas kecil pengeluaran ini
tidak dibuat jurnal. Jurnal pengeluaran dilakukan pada saat pengisian kembali
(replenishment) yang biasanya dilakukan dengan menerbitkan cek sesuai bukti-
bukti pengeluaran dari petugas kas kecil.

44
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

Jika pada akhir tahun ada pengeluaran kas kecil yang belum diisi kembali,
dengan sistem ini pengeluaran ini tentu belum dicatat, maka pada akhir tahun
dibuat jurnal penyesuaian dengan men-debet biaya atau aset dan meng-kredit
rekening ”Kas Kecil”. Selanjutnya pada awal tahun berikutnya jurnal
penyesuaian ini dijurnal balik (direverse), agar pembukuan waktu pengisian
kembali atas pengeluaran tersebut konsisten dengan pembukuan pada waktu
yang lain.
Akuntansi untuk dana kas kecil meliputi akuntansi saat pembentukan, pengisian
kembali, dan ayat jurnal penyesuian jika pada akhir tahun ada pengeluaran
yang belum diisi kembali.
1) Misalkan perusahaan membentuk dana kas kecil dan menyerahkan sebuah
cek nominal Rp 500 kepada petugas akuntansi khusus yang menangani kas
kecil. Jurnal yang dibuat adalah:
Tgl. Akun Debet Kredit
Jan 31 Kas Kecil 500
Kas 500
2) Petugas kas kecil mengeluarkan kas kecil untuk membeli supplies kantor
Rp 200, membayar ongkos angkut barang yang dibeli Rp 150 serta biaya
lain-lain Rp 75. petugas akan menerima bukti-bukti pengeluaran. Transaksi
ini dicatat dalam catatan petugas tetapi tidak dalam bentuk jurnal.
3) Karena uang hampir habis maka petugas kas kecil menyerahkan bukti-bukti
pengeluaran sebesar Rp 425 ke bagian keuangan, kemudian petugas
menerima cek sebesar Rp 425. Tindakan ini disebut pengisian kembali
(replenishment). Jurnal yang dibuat:
Tgl. Akun Debet Kredit
Des 30 Supplies Kantor 200
Transportation-in 150
Biaya Lain-lain 75
Kas 425
4) Pada akhir tahun petugas kas kecil mengeluarkan kas untuk biaya lain-lain
sebesar Rp 50, namun belum diisi kembali, maka dibuat jurnal penyesuaian
oleh bagian akuntansi sebagai berikut:
Tgl. Akun Debet Kredit
Des 31 Biaya Lain-lain 50
Kas Kecil 50

45
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

5) Pada awal tahun berikutnya dibuat jurnal balik sebagai berikut:


Tgl. Akun Debet Kredit
Des 31 Kas Kecil 50
Biaya Lain-lain 50

2. Metode Saldo Berfluktuasi


Jika metode ini yang digunakan, maka di dalam buku besar disediakan satu
rekening untuk mempertanggungjawabkan dana kas kecil. Petugas kas kecil
membuat catatan atas kas kecil. Untuk membuat jurnal dianalisis dengan
seksama transaksi yang berkaitan dengan kas kecil. Pada hakikatnya hanya
ada dua transaksi yaitu: (1) transaksi yang menambah Kas Kecil, dan (2)
transaksi yang mengurangi Kas Kecil.
Transaksi yang menambah kas kecil adalah transaksi pengisian kas kecil atau
replenishment. Transaksi yang mengurangi kas kecil umumnya adalah untuk
pembayaran biaya tertentu atau pembelian harta tertentu.
Karena metode saldo berfluktuasi tidak dipakai oleh pemerintah, maka modul
ini tidak memberikan ilustrasi rinci mengenai metode saldo berfluktuasi.

H. PENYAJIAN DI NERACA
Kas disajikan di neraca sebesar nilai nominal.

SOAL LATIHAN
PT Agung menyimpan uang di Bank Amal. Pada tanggal 31 Januari 2006
perusahaan menerima rekening Koran bulan Januari 2006. Saldo menurut
rekening koran Rp 4.500.000,00 sementara itu saldo kas menurut perusahaan Rp
2.977.000,00. Setelah diteliti perbedaan tersebut disebabkan oleh:
a. Terdapat setoran tanggal 31 Januari 2006 Rp 1.000.000,00 yang belum masuk
dalam rekening koran;
b. Cek yang sedang beredar Rp 500.000,00
c. Sebuah cek untuk membayar hutang nominal Rp 252.000,00
d. Dalam rekening Koran terdapat pengkreditan Rp 2.000.000,00 yang merupakan
setoran pelanggan PT. Agung langsung ke Bank Amal
e. Bank memberi bagi hasil Rp 100.000,00 pada perusahaan dan telah dikreditkan
di rekening Koran
f. Bank membebani perusahaan dengan biaya bank sebesar Rp 50.000,00

Diminta: Susun rekonsiliasi saldo kas dan buatlah jurnal yang diperlukan.

46
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

BAB XII
AKUNTANSI PIUTANG

A. PENGERTIAN PIUTANG
Piutang merupakan klaim (hak untuk mendapatkan) uang dari entitas lain. Piutang juga
disebut tagihan atau receivable. Menurut bukti pendukungnya piutang dapat
dikelompokkan menjadi:
1. Piutang Wesel/Notes Receivable atau Wesel Tagih, yaitu tagihan yang didukung
oleh instrument kredit resmi seperti Promes. Promes adalah janji tertulis untuk
membayar uang pada tanggal tertentu tanpa syarat.
2. Piutang Usaha Biasa yaitu tagihan yang didukung oleh bukti usaha biasa biasa
seperti faktur atau bukti bahwa perusahaan telah menjual barang/jasa ke fihak
yang berhutang (debitur).
Mempertimbangkan relevansinya dengan praktek akuntansi piutang pada instansi
pemerintah khususnya pada kementerian negara/lembaga, bab ini akan lebih banyak
membahas mengenai piutang usaha biasa.

B. PIUTANG USAHA BIASA


1. Timbulnya piutang dan akuntansinya
Piutang dapat timbul karena menjual barang/jasa atau karena perusahaan
memberi pinjaman ke perusahaan lain. Umumnya piutang dicatat pada saat
timbulnya yaitu setelah perusahaan menyerahkan baran/jasa yang dijual.
1) Penjualan barang/jasa
Jika perusahaan menjual jasa secara kredit, misalkan perusahaan pada
tanggal 5 Januari 2006 telah menjual jasa sebesar Rp 5.000.000,00. Karena
perusahaan sudah menyerahkan jasa, maka perusahaan dapat mengakui
piutang dan pendapatan jasa dengan membuat jurnal sebagai berikut:
Tgl. Akun Debet Kredit
2006
Jan 5 Piutang Usaha 5.000.000
Pendapatan Usaha 5.000.000

47
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

2) Pemberian Pinjaman
Piutang juga dapat timbul karena perusahaan memberi pinjaman uang pada
perusahaan lain. Misalnya pada tanggal 15 Januari 2006 PT Angkasa Pura II
telah memberi pinjaman kepada pegawai sebesar Rp 500.000,00 maka jurnal
yang dibuat oleh perusahaan adalah:
Tgl. Akun Debet Kredit
2006
Jan 15 Piutang Pegawai 500.000
kas 500.000

2. Kerugian Piutang
Piutang memiliki resiko tidak tertagih sehingga timbul kerugian. Terdapat dua
metode dalam akuntansi kerugian piutang, yaitu:
1) Metode Langsung
Jika metode ini yang digunakan, perusahaan tidak membentuk cadangan. Jika
ada piutang yang dihapus, Kerugian Piutang didebet, dan rekening Piutang
dikredit. Saldo rekening Kerugian Piutang pada akhir tahun disajikan dalam
Laporan Laba Rugi.
2) Metode Cadangan/Penyisihan
Jika metode ini yang digunakan perusahaan pertama-tama membentuk
cadangan atau penyisihan kerugian piutang dengan mendebet Beban Kerugian
Piutang dan mengkredit Cadangan/Penyisihan Kerugian Piutang. Pada akhir
tahun, saldo rekening Beban Kerugian Piutang disajikan dalam Laporan Laba
Rugi, sedangkan saldo rekening Penyisihan disajikan di neraca sebagai
pengurang Piutang.
Jika ada piutang yang dihapus, perusahaan tidak mengakui kerugian, sebab
kerugian sudah diakui pada saat membentuk cadangan. Perusahaan
mengurangi Cadangan dengan mendebet rekening Cadangan dan mengkredit
rekening Piutang.
Jika banyak penghapusan piutang, saldo Cadangan dapat habis, oleh karena
itu setiap akhir tahun Cadangan disesuaikan. Jadi pencatatan kerugian piutang
dilakukan pada saat:
- pembentukan Cadangan; dan
- penyesuaian saldo Cadangan.

