Keselamatan publik (public safety) adalah perlindungan terhadap masyarakat secara umum dari segala bentuk bahaya, risiko, kecelakaan, dan kerugian yang timbul dari bencana alam maupun bencana karena peran manusia. Secara tradisional, wilayah keselamatan publik ini terkait erat dengan peran-peran gawat darurat yang selama ini diselenggarakan institusi seperti kepolisian, pemadam kebakaran, SAR (search and rescue), dan tim kesehatan. Kendati sebenarnya wilayah pengertiannya lebih luas dari itu. Risiko dapat lahir dari faktor eksternal (external risk) maupun manufaktur (manufactured risk). Bencana alam (natural disaster) adalah risiko yang lahir dari faktor eksternal yang berada di luar kemampuan manusia untuk menghindarinya. Risiko manufaktur lebih berupa bahaya (hazard) yang timbul akibat proses pembangunan dan modernisasi. Misalnya karena pembangunan dan inovasi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (Beck,1992). Hak atas keselamatan publik terkait erat dengan hak hidup dan hak atas perlindungan pribadi. Masyarakat Indonesia, seperti halnya umat manusia yang lain, memiliki hak hidup. Hak untuk hidup adalah hak asasi manusia yang paling mendasar. Pasal 3 Deklarasi HAM Universal 1948 menyebutkan setiap orang berhak untuk hidup, mendapatkan kebebasan, dan keamanan selaku manusia. Pasal 6 Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik (International Covenant on Civil and Political Rights ICCPR), yang juga telah diratifikasi pemerintah Indonesia pada 2005 menyebutkan 'Setiap orang mempunyai hak yang tak terpisahkan dan dilindungi oleh hukum, yaitu hak untuk hidup'. Sementara itu, Pasal 29 Undang-Undang No 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM) menyebutkan setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan hak miliknya. Satu bentuk penghargaan terhadap hak keselamatan publik adalah melalui perhatian terhadap penegakan prosedur keselamatan publik (public safety) maupun kesiapsiagaan bencana (disaster preparedness) baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Prosedur keselamatan publik ini berlaku di semua wilayah. Dari keselamatan di rumah tinggal dan permukiman hingga di jalan raya, laut, udara, jalur kereta api, tempat kerja, sekolah, perkantoran, dan semua fasilitas publik 2.3 Udara 2.3.1 Definisi Udara Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Air dalam bentuk H2O dan CO2 merupakan komponen yang konsentrasinya paling bervariasi. Jumlah uap air yang terdapat di udara bervariasi tergantung dari cuaca dan suhu, di mana paling kecil 0,01 % adn paling banyak 4 % dari total volume udara. Udara di alam tidak pernah ditemukan bersih tanpa polutan sama sekali. Beberapa gas seperti Sulfur Dioksida (SO2), Hidrogen Sulfida (H2S) dan Karbon Monoksida (CO) selalu dibebaskan ke udara sebagai produk sampingan dari proses alami seperti aktivitas vulkanik, pembusukan sampah tanaman, kebakaran hutan dan sebagainya. Selain itu partikel-partikel padatan atau cairan berukuran kecil dapat tersebar di udara oleh angin, letusan vulkanik atau gangguan alam lainnya. Selain disebabkan polutan alamii, polusi udara juga dapat disebabkan oleh aktivitas manusia. (Fardiaz, 1992; Sastrawijaya, 1991).
2.3.2 Pencemaran Udara
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 41 tahun 1999 mengenai Pengendalian Pencemaran Udara, yang dimaksud pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi dan/ atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia sehingga udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak memenuhi fungsinya. Menurut Sastrawijaya (1991), pencemaran udara adalah jika udara di atmosfer dicampuri dengan zat atau radiasi yang berpengaruh jelek terhadap organisme hidup. Jumlah pencemar ini cukup banyak sehingga tidak dapat diabsorbsi atau dihilangkan.
2.3.3 Sumber Pencemaran Udara
Menurut Achmadi, sumber pencemaran udara dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu sumber yang bergerak seperti kendaraan bermotor dan sumber yang tidak bergerak yaitu industri dan pembakaran sampah limbah padat. Sumber pencemaran yang utama berasal dari transportasi sedangkan sumber-sumber pencemar lainnya berasal dari pembakaran, proses industri, pembuangan limbah, dan lain-lain. Pencemaran udara umumnya diberi batasan sebagai udara yang mengandung satu atau lebih zat kimia dalam konsentrasi cukup tinggi untuk menyebabkan gangguan pada manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan harta benda. Terdapat 2 jenis zat pencemar: 1. Zat Pencemar Primer, yaitu yang langsung mengkontaminasi udara dalam konsentrasi yang membahayakan. Zat tersebut dapat berasal dari komponen udara ilmiah seperti Karbon Dioksida, yang meningkat diatas konsentrasi normal, atau sesuatu yang tidak biasanya ditemukan dalam udara. 2. Zat Pencemar Sekunder, yaitu zat kimia yang berbahaya yang terbentuk di atmosfer melalui reaksi kimia di antara komponen- komponen udara. Pencemar udara dapat berbentuk partikel (debu, aerosol, timah hitam) dan gas (CO, NO2, SO2, O3, H2S, Hidrokarbon). Partikel ini ada yang berupa partikel biologis, seperti virus, bakteri, jamur, serbuk sari tumbuhan, ada pula yang non biologis, yaitu zat-zat kimia organik maupun anorganik (WHO, 1987).