PENDAHULUAN
Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di Indonesia,
sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah kemiskinan ini
sangatlah kompleks dan bersifat multidimensional, dimana berkaitan dengan aspek sosial,
ekonomi, budaya, dan aspek lainnya. Kemiskinan terus menjadi masalah fenomenal di belahan
dunia, khususnya Indonesia yang merupakan Negara berkembang. Kemiskinan telah membuat
jutaan anak tidak bisa mengenyam pendidikan, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya
tabungan dan investasi, dan masalah lain yang menjurus ke arah tindakan kekerasan dan
kejahatan.
Kemiskinan yang terjadi dalam suatu negara memang perlu dilihat sebagai suatu masalah
yang sangat serius, karena saat ini kemiskinan, membuat banyak masyarakat Indonesia
mengalami kesusahan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Persoalan kemiskinan ini lebih
dipicu karena masih banyaknya masyarakat yang mengalami pengangguran dalam bekerja.
Pengangguran yang dialami sebagian masyarakat inilah yang membuat sulitnya dalam memenuhi
secara bersama dan terkoordinasi. Namun penangannya selama ini cenderung parsial dan tidak
berkelanjutan. Peran dunia usaha dan masyarakat pada umumnya juga belum optimal.
Kerelawanan sosial dalam kehidupan masyarakat yang dapat menjadi sumber penting
pemberdayaan dan pemecahan akar permasalahan kemiskinan juga mulai luntur. Untuk itu
diperlukan perubahan yang bersifat sistemik dan menyeluruh dalam upaya penanggulangan
kemiskinan.
Selama ini telah banyak program-program pembangunan dari pemerintah yang bertujuan
untuk mengurangi kasus kemiskinan. Seperti Inpres desa tertinggal, pemberian BLT, raskin,
kompensasi BBM dan berbagai program lain. Namun, dari berbagai program yang telah
Pada dasarnya ada dua faktor penting yang dapat menyebabkan kegagalan program
penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Pertama, program- program penanggulangan kemiskinan
selama ini
cenderung berfokus pada upaya penyaluran bantuan sosial untuk orang miskin. Upaya seperti ini
akan sulit menyelesaikan persoalan kemiskinan yang ada karena sifat bantuan tidaklah untuk
masyarakat miskin. Program bantuan untuk orang miskin seharusnya lebih difokuskan untuk
yang bersifat permanen.Di lain pihak, program-program bantuan sosial ini juga dapat
menimbulkan korupsi dalam penyalurannya. Alangkah lebih baik apabila dana-dana bantuan
tersebut langsung digunakan untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), seperti
dibebaskannya biaya sekolah, seperti sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP),
serta dibebaskannya biaya- biaya pengobatan di pusat kesehatan masyarakat (puskesmas). Faktor
kurangnya pemahaman berbagai pihak tentang penyebab kemiskinan itu sendiri sehingga
program-program pembangunan yang ada tidak didasarkan pada isu-isu kemiskinan, yang
Untuk Ekonomi pancasila itu sendiri merupakan ilmu ekonomi kelembagaan (instructional
economics) yang menjunjung tinggi nilai-nilai kelembagaan Pancasila sebagai idiologi Negara yang
kelima silanya, secara utuh maupun sendiri-sendiri, menjadi rujukan setiap orang Indonesia. Jika
Pancasila mengandung 5 asas, maka semua substansi sila Pancasila (1) etika, (2) kemanusiaan, (3)
nasionalisme, (4) kerakyatan/demokrasi, dan (5) keadilan social, harus di pertimbangkan dalam model
ekonomi yang disusun. Kalau sila pertama dan kedua adalah dasarnya, sedangkan sila ketiga dan
keempat sebagai caranya, maka sila kelima Pancasila adalah tujuan dari Ekonomi Pancasila.
