Anda di halaman 1dari 10

TUGAS SISTEM HUKUM

INDONESIA

“HUKUM PERDATA INDONESIA”

Oleh :

Syaif Andra 1002055076

Universitas Mulawarman

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Jurusan Ilmu Komunikasi

Semester I

2010
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala,


karena berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas ini. Tugas ini
diajukan guna memenuhi nilai tugas mata kuliah sistem hukum indonesia.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga tugas ini dapat diselesaikan sesuai dengan
waktunya. tugas ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan tugas ini.

Semoga tugas ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat


untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Samarinda, 03 Desember 2010

Penyusun
Hukum Perdata Indonesia

Adalah salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan


kewajiban yang dimiliki subyek hukum dan hubungan antara
subyek hukum. Hukum perdata disebut pula hukum privat atau
hukum sipil sebagai lawan dari hukum publik.

Hukum publik mengatur hal-hal yang berkaitan dengan


negara serta kepentingan umum misalnya politik dan pemilu
(hukum tata negara), kegiatan pemerintahan sehari-hari (hukum
administrasi atau tata usaha negara), kejahatan (hukum pidana)

Hukum perdata mengatur hubungan antara penduduk atau


warga negara sehari-hari, seperti misalnya kedewasaan seseorang,
perkawinan, perceraian, kematian, pewarisan, harta benda,
kegiatan usaha dan tindakan-tindakan yang bersifat perdata
lainnya.

Terjadinya hubungan hukum antara pihak-pihak menunjukkan


adanya subyek sebagai pelaku dan benda yang dipermasalahkan
oleh para pihak sebagai obyek hukum.

Subyek hukum adalah segala sesuatu yang dapat mempunyai


hak dan kewajiban untuk bertindak dalam hukum.
Terdiri dari orang dan badan hukum.

Obyek hukum adalah segala sesuatu berguna bagi subyek


hukum dan dapat menjadi pokok suatu hubungan
hukum yang dilakukan oleh subyek hukum. Obyek
hukum adalah benda.

Hak adalah kekuasaan, kewenangan yang diberikan oleh


hukum kepada subyek hukum.

Kewajiban adalah beban yang diberikan oleh hukum kepada


orang ataupun badan hukum.
Sejarah Hukum Perdata

Hukum perdata Belanda berasal dari hukum perdata Perancis


yaitu Code Napoleon yang disusun berdasarkan hukum Romawi
Corpus Juris Civilis yang pada waktu itu dianggap sebagai hukum
yang paling sempurna. Hukum Privat yang berlaku di Perancis
dimuat dalam dua kodifikasi yang disebut Code Civil (hukum
perdata) dan Code de Commerce (hukum dagang). Sewaktu
Perancis menguasai Belanda (1806 -1813), kedua kodifikasi itu
diberlakukan di negeri Belanda yang masih dipergunakan terus
hingga 24 tahun sesudah kemerdekaan Belanda dari Perancis
(1813)Pada Tahun 1814 Belanda mulai menyusun Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata (Sipil) atau KUHS Negeri Belanda,
berdasarkan kodifikasi hukum Belanda yang dibuat oleh MR.J.M.
KEMPER disebut ONTWERP KEMPER namun sayangnya KEMPER
meninggal dunia [1924] sebelum menyelesaikan tugasnya dan
dilanjutkan oleh NICOLAI yang menjabat sebagai Ketua Pengadilan
Tinggi Belgia. Keinginan Belanda tersebut terealisasi pada tanggal 6
Juli 1980 dengan pembentukan dua kodifikasi yang baru
diberlakukan pada tanggal 1 Oktober 1938 oleh karena telah terjadi
pemberontakan di Belgia yaitu :

1. Burgerlijk Wetboek yang disingkat BW [atau Kitab Undang-


Undang Hukum Perdata-Belanda]

2. Wetboek van Koophandel disingkat WvK [atau yang dikenal


dengan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang] Kodifikasi ini
menurut Prof Mr J, Van Kan BW adalah merupakan terjemahan
dari Code Civil hasil jiplakan yang disalin dari bahasa Perancis ke
dalam bahasa nasional Belanda
Ada beberapa sistem hukum yang berlaku di dunia dan
perbedaan sistem hukum tersebut juga mempengaruhi bidang
hukum perdata, antara lain:

a. Sistem hukum Anglo-Saxon (Common Law) yaitu sistem hukum


yang berlaku di Kerajaan Inggris Raya termasuk negara
persemakmuran atau negara-negara yang terpengaruh oleh
Inggris, misalnya Amerika Serikat.

b. Sistem hukum Eropa Continental, sistem hukum yang


diterapkan di daratan Eropa.
Hukum perdata di Indonesia didasarkan pada hukum perdata di
Belanda, khususnya hukum perdata Belanda pada masa
penjajahan.