48
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

Berikut ini contoh ikhtisar akuntansi kerugian piutang dengan metode


Cadangan:
a. Pada tanggal 31 Desember 2005 dibentuk cadangan kerugian piutang Rp 5.000,00
b. Pada tanggal 19 September 2006 dihapuskan piutang sebesar Rp 3.000,00
c. Pada tanggal 14 Desember 2006 diterima piutang yang telah dihapus Rp 2.500
Transaksi Jurnal
Membentuk Cadangan Beban Kerugian Piutang 5.000
Cadangan/Penyisihan Kerugian Piutang 5.000
Menghapus Piutang Cadangan/Penyisihan Kerugian Piutang 3.000
Piutang 3.000

Menerima Piutang yang Piutang 2.500


telah dihapus Cadangan/Penyisihan Kerugian Piutang 2.500
Kas 2.500
Piutang 2.500
Menyesuaikan akun Pada akhir tahun dilakukan penyesuian berdasarkan:
Cadangan a. Penjualan b. Saldo Piutang
c. Menyesuaian saldo rekening Cadangan Kerugian Piutang
1) Dasar Penjualan
Pertama, tentukan besarnya penjualan kredit selama setahun, jika tidak ada
data gunakan total penjualan selama satu periode. Besarnya taksiran
kerugaian ditentukan dengan mengalikan % kerugian dengan penjualan
tersebut, lalu dijurnal. Misalkan penjualan kredit selama tahun 2005 sebesar Rp
1.000.000.000,00 dan ditaksir kerugian piutang adalah 5% x Rp
1.000.000.000,00 = Rp 50.000.000,00. Jurnal yang dibuat adalah:
Tgl. Akun Debet Kredit
2005
Des 31 Beban Kerugian Piutang 50.000.000
Penyisihan Ker. Piutang 50.000.000

2) Dasar Piutang
Terdapat tiga langkah yang harus dilakukan, yaitu:
(a) Menentukan besarnya taksiran kerugian piutang;
(b) Membandingkan taksiran kerugian piutang dengan saldo rekening
Cadangan/Penyisihan;
(c) Membuat jurnal jika hasil perbandingan pada poin b tidak sama.

49
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

Langkah pertama:
Untuk menentukan besarnya taksiran kerugian piutang dikemudian hari, dapat
didasarkan pada: (1) Total piutang pada akhir tahun, atau (2) Umur masing-
masing tagihan.
(1) Didasarkan pada Total Piutang
Caranya dengan mengalikan total piutang dari rekening “Piutang” dengan
% yang telah ditetapkan. Misalnya dari PT ABC diperoleh data sebagai
berikut dan taksiran kerugaian piutang adalah 15% dari total piutang.

DEBITUR JUMLAH TGL FAKTUR TGL JATUH TEMPO


PT A 2.000 20/12/2005 20/01/2006
PT B 2.500 15/10/2005 15/11/2005
PT ABC 1.000 15/11/2005 15/12/2005
PT X 3.000 3/10/2005 3/11/2005
PT Y 2.500 3/7/2005 3/8/2005
PT Z 1.000 3/8/2005 3/9/2005
JUMLAH 12.000
Taksiran kerugian piutang = 15% x Rp 12.000,00 = Rp 1.800,00.

(2) Didasarkan pada Umur Piutang


Caranya hampir sama, namun saldo rekening piutang dianalisis terhadap
tanggal penerbitan dan tanggal jatuh tempo, kemudian dikelompokkan
menurut umurnya. Kemudian saldo masing-masing kelompok piutang
dikalikan dengan prosentase yang telah ditetapkan berdasarkan
pengalaman. Cara menentukan umur piutang dapat dicari (a) dari tanggal
faktur ke 31 Desember atau (b) dari tanggal jatuh tempo ke 31 Desember.
(a) Umur piutang dihitung dari tanggal jatuh tempo ke tanggal 31
Desember
Karena ada kemungkinan terdapat piutang yang belum jatuh tempo
maka biasanya pengelompokannya meliputi piutang yang belum jatuh
tempo dan yang sudah lewat waktu. Misalkan prosentase kerugian
ditaksir sebagai berikut:
Umur Piutang % Taksiran Kerugian Piutang
Belum jatuh tempo 10%
Lewat waktu s.d. 30 hari 15%
Lewat waktu lebih dari 30 hari 20%

50
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

Untuk mempermudah menentukan besarnya taksiran kerugian dibuat


daftar umur piutang sebagai berikut:
Belum Jatuh Lewat s.d Lewat Waktu
Nama Debitur Jumlah
Tempo 30 Hari > 30 Hari
PT A 2.000 2.000
PT B 2.500 2.500
PT ABC 1.000 1.000
PT X 3.000 3.000
PT Y 2.500 2.500
PT Z 1.000 1.000
Jumlah 12.000 2.000 1.000 9.000
% Penyisihan 10% 15% 20%
Jumlah Penyisihan 2.150 200 150 1.800

(b) Umur piutang dihitung dari tanggal faktur ke tanggal 31 Desember


Karena umur piutang dihitung dari tanggal faktur, maka biasanya
pengelompokan umur piutang berdasarkan jumlah hari. Misalkan
prosentase kerugian ditaksir sebagai berikut:
Umur Piutang % Taksiran Kerugian Piutang
s.d. 30 hari 10%
31 s.d. 60 hari 15%
lebih dari 60 hari 20%

Untuk mempermudah menentukan besarnya taksiran kerugian dibuat


daftar umur piutang sebagai berikut:
Nama Debitur Jumlah s.d. 30 31 s.d. 60 Lebih dari
hari hari 60 hari
PT A 2.000 2.000
PT B 2.500 2.500
PT ABC 1.000 1.000
PT X 3.000 3.000
PT Y 2.500 2.500
PT Z 1.000 1.000
Jumlah 12.000 2.000 1.000 9.000
% Penyisihan 10% 15% 20%
Jumlah Penyisihan 2.150 200 150 1.800

Langkah kedua:

51
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

Membandingkan antara jumlah taksiran kerugian piutang yang telah dihitung


dengan saldo rekening Cadangan/Penyisihan Kerugian Piutang. Dari
perbandingan ini akan ada 4 kemungkinan, yaitu:
(a) Rekening Cadangan bersaldo Kredit yang sama dengan taksiran kerugian
piutang hasil perhitungan, tidak ada penyesuaian.
(b) Rekening Cadangan bersaldo Kredit lebih kecil dari taksiran kerugian
piutang hasi perhitungan, perlu ditambah dengan membuat jurnal
penyesuaian.
(c) Rekening Cadangan bersaldo Kredit lebih besar dari taksiran kerugian
piutang hasil perhitungan, perlu dikurangi dengan membuat jurnal
penyesuaian.
(d) Jika Cadangan bersaldo debet, berarti Cadangan yang dihitung tahun lalu
kurang, sehingga rekening Cadangan harus dikredit sejumlah saldo debet
ditambah dengan jumlah taksiran kerugian piutang hasil perhitungan.

Langkah ketiga:
Kasus I
Misalkan dalam langkah kedua telah dihasilkan bahwa taksiran kerugian
piutang adalah Rp 2.150,00 dan saldo rekening Cadangan kredit Rp
2.150,00, maka tidak perlu ayat jurnal penyesuaian.

Kasus II
Misalkan dalam langkah kedua telah dihasilkan bahwa taksiran kerugian
piutang adalah Rp 2.150,00 dan saldo rekening Cadangan kredit Rp
2.000,00, maka tidak ayat jurnal penyesuaian yang dibuat adalah:
Tgl. Akun Debet Kredit
2005
Des 31 Beban Kerugian Piutang 150
Penyisihan Ker. Piutang 150

Jika jurnal ini diposting ke Buku Besar maka rekening Cadangan akan
tampak sebagai berikut:

52
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

Penyisihan/Cadangan Kerugian Piutang


Tgl Uraian Jumlah Tgl Uraian Jumlah
Des 31 2.000
31 AJP 150

Beban Kerugian Piutang


Tgl Uraian Jumlah Tgl Uraian Jumlah
Des 31 AJP 150

Kasus III
Misalkan dalam langkah kedua telah dihasilkan bahwa taksiran kerugian
piutang adalah Rp 2.150,00 dan saldo rekening Cadangan kredit Rp
3.000,00, maka tidak ayat jurnal penyesuaian yang dibuat adalah:
Tgl. Akun Debet Kredit
2005
Des 31 Penyisihan Ker. Piutang 850
Beban Kerugian Piutang 850
Jika jurnal ini diposting ke Buku Besar maka rekening Cadangan akan
tampak sebagai berikut:
Penyisihan/Cadangan Kerugian Piutang
Tgl Uraian Jumlah Tgl Uraian Jumlah
31 AJP 850 Des 31 3.000

Beban Kerugian Piutang


Tgl Uraian Jumlah Tgl Uraian Jumlah
Des 31 AJP 850

Kasus IV
Misalkan dalam langkah kedua telah dihasilkan bahwa taksiran kerugian
piutang adalah Rp 2.150,00 dan saldo rekening Cadangan debet Rp
1.000,00, maka tidak ayat jurnal penyesuaian yang dibuat adalah:

53
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

Tgl. Akun Debet Kredit


2005
Des 31 Beban Kerugian Piutang 3.150
Penyisihan Ker. Piutang 3.150
Jika jurnal ini diposting ke Buku Besar maka rekening Cadangan akan
tampak sebagai berikut:
Penyisihan/Cadangan Kerugian Piutang
Tgl Uraian Jumlah Tgl Uraian Jumlah
Des 31 1.000 Des 31 AJP 3.150

Beban Kerugian Piutang


Tgl Uraian Jumlah Tgl Uraian Jumlah
Des 31 AJP 3.150

d. Penyajian di Neraca
Piutang di sajikan di neraca sebesar nilai realisasinya. Nilai ini adalah jumlah yang
akan diterima berupa nilai nominal dikurangi denan taksiran kerugian piutang yang
telah dibentuk dan disesuaikan setiap akhir tahun. Dengan demikian jumlah
tersebut merupakan jumlah yang diharapkan dapat ditagih.
Dengan data di atas, Neaca PT ABC akan tampak sebagai berikut:

PT ABC
Neraca
31 Desember 2005

Harta Lancar:
Kas xx
Piutang Rp 12.000,00
Penyisihan Kerugian Piutang (Rp 2.150,00) Rp 9.850,00

Kadangkala perusahaan memberikan potongan tunai dan kesempatan untuk


mengembalikan barang (retur penjualan). Jika perusahaan telah menjual barang
dengan syarat di atas, maka ada kemungkinan pembeli akan membayar dalam

