Anda di halaman 1dari 19

PENDAHULUAN

TELINGA MANUSIA

Telinga merupakan alat penggubah bentuk dari getaran suara menjadi getaran syaraf
yang kemudian kita dengar. Sebagai alat pengubah bentuk (transducer) telinga mempunyai
karakter yang dikenal dengan:

1. Prequency response atau tanggapan frekuensi. Telinga dapat mendengar bermacam-


macam frekuensi dari 20 Hz sampai 20.000 Hz, tetapi kepekaan telinga terhadap
maca-macam frekuensi tidak sama. Kepekaan maksimum terjadi pada frekuensi 3.000
Hz dan menurun banyak pada frekuensi diatas dan dibawahnya.
2. Fase suara yaitu periode suara yang bergantian memadatkan dan meregangkan udara
ke telinga, sehingga mengenal pula perbedaan level tekanan suara (sound pressure
level/SPL). Perbedaan fase ditentukan oleh perbedaan jarak antara sumber suara ke
telinga kiri dan telinga kanan. Selain itu, tinggi rendahnya frekuensi juga
mempengaruhi karena perbedaan frekuensi berarti perbedaan panjang gelombang.
3. Dinamic range merupakan angka yangmenunjukan kemampuan telinga untuk
membedakan dan mengetahui jarak antara suara yang paling lemah dan suara yang
paling kuat yang mampu di dengarnya. Level yang paling lemah ialah level pada
ambang pendengaran (threshold of heerring) dan level yang paling kuat adalah yang
memekakkan telinga (threshold of pain), sebelum telinga menjadi rusak atau gendang
telinga pecah. Dynamic range telinga rata-rata adalah 130 dbspl. Sebagai perbandingan
dinamic range peralatan audio:

- Mixer amflifier terbaik analog        = 130 db

- Open Rell Tape recorder                =  70 db

- compact disc player                       = 90 db

- cassette tape recorder                    = 50 db

- cassette tape recorder with dolby  = 60 – 70 db

4. Distorsi yaitu suara yang keluar dari peralatan audio yang diisi dengan satu frekuensi dari
berbagai macam frekuensi. Sedangkan yang disebut timbre yaitu suatu sumber suara
mengeluarkan sekaligus beberapa frekuensi.
ANATOMI FISIOLOGI TELINGA

Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran
dan keseimbanga Anatominya juga sangat rumit . Indera pende¬ngaran berperan penting
pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk
perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan
orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar.
Deteksi awal dan diagnosis akurat gangguan otologik sangat penting. Di antara mereka yang
dapat membantu diagnosis dan atau menangani kelainan otologik adalah ahli otolaringologi,
pediatrisian, internis, perawat, ahli audiologi, ahli patologi wicara dan pendidik. Perawat
yang terlibat dalam spesialisasi otolaringologi, saat ini dapat raemperoleh sertifikat di bidang
keperawatan otorinolaringologi leher dan kepala (CORLN= cerificate in otorhinolaringology-
head and neck nursing).

Anatomi Telinga Luar

Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius eksternus,
dipisahkan dari telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang dinamakan membrana
timpani (gendang telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata.
Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali
lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga. Aurikulus membantu pengumpulan
gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan
meatus auditorius eksternus adalah sendi temporal mandibular. Kaput mandibula dapat
dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus auditorius eksternus ketika membuka dan
menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga
lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga
medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir
pada membrana timpani. Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula
seruminosa, yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme
pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga.
Serumen nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit.
Anatomi Telinga Tengah

Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelah lateral
dan kapsul otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara kedua Membrana
timpani terletak pada akhiran kanalis aurius eksternus dan menandai batas lateral telinga,
Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu mutiara dan
translulen.Telinga tengah merupakan rongga berisi udara merupakan rumah bagi osikuli
(tulang telinga tengah) dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring berhubungan
dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid tulang temporal. Telinga tengah
mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes. Osikuli dipertahankan pada
tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang membantu hantaran suara. Ada dua jendela
kecil (jendela oval dan dinding medial telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah
dengan telinga dalam. Bagian dataran kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara
dihantar telinga tengah. Jendela bulat memberikan jalan ke getaran suara. Jendela bulat
ditutupi oleh membrana sangat tipis, dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis,
atau struktur berbentuk cincin. anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah mengalami
robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah
kondisi ini dinamakan fistula perilimfe.

Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm, menghubngkan
telingah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun dapat terbuka akibat
kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau menguap atau menelan.
Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga
tengah dengan tekanan atmosfer.