Yang dimaksud dengan Hukum perdata Indonesia adalah hukum


perdata yang berlaku bagi seluruh Wilayah di Indonesia. Hukum
perdata yang berlaku di Indonesia adalah hukum perdata barat
Belanda yang pada awalnya berinduk pada Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata yang aslinya berbahasa Belanda atau dikenal
dengan Burgerlijk Wetboek dan biasa disingkat dengan B.W.
Sebagian materi B.W. sudah dicabut berlakunya & sudah diganti
dengan Undang-Undang RI misalnya mengenai UU Perkawinan, UU
Hak Tanggungan, UU Kepailitan.

Pada 31 Oktober 1837, Mr.C.J. Scholten van Oud Haarlem di angkat


menjadi ketua panitia kodifikasi dengan Mr. A.A. Van Vloten dan Mr.
Meyer masing-masing sebagai anggota yang kemudian anggotanya
ini diganti dengan Mr. J.Schneither dan Mr. A.J. van Nes. Kodifikasi
KUHPdt. Indonesia diumumkan pada tanggal 30 April 1847
melalui Staatsblad No. 23 dan berlaku Januari 1948.

Setelah Indonesia Merdeka berdasarkan aturan Pasal 2 aturan


peralihan UUD 1945, KUHPer. Hindia Belanda tetap dinyatakan
berlaku sebelum digantikan dengan undang-undang baru
berdasarkan Undang – Undang Dasar ini. BW Hindia Belanda disebut
juga Kitab Undang – Undang Hukun Perdata Indonesia sebagai induk
hukum perdata Indonesia.

Kitab Undang-undang Hukum Perdata (dikenal KUHPer.) yang


berlaku di Indonesia tidak lain adalah terjemahan dari ''Burgerlijk
Wetboek'' (atau dikenal dengan BW) yang berlaku di kerajaan
Belanda dan diberlakukan di Indonesia berdasarkan azas
konkordansi (azas persamaan hukum). Untuk Indonesia yang saat
itu masih bernama Hindia Belanda, BW diberlakukan mulai 1859.
Hukum perdata Belanda sendiri disadur dari hukum perdata yang
berlaku di Perancis dengan beberapa penyesuaian.

Bagian-bagian kitab undang-undang hukum perdata

Kitab undang-undang hukum perdata (disingkat KUHPer)


terdiri dari empat bagian, yaitu:

- Buku I tentang Orang;

Mengatur tentang hukum perseorangan dan hukum keluarga,


yaitu hukum yang mengatur status serta hak dan kewajiban yang
dimiliki oleh subyek hukum. Antara lain ketentuan mengenai
timbulnya hak keperdataan seseorang, kelahiran, kedewasaan,
perkawinan, keluarga, perceraian dan hilangnya hak
keperdataan. Khusus untuk bagian perkawinan, sebagian
ketentuan-ketentuannya telah dinyatakan tidak berlaku dengan
di undangkannya UU nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan.

Orang menurut Perdata dibagi menjadi 2 ;


1. Natuurlijk Persoon, yaitu Manusia.
2. Recht Persoon, yaitu Badan Hukum.
Yang kemudian disebut Subyek Hukum :
• Subyek Hukum adalahsesuatu yang dapat memperoleh hak dan
kewajiban, atau merupakan pendukung hak dan kewajiban.
Wujud subyek hukum tersebut 2 point diatas.
1. Natuurlijk Persoon
• Pertanyaan : Sejak kapankah manusia menjadi subjek hukum,
sejak dalam kandungan atau kelahiran ?
• Jawaban : Sejak dilahirkan hingga kematian. Namun, pasal
2menyebutkan “anak dalam kandungan dianggap sudah
dilahirkan jika kepentingan anak menghendaki dan ia lahirdalam
keadaan hidup”. Dengan adanya Pasal 2 ini muncul pengecualian
yang kemudian menyatakan :

“Semua manusia merupakan Subyek Hukum sejak dalam kandungan BILA


mana ia memiliki kepentingan yang menghendaki dan dilahirkan dalam
keadaan hidup”

Pasal diatas hanya merupakan pengecualian, tidak berlaku


umum,hanya pada hal-hal tertentu dimana kepentingan
menghendaki. Contoh Kepentingan yang menghendaki yaitu Waris.
Namun demikian, manusia yang dimaksud tersebut belum
dapatmelakukan Perbuatan Hukum, karena masih dibawah umur
(belum dewasa)sehingga tidak cakap bertindak. Dengan demikian ia
dapat memperoleh perwalian atas perbuatan hukum untuk
kepentingan

Subyek Tidak Cakap Hukum :

• Anak dibawah umur (belum dewasa). Hk.Pdt:21, UU.1/74:18.

