Anda di halaman 1dari 5

1.

Asas Kepastian Hukum, yaitu asas dalam negara hukum yang mengutamakan
landasan peraturan perundang-undangan, kepatuhan, dan keadilan dalam setiap
kebijakan penyelenggaraan negara.
2. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara, yaitu menjadi landasan keteraturan,
keserasian, keseimbangan dalam pengabdian penyelenggaraan negara.
3. Asas Kepentingan umum, yaitu asas yang mendahulukan kesejahteraan umum
dengan cara yang aspiratif, akomodatif dan kolektif.
4. Asas Keterbukaan, yaitu asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat
untuk memperolah informasi yang benar , jujur dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi
pribadi, golongan, dan rahasia negara.
5. Asas Proporsoionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan antara
hak dan kewajiban Penyelenggara Negara.
6. Asas Profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang
berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
7. Asas Akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir dari kegiatan penyelenggaraan negera harus dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Azas kepastian hokum :

Asas kepastian hukum adlh asas yg mengutamakan landasan peraturan perundang"an,


kepatutan, & keadilan dlm setiap kebijakan penyelenggara negara.

Asas kepastian hukum atau disebut juga dengan asas pacta sunt servanda merupakan
asas yang berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas pacta sunt servanda
merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak
yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah undang-undang. Mereka
tidak boleh melakukan intervensi terhadap substansi kontrak yang dibuat oleh para
pihak. Asas pacta sunt servanda dapat disimpulkan dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPer.
Asas ini pada mulanya dikenal dalam hukum gereja. Dalam hukum gereja itu
disebutkan bahwa terjadinya suatu perjanjian bila ada kesepakatan antar pihak yang
melakukannya dan dikuatkan dengan sumpah. Hal ini mengandung makna bahwa
setiap perjanjian yang diadakan oleh kedua pihak merupakan perbuatan yang sakral
dan dikaitkan dengan unsur keagamaan. Namun, dalam perkembangan selanjutnya
asas pacta sunt servanda diberi arti sebagao pactum, yang berarti sepakat yang tidak
perlu dikuatkan dengan sumpah dan tindakan formalitas lainnya. Sedangkan istilah
nudus pactum sudah cukup dengan kata sepakat saja.

Asas kepentingan umum :


Kepentingan umum adalah kepentingan orang banyak yang untuk mengaksesnya, tidak
mensyaratkan beban tertentu. Ia mencontohkan, kepentingan umum pembuatan
jembatan yang orang bisa melewatinya tanpa harus membayar berbeda dengan jika
masuk hotel yang harus membayar.Betapa luasnya pengertian yang terkandung dalam
kepentingan umum itu. Kalau kepentingan umum itu adalah kepentingan masyarakat
luas, berapa luaskah?
Kalau kepentingan umum itu adalah kepentingan rakyat banyak, berapa banyakkah?
Kalau kepentingan umum itu adalah kepentingan Bangsa dan Negara apakah
kepentingan umum itu sama dengan kepentingan Pemerintah dan apakah setiap
kepentingan Pemerintah adalah kepentingan umum? Sedemikian luasnya pengertian
kepentingan umum sehingga segala macam kegiatan dapat dimasukkan dalam
kegiatan demi kepentingan umum.
Kepentigan adalah tuntutan perorangan atau kelompok yang diharapkan untuk dipenuhi
dan pada hakekatnya mengandung kekuasaan yang dijamin dan dilindungi oleh hukum
dalam melaksanakannya. Di dalam masyarakat terdapat banyak sekali kepentingan-
kepentingan, baik perorangan maupun kelompok, yang tidak terhitung jumlah maupun
jenisnya yang harus dihormati dan dilindungi dan wajarlah kalau setiap orang atau
kelompok mengharapkan atau menuntut kepentingan-kepentingannya itu dilindungi dan
dipenuhi, yang sudah tentu tidak mungkin dipenuhi semuanya sekaligus, mengingat
bahwa kepentingan-kepentingan itu, kecuali banyak yang berbeda banyak pula yang
bertentangan satu sama lain.Tidak dapat disangkal bahwa tindakan Pemerintah harus
ditujukan kepada pelayanan umum, memperhatikan dan melindungi kepentingan orang
banyak (kepentingan umum). Memang itulah tugas Pemerintah, sehingga kepentingan
umum merupakan kepentingan atau urusan Pemerintah

Analisis asas pemerintahan yang baik dengan kaitannya dengan UU penyelenggaraan


pemerintahan yang baik.
By : Roy sanjaya
Category : Law

Dalam kaitannya dengan asas-asas yang telah dibicarakan sebelumnya, Undang-


undang No. 28 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan
bersih dari korupsi, kolusi dan nepotisme, apabila diperhatikan dengan seksama rupa-
rupanya telah memuat asas-asas pemerintahan yang baik sebagaimana yang
tercantum dalam pasal 3 yang bunyinya sebagai berikut:

Pasal 3

Asas-asas umum penyelenggaraan negara meliputi:


1. Asas Kepastian Hukum; 
2. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara; 
3. Asas Kepentingan Umum; 
4. Asas Keterbukaan; 
5. Asas Proporsionalitas; 
6. Asas Profesionalitas; dan 
7. Asas Akuntabilitas.