Di era glabalisasi ini arus perubahan Negara-negara di dunia telah mengarah kepada
homogenisasi paradigma kehidupan, yaitu universalisasi liberalisme. Di bidang politik, demokrasi
liberal telah menjadi wacana utama, sedangkan di di bidang ekonomi, ekonomi neoliberal yang
bertumpu pada kapitalisme global menjadi arus utama.
Indonesia sebagai Negara yang sedang berkembang telah mulai berkenalan dengan kapitalisme global
seiring dengan perekonomian era Orde baru yang menjadikan paradigma pertumguhan ekonomi
(economic growth) menjadi panglima. Krisis devaluasi rupiah yang lantas menjelma menjadi krisis
moneter sepanjang 1997-1998 telah membutakan mata bahwa pondasi perekomomian Indonesia yang
dibangun atas dasar hutang luar negeri tidaklah kokoh. Namun, di era reformasi ini, kesadran demikian
tidak malah membangkitkan semangat di kalangan pemerintahan untuk mencari alternative system
perekonomian yang manusiawi dan berkeadilan sosial, justru sebaliknya, saat ini Indonesia mengalami
berbagai dentumen arus neoliberalisme yang terwujud dalam trio deregulasi, privatilasi, dan liberalisasi
perdagangan.Di sisi lain, muncul perkembangan menarik dengan wacanakannya sistem Ekonomi
Pancasila yang merupakan sistem ekonomi yang belandasan dan dijiwai spirit nilai-nilai Pancasila.
Pandangan sistem ini yang bisa dilacak dari ide-ide Bung Hatta, salah seorang proklamator RI.
Senada dengan pesan pasal 33 UUD 1945 dan berbasiskan nilai-nilai sosio-religio-budaya masyarakat
Indonesia. Menurut Boediono (mantan Menkeu RI), Sistem Ekonomi Pancasila dicarikan oleh lima hal
sebagai berikut :
1. Koperasi adalah sokogru perekonomian nasional
2. Manusia adalah “economic man” social and religions man”
3. Ada kehendak sosial yang kuat kearah egalitarianisme dan kemerataan sosial.
4. Prioritas utama kebijakan diletakan pada penyususnan perekonomian nasional yang tangguh.
5. Pengandalan pada sistem desentralisasi dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan ekonomi, diimbangi
dengan perencanaan yang kuat sebagai pemberi arah bagi perkembangan ekonomi seperti yang
dicerminkan dalam cita-cita koperasi.
Meskipun dasar Negara Indonesia adalah Pancasila, namun ironisnya sistem perekonomian
yang selama ini berlangsung tidaklah bersumber darinya. Setelah dicengkrami sistem ekonomi
komando di era Orde Lama yang bercorak sosialisme, berikutnya perekonomian Indonesia menganut
sistem ekonomi pasar yang bercorak kapitalisme di era Orde Baru. Jeratan kapitalisme pun semakin
menguat seiring derasnya paham ekonomi neoliberal yang datang melalui agen-agen kapitalisme global
seperti World Bank dan IMF setelah Indonesia mengalami krisis moneter.
Dalam perjalanan republik ini, bisa dikatakan telah terjadi penelikungan sitem ekonomi
nasional sehingga Pancasila sebagai dasar Negara belum sepenuhnya menjiwai sistem perekonomian
Negara ini, baik oleh faktor eksternal yang dimotori oleh World Bank dan IMF maupun oeh faktor
internal yang bersifat neoliberal dan kalangan intelektual ekonomi dengan pemikiran-pemikirannya.
Sebagai sebuah gagasan besar, Ekonomi Pancasila sebagai sistem ekonomi bukan-bukan, bukan
kapitalisme juga sosialime, menawarkan garapan berupa sistem perekonomian alternative yang bersifat
komprehensif integral bagi jutaan masyarakat Indonesia demi mewujudkan cita-cita bangsa
sebagaimana termaksud dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945.
She's starin' at me
I'm sittin' wonderin' what she's thinkin'
Nobody's talkin' 'cause talkin' just turns into screamin'
And now it?s I'm yellin' over her, she yellin' over me
All that that means is neither of us is listening