Anatomi Telinga Dalam Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang


temporal. Organ untuk pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis),
begitu juga kranial VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya
merupakan bagian dari komplek anatomi. Koklea dan kanalis semisirkularis bersama
menyusun tulang labirint. Ketiga kanalis semisi posterior, superior dan lateral erletak
membentuk sudut 90 derajat satu sama lain dan mengandung organ yang berhubungan
dengan keseimbangan. Organ ahir reseptor ini distimulasi oleh perubahan kecepatan dan arah
gerakan seseorang. Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm
dengan dua setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk pendengaran,
dinamakan organ Corti. Di dalam lulang labirin, namun tidak sem-purna mengisinya,Labirin
membranosa terendam dalam cairan yang dinamakan perilimfe, yang berhubungan langsung
dengan cairan serebrospinal dalam otak melalui aquaduktus koklearis. Labirin membranosa
tersusun atas utrikulus, akulus, dan kanalis semisirkularis, duktus koklearis, dan organan
Corti. Labirin membranosa memegang cairan yang dina¬makan endolimfe. Terdapat
keseimbangan yang sangat tepat antara perilimfe dan endolimfe dalam telinga dalam; banyak
kelainan telinga dalam terjadi bila keseimbangan ini terganggu. Percepatan angular
menyebabkan gerakan dalam cairan telinga dalam di dalam kanalis dan merang-sang sel-sel
rambut labirin membranosa. Akibatnya terja¬di aktivitas elektris yang berjalan sepanjang
cabang vesti-bular nervus kranialis VIII ke otak. Perubahan posisi kepala dan percepatan
linear merangsang sel-sel rambut utrikulus. Ini juga mengakibatkan aktivitas elektris yang
akan dihantarkan ke otak oleh nervus kranialis VIII.

PENYAKIT DAN PENGOBATAN PADA TELINGA

Keseimbangan dan Pusing 


Kelainan sistem keseimbangan dan vestibuler mengenai lebih dari 30juta orang
Amerika yang berusia 17 tahun ke atas dan mengakibatkan lebih dari 100.000 patah tulang
panggul pada populasi lansia setiap tahun. Keseimbangan badan dipertahankan oleh kerja
sama otot dan sendi tubuh (sistem proprioseptif), mata (sistem visual), dan labirin (sistem
vestibuler). Ketiganya membawa informasi me¬ngenai keseimbangan, ke otak (sistem
serebelar) untuk koordinasi dan persepsi korteks serebelar. Otak, tentu saja, mendapatkan
asupan darah dari jantung dan sistem arteri. Satu gangguan pada salah satu dari daerah ini
seperti arteriosklerosis atau gangguan penglihatan, dapat mengakibatkan gangguan
keseimbangan.
Aparatus vestibularis telinga tengah memberi unipan balik menge¬nai gerakan dan posisi
kepala, mengkoordinasikan semua otot tubuh, dan posisi mata selama gerakan cepat gerakan
kepala.

pusing
sering digunakan pada pasien dan pemberi perawatan kesehatan untuk
menggambarkan stiap gangguan sensasi orientasi ruang, namun tidak spesifik dan tidak bisa
menggambarkan dengan jelas. Karena gangguan keseimbangan adalah sesuatu yang hanya
bisa dirasakan oleh pasien, penting untuk menentukan apa gejala yang sebenarnya
dirasakan oleh pasien.
Vertigo
didefinisikan sebagai halusinasi atau ilusi gerakan gerakan seseorang lingkungan
seseorang yang dirasakan. Kebanyakan orang yang menderita vertigo menggambarkan rasa
berputar putar atau merasa seolah-olah benda berputar mengitari. Vertigo adalah gejala klasik
yang dialami ketika te disfungsi yang cukup cepat dan asimetris sistem vestibuler perifer
(telinga dalam).

Ataksia
adalah kegagalan koordinasi muskuler dan dapat terjadi pada pasien dengan penyakit
vestibuler. Sinkope, pingsan, dan kehilangan kesadaran bukan merupakan bentuk vertigo,
juga merupakan karakteristik masalah telinga biasanyaji menunjukkan adanya penyakit
sistem kardiovaskuler.

Prinsip Fisiologi yang Mendasari Konduksi Bunyi Bunyi memasuki telinga melalui


kanalis auditorius ekternus dan menyebabkan membrana timpani bergetar Getaran
menghantarkan suara, dalam bentukm energi mekanis, melalui gerakan pengungkit osikulus
oval. Energi mekanis ini kemudian dihantarkan cairan telinga dalam ke koklea, di mana akani
menjadi energi elektris. Energi elektris ini berjalan melalui nervus vestibulokoklearis ke
nervus sentral, di mana akan dianalisis dan diterjemahkan dalam bentuk akhir sebagai suara.
Selama proses penghantaran,gelombang suara menghadapi masa yang jauh lebih kecil, dari
aurikulus yang berukuran sampai jendela oval yang sangat kecil, yang meng batkan
peningkatan amplitudo bunyi.

Fisiologi fungsional jendela oval dan bulat

  Memegang peran yang penting. Jendela oval dibatasi oleh Janulare fieksibel dari
stapes dan membran yang sangat lentur, memungkinkan gerakan penting,dan berlawanan
selama stimulasi bunyi, getaran stapes menerima impuls dari membrana timpani bulat yang
membuka pada sisi berlawanan duktus koklearis dilindungi dari gelombang bunyi oleh
menbran timpani yang utuh, jadi memungkinkan gerakan cairan telinga dalam oleh stimulasi
gelombang suara. pada membran timpani utuh yang normal, suara merangsang jendela oval
dulu, dan terjadi jedai sebelum efek terminal stimulasi mencapai jendela bulat. namun waktu
jeda akan berubah bila ada perforasi pada membran timpani yang cukup besar yang
memungkinkan gelombang bunyi merangsang kedua jendela oval dan bulat bersamaan. Ini
mengakibatkan hilangnya jeda dan menghambat gerakan maksimal motilitas cairan telinga
dalam dan rangsangan terhadap sel-sel rambut pada organ Corti. Akibatnya terjadi penurunan
kemampuan pendengaran.

