Anda di halaman 1dari 4

FAIZAL ROCH’IS S.

P
105060607111022
PWK-B
SISEM SOSIAL DI DALAM KELUARGA

Keluarga merupakan kesatuan yang terkecil di dalam masyarakat tetapi menempati


kedudukan yang primer dan fundamental dalam kehidupan manusia. Sedangkan Ki Hajar
Dewantoro seperti yang dikutip Sugiyanto (1999 : 25) menyatakan “Keluarga adalah
kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh satu turunan tingkah laku, mengerti dan
merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki, esensial, enak dan berkehendak bersama
sama memperteguh gabungan itu untuk memuliakan masing-masing anggotanya”. Dari
uraian di atas dapat disimpulkan pengertian keluarga adalah suatu kelompok sosial terkecil
dari masyarakat yang terdiri atas kumpulan orang yang terikat oleh suatu hubungan darah,
perkawinan atau adopsi yang memiliki tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan pokok tertentu lainnya.
1) Keluarga Inti
Dinamakan juga nuclear family, yang terdiri atas ayah, ibu dan anak yang belum
menikah. Mereka mempunyai ikatan secara hukum (agama), biologi, psikologis dan sosial
ekonomi yang dilandasi cinta kasih dan tanggung jawab.
2) Keluarga Luas
Dinamakan juga extended family yang terdiri atas keluarga inti ditambah dengan
anak-anak yang telah menikah, serta anggota keluarga yang lain, seperti kakak dan adik dari
suami istri, mertua, paman, bibi dan keponakan yang tinggal dalam satu rumah.

Setelah mengetahui pengertian didalam keluarga, keluarga sendiri memiliki sistem


sosial sendiri guna menjalani interaksi sosialnya. Dalam bukunya " Sosiologi Suatu
Pengantar " , Prof.Dr.P. J. Bouman menjelaskan tentang pengertian tatanan keluarga
sebagai berikut ; Pada zaman dahulu famili itu adalah satu golongan yang lebih besar dari
keluarga. Kebanyakan famili terdiri dari beberapa keluarga atau anak-anak dan cucu-cucu
yang belum kawin yang hidup bersama-sama pada suatu tempat, dikepalai oleh seorang
kepala famili yang dinamakan patriach (garis ayah ). Ikatan famili itu akan mempunyai
berbagai fungsi sosial, kesatuan hukum, upacara-upacara ritual dan juga pendidikan anak.
segala perilaku manusia senantiasa diatur menurut cara-cara tertentu yang telah disepakati
bersama, contohnya dalam lembaga keluarga, seorang kepala keluarga tidak bisa semaunya
sendiri pulang malam harus izin istri, harus menafkahi, dan mengerjakan peranannya.

1) Peranan ayah dapat dirumuskan :


(a) Sumber kekuasaan dan dasar identifikasi.
(b) Bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
(c) Perlindungan ancaman dari luar.
(d) Pendidik dari segi rasional.

2) Peranan ibu dapat dirumuskan :


(a) Pemberi rasa aman, sumber kasih sayang.
(b) Tempat mencurahkan isi hati.
(c) Mengatur kehidupan rumah tangga.
(d) Pembimbing kehidupan rumah tangga.
(e) Pendidikan segi emosional.
(f) Penyimpan tradisi.
Hal berikut yang menyebabkan terjadinya interaksi sosial di dalam keluarga. Setelah
melakukan interaksi tersebut tidak luputnya akan terjadinya penurunan garis keturunan.
Hubungan- hubungan garis keturunan tersebut yang merupakan sistem untuk
menghubungkan interaksi sosial di dalam keluarga.

Keluarga adalah institusi ideal yang dikonstruksi untuk menjadi mesin penghasil dan
perawat calon pekerja. Anak sebagai generasi pelanjut keluarga, sejak kecil telah ditanamkan
pada orientasi masa depan lewat gambaran karir. Keluarga terus menuntun anak pada cita-
cita yang menggambarkan sebuah kesuksesan. Dokter, polisi, pengusaha, pejabat adalah
sekian yang mewakilkan kesuksesan tersebut. Kesuksesan untuk mampu meraih banyak
kapital. Semua norma disetting untuk selaras dengan kaidah kapital, seorang anak yang malas
bersekolah akan dicap sebagai orang yang gelap masa depannya, seorang yang tidak bertitel
akademik, atau memiliki pekerjaan dengan gaji minim hanyalah remah-remah dalam sistem
sosial. Anak layaknya sebuah investasi masa depan, sejak kecil mereka dipersiapkan menjadi
calon pekerja, memasukkannya dalam institusi pendidikan, jalur formal bagi pencapaian cita-
cita.Suami terus menjual tenaganya untuk dapat membiayai sekolah anaknya sampai jenjang
terakhir, Istri sebagai Ibu rumah tangga adalah yang melahirkan, menyusui dan memberi
makan anak-anaknya, merawat, menjamin kesehatannya, mendidik, mengantarnya ke
sekolah, dan menuntun dalam perjalanan pencapaian karirnya. Dan anak tetap menyiapkan
dirinya sebagai pekerja, gambaran cita-cita yang tertanam sejak kecil adalah harapan
penyemangat, belajar dan terus mengembangkan diri, berprestasi, mengikuti aktivitas
tambahan yang mendukung (kursus, dll.), anak terus ditanamkan untuk seminimal mungkin
bermain dan mengisi waktu mereka untuk belajar dan hal-hal lain dipandang lebih bernilai
untuk bekal masa depan.

