Demikian juga dalam prinsip teknik pertambangan sudah dikenal istilah green mining, ataupun good
mining practice, dimana program reklamasi, seperti halnya program Community Development,
merupakan kewajiban melekat yang harus dilaksanakan dalam suatu kegiatan industri pertambangan
dalam rangka mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan dalam
industri pertambangan dicirikan dengan keberhasilan dalam melakukan kegiatan reklamasi selama
kegiatan penambangan berlangsung (progressive) dan juga reklamasi pada saat penutupan
pertambangan/mine closure. (Mine for closure, 1996). Namun pada kenyataan dilapangan, banyak kasus
konflik sosial dan degradasi lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan industri pertambangan yang
disebabkan pelaku usaha yang tidak melakukan reklamasi ataupun adanya kegagalan dalam
melaksanakan kegiatan reklamasi.
Reklamasi tambang pada prinsipnya harus didasarkan dan disesuaikan dengan karakteristik dan potensi
wilayah. Dengan melakukan kajian terhadap kondisi geologi, metode penambangan, kondisi tanah,
hidrologi dan iklim serta kondisi lingkungan sekitar tambang maka akan dapat ditentukan posisi strategis
kawasan bekas tambang dalam kerangka pengembangan wilayah. Dengan mengetahui posisi
strategisnya maka dapat ditentukan bentuk penggunaan lahan yang terbaik bagi lahan bekas tambang
agar bisa berkelanjutan.
Untuk itu, tentu dibutuhkan sebuah strategi “Sustainable Mining Practices” atau pembangunan
berkelanjutan di bidang pertambangan yang walaupun pada kenyataannya tidaklah mudah, tapi
harus diimplementasikan.
Pangkal Pinang, Kompas - Kerusakan lingkungan hidup yang tidak terkendali di Bangka
Belitung terjadi karena tidak memperhitungkan prinsip tambang yang berkelanjutan. Tambang
berkelanjutan adalah proses penambangan selektif yang meminimalkan kerusakan lingkungan
di sekitarnya, ditengarai pula oleh tidak adanya ”obral” perizinan dari pemerintah daerah
setempat.
Kami, masyarakat adat, menolak mitos ”pertambangan
berkelanjutan”: kami tidak mengalami pertambangan sebagai suatu
sumbangan bagi ”pembangunan yang berkelanjutan” berdasarkan
definisi yang masuk akal. Pengalaman kami menunjukkan bahwa
ekplorasi dan eksploitasi mineral, batu bara, minyak dan gas
menimbulkan masalah sosial dan lingkungan yang serius,
menyebarluas dan merusak sehingga kami tidak dapat menamakan
pembangunan semacam itu sebagai ”berkelanjutan”. Bukannya
membantu mengurangi kemiskinan, pengalaman kami
menyebutkan bahwa industri ekstraktif justru menciptakan
kemiskinan dan memecah belah masyarakat kami, serta
melecehkan budaya dan hukum-hukum adat kami.
Namun bila dikaji secara ekonomi berkelanjutan, keuntungan bagi wilayah pertambangan tersebut
sesungguhnya hanya sesaat. Secara lingkungan dampak negatifnya lebih besar dari keuntungan yang
diperoleh. Bentang alam menjadi menjadi berlubang-lubang besar, penggalian dan pengangkutan
menyebabkan kebisingan dan berdebu, limbah tambang mencemari sumber air, merusak kualitas
kehidupan. Walau perusahan pertambangan selalu diminta memulihkan kerusakan lingkungan setelah
penggalian, namun umumnya tidak pernah dilakukan. Harga kerusakan lingkungan lebih besar dari
keuntungan ekonomi yang diperoleh. Ini tentunya berlawanan dengan konsep pembangunan
berkelanjutan yang sesungguhnya. Juga bertentangan dengan “Brundtland Report” oleh PBB (1987):
pembangunan berkelanjutan berprinsip memenuhi kebutuhan sekarang, tanpa mengorbankan
pemenuhan kebutuhan generasi yang akan datang.
Pertambangan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian,
penambangan (penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan
galian (mineral, batubara,panas bumi, migas).
Paradigma baru kegiatan industri pertambangan ialah mengacu pada
konsep Pertambangan yang berwawasan Lingkungan dan berkelanjutan, yang
meliputi :
Kegiatan pertambangan yang merusak lingkungan ini menjadi kesan yang melekat
pada kegiatan pertambangan khususnya di Indonesia. Dan citra buruk ini suda sangat
melekat di masyarakat kita. Kerusakan akibat kegiatan pertambangan selalu menjadi
topic hangat dan isu yang marak dibicarakan dan di advokasi oleh para pemerhati
lingkungan. Namun demikian,kegiatan pertambangan masih menjadi salah satu
primadona penghasil devisa bagi negara ini.
Pemerintah dan industri pertamba ngan di Indonesia telah meyakini konsep penting
mengenai pemba ngunan yang berkelanjutan. Hal ini seiring dengan keluarnya Undang-
Undang No. 4 tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba).
Yaitu : BAB II
Pasal 3
b. menjamin manfaat pertambangan mineral dan batubara secara
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan hidup;
Tolok ukur pro dengan bentuk negara kesatuan RI merupakan suatu keharusan, karena
pembangunan berkelanjutan yang dimaksud adalah untuk bangsa Indonesia yang berada dalam
kesatuan NKRI.
Tolok ukur anti korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) dapat dilihat dari berbagai kasus yang
dapat diselesaikan serta berbagai hal lain yang terkait dengan gerakan anti KKN yang
digaungkan di daerah bersangkutan. Buah pemikiran pakar lingkungan ini sejalan dengan buah
pemikiran beberapa konseptor pembangunan berkelanjutan yang dirangkum oleh Gondokusumo
(2005), dimana disebutkan syarat-syarat yang perlu dipenuhi untuk tercapainya proses
pembangunan berkelanjutan (Tabel