Gelombang bunyi dihantarkan oleh membrana timpani ke osikuius telinga tengah


yang akan dipindahkan ke koklea, organ pendengaran, yang terletak dalam labirin di telinga
dalam. Osikel yang penting, stapes, yang menggo dan memulai getaran (gelombang) dalam
cairan yang berada dalam telinga dalam. Gelombang cairan ini, pada gilirannya,
mengakibatkan terjadinya gerakan mem¬brana basilaris yang akan merangsang sel-sel
rambut or¬gan Corti, dalam koklea, bergerak seperti gelombang Gerakan membrana akan
menimbulkan arus listrik yang akan merangsang berbagai daerah koklea. Sel rambut akan
memulai impuls saraf yang telah dikode dan kemudian dihantarkan ke korteks auditorius
dalam otak, dan kernudian didekode menjadi pesan bunyi.

Pendengaran dapat terjadi dalam dua cara. Bunyi yang dihantarkan melalui telinga luar dan
tengah yang terisi udara berjalan melalui konduksi udara. Suara yang dihantararkan melalui
tulang secara langsung ke telinga dalam dengan cara konduksi tulang. Normalnya, konduksi
udara merupakan jalur yang lebih efisien; namun adanya defek pada membrana timpani atau
terputusnya rantai osikulus akan memutuskan konduksi udara normal dan mengaki¬batkan
hilangnya rasio tekanan-suara dan kehilangan pendengaran konduktif.

Kehilangan Pendengaran Ada dua jenis kehilangan pendengaran. Kehilangan konduktif


biasanya terjadi akibat kelainan telinga luar, seperti infeksi serumen, atau kelainan telinga
tengah, seperti otitis media atau otosklerosis. Pada keadaan seperti itu, hantaran suara efisien
suara melalui udara ke telinga dalam terputus. kehilangan sensoris melibatkan kerusakan
koklea atau saraf vestibulokoklear. Selain kehilangan konduktsi dan sensori neural, dapat
juga terjadi kehilangan pendengaran campuran begitu juga kehilangan pendengaran
fungsional. Pasien dengan kehilangan suara campuran mengalami kehilangan baik konduktif
maupun sensori neural akibat disfungsi konduksi udara maupun konduksi tulang. Kehilangan
suara fung¬sional (atau psikogenik) bersifat inorganik dan tidak berhubungan dengan
perubahan struktural mekanisme pendengaran yang dapat dideteksi biasanya sebagai
manifestasi gangguan emosional.

Lebih dari 20 juta orang di Amerika Serikat menderita berbagai tingkat kehilangan
pendengaran. Kebanyakan di antaranya dapat ditolong dengan terapi medis atau bedah atau
dengan alat bantu dengar dan memandu pasien ke pusat pelayanan.

Pendekatan Psikososial Gangguan pendengaran dapat menyebabkan perubahan kepribadian


dan sikap, kemampuan berkomunikasi, kepekaan terhadap lingkungan dan bahkan
kemampuan untuk melindungi diri sendiri. Di dalam ruang kelas, pelajar dengan gangguan
pendengaran dapat menunjukkan tingkat ketidaktertarikan, kurang perhatian dan kegagalan.
Orang akan merasa terasing di rumah karena ketidak mampuannya mendengar bunyi lonceng,
dengungan, suara burung berkicau, atau kendaraan yang melintas.
Pejalan kaki yang menderita gangguan pendengaran dapat menyeberang jalan pada saat yang
tidak tepat karena tak mampu mendengar mobil yang mendekat. Individu yang menderita
kehilangan pendengaran dapat melewatkan sebagian percakapan dan merasa yakin bahwa
orang lain membicarakan dirinya. Banyak individu bahkan tidak menyadari bahwa
pendengarannya secara bertahap mulai terganggu. Sering kali bukan mereka yang menderita
gangguan tetapi orang yang berkomunikasi dengan mere¬ka yang pertama kali mengenali
adanya gangguan ter-sebut.
Tidak jarang individu dengan gangguan pendengaran menolak mencari pertolongan medis.
Oleh karena rasa takut bahwa kehilangan pendengarannya merupakan tanda usia lanjut,
banyak orang menolak mengenakan alat bantu dengar. Sedangkan orang lain merasa kurang
percaya diri bila mengenakan alat bantu. Pasien yang mampu melakukan introspeksi diri
biasanya akan menanyakan kepada orang yang diajaknya berkomunikasi untuk memberi
tahu. ketika melakukan penyuluhan pasien yang memerlukan bantuan pendengaran. Perawat
harus ingat bahwa keputusan mengenakan alat bantu dengar adalah sangat pribadi dan sangat
dipengaruhi oleh sikap dan perilaku orang tersebut.