Yang mana sebenarnya telah mencakup kedua kategori asas pemerintahan yang baik
apabila melihat pada penjelasan sebelumnya di atas jika dilihat dari sudut pandang
sebagai berikut. Pertama yang akan dibahas adalah mengenai asas kepastian hukum.
Perihall asas ini adalah serupa dengan asas pemerintahan yang baik yang telah
dijelaskan sebelumnya bahwa suatu penyelenggara Negara dalam menjalankan
kinerjanya harus dapat menggunakan wewenangnya sebaik mungkin dengan cara
menghindari cara-cara yang menyebabkan hukum suatu Negara goncang. Goncangnya
suatu Negara dalam hal ini adalah goncangan dalam hukum yang mengatur sebuah
Negara, sebab seperti yang kita ketahui hukum adalah salah satu landasan sekaligus
tiang Negara apabila mengacu pada pendapat Prof. Miriam Budiarjo dalam buku Dasar-
dasar ilmu Politik. Berikut ini adalah pengertian asas kepastian umum menurut
penjelasan pasal 3 angka1 UU no.28 tahun 1999:

“Yang dimaksud dengan “Asas Kepastian Hukum” adalah asas


dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan
perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap
kebijakan Penyelenggara Negara “

Asas yang kedua adalah perihal asas tertib penyelenggaraan Negara, yang dimaksud
dengan asas ini apabila mengacu pada penjelasan UU no.28 tahun 1999 adalah asas
yang menjadi landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam
pengendalian penyelenggaraan negara. Asas ini mencakup banyak hal yang terdapat
dalam asas pemerintahan yang baik, sebab asas ini memiliki suatu hubungan atau
kaitan dengan asas yang lain sebab apabila semua asas itu dijalankan, maka asas ini
tentunya terlaksana sebab akan tercipta suatu pemerintahan yang teratur dalam
menjalankan wewenangnya dengan mengikuti peraturan yang telah dibuatnya dan
dapat menjaga suatu keadaan yang seimbang antara unsur-unsur yang ada dalam
suatu Negara serta dapat mengendalikan semua aspek-aspek yang vital dalam
kehidupan bernegara (misal:ekonomi, politik, agama). Asas ini lebih mengacu pada visi
yang ingin diharapkan dapat dicapai dalam rangka mencapai tujuan dari Negara
Indonesia.
Sedangkan asas yang berikutnya adalah asas kepentingan yang seperti tertulis dalam
penjelasan dan artinya secara umum, asas ini dimaksudkan agar pemerintah senatiasa
mendahulukan kepentingan umum dalam melakukan kegiatannya. Dalam asas ini
terlihat jelas bahwa seluruh asas yang berkaitan dengan Asas yang perihal prosedur
atau proses pengambilan keputusan yang apabila dilanggar secara otomatis membuat
keputusan yang bersangkutan menjadi batal demi hukum yang mana telah dijabarkan
sebelumnya. Asas ini lantas diperkuat dalam beberapa pasal dalam UU no.28 tahun
1999 seperti pada pasal 8 (yang mana menyangkut asas yang memberikan hak pada
rakyat untuk membela kepentingannya).
Yang dimaksud dengan asas keterbukaan adalah Yang dimaksud dengan “Asas
Keterbukaan” adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi
pribadi, golongan dan rahasia negara. Tampak dengan jelas asas non-diskriminatif
tercakup dalam asas ini dan asas tidak sewenang-wenang dan asas pelarangan
penyalah gunaan kekuasaan juga tercakup didalamnya sebab peyelenggaraan
pemerintah yang transparan adalah salah satu cara untuk mencegah penyalah gunaan
kekuasaan dan kesewenangan pemerintah dalam bertindak. Asas ini diterapkan dalam
pasal 5 UU no.28 tahun 1999 tentang kewajiban pejabat Negara.
Asas proporsionalitas dan asas profesionalitas adalah dua asas yang menyangkut
penyelenggara Negara itu sendiri dimana asas proporsionalitas adalah asas yang
mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban sedangkan asas
profesionalitas adalah asas yang mengutamakan keahlian dengan berdasar pada kode
etik menurut UU yang berlaku. Kedua asas ini mencerminkan asas pelarangan
penyalah gunaan kekuasaan sebab penyalahgunaan kekuasaan itu sendiri adalah
penyalah gunaan wewenang dan hak kewajiban yang melekat pada pemerintah dalam
