Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ilmu Komunikasi berkaitan dengan produksi, proses dan pengaruh dari sistem

- sistem tanda dan lambang yang terdapat dalam berbagai bidang seperti budaya,

ekonomi, politik, agama dan bidang lainnya dalam kehidupan manusia, karena itu

cakupan ilmu komunikasi sangat luas. Dan tidak salah ada anggapan dari beberapa

pakar komunikasi bahwa ilmu komunikasi sebagai perlintasan ilmu-ilmu lainnya,

seperti antropologi, sosiologi, psikologi, linguistic ilmu politik, dsb. Ilmu komunikasi

telah menjadi ilmu yang penting pada abad ke-20. ada yang melukiskan

perkembangan ini sebagai “penemuan revolusioner”, terutama disebabkan oleh

perkembangan teknologi komunikasi seperti radio, televise, telepon, satelit, dan

jaringan computer, bersama industrialisasi, bisnis besar, dan politik global.

Mengingat kondisi lingkungan bisnis yang menuju kearah globalisasi

mendorong perusahaan-perusahaan untuk ikut serta dalam persaingan bisnis dalam

upaya meningkatkan mutu dan daya saingnya agar bisa mengimbangi perusahaan

kompetitor lainnya. Karyawan yang menjadi ujung tombak perusahaan, dituntut untuk

benar-benar mengerti terhadap semua yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan

baik itu kegiatan eksternal maupun kegiatan internal perusahaan. Dan segala sesuatu

yang berhubungan dengan perusahaan bisnis, dibutuhkan wadah untuk menampung

segala macam ide dan kegiatan. Ide dan kegiatan tersebut dijalankan melalui suatu

organisai atau perusahaan yang berkembang pesat di Indonesia saat ini. Demi

kemajuan organisasi atau perusahaan maka dibutuhkan suatu organisasi yang


berkaitan dengan komunikasi. Dalam hal ini, Public Relations yang merupakan

bagian dari komunikasi tersebut yang dibutuhkan oleh suatu organisasi perusahaan.

Public Relations, timbul karena adanya tututan kebutuhan. Dalam suatu

organisasi atau perusahaan Public Relations mempunyai tujuan untuk memberikan

kepuasan terhadap semua pihak yang berkepentingan. Oleh sebab itu Public Relations

merupakan sesuatu yang penting pada waktu sekarang ini dan dibutuhkan oleh suatu

organisasi atau perusahaan agar menarik simpati dan dapat menguntungkan organisasi

atau perusahaan tersebut jadi dikenal Publik. Karena Public Relations adalah suatu

seni untuk menciptakan pengertian publik yang lebih baik, yang dapat memperdalam

kepercayaan publik terhadap seseorang atau suatu organisasi/badan. Jadi Public

Relations itu merupakan suatu kegiatan untuk menanamkan dan memperoleh

pengertian, nitan baik (good will), kepercayaan, penghargaan dari dan pada publik

suatu badan khususnya masyarakat umumnya.

Sebagai upaya membangun image/citra perusahaan agar lebih bagus baik itu di

dalam maupun di luar. Citra adalah salah satu asset terpenting dari perusahaan atau

organisasi. Citra yang baik merupakan perangkat yang kuat bukan hanya untuk

menarik konsumen untuk memilih produk atau jasa perusahaan, melainkan juga

memperbaiki dan kepuasan konsumen terhadap perusahaan. Citra yang baik dapat

mendukung aktivitas dari suatu organisasi. Citra organisasi/lembaga mempunyai 2

(dua) komponen utama, yaitu komponen logikasl dan komponen emosional1.

Komponen logical berhubungan dengan karakterisitik-karakteristik yang dapat

dirasakan, yang dapat dengan mudah diukur sedangkan komponen emosional

diasosiasikan dengan dimensi psikologis yang ditunjukkan oleh perasaan dan sikap

terhadap organisasi. Kedua komponen tersebut secara stimultan mempengaruhi

pemikiran seseorang untuk menilai citra suatu organisasi. Citra perusahaan


1
Dowling :2002;20-21)
merupakan akumulasi dari nilai-nilai kepercayaan yang diberikan oleh seseorang yang

mengalami suatu proses cepat atau lambat untuk membentuk opini public yang lebih

abstrak.

Untuk membentuk citra tersebut, maka perlu adanya strategi kehumasan untuk

mewujudkan citra positif yang akan memberi manfaat penting dalam mempengaruhi

masyarakat dunia usaha yang akan menanamkan modalnya. Kepercayaan dan

keyakinan masyarkat nasional dan internasional sangat perlu untuk menumbuhkan

iklim yang kondusif bagi perkembangan Perusahaan di Indonesia. Fungsi humas

adalah menggiring persepsi dan opini public terhadap organisasi yang mewakilinya

untuk memperoleh identitas dari citra organisasi yang baik (corporate identity and

good image). Hal ini disorong oleh seringnya organisasi berhadapan dengan sorotan

yang bernada negatf dari masyarakat serta tekanan liputan pihak pers yang

menyiarakan berita-berita kritikal tentang organisasi namun tidak berdasarkan data

yang katual serta obyektif (ruslan,2001:1667). Mengingat Humas merupakan alat

manajemen modern yang secara structural merupakan bagian integral dari suatu

kelembagaan atau organisasi, maka fungsi Humas harus melekat pada manajemen

perusahaan. Sukses tidaknya visi, misi dari organisasi sangat tergantung pada

penyelenggara komunikasi dua arah antara organisasi yang diwakili dengan public.