54
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

masa diskon atau bahkan pembeli dapat saja mengembalikan barang ke


perusahaan. Agar perusahaan dapat menyajikan nilai piutang sebesar nilai realissi,
maka pada akhir tahun perusahaan membuat jurnal untuk mengakui retur dan
pemberian potongan penjualan walaupun belum terjadi retur dan pemberian
potongan tunai penjualan. Jurnal itu juga dmaksudkan untuk mengurangi nilai
piutang sehingga nilai yang disajikan adalah sebesar nilai yang dapat direalisir.
Misalkan pada akhir tahun 2005 diperkirakan bahwa debitur akan membayar
dengan diskon Rp 20,00 dan melakukan retur Rp 100,00, maka perusahaan pada
tanggal 31 Desember 2005 akan membuat jurnal:

Tgl. Akun Debet Kredit


2005
Des 31 Potongan Tunai Penjualan 20
Cadangan Pot. Tunai Penjualan 20
Retur Penjualan 100
Cadangan Retur Penjualan 100

PT ABC
Neraca
31 Desember 2005

Harta Lancar:
Kas xx
Piutang Rp 12.000,00
Cadangan Pot Tunai & Retur Rp 120,00
Penyisihan Kerugian Piutang Rp 2.150,00 (Rp 2.270,00) Rp 9.730

SOAL LATIHAN
SOAL 1
Pada tanggal 1 Januari 2005 saldo akun piutang dangan Rp 2.000.000,00 dan
saldo akun Penyisihan Kerugian Piutang Dagang Rp 250.000,00. Selama tahun
2005 telah terjadi transaksi sebagai berikut:
a. Dijual secara kredit barang dagangan Rp 15.000.000,00
b. Diterima uang hasil penagihan piutang Rp 14.000.000,00
c. Dihapuskan piutang Rp 400.000,00
d. Diterima piutang yang telah dihapus Rp 50.000,00
Diminta: Buat jurnal untuk mencatat transaksi di atas!

55
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

SOAL 3
Saldo akun Piutang per 31 Desember 2005 Rp 100.000.000,00 sementara itu
saldo akun Cadangan Piutang (K) Rp 6.000.000,00. Ditaksir, dimasa datang
piutang yang tak dapat ditagih 10% dari Piutang.
Diminta: Jurnal penyesuaian yang diperlukan.

SOAL 4
Saldo akun Piutang per 31 Desember 2005 Rp 100.000.000,00 sementara itu
saldo akun Penjualan (K) Rp 600.000.000,00, Cadangan Kerugian Piutang (K) Rp
2.000.000,00. Ditaksir, dimasa datang piutang yang tak dapat ditagih 1% dari
Penjualan.
Diminta: Jurnal penyesuaian yang diperlukan.

56
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

BAB XIII
AKUNTANSI PERSEDIAAN

A. PENGERTIAN PERSEDIAAN DAN CARA PENCATATAN

Persediaan merupakan barang yang diperoleh untuk dijual kembali atau bahan untk
diolah menjadi barang jadi atau barang jadi yang akan dijual atau barang yang akan
digunakan. Persediaan ini dapat dicatat dengan dua sistem yaitu: Sistem Periodik
dan Sistem Perpetual.

Dalam Metode Perpetual, pada waktu membeli barang dibuat jurnal yang men-debet
akun Persediaan Barang Dagangan dan meng-kredit akun Hutang atau Kas. Pada
waktu menjual barang dibuat jurnal yang mendebet akun Harga Pokok Penjualan dan
mengkredit akun Persediaan sehingga akun Persediaan akan menunjukkan harga
pokok dari persediaan yang ada di gudang.

Jika menggunakan Sistem Periodik, jika ada penjualan barang tidak dibuat jurnal untuk
harga pokok dari barang yang dijual di bagian akuntansi. Pada akhir tahun, persediaan
yang ada di gudang penyimpanan dihitung jumlah kuantitasnya dan ditentukan
nilai/harga belinya. Untuk menentukan persediaan yang dipakai/dijual, persediaan
yang pernah ada (persediaan awal ditambah pembelian selama satu periode)
dikurangi dengan persediaan akhir periode. Kemudian dibuat dua ayat jurnal
penyesuaian. Jurnal yang pertama mendebet akun Ikhtisar Laba Rugi dan mengkredit
akun Persediaan sejumlah persediaan awal. Jurnal yang kedua didasarkan atas hasil
inventarisasi fisik barang pada akhir tahun. Jurnalnya mendebet akun Persediaan
Barang Dagangan dan mengkredit akun Ikhtisar Laba Rugi. Ayat jurnal ini dibuat
sekaligus dalam satu periode.

Berikut ini adalah ilustrasi jurnal untuk sistem perpetual dan sistem periodic, namun
belum mencakup seluruh transaksi berkaitan dengan persediaan, seperti pembayaran
ongkos angkut, penerimaan dan pemberian diskon.

Transaksi Sistem Periodek Sistem Perpetual


1. Membeli barang Pembelian 10.000 Persediaan Brg Dag 10.000
dagangan secara Hutang 10.000 Hutang 10.000
kredit Rp 10.000

2. Retur pembelian Rp Hutang 500 Hutang 500


500 Retur Pembelian 500 Persediaan Brg Dag 500

57
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

3. Terdapat barang yang Piutang/Kas 4.000 Piutang/Kas 4.000


dijual. Harga jual Rp Penjualan 4.000 Penjualan 4.000
4.000 dan harga HPP 1.500
pokok barang Rp Persediaan Brg Dag 1.500
1.500
4. Pada akhir tahun Mutlak harus dilakukan inventarisasi Tanpa inventarisasi sudah dapat
fisik karena tanpa inventarisasi fisik diketahui persediaan, namun inventarisasi
barang, tidak dapat diketahui perlu dilakukan
persediaan yang ada
Misalkan menurut Jika hasil inventarisasi fisik tidak sama
perhitungan fisik pada Ikhtisar L/R 150 dengan saldo rekening persediaan,
akhir tahun saldo Persediaan B.D. 150 perusahaan perlu membuat jurnal, jika
persediaan Rp 200 sama tidak perlu membuat jurnal.
dan pada awal tahun Persediaan B.D 200
Rp 150. Ikhtisar L/R 200

B. MENENTUKAN NILAI DARI PERSEDIAAN AKHIR

Jika perusahaan sering membeli barang dan harga beli masing-masing pembelian
berbeda, maka perusahaan akan mengalami kesulitan dalam menentukan harga
pokok barang yang dipakai/dijual dan harga pokok barang yang masih ada di gudang.

Sebagai contoh data persediaan barang dagangan untuk bulan Januari 2006 sebagai
berikut:

Januari 1 Persediaan 200 unit @ Rp10 = Rp 2.000


12 Pembelian 400 unit @ Rp12 = Rp 4.800
26 Pembelian 300 unit @ Rp11 = Rp 3.300
30 Pembelian 100 unit @ Rp13 = Rp 1.300

Setelah dilakukan inventarisasi fisik, jumlah pesediaan per 31 Januari 2006 adalah 300
unit. Tentukan:
a. Persediaan per 31 Januari 2006.
b. Harga pokok persediaan yang dijual dalam bulan Januari 2006.

Barang yang tersedian untuk dijual selama bulan Januari adalah 200 + 400 + 300 +
100 = 1.000 unit, maka barang yang dijual adalah 1.000 – 300 = 700 unit. Karena
harga belinya berbeda-beda, maka perlu asumsi arus barang yang akan digunakan
sebagai dasar penentuan harga pokok barang yang dijual dan persediaan akhir
sebagai berikut:
a. FIFO (First In First Out), barang yang masuk terlebih dahulu dianggap yang
pertama kali dijual/keluar sehingga persediaan akhir akan berasal dari pembelian
yang termuda/terakhir.

58
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

b. LIFO (Last In First Out), barang yang terakhir masuk dianggap yang pertama kali
keluar, sehingga persediaan akhir terdiri dari pembelian yang paling awal.

c. Everage, pengeluaran barang secara acak dan harga pokok barang yang sudah
digunakan maupun yang masih ada ditentukan dengan cara dicari rata-ratanya.
Penerapan asumsi ini berlaku baik dalam sistem periodik maupun dalam sistem
perpetual.
a. Jika perusahaan menggunakan Sisem Periodik
1) FIFO
Dengan metode ini jumlah barang yang digunakan sebanyak 700 unit
diasumsikan berasal dari barang yang pertama kali dibeli, yaitu:
200 unit @ Rp 10 = Rp 2.000
400 unit @ Rp 12 = Rp 4.800
100 unit @ Rp 11 = Rp 1.100
Harga pokok penjualan Rp 7.900
Selanjutnya persediaan yang 300 unit dianggap dari pembelian tanggal 26 dan
30 Januari 2006 dengan rincian sebagai berikut:
200 unit @ Rp 11 = Rp 2.200
100 unit @ Rp 13 = Rp 1.300
Persediaan akhir Rp 3.500

2) LIFO
Dengan metode ini jumlah barang yang dijual sebanyak 700 unit
diasumsikan berasal dari barang yang terakhir dibeli, yaitu:
100 unit @ Rp 13 = Rp 1.300
300 unit @ Rp 11 = Rp 3.300
300 unit @ Rp12 = Rp 3.600
Harga pokok penjualan Rp 8.200
Selanjut persediaan akhir 300 unit dianggap berasal dari pembelian tanggal
1 dan 12 Januari 2006, yaitu:
200 unit @ Rp 10 = Rp 2.000
100 unit @ Rp 12 = Rp 1.200
Persediaan akhir Rp 3.200

59
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

3). Metode Rata-rata


Untuk menghitung persediaan akhir dan harga pokok penjualan perlu dibuat
perhitungan sebagai berikut:

Tanggal Keterangan Unit Harga per Unit Jumlah


Jan 1 Persediaan 200 Rp 10 Rp 2.000
12 Pembelian 400 Rp 12 Rp 4.800
26 Pembelian 300 Rp 11 Rp 3.300
30 Pembelian 100 Rp 13 Rp 1.300
Jumlah 1,000 Rp 11.400
Rata-rata = Rp11.400 : 1.000 Rp 11,4
Harga pokok penjualan = 700 x Rp 11,4 = Rp 7.980
Persediaan akhir = 300 x Rp11,4 = 3.240

b. Jika perusahaan menggunakan Sistem Perpetual


Jika perusahaan menggunakan sistem perpetual, penentuan harga pokok barang
yang dijual dan persediaan akhir dilakukan setiap perusahaan menjual barang.
Untuk mempermudah pekerjaan menentukan harga pokok ini digunakan suatu
kartu yang lazim disebut Kartu Persediaan. Satu jenis barang disediakan satu
Kartu. Dengan demikian sistem ini baru cocok untuk persediaan yang nilainya
tinggi.