Di dalam keluarga tak luput juga ada sebuah penyimpangan yang biasanya terjadi.
Hal tersebut terbagi menjadi dua, secara intrinsik dan ekstrinsik.

a. Faktor dari dalam (intrinsik)

1) Intelegensi

Setiap orang mempunyai intelegensi yang berbeda-beda. Perbedaan intelegensi ini


berpengaruh dalam daya serap terhadap norma-norma dan nilai-nilai sosial. Orang yang
mempunyai intelegensi tinggi umumnya tidak kesulitan dalam bergaul, belajar, dan
berinteraksi di masyarakat. Sebaliknya orang yang intelegensinya di bawah normal akan
mengalami berbagai kesulitan dalam belajar di sekolah maupun menyesuaikan diri di
masyarakat. Akibatnya terjadi penyimpanganpenyimpangan, seperti malas belajar,
emosional, bersikap kasar, tidak bisa berpikir logis. Contohnya, ada kecenderungan dalam
kehidupan sehari, anak-anak yang memiliki nilai jelek akan merasa dirinya bodoh. Ia akan
merasa minder dan putus asa.Dalam keputusasaannya tersebut, tidak jarang anak yang
mengambil penyelesaian yang menyimpang. Ia akan melakukan segala cara agar nilainya
baik, seperti menyontek.

2) Jenis kelamin

Perilaku menyimpang dapat juga diakibatkan karena perbedaan jenis kelamin. Anak
laki-laki biasanya cenderung sok berkuasa dan menganggap remeh pada anak
perempuan.Contonya dalam keluarga yang sebagian besar anaknya perempuan, jika terdapat
satu anak laki-laki biasanya minta diistimewakan, ingin dimanja.

3) Umur

Umur memengaruhi pembentukan sikap dan pola tingkah laku seseorang. Makin
bertambahnya umur diharapkan seseorang bertambah pula kedewasaannya, makin mantap
pengendalian emosinya, dan makin tepat segala tindakannya.Namun demikian, kadang kita
jumpai penyimpanganpenyimpangan yang dilakukan oleh orang yang sudah berusia lanjut,
sikapnya seperti anak kecil, manja, minta diistimewakan oleh anak-anaknya.

4) Kedudukan dalam keluarga

Dalam keluarga yang terdiri atas beberapa anak, sering kali anak tertua merasa dirinya
paling berkuasa dibandingkan dengan anak kedua atau ketiga. Anak bungsu mempunyai sifat
ingin dimanjakan oleh kakak-kakaknya maupun orang tuanya. Jadi, susunan atau urutan
kelahiran kadang akan menimbulkan pola tingkah laku dan peranan dari fungsinya dalam
keluarga.

b. Faktor dari luar (ekstrinsik)

1) Peran keluarga

Keluarga sebagai unit terkecil dalam kehidupan sosial sangat besar perananya dalam
membentuk pertahanan seseorang terhadap serangan penyakit sosial sejak dini. Orang tua
yang sibuk dengan kegiatannya sendiri tanpa mempedulikan bagaimana perkembangan anak-
anaknya merupakan awal dari rapuhnya pertahanan anak terhadap serangan penyakit sosial.
Sering kali orang tua hanya cenderung memikirkan kebutuhan lahiriah anaknya dengan
bekerja keras tanpa mempedulikan bagaimana anak-anaknya tumbuh dan berkembang
dengan alasan sibuk mencari uang untuk memenuhi kebutuhan anaknya. Alasan tersebut
sangat rasional dan tidak salah, namun kurang tepat, karena kebutuhan bukan hanya materi
saja tetapi juga nonmateri. Kebutuhan nonmateri yang diperlukan anak dari orang tua seperti
perhatian secara langsung, kasih sayang, dan menjadi teman sekaligus sandaran anak untuk
menumpahkan perasaannya.