Pada tahun-tahun terakhir, hakikat organisasi telah dibahas secara luas dalam

lingkaran-lingkaran bisnis dan manajemen, untuk menanggapi suatu dugaan umum

mengenai bisnis masa kini yang perlu mengalami perubahan mendasar. Perubahan

organisasi telah menjadi suatu tema domain dalam kepustakaan manajemen, sehingga

banyak konsultan bisnis menawarkan seminar tentang “manajemen perubahan”.

Organisasi-organisasi perlu menjalani perubahan mendasar, baik untuk menyesuaikan

diri dengan lingkungan bisnis baru maupun untuk berkelanjutan secara ekologis.
Karena itulah organisasi tanpa kecuali, hidup dalam satu dunia yang penuh dengan

berbagai elemen yang saling berinteraksi dan penuh dengan saling ketergantungan

satu terhadap yang lain. sedemikian rupa interaksi itu sehingga kompleksitas dalam

dunia ini tidak terbayangkan. Manusia hidup, organisasi hidup karena gerakan oleh

kekuatan-kekuatan ekonomi. Tetapi, faktor ekonomi ini masih tergantung pada energi

dan sumber daya yang lain. tersediannya sumber daya ditentukan pula oleh faktor

geografis, tetapi juga faktor politik. Lalu politik tergantung pada apa? Politik masih

tergantung pada kekuatan militer, sebaliknya unsur militer banyak ditentukan oleh

teknologi, sedangkan teknologi bergantung pada ide-ide, ilmu pengetahuan, dan

sumber daya alam. Ilmu pengetahuan tergantung pada pendidikan, universitas, dan

begitu seterusnya hingga takhabis-habisnya kita merangkaikan hubungan elemen-

elemen itu satu dengan yang lainnya.

Dengan demikian, organisasi mana pun juga tidak terlepas dari hubungannya

dengan lingkungan sekitarnya. Lingkungan meliputi kondisi, situasi keadaan,

peristiwa, dan pengaruh - pengaruh yang mengelilingi dan mempengaruhi

perkembangan organisasi. Jadi setiap organisasi senantiasa beriteraksi dengan

lingkungan. Ia bahkan kadang-kadang dapat mempengaruhi lingkungan, tetapi yang

paling umum adalah organisasi lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Kekuatan-

kekuatan itu tidak statis, tetapi terus berubah sehingga keunikannya memberi dampak

yang kadang-kadang juga unik pada keputusan yang diambil.

Hubungan dialektis ini terjadi di antara organisasi bisnis dan komunitas

banyak mengubah praktisk bisnis yang dijalankan berbagai perusahaan. Salah satu

diantaranya perubahan praktik community relations atau istilah lain community

Development yang dijalankan organisasi bisnis. Community relations tak lagi

dijalankan untuk kepentingan organisasi bisnis belaka seperti untuk mendapatkan laba
dan meminimalkan risiko gangguan dari komunitas, melainkan organisasi bisnis

diajak untuk terlibat langsung mengenai permasalahan yang muncul pada komunitas.

Perubahan tersebut kemudian semakin menemukan bentuknya, ketika konsep

tanggung jawab sosial korporat diimplementasikan. Karena konsep ini memandang

bahwa Organisasi bisnis tak lagi sebagai institusi ekonomi belaka melainkan juga

merupakan institusi sosial.

Konsep tanggung jawab sosial korporat sendiri melahirkan tantangan bagi

praktisi public relations. Melalui konsep ini, citra atau reputasi organisasi harus

diikhtiarkan agar tetap terjaga. Disamping itu, melalui kegiatan communty relations,

organisasi bisnis dituntut untuk memainkan peran dalam mengatasi permasalahan

sosial yang dialami satu komunitas. Tak mengherankan bila banyak organisasi bisnis

yang kini terlibat dalam penyelenggaraan kegiatan pengembangan masyarakat

(community development) dan mendorong tumbuhnya semangat kewirausahaan

dikalangan komunitas tempat organisasi tersebut berada.

Permasalahan ini pun muncul ketika masalah yang dihadapi masyarakat kita

cukup banyak. Mulai dari permasalahan lingkungan seperti polusi lingkungan,

tercemar sumber air dan penggundulan hutan, sampai dengan permasalahan ekonomi

seperti tingkat pengangguran yang tinggi, sumber daya manusia yang

tekberketerampilan, rendahnya sikap mental kewirausahaan atau tingkat produktivitas

individu rendah. Kita pun bisa menelusuri dari berbagai sumber misalnya berita media

massa, data statisitik, obrolan warga masyrakat, atau laporan-laporan hasil penelitian

yang dilakukan LSM mengenai kondisi social seperti: laporan tentang kondisi social

pendidikan anak jalanan, kondisi pekerja moigran di perkampungan kumuh perkotaan

atau permasalahan ibu rumah tangga yang suaminya di PHK. Bisa juga bisa juga

berasal dari proposal kegiatan social yang dikirimkan berbagai lembaga pada
organisasi bisnis. Apalagi 21 Juli 2007 lalu DPR RI mengesahkan RUU tentang

perseroan terbatas sebagai perubahan atas UU tentang perseroan No. 1/1995 menjadi

UU No. 40/2007 dan yang mengatur tentang dibidang tersebut pada pasal 74. yang

dimana dikatakan bahwa pasal tersebut sebagai pengejewantahan pasal 33 undang-

undang dasar 1945.