Misalkan atas satu jenis barang diperoleh informasi sebagai berikut:


Tanggal Keterangan Unit Harga Beli per Unit
Jan. 1 Persediaan 200 Rp 10
12 Pembelian 400 Rp 12
17 Dijual 300
26 Pembelian 300 Rp 11
27 Dijual 200
28 Dijual 300
30 Pembelian 100 Rp 13

60
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

Berikut ini hanya diberikan contoh metode FIFO:


Dibeli Dipakai Persediaan
Tgl Ket Unit Cost Jumlah Unit Cost Jumlah Unit Cost Jumlah
Jan 1 Persediaan 200 10 2.000
12 Pembelian 400 12 4.800 200 10 2.000
400 12 4.800
17 Dijual 200 10 2.000 300 12 3.600
100 12 1.200
26 Pembelian 300 11 3.300 300 12 3.600
300 11 3.300
27 Dijual 200 12 2.400 100 12 1.200
300 11 3.300
28 Dijual 100 12 1.200 100 11 1.100
200 11 2.200
30 Pembelian 100 13 1.300 100 11 1.100
100 13 1.300

C. MENAKSIR NILAI PERSEDIAAN

Kadangkala situasi tidak memungkinkan dilakukan penghitungan fisik atau sistem


perpetual sangat mahal untuk diterapkan. Suatu supermarket dengan beribu macam
jenis persediaan mungkin akan terganggu operasionalnya jika setiap bulan harus
melakukan penghitungan fisik persediaan dalam rangka menyusun laporan keuangan
bulanan. Perusahaan asuransi dalam menentukan besarnya kerugian atas persediaan
yang terbakar tidak mungkin menghitung secara fisik barang yang terbakar karena
barangnya sudah rusak bahkan habis.

Keadaan di atas mendorong dilakukan penaksiran cost dari persediaan. Terdapat dua
metode yang sering digunakan yaitu metode harga eceran dan metode laba kotor.

1. Metode Harga Eceran


Cost persediaan ditentukan dengan mengkonversi persediaan menurut harga
eceran menjadi cost dengan mengggunakan prosentase cost terhadap harga
eceran. Contoh:

Harga Pokok (Cost) Harga Eceran


Persediaan 1 Januari 2005 Rp 60.000 Rp 100.000
Pembelian Januari 2005 Rp 540.000 Rp 900.000
Barang tersedia untuk dijual Rp 600.000 Rp 1.000.000
% Cost thd Harga Eceran=
(600.000 : 1.000.000) x 100% = 60%

61
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

Penjualan Rp 700.000
Persediaan akhir Rp 300.000

Nilai cost persediaan akhir = 60% x Rp 300.000 = Rp 180.000


2. Metode Laba Kotor
Persediaan akhir ditentukan dengan cara persediaan awal ditambah dengan
pembelian selama satu periode kemudian dikurangi dengan harga pokok barang
yang dijual pada periode yang bersangkutan. Untuk menentukan harga pokok
penjualan, penjualan yang telah dicatat dalam rekening penjualan dikurangi
dengan laba kotornya. Umumnya laba kotor ini sudah diketahui %-nya. Jika belum
diketahui, % laba kotornya digunakan % laba kotor tahun-tahun sebelumnya.
Misalkan persediaan awal tahun 2005 Rp 100.000 pembelian selama bulan
Januari Rp 1.200.000 dan penjualan selam bulan Januari menurut rekening buku
besar Rp 90.000 dan laba kotor 20% dari harga jual, maka persediaan akhir dapat
dihitung sebagai berikut:
Persediaan 1 Januari 2005 Rp 100.000
Pembelian Januari 2005 Rp 1.200.000
Barang tersedia untuk dijual Rp 1.300.000
Penjualan Rp 900.000
Laba Kotor (20% x Rp 900.000) Rp 180.000
Harga pokok barang yang dijual Rp 720.000
Persediaan akhir Rp 580.000

D. MENYAJIKAN NILAI PERSEDIAAN DI NERACA

Nilai yang disajikan di neraca dapat saja nilai costnya seperti yang telah ditentukan
dengan berbagai asumsi arus barang. Nilai yang disajikan di neraca dapat juga nilai
pasarnya. Atau dapat juga dipilih yang terendah antara cost dengan harga pasarnya.

Biasanya nilai yang disajikan di neraca adalah nilai yang terendah antara cost dengan
harga pasarnya. Misalnya dalam perusahaan mempunyai persediaan dengan cost Rp
1.000. Pada akhir tahun harga pasar dari persediaan tersebut adalah Rp 900, maka
yang disajikan di neraca adalah Rp 900. Jika harga pasar barang tersebut adalah Rp
1.100, maka yang disajikan di neraca adalah costnya yaitu Rp 1.000.

62
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

SOAL LATIHAN

SOAL 1
Berikut ini disajikan data persediaan dari PT ABC untuk bulan Januari 2006:
Tanggal Keterangan Unit Harga per Unit
Jan 1 Persediaan 10 Rp 50
5 Pembelian 20 Rp 55
10 Pembelian 30 Rp 60
15 Penjualan 15
20 Pembelian 20 Rp 65
25 Penjualan 25

Diminta:
a. Susun kartu persediaan dengan metode FIFO, LIFO, dan Average.
b. Buat jurnal transaksi tanggal 15 dan 25 Januari dengan masing-masing metode di
atas.

SOAL 2
Persediaan per 1 Januari 2007 at cost Rp 6.000.000,00 sementara itu harga ecerannya
Rp 10.000.000,00. Pembelian bulan Januari Rp 30.000.000,00, kemudian ditetapkan
harga ecerannya Rp 50.000.000,00. Menurut data penjualan dari pita yang ada pada cash
register, penjualan selama bulan Januari Rp 40.000.000,00. Berdasarkan informasi di
atas, tentukan cost persediaan akhir dengan menggunakan metode harga eceran.

SOAL 3
Persediaan pada tanggal 1 Januari 2007 Rp 2.000.000,00. Selama bulan Januari
perusahaan telah membeli barang dengan harga Rp 10.000.000,00. Penjualan bulan
Januari sebesar Rp 11.000.000,00. Laba kotor ditetapkan oleh perusahaan sebesar 25%
dari harga jual. Berdasarkan data di atas, tentukan cost persediaan akhir dengan
menggunakan metode laba kotor.

63
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

BAB XIV
AKUNTANSI AKTIVA TETAP

A. KLASIFIKASI
Aktiva tetap merupakan aktiva tidak lancar yang diperoleh untuk digunakan dalam
operasi perusahaan yang memiliki masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi
serta tidak untuk diperjualbelikan dalam operasi normal perusahaan.

B. PENGELUARAN UNTUK AKTIVA TETAP


Pengeluaran untuk aktiva tidak lancar dapat dikelompokkan menjadi:
1. Pengeluaran pada waktu perolehan;
2. Pengeluaran seteleh aktiva tersebut diperoleh yang dapat dirinci menjadi:
(1) Pengeluaran pendapatan yang lazim disebut revenue expenditure;
(2) Pengeluaran modal yang lazim disebut capital expenditure.

C. PENCATATAN PEROLEHAN AKTIVA TETAP


Aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, antara lain:
1. Diperoleh dengan harga lumpsump (gabungan);
2. Diperoleh dengan pembayaran berkala;
3. Pembelian dengan cara leasing;
4. Perolehan dengan trade-in
5. Perolehan dengan menerbitkan surat berharga;
6. Perolehan dari donasi; dan
7. Dibangun sendiri.

D. PEROLEHAN SEKELOMPOK AKTIVA DENGAN HARGA GABUNGAN/LUMPSUMP


Harga gabungan/lumpsump adalah suatu harga untuk beberapa aktiva. Sebagai
contoh PT A membeli tanah, bangunan dan peralatan dengan harga Rp 160.000.
Harga ini harus dialokasikan kepada 3 jenis harta tersebut dengan menggunakan
perbandingan harga taksiran dari tanah, bangunan, dan peralatan. Misalnya harta
yang dibeli tersebut memiliki harga taksiran tanah Rp 28.000, bangunan Rp 60.000,
equipment Rp 12.000, alokasi harga Rp 160.000 tersebut adalah sebagai berikut:

64
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

Jenis harta Nilai Taksiran (Rp) Perhitungan Alokasi Jumlah Alokasi (Rp)
Tanah 28.000 28/100 x 160.000 44.800
Bangunan 60.000 60/100 x 160.000 96.000
Peralatan 12.000 12/100 x 160.000 19.200
Jumlah 100.000 160.000

Jurnal yang dibuat untuk mencatat transaksi tersebut adalah:


Tgl. Akun Debet Kredit
2006
Jan 1 Tanah 44.800
Bangunan 96.000
Peralatan 19.200
Kas 160.000

E. PEROLEHAN AKTIVA DENGAN PEMBAYARAN BERKALA


Jika statu harta tetap diperoleh dengan pembayaran secara angsuran, maka aktiva
tersebut dicatat sebesar harga tunai aktiva tersebut bukan jumlah dari pembayaran
angsuran dan downpaymentnya. Ada beberapa variasi yang mungkin timbul, seperti:
a. Harga tunai diketahui;
b. Harga tunai tidak diketahui.