Pendekatan Gerontologik Bersama proses penuaan, dapat terjadi perubahan telinga


yang kemudian dapat mengarah ke defisit pende¬ngaran. Beberapa perubahan terjadi pada
telinga kecuali bila serumen cenderung menjadi lebih keras danj lebih kering sehingga terjadi
peningkatan kemungkinan imfeksi. Pada telinga tengah, membrana timpani menjadi atrofi
atau menjadi sklerotik. Telinga tengah dapat mengalarni degenerasi sel pada dasar koklea.
Tampaknya ada predisposisi familier pada terjadinya kehilangan pendengaran sensorineural.
Manifestasinya berupa kehilangan kemampuan suara berfrekuensi tinggi, kemudian oleh
kehilangan frekuensi menengah dan rendah. Istilah presbikusis dipakai untuk menerangkanl
kehilangan pendengaran yang progresif. Namu presbikusis merupakan diagnosis eksklusi,
sehingga kehilangan pendengaran sensorineural harus dah disingkirkan.

Tanda awal kehilangan pendengaran bisa meliputi tinitus, peningkatan ketidakmampuan


mendengar pertemuan kelompok, dan perlu mengeraskan volume televisi.
Literatur (Paparella et a!., menyatakan bahwa 25% orang berusia antara 65

 tahun dan 50% orang berusia di atas 75 tahun mengalami kesulitan pendengaran.
Penyebabnya tidak diketahui hubungannya dengan diet, metabolisme, arteriosklen
stres, dan keturunan tidak konsisten.

Faktor lain yang mempengaruhi pendengaran populasi manula, seperti

 pemajanan sepanjang terhadap suara keras (mis. jet, senjata api, mesin gergaji mesin),
Beberapa obat, seperti aminoglik dan bahkan aspirin, mempunyai efek

 otot oksik gangguan ginjal dapat menyebabkan perlambatan ek obat pada manula. Banyak
manula menelan quinin untuk mengatasi kram tungkai, yang dapat mengakib hilangnya
pendengaran.
 Faktor psikogenik dan pn penyakit lainnya (mis. diabetes) juga sebagian menimbulkan
kehilangan pendengaran sensorineural.

Gejala Kehilangan Pendengaran
Deterlorisasi wicara Individu yang bicara dengan bagian akhir kata tldak jelas atau
dihllangkan, atau mengeluarkan kata-kata bernada datar, mungkin karena tidak mendengar
dengan baik, Telinga memandu suara, baik kekerasan maupun ucapannya.

Keletihan
Bila Individu merasa mudah lelah ketika mendengarkan percakapan atau pidato, keletihan
bisa disebabkan oleh usaha keras untuk mendengarkan. Pada keadaan ini, Iridividu tersebut
menjadl mudah tersinggung.

Acuh
individu yang tak bisa mendengar perkataan orang lain mudah mengalami depresi dan
ketidaktertarikan terhadap kehidupan secara umum. Menarik dlri dari sosial Karena tak
mampu rnendengar apa yang terjadi di sekitarnya menyebabkan individu dengan gangguan
pendengaran menarlk diri dari situasi yang dapat memalukannya.
Rasa tak aman Kehilangan rasa percaya diri dan takut berbuat salah menclptakan suatu
perasaan tak aman pada kebanyakan orang dengan gangguan pendengar¬an. Tak ada seorang
pun yang menginglnkan untuk mengatakan atau melakukan hal yang salah yang cenderung
membuatnya nampak bodoh.

Tak mampu membuat keputusan-prokrastinal Kehilangan kepercayaan diri membuat


seseorang dengan gangguan pendengaran sangat kesulitan untuk membuat keputusan.
Kecurigaan Individu dengan kerusakan pendengaran, yang sering hanya mendengar sebagian
dari yang dikatakan, bisa merasa curiga bahwa orang lain membicarakan dirinya atau bagian
percakapan yang berhubungan dengannya sengaja diucapkan dengan lirih sehingga la tak
dapat mandengarkan

Kabanggaan semu Individu dengan kerusakan pendengaran berusaha menyembunyikan


kehilangan pendengarannya. Konsekwensinya, ia sering berpura-pura mendengar padahal
sebenarnya tidak. Kesepian dan ketldak bahaglaan Meskipun setiap orang selalu
menginginkan ketenangan, namun kesunyian yang dipaksakan dapat membosankan bahkan
kadang menakutkan. Individu dengan kehilangan pendengaran sering merasa (terasing)

Kecenderungan untuk mendominasi pembicaran Banyak Individu dengan kerusakan


pendengaran cenderung mendominasi percakapan, mengetahui bahwa selama pembicaraan
terpusat padanya sehingga ia dapat mengontrol maka la tidak akan melakuKan kesalahan
yang memalukan. (Seizin Maico Hearing Instruments.)

Kebisingan dan Efeknya pada Pendengaran Kebisingan suara yang tak diinginkan dan tak
dapat dihindari) telah diidentifikasi sebagai salah satu bahaya lingkungan pada abad ke-20.
Besarnya volume kebisingan yang mengelilingi kita setiap hari telah meningkat dari
kejengkelan sederhana sampai berpotensi sebagai sumber bahaya kerusakan fisik dan
psikologis.
 Dalam istilah dampak fisik, suara keras dan menetap terbukti menyebabkan konstriksi
pembuluh darah perifer,
 peningkatan tekanan darah dan
 kecepatan denyut jantung (akibat sekresi adrenalin),
 dan peningkatan aktivitas gas¬trointestinal