Dikatakan bahwa prioritas utama adalah pada penegakkan peraturan

perundang-undangan terkait dengan lingkungan hidup dan pembangunan

berkelanjutan yang sudah ada. kemudian konsistensi atas segala peraturan dan

perundangan serta upaya hokum lebih dari itu pemerintah sebagai shareholders utma

BUMN melaksankan peraturan perundang-undangan. Seperti keputusan menteri

negara badan usaha milik Negara tentang program kemitraan badan usaha milik

negara dengan usaha kecil dan program bina lingkungan (PKBL). bahwa dalam

rangka mendorong kegiatan dan pertumbuhan ekonomi kerakyatan serta terciptanya

pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja, kesempatan berusaha dan

pemberdayaan masyarakat, perlu ditingkatkan partisipasi Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) untuk memberdayakan dan mengembangkan kondisi ekonomi, kondisi

sosial masyarakat dan lingkungan sekitarnya, melalui program kemitraan BUMN

dengan usaha kecil dan program bina lingkungan. Atau pun perundangan-

perundangan tentang Perseroan terbatas baik Negara maupun swasta,yang telah di atur

baik secara peundang-perundangan, Kepmen, dan atau peraturan pemerintah

pusat/daerah.

Sehingga di upayakan melalui program tidak dengan sendirinya dapat

menyelesaikan masalah. Proses pembangunan yang terus berlangsung justru

mngekibatkan ketisak seimbangan itu dapat makin membesar yang kemudian makin

memperlebar jurang kesenjangan. Dalam mengatasi itu tantangan itu diletakanan


strategi pemeberdayaan masyarakat, yang lasngsung diarahkan pada akar

persoalannya yaitu mengingkatkan kemampuan rakyat2.

Berdasarkan kesimpulan dia atas pebulis mengambil kesimpulan dengan judul

“FAKTOR KEBERHASILAN PROGRAM COMMUNITY RELATIONS


SALAH SATU PROGRAM PUBLIC RELATIONS SEBAGAI BENTUK
KEMITRAAN PADA PERUSAHAAN”

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian diatas, penulis merumuskan masalah tersebut sebagai


berikut :
1. Bagaimana faktor keberhasilan program community relations salah satu
program public relations sebagai bentuk kemitraan pada perusahaan
2. Hambatan dan usaha apa aja yang dilakukan sebagai faktor keberhasilan
program community relations salah satu program public relations sebagai
bentuk kemitraan pada perusahaan..
3. Apakah dalam komunikasi akan adanya perubahan sebuah penilaian dan
persepsi dari seorang Public Relations Perusahaan

1.3. Maksud dan Tujuan

Sebagaimana tujuan pembuatan makalah ini adalah :

1. Dalam rangka memenuhi hasrat dalam pembuatan skripsi yang tidak jadi

dengan pembahasan ini sehingga untuk dijadikan Lampiran.

2. untuk mendapatkan pengetahuan baru setelah mendapatkan pengalaman.

3. untuk mendapatkan kritikan dan masukan dari pihak-pihak yang memiliki

keilmuan tentang pembahasan ini baik secara Lisan maupun Tulisan

2
Kartasasmita, Ginanjar dikutif oleh R. Betty Widhiaharti yang dimuat pada majalah DEPSOS RI
dengan judul “Kerjasama Lintas Sektor dan Dunia Usaha Dalam Pembangunan kesejahteraan Sosial
peran Dunia Usaha dalam pemberdayaan Masyarakat.” Media Informasi Kerjasama Lintas Sektor &
Dunia Usahan Jilid I 2004 hal 17-18
4. Dapat dijadikan bahan literature bagi pihak-pihak yang mempunyai minat

pada masalah yang sama.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Public Relations.

Kegiatan Humas membutuhkan kepekaan terhadap peristiwa dan

kecendrungan dalam masuyarakat. masalah hubungan masyarakat sering timbul bila

kelompok atau perorangan berkomuinikasi dan menimbulkan kesalah fahaman satu

sama lain. Beberapa pengertian mengenai hubungan masyarakat :

“hubungan masyarakat merupakan usaha yang dilakukan


dengan sengaja direncanakan dan dilakukan terus menerus
untuk mendapatkan dan menjalin pengertian antara satu
organisasi dengan publiknya” (Jefkins, 1992)
Kebutuhan akan sebuah komunikasi yang harmonis antara perusahaan dengan

berbagai publiknya baik eksternal maupun internal, telah meningkatkan perhatian

terhadap Public Relations. Berawal dari kesuksesan yang dicapai Ivy Lee di

Pennsylvania Railroad, kini penggunaan konsep dan kegiatan Public Relations

modern telah sangat luas di berbagai bidang dan perusahaan. Meski fokusnya tetap

pada pembentukan citra yang baik, konsep Public Relations menjadi salah satu

komponen penting dalam pembuatan keputusan atau Policy Making.