Contoh: perusahaan pada tanggal 2 Januari 2006 membeli sebuah aktiva yang harga
tunainya adalah Rp 100.000. Pada waktu itu dibayar uang muka Rp 35.000 sisanya
akan dibayar dengan angsuran tengah tahunan sebesar Rp 5.000 ditambah bunga
10% dari hutang yang belum dibayar. Jurnal yang dibuat selama tahun 2006 adalah
sebagai berikut:

Tgl. Akun Debet Kredit


2006
Jan 2 Tanah 100.000
Kas 35.000
Hutang 65.000

65
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

Tgl. Akun Debet Kredit


2006
Jun 30 Hutang 5.000
Biaya Bunga 3.250
Kas 8.250

F. PENGGUNAAN AKTIVA TETAP


Jika suatu aktiva tetap dapat digunakan lebih dari satu tahun maka aktiva tersebut
bermanfaat untuk memperolah pendapatan selama umurnya. Untuk menghubungkan
biaya aktiva tetap dengan revenue yang diperoleh maka biaya tersebut dicatat dan
dilaporkan sebagai beban pada tahun-tahun manfaatnya. Proses ini disebut
depresiasi. Dengan demikian depresiasi adalah alokasi secara sistematis dan rasional
atas biaya dari aktiva tetap ke tahun-tahun manfaatnya.

Jurnal yang dibuat untuk melakukan depresiasi setiap tahunnya adalah mendebet
akun Beban Depresiasi dan mengkredit akun Akumulasi Penyusutan. Misalkan
untuk tahun 2005, perusahaan menyusutkan mesin sebesar Rp 5.000, maka jurnal
yang dibuat adalah:

Tgl. Akun Debet Kredit


2005
Des 31 Beban Penyusutan 5.000
Akumulasi Penyusutan 5.000

Karena setiap akhir tahun ada penyusutan, maka perkiraan Akumulasi Penyusutan
akan selalu bertambah sepanjang masa manfaat aktiva.

Depresiasi bukanlah teknik untuk menilai aktiva tetap dan dengan melakukan
depresiasi tidaklah otomatis perusahaan menyisihkan uang untuk membeli aktiva
tetap.
Faktor-faktor yang mempengaruhi depresiasi adalah:
a. cost dari aktiva tetap,
b. umur ekonomis aktiva tetap,
c. nilai residu, dan
d. pola penggunaan aktiva tetap.

66
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

G. METODE DEPRESIASI
Terdapat beberapa metode depresiasi, yaitu:
 Metode Garis Lurus
 Metode Saldo Menurun
 Metode Jumlah Angka Tahun
 Metode Unit Input
 Metode Unit Output
1. Metode Garis Lurus
Dengan metode ini penyusutan tahunan dapat ditentukan dengan dua cara,
yaitu:
1) (cost-nilai residu) : umur
Misalkan nilai sebuah peralatan yang diperoleh tahun 2005 senilai Rp
16.000.000,00 dan masa manfaat ditentukan 5 tahun dengan nilai sisa Rp
1.000.000,00, besarnya penyusutan tahun 2006 dapat dihitung sebagai
berikut: (16.000.000-1.000.000)/5 = Rp 3.000.000,00.
2) Ditentukan % penyusutan, kemudian penyusutan tahunan diperoleh
dengan cara mengalikan % tersebut dengan cost yang disusutkan sebagai
berikut:
(a) Prosentase penyusutan tahunan = 100% : umur, jadi = 100% : 5 =
20%.
(b) Dihitung penyusutan = 20% x (16.000.000 – 1.000.000) = Rp
3.000.000,00.
2. Metode Saldo Menurun
Pertama, tentukan prosentase penyusutan, biasanya dua kali prosentase
penyusutan metode garis lurus. Dengan demikian jika ada mesin umurnya 5 tahun,
maka tarif/prosentase penyusutan tahunannya adalah 2 x 100% : 5 = 40%.
Setelah itu ditentukan nilai buku pada awal tahun. Nilai buku adalah saldo rekening
aktiva tetap dikurangi dengan saldo rekening akumulasi penyusutan. Untuk tahun
pembelian, karena akumulasi penyusutannya belum ada, maka nilai bukunya
adalah sebesar harga perolehannya.
Selanjutnya besarnya penyusutan satu tahun dihitung dengan cara mengalikan %
penyusutan dengan nilai buku. Misalkan ada sebuah mesin dibeli tanggal 2 Januari
2001 dengan harga Rp 16.000.000 dan ditaksir dapat digunakan selama 5 tahun.
Penyusutan tahun 2001, 2002, dan 2003 dapat dihitung sebagai berikut:

67
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

Tarif/prosentase penyusutan = 2 x (100% : 5) = 40%


Penyusutan tahun 2001 = 40% x Nilai Buku
= 40% x Rp 16.000.000
= Rp 6.400.000
Penyusutan tahun 2002 = 40% x Nilai buku awal tahun 2002
= 40% x (Rp 16.000.000 – Rp 6.400.000)
= Rp 3.840.000
Penyusutan tahun 2003 = 40% x Nilai buku awal tahun 2003
= 40% x (16.000.000 –6.400.000 – 3.840.000)
= Rp 2.304.000
Penyusutan tahunan dapat dicari dengan rumus lain yaitu menentukan Nilai
Buku pada akhir tahun ke-n = cost x (1 – tarip)n
= Rp 16.000.000 x (1 – 0,4) n
Nilai buku akhir tahun ke-3 = Rp 16.000.000 x (1 – 0,4) 3
= Rp 16.000.000 x 0,216
= Rp 3.456.000,00.
Penyusutan tahun 2004 adalah 40% x Rp 3.456.000 = Rp 1.282.600,00.
3. Metode Jumlah Angka-angka Tahun
Alokasi cost aktiva tetap dilakukan berdasarkan angka tahun penggunaan. Jika
umur aktiva tetap adalah 5 tahun, maka tahun penggunaannya adalah tahun ke
1,2,3,4,5. Jumlah dari angka-angka tersebut akan dijadikan penyebut. Sementara
itu pembilangnya adalah sisa umur dari masing awal tahun penggunaan. Pada
awal penggunaan sisa umurnya masih lima tahun, oleh karenanya pembilangnya
adalah 5. Setelah digunakan 1 tahun, maka pada awal tahun kedua sisa umurnya
adalah empat tahun sehingga pembilangnya adalah 4. Demikian seterusnya untuk
tahun ketiga, keempat, dan seterusnya.

Misalkan ada sebuah mesin dibeli tanggal 2 Januari 2001 dengan harga Rp
16.000.000 ditaksir masa manfaat 5 tahun dengan nilai residu Rp 1.000.000.
Penyusutan tahun 2001, 2002, 2003, 2004, dan 2005 dapat dihitung sebagai
berikut:

Tahun ke Perhitungan Jumlah


1 5/15 (16.000.000 – 1.000.000) 5.000.000
2 4/15 (16.000.000 – 1.000.000) 4.000.000
3 3/15 (16.000.000 – 1.000.000) 3.000.000
4 2/15 (16.000.000 – 1.000.000) 2.000.000

68
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

5 1/15 (16.000.000 – 1.000.000) 1.000.000

4. Metode Unit Input


Alokasi cost aktiva tetap ke beban penyusutan tahunan digunakan jumlah input
yang dikeluarkan (misalnya jam mesin) dalam suatu tahun dibandingkan dengan
taksiran input (jam mesin) yang harus dikeluarkan sampai aktiva tetap tersebut
diafkir. Misalkan sebuah mesin dibeli pada tanggal 2 Januari 2001 dengan harga
Rp 16.000.000 dan ditaksir dapat digunakan selama 100.000 jam dengan nilai
residu Rp 1.000.000. Selama tahun 2001 digunakan selama 5.000 jam, maka
penyusutan tahun 2001 adalah:
(5.000/100.000) x (Rp 16.000.000 – Rp 1.000.000) = Rp 750.000

5. Metode Unit Output (Hasil)


Alokasi cost aktiva ke beban penyusutan tahunan menggunakan jumlah produk
yang dihasilkan dalam suatu tahun dibandingkan dengan taksiran output (jumlah
produk) yang akan dihasilkan sampai aktiva tetap tersebut diafkir. Misalkan sebuah
mesin dibeli pada tanggal 2 Januari 2001 dengan harga Rp 16.000.000 dan
ditaksir dapat digunakan untuk membuat produk sebanyak 200.000 unit dengan
nilai residu Rp 1.000.000. Selama tahun 2001 digunakan selama 20.000 unit maka
penyusutan tahun 2001 adalah:
(20.000/200.000) x (Rp 16.000.000 – Rp 1.000.000) = Rp 1.500.000

H. PENGAFKIRAN AKTIVA TETAP


Aktiva kadangkala dibuang karena sudah tidak digunakan lagi, misalkan sebuah mesin
yang harga belinya Rp 6.000.000,00 sampai tanggal 1 Januari 2000 sudah disusutkan
sebesar Rp 4.750.000,00. Penyusutan tahunannya Rp 600.000,00. Pada tanggal 24
Maret 2001 dibuang. Jurnal yang dibuat adalah:
1. Menyusutkan untuk tahun 2001
Tgl. Akun Debet Kredit
2001
Mar 24 Beban Penyusutan Mesin 150.000
Akumulasi Penyusutan Mesin 150.000

