Definisi
Epidemiologi
Penyakit ini ditemukan pada semua usia, namun paling banyak terjadi antara 15 –
40 tahun (masa reproduksI) dan Wanita lebih rawan terkena dengan Rasio 8 : 1
Factor risiko
Etiologi
1. Genetic
2. Obat
3. Sinar UV
Pathogenesis
Interaksi antara gen rentan dan factor lingkungan berakibat pada respon imun yang
abnormal. Respon tersebut meliputi (1) aktivasi dari imunitas diri (sel dendritik) oleh
DNA CpG, DNA pada kompleks imun, dan RNA pada RNA/protein antigen diri; (2)
penurunan aktivasi awal dari imunitas sel adaptif (antigen-specifik limfosit T and
B ); (3) pengaturan dan inhibisi sel T CD4+ and CD8+ yang inefektif; dan (4)
penurunan bersihan dari apoptosis sel dan kompleks imun. Antigen diri
(DNA/protein nukleosomal; RNA/protein pada Sm, Ro, and La; Fospholipid) tersedia
untuk pengenalan oleh sistem imun di permukaan sel apoptosis blebs; dengan
demikian antigen, autoantibodi, and kompleks imun tahan untuk periode waktu
yang lama, menjadikan inflamasi dan berkembangnya penyakit. Aktivasi imun
dalam sirkulasi dan sel pengikat jaringan tak lepas dari adanya kenaikan sekresi
mediator proinflamasi, seperti tumor necrosis factor (TNF), interferons (IFNs) tipe 1
dan 2, dan sel B perangsang sitokin limfosit B (BLyS) and interleukin (IL) 10.
Kenaikan dari gen yang diinduksi oleh interferon merupakan tanda genetic dari SLE.
Bagaimanapun, lupus T and sel natural killer (NK) gagal untuk memproduksi cukup
IL-2 and transforming growth factor (TGF) untuk meginduksi regulasi sel CD4+ and
inhibisi CD8+. Hasil dari abnormalitas ini meneruskan produksi dari autoantibosi
patogen (referred to in Fig. 313-1 and described in Table 313-1) dan kompleks
imun, yang akan berikatan dengan target jaringan, dengan aktivasi dari komplemen
dan sel fagosit yang dikenal dengan Ig melapisi sel darah yang bersirkulasi. Aktivasi
dari komplemen dan sel imun mengawali pelepasan chemotaxins, sitokin,
chemokines, peptide vasoactif, dan enzim destruktif. Pada keadaan inflamasi
kronik, akumulasi dari factor pertumbuhan dan produk oksida kronik berperan
dalam kerusakan irreversibel dari jaringan pada glomeruli, arteri, paru-paru dan
jaringan lainnya.
chromatin)
Patofisiologi
Manifestasi klinis dan prevalensinya
- Lelah
System
- Musculoskeletal (95%)
- Hemik-limfatik (85%)
o Leukopenia (<4000/mm3)
o Limfopenia (<1500/mm3)
o Trombositopenia (<100,000/mm3)
o Limfadenopati
o Splenomegali
o Anemia hemolisis
- Dermatoid/kutaneus (80%)
o Ulser pada mulut atau membran nasopharing tjd lebih dari ½ pasien
dg SLE.
- Neuro-psikiatrik (60%)
o Gangguan kognitif
o Gangguan mood
o Sakit kepala
o Mono-, polyneuropati
o Gangguan pergerakan
o Meningitis aseptik
o Epilepsy
- Kardio -Pulmonal (60%) takipneu dan batuk penanda keterlibatan system
ini
o Efusi perikarditis
o Myokarditis, endokarditis
o Lupus pneumonitis
- Gastrointestinal (40%)
o Vaskulitis
o Sindrom nefrotik
- Ocular (15 %)
o konjungtivitis
o Vaskulitis
Pemeriksaan penunjang pada SLE
- urinalysis
- X-ray dada
- -ECG(Echocardiogram)
Pola fluroresensi nukleus menunjukkan jenis antibodi yang terdapat dalam serum
pasien dan dikenal dengan adanya 4 pola dasar:
* pola bercak adalah pola yang paling umum dan menunjukkan adanya bercak yang
berukuran seragam atau berbeda – beda.Pola ini menggambarkan adanya antibodi
terhadap unsur nukleus non DNA antigen sm,RNP(ribonukleiprotein) serta
antigen SSA dan SSb.
Kriteria Batasan
Oral ulcer Ulkus mulut atau orofaring, umumnya tak nyeri dan dilihat ole
dokter pemeriksa
Arthritis Arthritis non-erosif yang melibatkan dua atau lebih sendi perifer,
ditandai oleh rasa nyeri, bengkak dan efusi
Malar rash Eritema menetap, datar atau menonjol, pada malar eminence dan
lipat nasolabial
Discoid rash Bercak eritema menonjol dengan gambaran SLE keratotik dan
sumbatan folikular. Pada SLE lanjut dapat ditemukan parut atrofik
Keterangan :
a. Jika 4 dari kriteria diatas ditemukan, yang terjadi secara bersamaan atau
dengan tenggang waktu pada riwayat pasien, diagnosis merujuk kepada SLE.
d. kriteria diterbitkan oleh EM Tan et al: Arthritis Rheum 25:1271, 1982 dan
diperbaharui oleh MC Hochberg, Arthritis Rheum 40:1725, 1997.
Diagnose banding berdasarkan manifestasi klinis dan pembedanya
a. Gejala konstitusional
I. Demam
III. Kelelahan
b. System :
I. Dematoid/kutaneus
i. Fotosensitivitas sunburn
II. Musculoskeletal
IV. Neuro-psikiatrik
V. Kardio-pulmonal
i.
VI. Gastrointestinal
VII. Renal
i. Infeksi leukositosis
ii. Glomerulonefritis
VIII. Ocular
Prognosis
Pada negara modern, dimana terdapat perawatan medis yang modern ( dan
ransplantasi organ) terseia bagia siapapun yang sanggup untuk membayarnya,
terapi dengan glukokortikoid biasanya digunakan sebagai terapi untuk lupus yang
berat; pada negara berkembang prognosis lebih buruk.
Prognosis buruk (~50% mortalitas dalam 10 tahun) dalam kebanyakan rangkaian
kejadian berbanding lurus dengan (diagnosis awal) kadar serum creatinin yang
tinggi[>124 mol/L (>1.4 mg/dL)], hipertensi, sindrom nefrotik (24-h pengeluaran
urine protein >2.6 g), anemia [hemoglobin <124 g/L (<12.4 g/dL)],
hipoalbuminemia, hipocomplementemia.
Referensi
IPD UI
Nejm.org