Menurut Oemi dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar Public Relations

mengemukakan bahwa :

“Public Relations dinyatakan sebagai kebijaksanaan dari


perusahaan yang berhubungan dengan publik dalam usaha
untuk membangun Good Will, menanamkan kepercayaan,
pengertian dan penghargaan. Usaha untuk mewujudkan
hubungan yang harmonis antara suatu badan dengan
publiknya adalah untuk memberikan atau menanamkan
kesan yang menyenangkan, sehingga timbul opini publik
yang menguntungkan bagi kelangsungan hidup badan atau
perusahaan itu”.(1993:27), dan yang dfikutip dari Bonham
bahwa :”Public Relations sebagai suatu seni untuk
menciptakan pengertian publik yang baik, yang dapat
memperdalam kepercayaan publik terhadap seseorang atau
suatu organisasi atau badan”. (1993:25).

Adapun pengertian Public Relations (Humas) adalah upaya yang


sungguh-sungguh terencanakan dan berkesinambungan untuk
menciptakan dan membina saling pengertian antara organisasi
dengan publiknya.

Definisi menurut pakar Public Relations yang mengadakan pertemuan pada

bulan agustus 1987 dinamakan the Statement of Mexico yang dikutip Ruslan dalam

bukunya Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi berbunyi:

“Praktik Public Relations adalah seni dan ilmu pengetahuan


sosial untuk menganalisis kecenderungan, memprediksi
konsekuensi-konsekuensinya, menasehati para pemimpin
organisasi, dan melakukan program yang terencana
mengenai kegiatan-kegiatan yang melayani, baik
kepentingan organisasi maupun public atau umum”.
(1998;18)

Hubungan masyarakat nerupakan segala bentuk komunikasi berencana keluar

dank dalam antara sebuah organisasi dengan masyarakat untuk memperoleh sasaran

tertentu yang berhubungan dengan saling pengertian (mutual understanding)

Definisi tersebut menyatakan bahwa dalam Public Relations itu adalah suatu

keinginan untuk menanamkan pengertian, good will, kepercayaan, penghargaan dari

publik kepada suatu badan khususnya masyarakat umum. Sekecil apapun penilaian

dari publik dapat mempengaruhi eksistensi suatu perusahaan karena secara langsung

dan tidak langsung kegiatan suatu perusahaan akan selalu berhubungan dengan

publik. Baik publik ekternal maupun publik internal.

Sedangkan menurut Ruslan mengutip, Edward. L Bernay, dalam bukunya

Public Relations, University of Oklalahoma Press, yang menjelaskan bahwa humas

tersebut mempunyai tiga fungsi utama sebagai berikut :

1. Memberikan penerangan kepada masyarakat.


2. Melaksanakan persuasi untuk mengubah sikap dan perbuatan
masyarakat secara langsung.
3. Berupaya untuk mengintegrasikan sikap dan perbuatan
masyarakat atau sebaliknya. (1998;19)
Pada dasarnya, humas (Public Relations) merupakan bidang atau fungsi

tertentu yang diperlukan oleh setiap organisasi, baik itu organisasi yang bersifat

komersial (perusahaan) maupun organisasi yang non komersial. Karena humas

merupakan salah satu elemen yang menentukan kelangsungan suatu organisasi secara

positif. Arti penting humas sebagai sumber informasi terpercaya kian terasa pada era

globalisasi dan “banjir informasi” seperti saat ini.

Definisi humas yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan sebagai

kegiatan komunikasi yang diadakan oleh suatu organisasi atau perusahaan tertentu

kepada khalayak internal dan eksternal perusahaan dengan maksud terjalinnya

hubungan yang harmonis serta adanya saling pengertian dan kerja sama antara

keduanya yang saling menguntungkan.

Istilah Public Relations yang disingkat PR atau Hubungan masyarakat

(Humas) sekarang ini sangatlah Populer. Istilah ini ini lebih sering digunakan oleh

Perusahaan-perusahaan ketimbang istilah Hubungan masyarakat (Humas). Salah satu

alasan tersebut adalah, istilah Humas di Indonesia lebih identik dengan nama satu

bagian atau biro dalam birokrasi pemerintah, sedangkan PR lebih netral dan lebih

menunjukan sifat watak kegiatan, anggapan ini memang tidak sepenuhnya keliru,

walaupun tidak juga tepat sekali. Hal ini tergantung dari sudut pandang dan opini

publik yang sudah terlanjur menancap di masyarakat, bahwa humas pada dasarnya

"hanya" bertindak sebagai "tukang siar", yang jalinan kerjanya biasanya erat berkaitan

dengan media massa. PR, pada kenyataannya, lingkup kerjanya tidak hanya terbatas

pada menjalin hubungan dengan media massa.

Public Relations ini memiliki banyak tugas yang mesti dijalankan, yang

bermuara pada terjaganya atau meningkatnya reputasi dan citra organisasi di mata

publiknya melalui kegiatan komunikasi yang dijalankan PR. Tugas ini tentunya tak
cukup hanya dijalankan dengan sekedar menjadi juru bicara atau menjaga hubungan

dengan media massa, melainkan melibatkan proses yang terencana dan terukur yang

memadukan pendekatan ilmiah keterampilan dan seni. Hal ini dimaksudkan bahwa

PR dalam proses komunikasinya PR bukan sekedar menunggu umpan balik (feed-

back) dari publik, melainkan juga bersikap dan bertindak proaktif, sehingga perlu juga

memberikan feed-forward pada publik.