69
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

2. Membuang aktiva tetap


Tgl. Akun Debet Kredit
2001
Mar 24 Akumulasi Penyusutan Mesin 4.900.000
Kerugian Penghentian Mesin 1.100.000
Aktiva Tetap 6.000.000

I. PENJUALAN AKTIVA TETAP


Sebuah mesin yang costnya Rp 10.000.000 dan sampai dengan tanggal 31 Desember
2000 telah disusutkan sebesar Rp 7.750.000, pada tanggal 2 Januari 2001 dijual. Buat
jurnal jika harga jualnya adalah:
a. Rp 2.250.000,00
b. Rp 1.000.000,00
c. Rp 3.000.000,00
Dijual dengan harga
No. Keterangan 2.250.000 1.000.000 3.000.000
1 Cost aktiva tetap 10.000.000 10.000.000 10.000.000
2 Akumulasi penyusutan 7.750.000 7.750.000 7.750.000
s.d saat penjualan
3 Nilai buku saat penjualan 2.250.000 2.250.000 2.250.000
4 Harga jual 2.250.000 1.000.000 3.000.000
5 Laba (rugi) (4 – 3) 0 (1.250.000) 750.000

Jurnal:
1. Dijual dengan harga Rp 2.250.000,00

Tgl. Akun Debet Kredit


2000
Jan 2 Kas 2.250.000
Akumulasi Penyusutan 7.750.000
Aktiva Tetap 10.000.000

70
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

2. Dijual dengan harga Rp 1.000.000


Tgl. Akun Debet Kredit
2000
Jan 2 Kas 2.250.000
Akumulasi Penyusutan 7.750.000
Kerugian Penjualan Aktiva Tetap 1.250.000
Aktiva Tetap 10.000.000

3. Dijual dengan harga Rp 3.000.000


Tgl. Akun Debet Kredit
2000
Jan 2 Kas 3.000.000
Akumulasi Penyusutan 7.750.000
Laba Penjualan Aktiva Tetap 750.000
Aktiva Tetap 10.000.000

J. PERTUKARAN AKTIVA TETAP


Menurut paragraf 20 PSAK No. 16 suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam
pertukaran atau pertukaran sebagian untuk suatu aktiva tetap yang tidak serupa atau
aktiva lain. Biaya dari pos semacam ini diukur pada nilai wajar aktiva yang dilepaskan
atau yang diperoleh yang mana yang lebih andal, equivalent dengan nilai wajar aktiva
yang dilepaskan setelah disesuaikan dengan jumlah setiap kas atau setara kas yang
ditransfer. Dengan demikian pertukaran aktiva tidak sejenis dapat mengakibatkan
adanya laba atau rugi.

Menurut paragraf 21 PSAK No. 16 suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam
pertukaran atas suatu aktiva yang serupa yang memiliki manfaat yang serupa dalam
bidang usaha yang sama dan memiliki nilai wajar yang serupa. Jika aktiva lain seperti
kas sebagai bagian dari transaksi pertukaran, ini dapat mengindikasikan bahwa pos
yang dipertukarkan tidak memiliki suatu nilai yang serupa. Berdasarkan paragraf 46
PSAK No. 16, pertukaran aktiva tetap seperti disebutkan pada paragraf 21, biaya
aktiva yang diperoleh sama dengan jumlah tercatat aktiva yang dilepaskan dan tidak
ada keuntungan atau kerugian yang dihasilkan.

71
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

1. Pertukaran Aktiva Tak Sejenis


Sebuah mesin dengan cost Rp 4.000.000,00 yang telah disusutkan Rp
3.200.000,00 ditukar dengan mesin baru tidak sejenis yang harga pasarnya adalah
Rp 5.000.000,00. Perusahaan harus membayar uang Rp 3,900.000,00. Jurnalnya:
Tgl. Akun Debet Kredit
Mesin (baru) 5.000.000
Akumulasi Penyusutan 3.200.000
Mesin (lama) 4.000.000
Kas 3.900.000
Laba Penukaran Aktiva Tetap 300.000

2. Pertukaran Aktiva Sejenis


Sebuah mesin dengan cost Rp 7.000.000 yang telah disusutkan Rp 4.600.000
ditukar dengan mesin baru sejenis yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang
bergerak pada usaha yang sama. Jurnalnya:
Tgl. Akun Debet Kredit
Mesin (baru) 2.400.000
Akumulasi Penyusutan 4.600.000
Mesin (lama) 7.000.000

Jumlah sebesar Rp 2.400.000,00 yang dicatat sebagai harga mesin baru


merupakan nilai buku mesin yang diserahkan yaitu harga beli Rp 7.000.000,00
dikurangi dengan akumulasi penyusutan Rp 4.600.000,00.

72
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI

SOAL LATIHAN

SOAL 1
Sebuah mesin dibeli pada tanggal 1 Januari 1999 dengan harga Rp
32.000.000,00. Mesin ini ditaksir dapat digunakan selama 5 tahun dengan nilai sisa
Rp 2.000.000,00.
Diminta:
a. Tentukan besarnya penyusutan tahun 1999, 2000.
b. Buat jurnal penyesuaian untuk mencatat penyusutan tahun 1999,2000.
c. Tentukan nilai buku per 1 Januari 2001.
Jika Perusahaan menyusutkan mesin ini dengan (1) metode garis lurus, dan (2)
metode saldo menurun ganda.

SOAL 2
Sebuah mesin dengan cost Rp 10.000.000,00 yang telah disusutkan Rp
3.200.000,00 ditukar dengan mesin baru tidak sejenis yang harga pasarnya adalah
Rp 7.500.000,00. Buat jurnal jika perusahaan menyerahkan uang sebesar:
a. Rp 200.000,00
b. Rp 700.000,00
c. Rp 1.000.000,00

73
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI 

BAB XV
AKUNTANSI UTANG

A. PENGERTIAN
Jika kita ingat kembali persamaan dasar akuntansi, sisi kiri persamaan akuntansi
adalah harta (aktiva) dan sisi kanan terdiri dari utang dan modal. Utang menunjukkan
besarnya kepentingan kreditur pada harta perusahaan. Sementara itu modal
menunjukkan besarnya kepentingan pemilik pada harta perusahaan. Persamaan
tersebut juga tergambar pada neraca yang memuat harta, utang dan modal.

Adanya utang di neraca menunjukkan perusahaan pernah menarik sumber daya yan
digunakan dari kreditur. Pada bab ini akan dibicarakan akuntansi atas kegiatan
pendanaan yang berasal dari kreditur. Utang didefinisikan sebagai pengorbanan
manfaat ekonomi di masa datang yang bersifat probable yang timbul dari kewajiban
sekarang dari suatu entitas untuk menyerahkan harta atau menyediakan jasa ke
entitas lain di kemudian hari sebagai akibat dari transaksi atau kejadian masa lalu.
Dari definisi di atas dapat ditarik beberapa hal penting yaitu :

1. Utang ini timbul dari transaksi atau kejadian masa lalu.


2. Utang harus melibatkan transfer asset atau penyediaan jasa dikemudian hari yang
bersifat probable (hampir pasti).
3. Utang ini merupakan kewajiban dari suatu entitas.

B. KLASIFIKASI UTANG
Untuk tujuan pelaporan, utang diklasifikasikan sebagai utang lancar dan utang jangka
panjang. Suatu utang yang berasal dari kegiatan operasional akan diklasifikasikan
sebagai utang lancar jika utang ini akan dilunasi dengan menggunakan harta lancar
dalam satu tahun ke depan atau dalam satu siklus operasi normal, yang mana yang
lebih lama. Namun utang yang berasal dari pinjaman bank, atau pinjaman lainnya
diklasifikasikan menurut kriteria satu tahun. Suatu utang yang jatuh tempo dalam satu
tahun sejak tanggal neraca akan diklasifikasikan sebagai utang lancar.

74
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH 
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI 

C. PENGUKURAN UTANG
Pengukuran merupakan proses pemberian atribut nilai pada utang. Atribut nilai yang
diberikan pada utang adalah nilai moneter. Namun ternyata pengklasifikasian utang
menjadi lancar dan tidak lancar menjadi pertimbangan dalam pengukuran utang.
Secara umum utang akan diukur sebesar nilai sekarang dari utang tersebut yang
merupakan jumlah uang yang harus dibayarkan untuk melunasinya sekarang. Aturan
ini lebih tepat untuk utang tidak lancar. Sementara itu utang yang berasal dari kegiatan
operasional misalnya utang gaji dan utang usaha, umumnya utang ini akan segera
dilunasi sehingga selisih antara nilai jatuh tempo dengan nilai sekarang utang tersebut
tidak material. Oleh karena itu utang yang berasal dari operasional umumnya untuk
tujuan praktis disajikan sebesar nilai jatuh temponya.

Untuk tujuan pengukuran, baik utang lancar maupun tidak lancar dapat diklasifikasikan
menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Utang yang jumlahnya sudah pasti. Contoh dari utang ini adalah nominal dari wesel
atau obligasi.
2. Utang yang jumlahnya harus diestimasi. Dilihat dari kepastiannya, utang ini pasti
terjadi namun jumlahnya belum diketahui secara pasti. Utang garansi merupakan
contohnya.
3. Utang bersyarat (contingent liablility) yaitu suatu utang yang akan muncul jika terjadi
kejadian lain. Contohnya perusahaan dituntut dipengadilan oleh perusahaan lain.
Perusahaan akan berkewajiban membayar uang jika pengadilan memenangkan
perusahaan yang menuntut tersebut. Tingkat kemungkinan timbulnya utang
bersyarat dapat dibagi menjadi :
a. Probable : Tingkat kemungkinannya sangat tinggi dan bahkan dapat dikatakan
hampir pasti. Jika jumlah utangnya dapat diestimasi dengan handal, maka utang
ini dicatat, jika jumlahnya sulit diestimasi maka keberadaan utang ini diungkapkan
dalam catatan atas laporan keuangan.
b. Reasonable posible : Kemungkinan terjadinya 50% atau dapat terjadi dapat pula
tidak. Jika kondisinya demikian cukup diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan.
c. Remote : Kemungkinan terjadinya sangat kecil sehingga tidak perlu dicatat dan
dilaporkan kecuali untuk utang jaminan pembayaran utang walaupun tingkat
kemungkinan terjadinya kewajiban kecil tetapi harus diungkap dalam catatan atas
laporan keuangan.