Mekanisme yang paling sering adalah kehi¬langan pendengaran yang diinduksi oleh
kebisingan. Namun untungnya kelainan yang dapat dicegah. Istilah kehilangan pendengaran
yang diinduksi oleh kebi¬singan digunakan untuk menjelaskan kehilangan pende¬ngaran
yang terjadi setelah pemajanan jangka lama terha¬dap kebisingan keras {mis. mesin-mesin
berat, motor dan persenjataan), sementara trauma akustik merujuk pada kehilangan
pendengaran akibat pemajanan tunggal terha¬dap kebisingan yang sangat intens, seperti
ledakan. Biasanya kehilangan suara yang diinduksi kebisingan terjadi pada frekwensi tinggi
(sekitar 4000 Hz), meskipun dengan pemajanan kebisingan terus-menerus kehilangan
pendengaran dapat menjadi lebih berat dan meliputi pula frekwensi di sekitarnya

Pengkajian Kemampuan Mendengar
 Telinga luar diperiksa dengan inspeksi dan palpasi lang-sung sementara membrana
timpani diinspeksi, seperti telinga tengah dengan otoskop dan palpasi tak langsung dengan
menggunakan otoskop pneumatic Pengkajian Fisik. Inspeksi telinga luar merupakan prosedur
yang paling sederhana tapi sering terlewat. Aurikulus dan jaringan sekitarnya diinspeksi
adanya deformitas, lesi,  cairan begitu pula ukuran,  simetris dan sudut penempelan ke kepala.
Gerakan aurikulus normalnya tak menimbulkan nyeri. Bila manuver ini terasa nyeri, harus
dicurigai adanya otitis eksterna akut. Nyeri tekan pada saat palpasi di daerah mastoid dapat
menunjukkan mastoiditis akut atau inflamasi nodus auri-kula posterior. Terkadang, kista
sebaseus dan tofus (de-posit mineral subkutan) terdapat pada pinna. Kulit bersisik pada atau
di belakang aurikulus biasanya menunjuk¬kan adanya dermatitis sebore dan dapat terdapat
pula di kulit kepala dan struktur wajah.

Untuk memeriksa kanalis auditorius eksternus dan membrana timpani, kepala pasien sedikit
dijauhkan dari pemeriksa. Otoskop dipegang dengan satu tangan semen¬tara aurikulus
dipegang dengan tangan lainnya dengan mantap dan ditarik ke atas, ke belakang dan sedikit
ke luar Cara ini akan membuat lurus kanal pada orang dewasa, sehingga memungkinkan
pemeriksa melihat lebih jelas membrana timpani. Spekulum dimasukkan dengan lembut dan
perlahan ke kanalis telinga, dan mata didekatkan ke lensa pembesar otoskop untuk melihat
kanalis dan membrana timpani. Spekulum terbesar yang dapat dimasukkan ke telinga
(biasanya 5 mm pada orang dewasa) dipandu dengan lembut ke bawah ke kanal dan agak ke
depan. Karena bagian distal kanalis adalah tulang dan ditutupi selapis epitel yang sensitif,
maka tekanan harus benar-benar ringan agar tidak menimbulkan nyeri.

GAMBAR 57-2. Teknik untuk menggunakan otoskop.

Penggunaan uji Weber dan Rinne memungkinkan kita membedakan kehilangan akibat


konduktif dengan kehi-langan sensorineural
Uji Weber memanfaatkan konduksi tulang untuk menguji adanya lateralisasi suara. Sebuah
garpu tala dipegang erat pada gagangnya dan pukulkan pada lutut atau pergelangan tangan
pemeriksa. Kemudian diletakkan pada dahi atau gigi pasien. Pasien ditanya apakah suara
terdengar di tengah kepala, di telinga kanan atau telinga kiri. Individu dengan pendengaran
normal akan mende¬ngar suara seimbang pada kedua telinga atau menjelaskan bahwa suara
terpusat di tengah kepala. Bila ada kehilang¬an pendengaran konduktif (otosklerosis, otitis
media), suara akan lebih jelas terdengar pada sisi yang sakit. Ini disebabkan karena obstruksi
akan menghambat ruang suara, sehingga akan terjadi peningkatan konduksi tulang. Bila
terjadi kehilangan sensorineural, suara akan meng-alami lateralisasi ke telinga yang
pendengarannya lebih baik. Uji Weber berguna untuk kasus kehilangan pende¬ngaran
unilateral.

Uji Rinne gagang garpu tala yang bergetar ditempatkan di belakang aurikula pada tulang
mastoid (kon¬duksi tulang) sampai pasien tak mampu lagi mendengar suara. Kemudian
garpu tala dipindahkan pada jarak 1 inci dari meatus kanalis auditorius eksternus (konduksi
uda-ra). Pada keadaan normal pasien dapat terus mendengar¬kan suara, menunjukkan bahwa
konduksi udara berlang-sung lebih lama dari konduksi tulang. Pada kehilangan pendengaran
konduktif, konduksi tulang akan melebihi konduksi udara begitu konduksi tulang melalui
tulang temporal telah menghilang, pasien sudah tak mampu lagi mendengar garpu tala
melalui mekanisme konduktif yang biasa. Sebaliknya kehilangan pendengaran sensorineural
memungkinkan suara yang dihantarkan melalui udara lebih baik dari tulang, meskipun
keduanya merupakan konduktor, yang buruk dan segala suara diterima seperti sangat jauh
dan lemah.