hubungannya dengan rakyat.yang dalam hal ini tunduk pada hukum dan kekuasaan
Negara itu sendiri.
Asas yang terakhir adalah asas akuntabilitas, asas akuntabilitas adalah asas yang
menekankan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan Penyelenggara
Negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai
pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Kesimpulan yang bisa diambil dari penjelasan asas penyelenggaraan Negara
berdasarkan pada UU no.28 tahun 1999 adalah bahwa Negara telah mencakup semua
asas pemerintahan yang baik dalam penyelenggaraannya dalam arti ideal, hanya saja
masalahnya ada pada pelaksanaan asas itu sendiri dalam kebutuhan praktik dimana
seringkali ruh atau esensi dari UU itu sendiri seringkali disimpangkan sebagai akibat
dari pengaruh politik dalam pemerintahan yang berimbas pada penegakkan hukum itu
sendiri, yang tercermin dalam beberapa “perbuatan” yang controversial (misal: pilih
tebang dalam pemberantasan korupsi, kapitalisme dalam ekonomi) dimana ruh dari
peraturan itu, pemerintahan yang transparan, tahu batasan wewenangnya dan lain
sebagainya menjadi terbatas pada sebuah utopia. Pelaksanaan yang baik telah
dilakukan, pemberantasan korupsi, peran serta masyarakat yang marak, transparansi
yang baik. Tetapi kebudayaan nepotisme masih tercermin dengan tegas dan kewajiban
pejabat Negara sering dilupakan dan terkesan dijadikan sebagai suatu yang berat
sehingga ketidakmampuan melakukan kewajiban itu seringkali dijadikan alasan dalam
menuntut hak. Jadi pada dasarnya Ruhnya sudah ada, tercermin dalam undang-
undang, akan tetapi tidak didorong oleh nafsu yang dalam hal ini adalah hasrat (sebab
nafsu seringkalo dikonotasikan negatif) dalam mencapai ruh itu sendiri yang hakikatnya
adalah kebebasan (dalam hal ini adalah lepas dari KKN dan diskriminasi) walaupun kita
semua memahami bahwa sebuah Negara tentunya terdiri dari bermacam-macam
hasrat yang membentuknya sebagai Negara tetapi sungguh tidak bisa dijadikan alasan
jika hal itu menjadi ketidakberdayaan Negara sebab bagaimana Negara bisa ada jika
rakyat tidak memiliki hasrat yang mendorong perbuatan untuk membentuk Negara
(dalam hal ini sesuai dengan Hegel dalam buku Filsafat Sejarah). Negara yang
demikian adalah gagal dalam mengarahkan tujuan rakyatnya pada satu hal. Yang
dibutuhkan oleh Negara dalam mencapai tujuan utama dari UU ini adalah keseriusan
pelaksanaan, misi untuk mencapai visi UU itu sendiri.

Efektivitas adalah pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari
serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya.
Efektifitas bisa juga diartikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-
tujuan yang telah ditentukan. Sebagai contoh jika sebuah tugas dapat selesai dengan pemilihan
cara-cara yang sudah ditentukan, maka cara tersebut adalah benar atau efektif.
Sedangkan efisiensi adalah penggunaan sumber daya secara minimum guna pencapaian hasil
yang optimum. Efisiensi menganggap bahwa tujuan-tujuan yang benar telah ditentukan dan
berusaha untuk mencari cara-cara yang paling baik untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
Efisiensi hanya dapat dievaluasi dengan penilaian-penilaian relatif, membandingkan antara
masukan dan keluaran yang diterima. Sebagai contoh untuk menyelesaikan sebuah tugas, cara A
membutuhkan waktu 1 jam sedang cara B membutuhkan waktu 2 jam, maka cara A lebih efisien
dari cara B. Dengan kata lain tugas tersebut dapat selesai menggunakan cara dengan benar atau
efisiensi.
Efektifitas adalah melakukan tugas yang benar sedangkan efisiensi adalah melakukan tugas
dengan benar. Penyelesaian yang efektif belum tentu efisien begitu juga sebaliknya. Yang efektif
bisa saja membutuhkan sumber daya yang sangat besar sedangkan yang efisien barangkali
memakan waktu yang lama. Sehingga sebisa mungkin efektivitas dan efisiensi bisa mencapai
tingkat optimum untuk kedua-duanya.

Anda mungkin juga menyukai