75
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH 
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI 

D. AKUNTANSI UTANG JANGKA PENDEK


Seperti telah dibahas pada bagian di atas, utang jangka pendek tidak perlu
didiskontokan ke nilai sekarang. Yang termasuk utang ini adalah utang usaha (account
payable), serta berbagai utang opersional seperti utang gaji, listrik, telepon, pajak dan
sebagainya.

No. Jenis Utang Perlakuan


1. Account Payable Utang ini dicatat jika hak kepemilikan barang sudah
berpindah kepada perusahaan. Dilihat dari jumlahnya,
yang dicatat adalah sebesar jumlah yang akan dibayar
yaitu harga faktur.
2. Utang biaya Dicatat manakala jasa sudah dikonsumsi dan sebesar
jumlah yang akan dibayar.

E. AKUNTANSI UTANG JANGKA PANJANG


Utang jangka panjang merupakan utang yang jatuh tempo melebihi satu tahun sejak
tanggal neraca. Utang jangka panjang dapat didukung dengan menerbitkan sertifikat
yang lazim disebut surat Obligasi. Mempertimbangkan relevansinya dengan transaksi
utang pada kementerian negara/lembaga, bab ini tidak membahas secara rinci
mengenai akuntansi utang jangka panjang.

76
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH 
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI 

BAB XVI
AKUNTANSI UNTUK EKUITAS

A. PENGERTIAN EKUITAS
Ekuitas merupakan besarnya kepentingan/hak pemilik perusahaan pada harta
perusahaan. Jika kita ingat kembali persamaan dasar akuntansi, sisi kiri merupakan
harta dan sisi kanan merupakan utang dan ekuitas. Sisi kiri merupakan sumber daya
yang dikuasai perusahaan sedangkan sisi kanan menunjukkan besarnya kepentingan
kreditor dan pemilik terhadap harta perusahaan. Besarnya kepentingan pemilik atas
harta perusahaan disebut ekuitas.

B. BENTUK PERUSAHAAN
Terdapat beberapa bentuk perusahaan yaitu perusahaan perorangan, persekutuan
dan perseroan terbatas serta koperasi. Walaupun secara hukum perusahaan
perseorangan tidak diakui sebagai entitas yang terpisah dengan pemiliknya, namun
menurut pandangan akuntansi perusahaan perseorangan terpisah dari pemiliknya.
Perseroan terbatas menurut pandangan hukum merupakan entitas yang dapat
melakukan kegiatan seperti manusia sehingga dapat dikatakan bahwa PT merupakan
entitas buatan (artificial entity). Pada modul ini pembahsan ditekankan pada perseroan
terbatas.

C. KARAKTERISTIK PERSEROAN TERBATAS


Jika dilihat dari sudut pandang akuntansi PT adalah suatu perusahaan yang
kepemilikannya diwujudkan dengan SAHAM. Saham merupakan sertifikat yang
dikeluarkan oleh perseroan. Seseorang atau lembaga yang ikut serta menyerahkan
sumber daya (harta) ke perseroan akan diberikan saham. Mereka disebut pemegang
saham.

D. PEMBAGIAN DIVIDEN
Dividen adalah bagian laba bersih perusahaan yang dibagi kepada pemegang saham
sesuai prosentase kepemilikannya. Dividen dapat berupa dividen tunai, dividen saham,
dan dividen property. Dividen tunai adalah bagian laba perusahaan yang dibagi dalam
bentuk kas. Dividen saham adalah bagian laba perusahaan yang dibagi dalam bentuk

77
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH 
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI 

saham perusahaan. Sedangkan dividen property adalah dividen dalam bentuk selain
dividen tunai dan dividen saham, misalnya berupa saham perusahaan lain.

E. PEMBATASAN SALDO LABA


Saldo laba yang besar dapat dijadikan dasar untuk membayar dividen. Untuk tujuan
tertentu kadangkala saldo laba ini dibatasi agar tidak dibagi dalam bentuk dividen.
Pembatasan ini dilakukan untuk beberapa tujuan seperti melindungi kreditor jika
perusahaan membeli kembali saham perusahaan. Membeli saham sendiri hakekatnya
sama dengan mengembalikan uang kepada pemilik. Karena yang berkepentingan
terhadap harta perusahaan adalah kreditor dan pemilik, jika perusahaan
mengembalikan uang ke pemilik, kreditor akan terancam kepentingannya. Oleh
karena itu pembayaran dividen yang hakekatnya pengembalian harta ke pemilik perlu
dibatasi dengan cara mengikat (membatasi) saldo laba.

78
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH 
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI 

BAB XVII
LAPORAN ARUS KAS

A. PENGERTIAN LAPORAN ARUS KAS


Laporan arus kas merupakan laporan keuangan yang berisi informasi aliran kas masuk
dan aliran kas keluar dari suatu perusahaan selama periode tertentu. Informasi ini
penyajiannya diklasifikasikan menurut jenis kegiatan yang menyebabkan terjadinya
arus kas masuk dan kas keluar tersebut. Kegiatan perusahaan umumnya terdiri dari
tiga jenis yaitu, kegiatan operasional, kegiatan investasi serta kegiatan keuangan.

Kegiatan operasional untuk perusahaan dagang terdiri dari membeli barang dagangan,
menjual barang dagangan tersebut serta kegiatan lain yang terkait dengan pembelian
dan penjualan barang. Untuk perusahaan jasa, kegiatan operasional antara lain adalah
menjual jasa kepada pelanggannya. Misalkan menjual jasa aeronautika dan non
aaeronautika. Kegiatan ini akan mengakibatkan terjadinya uang masuk untuk
pendapatan dan aliran uang keluar untuk biaya. Baik pendapatan dan biaya yang
terjadi telah dilaporkan dalam laporan laba rugi, namun besarnya pendapatan tersebut
belum tentu sama dengan uang yang diterima karena perusahaan umumnya
menggunakan dasar akrual untuk mengakui pendapatan. Demikian halnya dengan
biaya, biaya yang dilaporkan laba rugi belum tentu sama dengan arus keluar untuk
biaya tersebut.

Kegiatan investasi merupakan kegiatan membeli atau menjual kembali investasi pada
surat berharga jangka panjang dan aktiva tetap. Jika perusahaan membeli
investasi/aktiva tetap akan mengakibatkan arus keluar dan jika menjual investas/aktiva
tetap akan mengakibatkan adanya arus kas masuk ke perusahaan.

Kegiatan keuangan atau ada yang menyebutnya kegiatan pendanaan, adalah kegiatan
menarik uang dari kreditor jangka panjang dan dari pemilik serta pengembalian uang
kepada mereka.

B. BENTUK/METODE PENYAJIAN LAPORAN ARUS KAS


Terdapat dua bentuk penyajian laporan arus kas, yang pertama metode langsung dan
yang kedua metode tidak langsung. Perbedaan antara kedua metode terletak pada
penyajian arus kas berasal dari kegiatan operasi. Dengan metode langsung, arus kas
dari kegiatan operasional dirinci menjadi arus kas masuk dan arus kas keluar. Arus kas

79
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH 
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI 

masuk dan keluar dirinci lebih lanjut dalam beberapa jenis penerimaan atau
pengeluaran kas. Sementara itu dengan metode tidak langsung, arus kas dari
opersional ditentukan dengan cara mengoreksi laba bersih yang dilaporkan di laporan
laba rugi dengan beberapa hal seperti biaya penyusutan, kenaikan harta lancar dan
utang lancar serta laba/rugi karena pelepasan investasi. Berikut ini diberikan contoh
bentuk laporan arus kas dengan metode langsung dan metode tidak langsung.

Metode Langsung
                   
   PT ABC  
   LAPORAN ARUS KAS  
   UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2007  
   (dalam Rupiah)  
    
Arus kas yang berasal dari kegiatan
   operasi :  
   Kas yang diterima dari pelanggan 951.000  
   Dikurangi :
   Kas untuk membeli persediaan 555.200
   Kas untuk membayar biaya operasi 259.800
   Kas untuk membayar biaya bunga 14.000  
   Kas untuk membayar pajak 29.000  
   858.000  
   Aliran kas bersih dari kegiatan operasi 93.000  
    
Aliran kas yang berasal dari kegiatan
   investasi :  
Kas masuk yang berasal dari penjualan
   investasi 75.000
   Kas keluar untuk membeli peralatan (157.000)  
   (82.000)  
Aliran kas keluar bersih untuk kegiatan
   investasi  
    
   Aliran kas dari kegiatan keuangan :  
   Kas yang diterima dari penjualan saham 160.000
   Dikurangi :
   Kas untuk membayar dividen 23.000
   Kas untuk membayar utang obligasi 125.000  
   148.000  
Aliran kas masuk neto dari kegiatan
   keuangan 12.000  

80
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH 
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI 

   Kenaikan kas 23.000  


   Saldo kas pada awal tahun 26.000  
   Saldo kas pada akhir tahun 49.000  
                  

Dari laporan terlihat bahwa arus kas yang berasal dari kegiatan operasional dirinci
menjadi penerimaan dari berbagai sumber yang merupakan kegiatan operasional dan
pengeluaran kas untuk berbagai kegiatan operasional. Arus kas dari kegiatan investasi
dan keuangan juga dirinci menurut jenis-jenis kegiatan yang mengakibatkan timbulnya
penerimaan dan pengeluara kas.

