Anda di halaman 1dari 3

2.2.

Keselamatan Publik (Public Safety)


Keselamatan publik (public safety) adalah perlindungan terhadap masyarakat
secara umum dari segala bentuk bahaya, risiko, kecelakaan, dan kerugian yang timbul
dari bencana alam maupun bencana karena peran manusia. Secara tradisional, wilayah
keselamatan publik ini terkait erat dengan peran-peran gawat darurat yang selama ini
diselenggarakan institusi seperti kepolisian, pemadam kebakaran, SAR (search and
rescue), dan tim kesehatan. Kendati sebenarnya wilayah pengertiannya lebih luas dari
itu.
Risiko dapat lahir dari faktor eksternal (external risk) maupun manufaktur
(manufactured risk). Bencana alam (natural disaster) adalah risiko yang lahir dari
faktor eksternal yang berada di luar kemampuan manusia untuk menghindarinya.
Risiko manufaktur lebih berupa bahaya (hazard) yang timbul akibat proses
pembangunan dan modernisasi. Misalnya karena pembangunan dan inovasi di bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi (Beck,1992).
Hak atas keselamatan publik terkait erat dengan hak hidup dan hak atas
perlindungan pribadi. Masyarakat Indonesia, seperti halnya umat manusia yang lain,
memiliki hak hidup. Hak untuk hidup adalah hak asasi manusia yang paling
mendasar. Pasal 3 Deklarasi HAM Universal 1948 menyebutkan setiap orang berhak
untuk hidup, mendapatkan kebebasan, dan keamanan selaku manusia.
Pasal 6 Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik
(International Covenant on Civil and Political Rights ICCPR), yang juga telah
diratifikasi pemerintah Indonesia pada 2005 menyebutkan 'Setiap orang mempunyai
hak yang tak terpisahkan dan dilindungi oleh hukum, yaitu hak untuk hidup'.
Sementara itu, Pasal 29 Undang-Undang No 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia (HAM) menyebutkan setiap orang berhak atas perlindungan diri
pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan hak miliknya.
Satu bentuk penghargaan terhadap hak keselamatan publik adalah melalui perhatian
terhadap penegakan prosedur keselamatan publik (public safety) maupun
kesiapsiagaan bencana (disaster preparedness) baik oleh pemerintah maupun
masyarakat.
Prosedur keselamatan publik ini berlaku di semua wilayah. Dari keselamatan
di rumah tinggal dan permukiman hingga di jalan raya, laut, udara, jalur kereta api,
tempat kerja, sekolah, perkantoran, dan semua fasilitas publik
2.3 Udara
2.3.1 Definisi Udara
Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang
mengelilingi bumi. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Air dalam
bentuk H2O dan CO2 merupakan komponen yang konsentrasinya paling bervariasi.
Jumlah uap air yang terdapat di udara bervariasi tergantung dari cuaca dan suhu, di
mana paling kecil 0,01 % adn paling banyak 4 % dari total volume udara.
Udara di alam tidak pernah ditemukan bersih tanpa polutan sama sekali.
Beberapa gas seperti Sulfur Dioksida (SO2), Hidrogen Sulfida (H2S) dan Karbon
Monoksida (CO) selalu dibebaskan ke udara sebagai produk sampingan dari proses
alami seperti aktivitas vulkanik, pembusukan sampah tanaman, kebakaran hutan dan
sebagainya. Selain itu partikel-partikel padatan atau cairan berukuran kecil dapat
tersebar di udara oleh angin, letusan vulkanik atau gangguan alam lainnya. Selain
disebabkan polutan alamii, polusi udara juga dapat disebabkan oleh aktivitas manusia.
(Fardiaz, 1992; Sastrawijaya, 1991).

2.3.2 Pencemaran Udara


Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 41 tahun 1999 mengenai
Pengendalian Pencemaran Udara, yang dimaksud pencemaran udara adalah masuknya
atau dimasukkannya zat, energi dan/ atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh
kegiatan manusia sehingga udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
udara ambien tidak memenuhi fungsinya.
Menurut Sastrawijaya (1991), pencemaran udara adalah jika udara di atmosfer
dicampuri dengan zat atau radiasi yang berpengaruh jelek terhadap organisme hidup.
Jumlah pencemar ini cukup banyak sehingga tidak dapat diabsorbsi atau dihilangkan.

2.3.3 Sumber Pencemaran Udara


Menurut Achmadi, sumber pencemaran udara dapat dibagi menjadi 2 (dua)
yaitu sumber yang bergerak seperti kendaraan bermotor dan sumber yang tidak
bergerak yaitu industri dan pembakaran sampah limbah padat. Sumber pencemaran
yang utama berasal dari transportasi sedangkan sumber-sumber pencemar lainnya
berasal dari pembakaran, proses industri, pembuangan limbah, dan lain-lain.
Pencemaran udara umumnya diberi batasan sebagai udara yang mengandung
satu atau lebih zat kimia dalam konsentrasi cukup tinggi untuk menyebabkan
gangguan pada manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan harta benda.
Terdapat 2 jenis zat pencemar:
1. Zat Pencemar Primer, yaitu yang langsung mengkontaminasi udara
dalam konsentrasi yang membahayakan. Zat tersebut dapat berasal dari
komponen udara ilmiah seperti Karbon Dioksida, yang meningkat
diatas konsentrasi normal, atau sesuatu yang tidak biasanya ditemukan
dalam udara.
2. Zat Pencemar Sekunder, yaitu zat kimia yang berbahaya yang
terbentuk di atmosfer melalui reaksi kimia di antara komponen-
komponen udara.
Pencemar udara dapat berbentuk partikel (debu, aerosol, timah hitam) dan
gas (CO, NO2, SO2, O3, H2S, Hidrokarbon). Partikel ini ada yang berupa
partikel biologis, seperti virus, bakteri, jamur, serbuk sari tumbuhan, ada
pula yang non biologis, yaitu zat-zat kimia organik maupun anorganik
(WHO, 1987).

Anda mungkin juga menyukai