Untuk sedikit memberikan dan pemahaman bersama, perlu kiranya dikutip

beberapa definisi yang dibuat oleh beberapa pakar PR dan pakar komunikasi. Dua ahli

komunikasi, melvin L. Defleur dan Everette E. Dennis yang mengutip Scott Cutlip

dan Asllan Center dalam bukunya Yosal Iriantara adalah ”...upaya terencana guna

mempengaruhi opini publik melalui karakter yang baik dan kinerja tanggung

jawab, yang didasarkan pada komunikasi dua arah yang memuaskan kedua belah

pihak”.(2004:5)

Pada kongres I Assosiasi PR Sedunia di Mexico City tahun 1978 diupayakan

untuk memperoleh kesepakatan dalam mendefinisikan PR. Lahirlah semacam

kesepakatan mendefinisikan PR sebagai “seni dan ilmu social yang menganalisis

kecenderungan, memperkirakan konsekuensi-konsekuensi kecenderungan itu,

memberi saran pada pimpinan organisasi, dan mengimplementasikan program aksi

yang terencana demi kepentingan organisasi dan kepentingan publik”. Definisi ini

hampir sama dengan Bonham, yang dikutip Yulianita , dalam bukunya “Dasar-Dasar

Public Relations” bahwa “Public Relations adalah suatu seni untuk menciptakan

pengertian public secara lebih baik sehingga dapat memperdalam kepercayaan

public terhadap seseorang atau organisasi/badan”.(1997:27)

2.2 Tujuan dan Fungsi Public Relations

2.2.1 Tujuan Public Relations


Adapun tujuan Public Relations secara umum adalah menciptakan dan

memelihara saling pengertian, maksudnya adalah untuk memastikan bahwa organisasi

tersebut senantiasa dimengerti oleh pihak lain yang berkepentingan. Dengan adanya

kata ‘saling’ maka organisasi pun harus dapat memahami publiknya.

Oxley menurut yosal (200:17) tujuan PR sesungguhnya tidak bisa lepas dari

tujuan organisasi, mengingat PR adalah fungsi manajmen satu organisasi dan PR pun

bekerja di dalam organisasi itu. Dan ditegaskan bahwa prinsipnya Tujuan PR jelas dan

mutlak memberi sumbangan pada objektif organisasi secara keseluruhan. Sedangkan

tujuannya adalah mengikhtiarkan dan memelihara saling pengertian antara organisasi

dan publiknya.

Tujuan PR itu dirinci Leley seperti berikut :

1. Prestise atau ”citra yang favourable” dan segenap faedahnya


2. Promosi produk atau jasa
3. Mendeteksi dan menangani isu peluang
4. Menetapkan postur organisasi ketika berhadapan dengan
publiknya.
5. Good will karyawan atau anggota organisasi
6. Mencegah dan memberi solusi masalah perburuhan
7. Mengayomi good will komunitas tempat organisasi menjadi bagian
didalamnya
8. Good will para stockholder dan konstituen
9. Mengatasi kesalahpahaman dan prasangka
10. Mencegah serangan
11. Good will para pemasok
12. Good will pemerintah
13. Good will bagian lain dari industri
14. Good will para dealer dan menarik dealer lain
15. Kemampuan untuk mendapatkan personel terbaik
16. Pendidikan publik untuk menggunakan produk atau jasa
17. Pendidikan publik untuk satu titik pandang
18. Good will para pelanggan atau para pendukung
19. Investigasi sikap pelbagai kelompok terhadap perusahaan
20. Merumuskan dan membuat pedoman kebijakan
21. Menaungi viabilitas masyarakat tempat organisasi berfungsi
22. Mengarahkan perubahan
Rincian tujuan PR itu ternyata begitu luas. Namun pada intinya tetap menjalin

hubungan baik dengan para pihak atau public-publik organisasi. Hubungan yang baik
yang terjalin bukan semata demi keuntungan dan kemaslahatan kedua belah piahk.

Organisasi menikmati keuntungan dan manfaat dari hubungan baik itu public

organisasi bisa menikmati keuntungan dan manfaatnya. Tak ada yang ditinggalkan

atau diperalat dalam hubungan yang terjalin dengan baik.

2.2.2 Fungsi Public Relations

Menurut renald kasali dalam bukunya yosal (2004:6), dari prespektif yang

menyatakan PR sebagai fungsi strategi dalam manajemen yang melakukan

komunikasi guna melahirkan pemahaman dan penerimaan publik

Cutlip & Center and Canfield merumuskan fungsi Public Relations sebagai

berikut:

1. Menjunjung aktifitas utama manajemen dalam mencapai tujan bersama


(fungsi melekat pada manajemen lembaga atau oragnisasi)
2. Membina hubungan yang harmonis antara badan / organisasi dengan
publiknya sebagai khalayak sasaran.
3. Mengidentifikasikan yang menyangkut opini, persepsi dan tanggapan
masyarakat terhadap badan / organisasi yang diwalikinya atau
sebalilknya.
4. Melayani keinginan publiknya dan memberikan sumbangan saran
kepada pimpinan manajemen demi untuk tujuan dan manfaat bersama
5. Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik, dan mengatur arus
informasi, publikasi serta pesan dari badan / organisai ke publiknya atau
terjadi sebaliknya demi tercapainya citra positif bagi kedua belah pihak
(Ruslan,1998:32)
Menurut Onong Uchjana Effendy dalam buku Hubungan Masyarakat Suatu

Studi Kriminologis (2002:24), dirumuskan fungsi PR sebagi berikut:

1. Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan organisasi


2. Membina hubungan harmonis antara organisasi dengan publik, baik
publik eksternal maupun internal
3. Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik dengan menyebarkan
informasi dari organisasi kepada publik dan menyalurkan opini publik
kepada organisasi
4. Melayani publik dan menasehati pimpinan organisasi demi kepentingan
umum.