• Orang dibawah pengampuan.


Yaitu :

“Orang yang sudah dewasa karena alasan tertentu dinyatakan tidak


cakap melakukan perbuatan hukum”.
Contoh : Orang Gila, Sakit Ingatan, Pikun, Boros, Pemabuk.
Orang diakui berada dalam pengampuan apabila keluarganyatelah
mengajukan permohonan pengampuan dan ia sendirikemudian
telah terdaftar di Pengadilan Negeri setempat berdasarkan putusan
Hakim. Orang dalam Pengampuan akan memiliki kekebalan hukum
karena kondisinya yang memaksa demikian.

• Seorang Istri.

Menurut Hukum Perdata, seorang istri merupakan subyek tidak


cakap hukum.
Namun berdasarkan UU No.1/1974 Tentang Perkawinan,seorang
Istri dinyatakan cakap bertindak / melakukanperbuatan hukum.
Dengan ini maka yang berlaku adalah UU Perkawinan, berdasarkan
pada asas hukum Lex Posteriori derogat Lex Priore: Hukum yang
baru menghapus aturan yang lama. Dengan syarat peraturan baru
itu harus sederajat hirarkinya dengan peraturan lama.

2. Recht Persoon
Menurut Ridwan Sahani ; Rechtpersoon atau Badan hukum adalah
Pendukung hak dan kewajiban yang tidak berjiwa sebagai lawan
pendukung hak dan kewajiban yang berjiwa(yakni manusia). Badan
Hukum merupakan perkumpulan / persekutuan orang-orang tetapi
tidak setiap perkumpulan merupakan suatu Badan Hukum.

Kriteria Badan Hukum Suatu perkumpulan adalah Badan Hukum jika


memenuhi syarat :
1. Materiil
• Harta kekayaan yang terpisah (p’usahaan dg investor).
• Ada Tujuan
• Ada kepentingan
• Terorganisir
2. Formil
• Ada pengesahan atau pengakuan dari pemerintah.

3. Hukum Perkawinan

Pasal 1 UU No.1 / 1974, Pengertian Perkawinan :


“Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk
keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan YME”

Terjadi kekosongan hukum pada UU No.1/1974, maka dasar hukum


dapat dikembalikan pada Kitab Hukum Perdata (BW). Namun
ternyata BW sendiri tidak mengaturnya. Maka kita dapat
menggunakan hukum agama atau kepercayaan kita.

- Buku II tentang Kebendaan;


Mengatur tentang hukum benda, yaitu hukum yang mengatur
hak dan kewajiban yang dimiliki subyek hukum yang berkaitan
dengan benda, antara lain hak-hak kebendaan, waris dan
penjaminan. Yang dimaksud dengan benda meliputi:

1. benda berwujud (tangible assets)


a. bergerak, misalnya kendaraan bermotor, perhiasan.
b. tidak bergerak misalnya tanah, bangunan dan
kapal dengan berat tertentu.
2. benda tidak berwujud (intangible assets)
misalnya hak tagih atau piutang, termasuk Hak atas
Kekayaan Intelektual (HaKI).

- Buku III tentang Perikatan;


Mengatur tentang hukum perikatan (perjanjian) yaitu hukum
yang mengatur tentang hak dan kewajiban antara subyek hukum
di bidang perikatan. Khusus untuk bidang perdagangan, Kitab
undang-undang hukum dagang (KUHD) juga dipakai sebagai
acuan. Isi KUHD berkaitan erat dengan KUHPer, khususnya Buku
III. Bisa dikatakan KUHD adalah bagian khusus dari KUHPer.

- Buku IV tentang Daluarsa dan Pembuktian;


Mengatur hak dan kewajiban subyek hukum (khususnya batas
atau tenggat waktu) dalam mempergunakan hak-haknya dalam
hukum perdata dan hal-hal yang berkaitan dengan pembuktian.

Anda mungkin juga menyukai