Kesulitan para orang tua untuk mewujudkan keseimbangan dalam pemenuhan


kebutuhan lahir dan batin inilah yang menjadi penyebab awal munculnya kenakalan remaja
yang dilakukan anak dari dalam keluarga yang akhirnya tumbuh dan berkembang hingga
meresahkan masyarakat. Misalnya, seorang anak yang tumbuh dari keluarga yang tidak
harmonis. Kasih sayang dan perhatian anak tersebut cenderung diabaikan oleh orang tuanya.
Oleh sebab itulah, ia akan mencari bentuk-bentuk pelampiasan dan pelarian yang kadang
mengarah pada hal-hal yang menyimpang. Seperti masuk dalam anggota genk, mengonsumsi
minuman keras dan narkoba, dan lain-lain. Ia merasa jika masuk menjadi anggota genk, ia
akan diakui, dilindungi oleh kelompoknya. Di mana hal yang demikian tersebut tidak ia
dapatkan dari keluarganya.

2) Peran masyarakat
Pertumbuhan dan perkembangan kehidupan anak dari lingkungan keluarga akhirnya
berkembang ke dalam lingkugan masyarakat yang lebih luas. Ketidakmampuan keluarga
memenuhi kebutuhan rohaniah anak mengakibatkan anak mencari kebutuhan tersebut ke luar
rumah. Ini merupakan awal dari sebuah petaka masa depan seseorang, jika di luar rumah anak
menemukan sesuatu yang menyimpang dari nilai dan norma sosial. Pola kehidupan
masyarakat tertentu kadang tanpa disadari oleh para warganya ternyata menyimpang dari
nilai dan norma sosial yang berlaku di masyarakat umum. Itulah yang disebut sebagai
subkebudayaan menyimpang. Misalnya masyarakat yang sebagian besar warganya hidup
mengandalkan dari usaha prostitusi, maka anak-anak di dalamnya akan menganggap
prostitusi sebagai bagian dari profesi yang wajar. Demikian pula anak yang tumbuh dan
berkembang di lingkungan masyarakat penjudi atau peminum minuman keras, maka akan
membentuk sikap dan pola perilaku menyimpang.

3) Pergaulan

Pola tingkah laku seorang anak tidak bisa terlepas dari pola tingkah laku anak-anak
lain di sekitarnya. Anak-anak lain yang menjadi teman sepergaulannya sering kali
memengaruhi kepribadian seorang anak. Dari teman bergaul itu, anak akan menerima norma-
norma atau nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat. Apabila teman bergaulnya baik, dia
akan menerima konsep-konsep norma yang bersifat positif. Namun apabila teman bergaulnya
kurang baik, sering kali akan mengikuti konsep-konsep yang bersifat negatif. Akibatnya
terjadi pola tingkah laku yang menyimpang pada diri anak tersebut. Misalnya di suatu kelas
ada anak yang mempunyai kebiasaan memeras temannya sendiri, kemudian ada anak lain
yang menirunya dengan berbuat hal yang sama. Oleh karena itu, menjaga pergaulan dan
memilih lingkungan pergaulan yang baik itu sangat penting.

4) Media massa

Berbagai tayangan di televisi tentang tindak kekerasan, film-film yang berbau


pornografi, sinetron yang berisi kehidupan bebas dapat memengaruhi perkembangan perilaku
individu. Anak-anak yang belum mempunyai konsep yang benar tentang norma-norma dan
nilai-nilai sosial dalam masyarakat, sering kali menerima mentah-mentah semua tayangan itu.
Penerimaan tayangan-tayangan negatif yang ditiru mengakibatkan perilaku menyimpang.

Hal ini pastinya perlu pembenahan guna melancarkan sistem sosial. Ada cara
pembenahan ini dengan cara pemakaian efek terapi sosial. Terapi keluarga adalah suatu
tindakan berupa modifikasi keadaan sekarang bukan sekedar eksplorasi dan interaksi masa
lampau. Adapun sasarannya adalah sistem keluarga. Tetapi bergabung dengan sistem tersebut
dan menggunakan dirinya untuk mengubah sistem tadi dengan mengubah posisi anggota
keluarga, terapi mengubah pengalaman dan subyektif. Perubahan di dalam struktur akan
memberi paling sedikit satu kemungkinan untuk berubah berikutnya. Sistem keluarga
diorganisir sekitar dukungan, aturan, asuhan dan sosialisasi anggota keluarga tadi. Dalam hal
ini terapist bergabung dengan keluarga bukan untuk mendidik dan membuatnya sosial tetapi
memperbaiki dan memodifikasi fungsi keluarga itu sendiri sehingga dapat menjalankan
fungsi dengan baik. Sistem keluarga mempunyai sifat – sifat pertahanan diri karena itu sekali
perubahan terjadi keluarga ini akan mempertahankan dan mengubah umpan balik atau
memberi nilai pengalaman pada anggota keluarganya.

Anda mungkin juga menyukai