KELOMPOK 3
Mathias Elson
Putra Perwira
Nafian Awaludin
Yunita Florensia
Dio Prakoso
Asep
Priscilla Deni
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
2010
KATA PENGANTAR
Dalam makalah ini mungkin saja ditemukan banyak kekurangan. Oleh karena itu,
Penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
untuk meningkatkan mutu makalah kami selanjutnya.
Sebagai akhir kata, tim penyusun tak lupa mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu dan memfasilitasi penyusunan makalah ini. Terima
kasih atas kerjasama tim penyusun selama ini.
Tim Penyusun
DAFTAR PUSTAKA
Kata Pengantar....................................................................................................
Daftar isi
I. Pengertian Bakterioforin................................................................................
III. Aplikasi...........................................................................................................
IV. Keunggulan....................................................................................................
V. Kelemahan.....................................................................................................
Antimikrob polipeptida yang disintesis di ribosom oleh bakteri gram positif dan gram
negatif
Bakteriosin biasanya tahan terhadap panas, dan aktivitasnya masih tetap ada
dalam lingkungan asam misalnya pada suhu 100˚C atau 121˚C selama 15 menit
(Bhunia et al., 1988 dalam Ogunbawo, 2003), demikian pula suhu yang sangat
rendah dalam penyimpanan tidak mempengaruhi aktivitas bakteriosin.
Umumnya bakteriosin sensitif terhadap protease.
V. Aplikasi Bakteriosin
Daging mengandung zat gizi yang tinggi. Kandungan gizi yang tinggi terutama
protein dengan komposisi asam amino yang seimbang hal ini sangat bermanfaat
bagi tubuh manusia. Lemak merupakan komponen utama dalam daging. Lemak
berfungsi sebagai pembentuk energi dan komposisi lemak terdiri atas gliserol
dan asam lemak. Karbohidrat merupakan komponen yang memegang peranan
utama di dalam bahan-bahan organik. Kebanyakan karbohidrat di dalam
jaringan tubuh hewan terdiri atas polisakarida kompleks dan beberapa
diantaranya berkaitan dengan komponen protein serta sulit dipisahkan.
Glikogen merupakan karbohidrat yang utama di dalam daging.
Kandungan gizi yang tinggi ini menyebabkan daging mempunyai sifat mudah
rusak (perishable) karena mikroba dapat tumbuh dan berkembang biak di
dalamnya. Menurut Gill (1986), daging digolongkan sebagai bahan pangan yang
mudah rusak karena merupakan medium yang sangat baik untuk pertumbuhan
mikroba. Hal ini disebabkan oleh karena kadar air daging termasuk tinggi, kaya
akan zat gizi yang mengandung nitrogen, karbohidrat yang dapat difermentasi,
kaya akan mineral untuk pertumbuhan mikroba, dan memiliki pH yang baik
untuk pertumbuhan mikroba (5,3-6,5) (Soeparno, 1998).
Saat ini, kualitas mikrobiologi daging telah menjadi salah satu perhatian
masyarakat dalam hal keamanan pangan. Daging yang sehat seharusnya tidak
mengandung mikroba patogen, kalaupun mengandung mikroba non patogen
maka jumlahnya harus sedikit. Rozbeh et al. (1993) mengasumsikan bahwa jika
kandungan bakteri daging melebihi 106 bakteri/g maka daging tersebut
dianggap berkualitas rendah. Menurut Soeparno (1998) batas jumlah mikroba
daging selama dilayukan tidak boleh lebih dari 105 bakteri/cm2 daging.