2.3 Tugas-tugas Inti Seorang PR


Berikut beberapa job description PR yang disebut juga sebagai "nature of work":

1. Reputasi, keberuntungan, bahkan eksistensi lanjutan dari sebuah


perusahaan, dapat bergantung dari keberhasilan PR menafsirkan
target publik untuk mendukung tujuan dan kebijakan dari
perusahaan yang bersangkutan. Seorang PR specialiast menyajikan
hal tersebut sebagaimana halnya seorang penasihat dalam bidang
bisnis, asosiasi non-profit, universitas, rumah sakit dan organisasi
lain. Selain itu, mereka juga membangun dan memelihara
hubungan positif dengan publik.
2. Seorang PR mengurus fungsi-fungsi organisasi, seperti menghadapi
media, komunitas dan konsumen. Dalam hubungannya dengan
pemerintah, mereka mengurus kampanye politik, representasi para
interest-group, sebagai conflict-mediation, atau mengurus hubungan
antara perusahaan tempat mereka bekerja dengan para investor.
Seorang PR tidak hanya berfungsi untuk "mengatakan sejarah
organisasi", tapi mereka juga dituntut untuk mengerti tingkah-laku
dan memperhatikan konsumen, karyawan dan kelompok lain yang
juga merupakan bagian dari deskripsi kerjanya.
3. Merencanakan dan memanaj kegiatan-kegiatan delegasi
perusahaan. Misalnya, pameran, kunjungan, pertemuan dan lain
sebagainya; membantu bagian-bagian lain dengan menganalisis
masalah-masalah komunikasi, menulis dan menerbitkannya,
memberikan keterangan baik dengan audio visual maupun sarana
pendukung lain serta bekerja sama untuk menanggulangi masalah-
masalah yang telah ditentukan.
4. memastikan arus informasi yang efektif untuk kelompok-kelompok
masyarakat agar dapat menentukan dan memperkirakan situsasi
dan masalah, atau untuk mengulkur efektivitas program-program
dari public relations yang telah dilaksanakan.
5. memastikan seluruh organisasi dan tidak melakukan suatu
tindakan yang dapat mencemarkan nama baik organisasi.
6. mengevaluasi masalah-masalah dan aktivitas public relation,
sehingga dapat memberikan laporam-laporan yanmg teeeratur
kepada pihak manajemen. (Colin Coulson-Thomas:19)

dan lima tugas pokok PR yang dikutip dalam buku Dasar-Dasar Public Relations

teori dan Praktik yang dikutip Rumanti OSF, yaitu sebagai berikuti:

1. Menyelenggarakan dan bertanggungjawab atas penyampaian informasi


secara lisan, tertulis, melalui gambar (visual) kepada public, supaya public
memepunyai pengertian yang benar tentang organisasi atau perusahaan,
tujuan, serta kegiatan yang dilakuakn. Itu semua disesuaikan dengan
kebutuhan, keinginan, dan harapan public internal atau eksternal dan
memperhatikan, mengolah mengintegrasikan pengaruh lingkungan yang
masuk demi perbaikan dan perkembangan organisasi.
2. memonitor, merekam, dan mengevaluasi tanggapan serta pendapat umum
atau masyarakat. Diasamping itu, menjalankan dan bertanggung jawab
terhadap kehidupan kita bersama dengan lingkungan. Karena mereka ikut
menentukan kehidupan organisasi, perubahan lingkungan terjadi sangat
cepat, ini berarti bahwa organisasi harus dapat mengatisipasi perubahan
lingkungan yang terjadi dan berpengaruh terhadap produk atau jasa
organisasi maupun suatu kebutuhan yang perlu dipenuhi. Selain itu harus
mampu menganalisis macam-macam perubahan yang menyakut
perkembangan terhadap pelaksanaan kepemimpinan. Perlu menentukan
strategi dan bagaimana mengkomunikasikannya kepada public internal
atau eksternal demi kontinuitas organisasi.
3. memperbaiki citra organisasi. Bagi PR, menyadari citra yang baik tidak
hanya terletak pada bentuk gedung, presentasi, publikasi dan seterusnya,
tetapi terletak pada :
a. Bagaimana organisasi bisa mencerminkan organisasi yang
dipercayai, memiliki kekuatan, mengadakan perkembangan secara
berkesinambungan yang selalu terbuka untuk dikontrol, dievaluasi.
b. Dapat dikatakan bahwa ctra tersebut merupakan gambaran
komponen yang kompleks. Citra organisasi bisa merupakan citra dari
pimpinan, ada citra yang menjadi keinginan, harapan, dan
sebagainya. Citra yang bisa mendapat kepercayaan adalah citra dari
kenyataan identitas organisasi.
4. Tanggung jwab social, PR merupakan instrument untuk bertanggungjawab
terhadap semua kelompok yang berhak terhadap tanggungjawab tersebut.
Terutama kelompok public sendiri, public internal, dan pers. Penting
diusahakan bahwa seluruh organisasi bersikap terbuka dan jujur terhadap
semua kelompok atau public yang ada hubungannya dan memerlukan
informasi. Itulah mentalitas dan budaya mereka atau organisasi, apabila
mau mendapat kepercayaan public, dan masyarakat pada umumnya. Suatu
organisasi mempunyai kewajiban adanya usaha untuk pelayanan social
yang harus menjadi tanggungjawab,”pintu terbuka”.
5. Komunikasi , PR mempunyai bentuk komunikasi yang khusu, komunikasi
timbale balik, maka pengetahuan komunikasi menjadi modalnya. Dalam
fungsinya, komunikasi sentral. Perlu juga untuk dimiliki adalah
pengetahuan manajmen dan kepemimpinan, struktur organisasi.