Prosedur Diagnostik Auditorius dan Vestibuler Dalam mendeteksi kehilangan pendengaran,


audiome¬ter adalah satu-satunya instrumen diagnostik yang paling penting. Uji audiometri
ada dua macam: (1) audiometri nada-murni, di mana stimulus suara terdiri atas nada murni
atau musik (semakin keras nada sebelum pasien bisa mendengar berarti semakin besar
kehilangan pende¬ngarannya), dan (2) audiometri wicara
di mana kata yang diucapkan digunakan untuk menentukan kemampuan mendengar dan
membedakan suara. Ahli audiologi melakukan uji dan pasien mengenakan earphone dan
sinyal mengenai nada yang didengarkan. Ketika nada dipakai secara langsung pada meatus
kanalis auditorius eksiernus, kita mengukur konduksi udara. Bila stimulus diberikan pada
tulang mastoid, melintas mekanisme konduksi (osikulus), langsung menguji konduksi saraf.
Agar hasilnya akurat, evaluasi audiometri dilakukan di ruangan yang kedap suara. Respons
yang dihasil-kan diplot pada grafik yang dinamakan audiogram.

Frekwensi
merujuk pada jumlah gelombang suara yang dihasilkan oleh sumber bunyi per detik siklus
perdetik atau hertz (Hz). Telinga manusia normal mampu mendengar suara dengan kisaran
frekwensi dari
 20 sam¬pai 20.000Hz.  500 sampai 2000 Hz yang paling penting untuk memahami
percakapan

 sehari-hari (yang dikenal sebagai kisaran wicara. Nada adalah istilah untuk
menggambarkan frekwensi nada dengan
 frekwensi 100 Hz dianggap sebagai nada rendah, dan nada
10.000 Hz dianggap sebagai nada tinggi. Unit untuk mengukur kerasnya bunyi (intensitas
suara) adalah desibel (dB), tekanan yang ditimbulkan oleh rsuara. Kehilangan pendengaran
diukur dalam decibel, yang merupakan fungsi logaritma intensitas dan tidak bisa dengan
mudah dikonversikan ke persentase. Ambang kritis kekerasan adalah sekitas 30 dB. Beberapa
contoh

 internsitas suara yang biasa termasuk gesekan kertas dalam lingkungan yang sunyi, terjadi
pada sekitar 15 dB; per kapan rendah, 40 dB; dan kapal terbang jet sejauh kaki, tercatat
sekitar 150 dB. Suara yang lebih keras i 80 dB didengar telinga manusia sangat keras. Suara
ya terdengar tidak nyaman dapat merusak telinga dala Timpanogram atau audiometri
impedans, meng refleks otot telinga tengah terhadap stimulus suara, kelenturan membrana
timpani, dengan mengubah teh udara dalam kanalis telinga yang tertutup (Gbr. Kelenturan
akan berkurang pada penyakit telinga tertutup)

Respons batang otak auditori (ABR, auditori brain sistem response) adalah potensial elektris
yang dapat terteksi dari narvus kranialis VIII (narvus akustikus) alur auditori asendens batang
otak sebagai respons stimulasi suara. Merupakan metoda objektif untuk mengukur
pendengaran karena partisipasi aktif pasien sama sekali dak diperlukan seperti pada
audiogram perilaku. Elektroda ditempatkan pada dahi pasien dan stimuli akustik, biasanya
dalam bentuk detak, diperdengarkan ke telinga. pengukuran elektrofisiologis yang dihasilkan
dapat di tentukan tingkat desibel berapa yang dapat didengarkan pasien dan apakah ada
kelainan sepanjang alur syaraf, seperti tumor pada nervus kranialis VIII. Elektrokokleografi
(ECoG) adalah perekaman potensial elektrofisologis koklea dan nervus kranialis VIII bagai
respons stimuli akustik. Rasio yang dihasilkan digunakan untuk membantu dalam
mendiagnosa kelainan keseimbangan cairan telinga dalam seperti penyakit Mniere dan fistula
perilimfe. Prosedur ini dilakukan dengan menempatkan elektroda sedekat mungkin dengan
koklea, baik di kanalis auditorius eksternus tepat di dekat membrana timpani atau melalui
elektroda transtimpanik yang diletakkan melalui mambrana timpani dekat mem-bran jendela
bulat. Untuk persiapan pengujian, pasien diminta unluk tidak memakai diuretika selama 48
jam sebelum uji dilakukan sehingga keseimbangan cairan di dalam telinga tidak berubah.
Elektronistagmografi (ENG) adalah pengukuran dan grafik yang mencatat perubahan
potensial elektris yang ditimbulkan oleh gerakan mata selama nistagmus yang ditimbulkan
secara spontan, posisional atau kaloris. Digu¬nakan untuk mengkaji sistem okulomotor dan
vestibular dan interaksi yang terjadi antara keduanya. Misalnya, pada bagian kalori uji ini,
udara atau air panas dan dingin (uji kalori bitermal) dimasukkan ke kanalis auditorius
eksternus, dan kemudian gerakan mata diukur. Pasien diposisikan sedemikian rupa sehingga
kanalis semisirkularis lateralis paralel dengan medan gravitasi dan duduk sementara elektroda
dipasang pada dahi dan dekat mata. Pasien diminta tidak meminum supresan vestibuler
seperti sedativa, penenang, antihistarnin, atau alkohol, begitu pula stimulan vestibuler seperti
kafein, selama 24 jam sebelum pengujian.ENG dapat membantu diagnosis kondisi seperti
penyakit Meniere dan tumor kanalis auditorius internus atau fosa posterior.
Posturografi platform adalah uji untuk menyelidiki kemampuan mengontrol postural. Diuji
integrasi antara bagian visual, vestibuler dan proprioseptif (integrasi sensoris) dengan
keluaran respons motoris dan koordinasi anggota bawah. Pasien berdiri pada panggung
(platform), dikelilingi layar, dan berbagai kondisi ditampilkan, seper¬ti panggung bergerak
dengan layar bergerak.