Sementara jika kita lihat contoh di bawah ini arus kas dari kegiatan operasional tidak
dirinci menurut sumber dan jenis penggunaannya, melainkan net income dikoreksi
sehingga net income tersebut berubah menjadi net cashflows dari operasi.

81
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH 
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI 

SOAL LATIHAN

Kegiatan operasi adalah transaksi yang berpengaruh pada net income, sementara itu
kegiatan investasi adalah transaksi yang mengakibatkan bertambah atau berkurangnya
investasi pada harta tidak lancar serta kegiatan pendanaan/keuangan adalah transaksi
yang mempengaruhi besarnya utang jangka panjang dan kepentingan pemilik
perusahaan. Anda diminta untuk :
1. Menentukan apakah masing-masing transaksi di bawah ini merupakan kegiatan
operasi, investasi dan pendanaan.
2. Menentukan apakah telah terjadi penambahan atau pengurangan atau tidak
memepengaruhi kas perusahaan.

No. Transaksi Jenis Kegiatan Pengaruhnya


1. Membayar biaya sewa ruangan Kegiatan Operasi Pengurangan
2. Membayar dividen kepada pemilik
3. Membayar gaji karyawan
4. Membeli barang dagangan dan
membayar harga barang
5. Menjual barang dan menerima hasilnya
6. Membeli aktiva tetap dan membayarnya
7. Membeli aktiva tetap dan membayarnya
dengan mengeluarkan saham
8. Menjual saham perusahaan di atas
harga nominal
No. Transaksi Jenis Kegiatan Pengaruhnya
9. Membayar bunga pinjaman obligasi
10. Meminjam uang dari bank
11. Membayar utang obligasi
12. Membayar utang dagang

82
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH 
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI 

Metode Tidak Langsung


                    
   PT ABC   
   LAPORAN ARUS KAS   
   UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2007   
   (dalam Rupiah)   
     
Arus kas yang berasal dari kegiatan operasi
   :   
   Laba bersih menurut laporan laba rugi 90.500
   Ditambah :   
   Biaya depresiasi 18.000   
   Penurunan persediaan kantor 8.000   
   Kenaikan utang jangka pendek 16.800   
   Kenaikan utang biaya 1.200   
   44.000   
   Dikurangi :   
   Kenaikan biaya dibayar dimuka 1.000   
   Kenaikan piutang usaha 9.000   
   Penurunan utang pajak 1.500
   Laba penjualan aktiva tetap 30.000   
   41.500
   Aliran kas bersih dari kegiatan operasi 93.000   
  
Aliran kas yang berasal dari kegiatan
   investasi :
Kas masuk yang berasal dari penjualan
   investasi 75.000   
   Kas keluar untuk membeli peralatan (157.000)
   (82.000)   
Aliran kas keluar bersih untuk kegiatan
   investasi   
  
   Aliran kas dari kegiatan keuangan :   
   Kas yang diterima dari penjualan saham 160.000   
   Dikurangi :   
   Kas untuk membayar dividen 23.000   
   Kas untuk membayar utang obligasi 125.000   
   148.000   
   Aliran kas masuk neto dari kegiatan keuangan 12.000   
   Kenaikan kas 23.000   
   Saldo kas pada awal tahun 26.000   
   Saldo kas pada akhir tahun 49.000   
                    

83
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH 
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI 

Jika kita amati contoh di atas, terlihat bahwa perbedaan antara metode langsung
dengan metode tidak langsung terletak pada penyajian arus kas berasal dari kegiatan
operasi, sementara itu baik aliran kas dari kegiatan investasi dan keuangan adalah
sama penyajiannya.

C. DATA UNTUK MENYUSUN LAPORAN ARUS KAS


Aliran kas yang dilaporkan disajikan dalam tiga kelompok besar kegiatan yaitu
kegiatan operasional, kegiatan investasi serta kegiatan keuangan. Untuk
mempermudah penyusunan laporan arus kas untuk masing-masing kelompok kegiatan
maka perlu diperhatikan informasi yang relevan sebagai berikut :
No. Menyusun Arus Kas Dari Informasi yang Relevan
1. Kegiatan Operasional a. Laporan Laba Rugi
b. Saldo awal dan saldo akhir harta lancar
c. Saldo awal dan saldo akhir utang lancar selain
utang dividen
d. Data tambahan (jika ada)
2. Kegiatan Investasi a. Saldo awal dan saldo akhir investasi dan aktiva
tetap
b. Data tambahan (jika ada)
3. Kegiatan Keuangan a. Saldo awal dan saldo akhir dari Modal dan
Utang Jangka Panjang serta Laba Ditahan
b. Saldo awal dan saldo akhir Utang Dividen
c. Data tambahan (jika ada)

D. MEMBACA LAPORAN ARUS KAS


Semula banyak pengguna laporan keuangan yang lebih banyak mencurahkan
perhatiannya pada laporan Laba Rugi dan Neraca. Laporan Laba Rugi
menggambarkan hasil usaha perusahaan selama periode tertentu. Sementara itu
Neraca menggambarkan posisi keuangan pada saat tertentu. Akhir-akhir ini disadari
cara mengelola kas perusahaan juga perlu dievaluasi yaitu dengan cara mengevaluasi
laporan arus kas.

84
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH 
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI 

Sebelum melihat bagaimana perusahaan dikelola kasnya, perlu disadari bahwa untuk
membaca laporan keuangan secara tepat perlu dipahami cara penyajian informasi arus
kas. Pada metode langsung, arus kas dari operasi dirinci sumber–sumbernya dan
demikian juga dengan pengeluaran kas sehingga laporan itu akan mudah dipahami
dengan tepat. Pada metode tidak langsung, laporan arus kas dari operasional diawali
dengan net income, kemudian net income tersebut dikoreksi dengan hal-hal/item-item
tertentu yang diperlakukan berbeda antara dalam penyusunan laporan laba rugi (yang
menghasilkan net income) dengan laporan arus kas. Dalam menyusun laporan laba
rugi perusahaan menggunakan akrual basis, sehingga mungkin pada tahun tertentu
ada biaya yang telah diperlakukan sebagai biaya (expense), tapi pada tahun itu tidak
terdapat pengeluaran kas. Hal-hal inilah yang dikoreksikan pada net income akan
berubah menjadi net cashflows dari operasional. Dengan demikian jika biaya amortisasi
dan depresiasi ditambahkan, janganlah diartikan bahwa depresiasi dan amortisasi
secara fisik akan mengakibatkan adanya aliran kas masuk sebesar itu.

Ada beberapa kemungkinan pola aliran kas yang terjadi dalam perusahaan, yaitu:

1. Semua kegiatan (operasional, investasim dan keuangan) menghasilkan aliran kas


yang positif yang berarti penerimaan kas dari masing-masing kegiatan tersebut lebih
besar dari pengeluaran kas. Pada keadaan pertama semua kegiatan menghasilkan
penerimaan kas yang lebih besar daripada pengeluaran kas. Tentu dalam jangka
panjang akan terjadi saldo kas yang besar.
2. Semua kegiatan (operasional, investasi dan keuangan) menghasilkan aliran kas
yang negatif yang berarti penerimaan kas dari masing-masing kegiatan tersebut
lebih kecil dari pengeluaran kas. Ini kebalikan pola 1 di atas, sehingga dalam jangka
panjang cadangan kas yang ada akan habis.
3. Kegiatan operasional positif sedangkan kegiatan investasi dan keuangan negatif.
Pada pola ketiga, perusahaan menggunakan kas dari operasional untuk membayar
utang/pengembalian modal/membayar deviden dan untuk investasi. Pola ini dapat
dikatakan ideal dan banyak pengamat mengatakan ini adalah keadaan penen kas.
4. Kegiatan operasional dan kegiatan investasi positif tetapi kegiatan keuangan negatif.
Sedangkan pada pola hasil penjualan investasi dan opersional digunakan untuk
membayar utang mengembalikan modal.

85
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH 
MODUL DASAR-DASAR AKUNTANSI 

5. Kegiatan operasional negatif sedangkan kegiatan investasi dan keuangan positif. Ini
berarti perusahaan menggunakan sebagian investasi dan penarikan pinjaman modal
untuk membiayai operasional. Kegiatan ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut.
6. Kegiatan investasi negatif sementara kegiatan operasional dan keuangan positif.
Perusahaan menggunakan cash dari operasional dan pinjaman/penarikan modal
untuk melakukan investasi.
7. Kegiatan opersional dan investasi negatif sedangkan kegiatan keuangan positif.
Perusahaan melakukan kegiatan operasional dan investasi yang sebagian dibiayai
dengan dana pinjaman atau penarikan modal. Sebagian dana juga digunakan untuk
operasional. Kondisi ini mungkin terjadi pada perusahaan yang sedang tumbuh.
8. Kegiatan investasi positif tetapi kegiatan operasional dan keuangan negatif.
Perusahaan mungkin menjual investasi/aktiva tetap untuk memenuhi kebutuhan
operasional dan pembayaran utang/pembayaran ke pemilik.

Dengan memperhatikan beberapa pola aliran kas di atas peserta akan dapat mengetahui
makna dari informasi arus kas dari suatu perusahaan yang dilaporkan dalam laporan arus
kas sehingga dapat mengevaluasi pengelolaan kas yang dilakukan perusahaan.

86
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH 

Anda mungkin juga menyukai