1. Public Relation Internal

. Konsep Public Relations bukan hanya menyangkut masalah hubungan antara

perusahaan dengan pelanggan saja tetapi juga hubungan dengan publik- publik

lainnya yang berhubungan dengan perusahaan, termasuk hubungan dengan karyawan.

Karena hubungan antara perusahaan dengan para karyawa menjadi ujung tombak

terhadap terbentuknya motivasi kerja para karyawan perusahaan. Seperti yang

diungkapkan Griswold dalam bukunya Dasar-dasar Public Relatio yang di kutip


oemi mengatakan: “Mencapai karyawan yang mempunyai kegairahan kerja

adalah tujuan Internal Public Relations (1989:34).

Menurut Oemmi dalam bukunya Dasar-dasar Public Relations mengatakan

bahwa: “Salah satu usaha Internal Public Relations adalah untuk dapat lebih

mengeratkan hubungan antara para karyawan, agar mereka dapat lebih

mengenal satu sama lainnya” (1989:37)

Sebagai suatu seni, Public Relations bukan sekedar teori dengan konsepnya,

namun seperti halnya seni pada umumnya, melibatkan jiwa menusia dengan

kompleksitasnya. Sebagai seni pendekatan yang digunakan harus mengandung unsur

psikologi manusia. Pelaksanaan Public Relations sebagai seni tidak terbatas dari

Human Relations. Dimana dalam pembangunan hubungan antara perusahaan denagn

karyawan harus melihat sudut pandang bahwa karyawan adalah pribadi yang ingin

diperlakukan dengan respect (hormat) dan dignity (penghargaan).

Yulianita dalam bukunya Dasar-daras Public Relations, menyatakan

”hubungan yang terbentuk dalam publik internal pada suatu organasasi/perusahaan

adalah sebagai berikut :

1. Employee Relations, merupakan suatu kegiatan public Realtions


untuk memelihara hubungan antara pihak manajemen dan para
karyawannya. Dapat dilakukan melalui berbagai hal misalnya
memberikan upah yang cukup, perlakuan yang adil, memeberikan
jaminan kesehatan, ketenangan dalam bekerja, memberikan
penghargaan atas hasil kerja yang telah di raih.
2. Manajer Relations, merupakan suatu kegiatan Public Relations
untuk memelihara hubungan baik antara para manajer di
lingkungan perusahaan.
3. Labour Relations, merupakan suatu kegiatan Public Relations
untuk memelihara hubungan antara pimpinan dengan serikat
buruh yang berada di dalam di dalam perusahaan dan turut
menyelesaikan maslah-masalah yang timbul diantara keduanya.
4. Stakeholder Relations, merupakan suatu kegiatan Public Relations
untuk memelihara hubungan baik antar pemegang saham dengan
tujuan membina hubungan dan untuk memajukan perusahaan.
Contoh kegiatannya, menyatakan selamat kepada pemegang
saham baru, memberikan laporan, mengirimkan majalah
organisasi.
5. Human Relations, merupakan suatu kegiatan Public Retaions
untuk memelihara hubungan antar sesama warga perusahaan
dengan tujuan mempererat rasa persaudaraan dan meningkatkan
kesejahteraan demi kepuasaan bersama. (1999:8)
Kelima kegiatan yang tertulis diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kegiatan

Internal Relations yang mencakup hubungan antara manajemen dengan karyawan,

para manajer

2. Eksternal Relations

publik eksternal sebagai sasaran kegiatan Public Relations terdiri atas orang-

orang yang berada diluar perusahaan atau organisasi, baik yang ada kaitannya dengan

perusahaan maupun yang diharapkan atau diduga kaitannya dengan organisasi. Public

Relations mengusahaakan tumbuhnya sikap dan citra positif terhadap segala kebijakan

dan langkah-langkah serta tindakan perusahaan. Public ekstern perusahaan yang

terdiri atas berbagai orang yang berbeda-beda kepentingannya, oleh karena itu teknik

pembinaan hubungan dengan mereka berbeda-beda. Menurut effendy dalam

bukunnya ”Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologis” kegiatan yang

dapat dibentuk dengan publik ekstern pada perusahaan adalah :