Ambang penerimaan wicara adalah tingkat intensitas suara di mana pasien mampu
tepat membedakan dengan benar stimuli wicara sederhana. Pembedaan wicara menentukan
kemampuan pasien untuk membedakan suara yang berbeda, dalam bentuk kata, dalam tingkat
desibel di mana suara masih terdengar. pasien terhadap enam kondisi yang berbeda diukur
dan menunjukkan sistem mana yang terganggu. Persiapan uji ini sama dengan pada ENG.
Percepatan harmon sinusoidal (SHA, sinusoidal har¬monic acceleration), atau kursi berputar,
mengkaji sisiem vestibulookuler dengan menganalisis gerakan mata kopensatoris sebagai
respons putaran searah atau berlawaan arah dengan jarum jam. Meskipun uji SHA tak dapat
mengidentifikasi sisi dari lesi pada penyakit unilateral, namun sangat berguna untuk
mengidentifikasi adanya penyakit dan mengontrol proses penyembuhanya, persiapan pasien
sama dengan yang diperlukan pada EN

Berkomunikasi pada Kerusakan Pendengaran Saran berikut dapat membuat komunikasi lebih


bafik dengan penderita gangguan pendengaran yang wicaranya sulit dipahami.
1. Pusatkan seluruh perhatian pada apa yang sedang ia katakannya. Perhatikan dan
dengarkanjangan IM-coba melakukan pekerjaan lain sementara menJe ngarkannya.
2. Libatkan pembicara dalam percakapan bila memungkinkan untuk mengantisipasi jawaban.
Hal ini mungkinkan anda menjadi terbiasa dengan pola wicaranya yang khusus.
3. Cobalah mencari konteks intinya tentang apa yang sedang dikatakannya; anda kemudian
mungkin dapat mengisi detil dari konteks tersebut.
4. Jangan mencoba berpura-pura mengerti bila anda memang tidak mengerti.
5. Bila anda tak mampu memahami atau mengalami keraguan berat mengenai kemampuan
memahami apa yang dikatakannya, lebih baik memintanya menulis-kan pesan yang ingin
disampaikannya daripada meng-ambil risiko salah pengertian. Meminta orang tersebut
mengulang pesan dalam bentuk wicara, setelah anda mengetahui isinya, juga dapat
membantu anda mem-biasakan diri dengan pola wicaranya.

Anjuran agar komunikasi lebih baik dengan penderita gangguan pendengaran yang
dapat membaca gerak bibir adalah sebagai berikut:
1. Ketika berbicara, anda harus menatap orang tersebut selangsung mungkin.
2. Yakinkan bahwa wajah anda tampak sejelas mungkin; posisikan diri anda sedemikian rupa
sehingga wajah anda mendapat pencahayaan yang memadai hindari terhalang oleh bayangan
cahaya yang terlalu terang;jangan menutupi penglihatan orang tersebut terhadap mulut anda
dengan cara apapun; hindari berbicara sambil mengunyah sesuatu dalam mulut anda.
3. Yakinkan bahwa pasien mengetahui topik atau subjek ekspresi verbal anda sebelum
meneruskan dengan apa yang anda rencanakan untuk diucapkan ini memung-kinkan orang
tersebut menggunakan petunjuk konteks-tual dalam membaca gerak bibir.
4. Berbicara secara perlahan dan jelas, dengan jeda yang lebih sering dibanding bila anda
berbicara normal.
5. Bila anda ragu apakah beberapa petunjuk atau instruk-si telah dipahami, lakukan
pengecekan untuk meya-kinkan bahwa pasien telah memahami secara penuh pesan anda.
6. Bila mulut anda terpaksa ditutup dengan alasarTapapun (misalnya memakai masker) dan
anda wajib memberi arahan atau instruksi kepada pasipn, maka tak ada jalan lain kecuali
anda harus menulis pesan yang ingin anda sampaikan.

Gangguan Telinga Luar

Otalgia
Otalgia adalah rasa nyeri pada telinga. Karena telinga dipersarafi oleh saraf yang kaya
(nervus kranialis V, VII, IX, dan X selain cabang saraf servikalis kedua dan ketiga), maka
kulit di tempat ini menjadi sangat sensitif.

Otalgia adalah gejala yang dapat timbul dari iritasi lokal karena banyak kondisi dan dapat
juga disebabkan oleh nyeri pindahan dari laring dan faring. Banyak keluhan nyeri telinga
sebenarnya akibat nyeri di dekat ser ndi temporomandibularis. Diperkirakan bahwa lebih c
50% pasien yang mengeluh otalgia tidak ditemukan pnyakit telinganya.

Impaksi  Serumen
Secara normal serumen dapat tertimbun dalam ka eksternus dan dalam jumlah dan
warna yang bervaria Meskipun biasanya tidak perlu dikeluarkan, kadang kadang dapat
mengalami infaeksi, menyebabkan rasa penuh dalam telinga, dan/atau kehilangan
perdengaran. Penumpukan serumen terutama bermakna populasi geriatrik sebagai penyebab
defisit pendengar Usaha membersihkan kanalis auditorius dengan bata korek api, jepit
rambut, atau alat lain bisa berbahay karena trauma terhadap kulit dapat mengakibatkan infek
atau kerusakan gendang telinga.
Penatalaksanaan.
Serumen dapat diambil denga irigasi, pengisapan, atau instrumentasi. Kecuali bila riwayat
perforasi membrana timpani atau terdapat inflamasi telinga luar (otitis eksterna), irigasi
lembut kan prosedur yang dapat diterima untuk mengambil serumen.
Teknik ini efektif bila serumen tidak terlalu melekat dalam kanalis auditorius eksteni
Pengambilan serumen yang berhasil dengan irigasi ha bisa dicapai bila aliran air dapat
mencapai bela serumen yang menyumbat agar dapat mendorongnya lateral dan ke luar dari
kanalis. Meskipun irrigator pic air biasanya aman, namun instrumen ini berhubungan den
perforasi membrana timpani dan bahkan cedera otologik yang lebih serius. Maka harus
digunakan tekanan serdah mungkin yang digunakan untuk mencegah trail mekanik.
Bila sebelumnya sudah terdapat perforasi membran timpani di belakang impaksi serumen, air
dapat mema ruang telinga tengah. Masuknya air dingin ke da telinga tengah dapat
mengakibatkan vertigo akut dengan cara menginduksi arus konveksi termal dalam kanalis
semi sirkularis. Memasukkan air ke dalam rongga teli tengah dapat juga meningkatkan risiko
infeksi. Irigasi kanalis juga terbukti mengakibatkan otitis eksterna: na (osteomielitis tulang
temporal) pada manula pende diabetes. Bila harus melakukan irigasi aural pada penderita
diabetes, harus digunakan larutan steril. Bila irigasi ti berhasil sempurna atau bila impaksi
serumen tidak purna, maka dapat dilakukan pengangkatan secara mekanis, dengan pandangan
langsung pada pasien yang koope-ratif oleh tenaga profesional yang terlatih.
Serumen juga dapat dilunakkan dengan meneteskan beberapa tetes gliserin hangat, minyak
mineral, atau hidrogen peroksida perbandingan setengah selama 30 menit sebelum
pengangkatan. Bahan seruminolitik, seper-ti peroksida dalam gliseril (Debrox) atau
Cerumenex juga tersedia; namun, senyawa ini dapat menyebabkan reaksi alergi dalam bentuk
dermatitis. Pemakaian larutan ini dua sampai tiga kali sehari selama beberapa hari biasanya
sudah mencukupi untuk memudahkan pengangkatan im-paksi. Bila impaksi serumen tak
dapat dilepaskan dengan cara ini, dapat diangkat oleh petugas perawatan kesehatan dengan
instrumen khusus seperti kuret serumen dan pengisap aural yang menggunakan mikroskop
binokuler untuk pembesaran.Benda Asing

Otitis Eksterna
Infeksi, utamanya bakteri atau jamur, merupakan masalah yang paling sering pada
telinga. Kebanyakan penyebab otitis eksterna (infeksi telinga luar) termasuk air dalam kanalis
auditorius eksternus (telinga perenang), trauma kulit kanalis memungkinkan masuknya
organisme ke jaringan, dan kondisi sistemik seperti defisiensi vitamin dan kelainan endokrin.
Kanalis telinga normal steril pada beberapa orang; sedang lainnya mengandung Staphylo-
coccus albus dan/atau organisme lain seperti difteroid. Patogen otitis eksterna yang paling
sering adalah Staphy-lococcus aureus dan spesies Pseudomonas. Jamur yang paling sering
dapat terisolasi dari telinga normal maupun yang terinfeksi adalah Aspergillus. Otitis eksterna
sering disebabkan oleh dermatosis seperti psoriasis, ekzema, atau dermatitis sebore. Bahkan
reaksi alergi terhadap semprot rambut, cat rambut, dan losion pengeriting rambut permanen
dapat mengakibatkan dermatitis, yang akan hilang bila bahan penyebabnya dihilangkan.

DAFTAR PUSTAKA

http://obstetriginekologi.com/og/anatomi+fisiologi+tumor+telinga.html

http://www.gurumuda.com/telinga-dan-pendengaran
Giancoli, Douglas C., 2001, Fisika Jilid I (terjemahan), Jakarta : Penerbit Erlangga

Halliday dan Resnick, 1991, Fisika Jilid I, Terjemahan, Jakarta : Penerbit Erlangga

Tipler, P.A.,1998, Fisika untuk Sains dan Teknik-Jilid I (terjemahan), Jakarta : Penebit
Erlangga

Young, Hugh D. & Freedman, Roger A., 2002, Fisika Universitas (terjemahan), Jakarta :
Penerbit Erlangga

Anda mungkin juga menyukai