1. Client Relations yakni kegiatan Public Arelations untuk


memelihara dan membina hubungan yang baik serta tetap
berkelanjutan antara perusahaan dengan klien. Dapat
dilakukan dengan membuat bulletin secara khusus untuk
para klien yang sedang dan telah bekerjasama dengan
perusahaan agar pihak klien mengetahui sejauhmana
perkembangan dan keberhasilan kegiatan yang telah kita
lakukan secara lengkap dan mengenal situasi.
2. Customer Relations merupakan kegiatan Public Relations
dalam rangka memelihara hubungan dengan pelanggan.
Bagi suatu perusahaan pelanggan itu merupakan faktor
nyang sangat penting, sebab maju mundurnya suatu
perusahaan ditentukan pelanggan.
3. Supplier Relations merupakan kegiatan Public Relations
dalam rangka mengatur dan memelihara hubungan dengan
supplier, dan segala kebutuhan perusahaan dapat diterima
dengan baik.
4. Goverment Rerlations dengan membina hubungan dengan
pemerintahan dapat mebantu lancarnya kegiatan Public
Relations. Berkomunikasi dengan pimpinan jawatan
pemerintah dapat dilakukan dengan mengirimkan kartu
ucapan selamat, mengirimkan kalender atau agenda
perusahaan, mengadakan olahraga bersama, dan
sebagainya.
5. Press Relations, membinan hubungan dengan media massa,
karena dengan bantuan media massa akan lancar
[ublikasinya demikian pula dengan penyiaran iklannya.
Hubungan dengan media massa dapat dilakukan dengan
mengadakan ucapan pada saat media massa tersebut
berulang tahun atau berhasil memperoleh penghargaan,
mengadakan hiburan bersama para wartawan. (2002:107-
123)

2.4. Community Relations salah satu program Public Relations

community Relations (Comrel) pada dasarnya adalah kegiatan PR maka

langkah-langkah dalam proses PR pun mewarnai langkah-langkah dalam community

relations. PR di sisni lebih dimaknai sebagai kegiatan organisasi dan bukan proses

komunikasi yang dilakukan organisasi dengan publiknya. Kalau pun ada sedikit

perbedaan dalam pendekatan pelaksanaan kegiatan, lebih disebabkan karena sifat

kegiatan yang diselenggarakan dalam comrel ini.

Menurut kasali dalam manajemen public relations bahwa “Komunitas lokal

adalah masyarakat yang bermukim atau mencari nafkah di sekitar pabrik, kantor,

gudang, tempat pelatihan, tempat peristirahatan, atau di sekitar aset tetap perusahaan

lainnya. Dalam pelaksanaan fungsi PR, komunitas lokal dipandang sebagai suatu

kesatuan denganperusahaan yang memberi manfaat timbal balik”

Sehingga Hubungan timbal balik tersebut bukanlah melulu berarti bahwa suatu

komunitas adalah kumpulan orang-orang yang saling berbagai dalam memanfaatkan

suatu fasilitas. Lebih jauh,komunitas adalah suatu organisme sosial yang saling

berinteraksi. Bentuk kesatuan antara keduanya itu dipengaruhi oleh siapa yang datang
lebih dahulu (pabrik atau penduduk) di lokasi tersebut, sifat lokasi terhadap

perusahaan, (sumber input bagi perusahaan atau daerah output/pasar bagi perusahaan),

isolasi daerah terpencil dan latar belakang histories.

Wajar bila jerold mendifinisikan community relations sebagai “peningkatan

partisipasi dan posisi organisasi di dalam sebuah komunitas melalui berbagai upaya

untuk kemaslahatan bersama bagi organisasi dan komunitas.” Lalu dijelaskan

DeMartinis bahwa komunitas tersebut mencakup klien, lingkungan, pejabat public,

lembaga pemerintah dan lembaga lain.

kegiatan community relations pun dipandang sebagai bagian dari wujud

tanggungjwab social organisasi. Sebagai warga Negara, organisasi memikul tanggung

jwab social dalam menjalankan peran turut membantu warga masyarakat untuk

mengembangkan dirinya. Karena tanggungjawab social itu misalnya, banyak

organisasi memberikan bantuan biaya pendidikan dalam bentuk beasiswa atau

bantuan dana penelitian bagi warga masyarakat. Ada juga yang mengembangkan

ytanggungjawab sosialnya dengan membantu usaha kecil dan menengah, atau

menyediakan fasilitas perkotaan seperti jembatan penyebrangan dan tempat sampah.

Langkah-langkah tindakan yang dilakukan dalam konteks comrek bisa

dipandang sebagai bagian dari langkah mengatasi permasalahan global. Sperti hal

yang dikatakln yosal dalam bukunya community relations bahwa “community

relations bisa dipandang sumbangan kecil yang berarti yang diberikan organisasi

sebagai warga Negara bersama dengan komunitas di sekitarnya untuk mengatasi

permasalahan-permasalahan besar tadi pada tingkat local dengan memperhatikan

prinsip berkelanjutan. Dan focus perhatiannya adalah pada upaya mengatasi

permasalahan langsung oleh komunitas.”


Dalam konteks PR, corporate social responsibility (CSR) itu di

impolementasikan dalam program dan kegiatan comrel. Bisa juga dinyatakan, comrel

merupakan bentuk CSR. Ada yang memberikan beasiswa, memberikan bantuan buku,

merehabilitisasi lingkungan hidup, atau membantu usaha kerajinan masyarakat. Dan

ada tiga bidang perhatian berbagai organisasi bisnis di Indonesia yakni :

1. pendidikan
2. kesehatan
3. seni- budaya
Corporate Social Responsibility (CSR)

konsep hubungan antara perusahaan dengan masyarakat ini dapat ditelusuri

dari zaman yunani kuno, sebagaimana disarankan Nicholas Eberstadt. Beberapa

pengamat menyatakan CSR berhutang sangat besar pada konsep etika perusahaan

yang dikembangkan geraja Kristen maupun fiqh muamalah dalam Islam. Tetapi istilah

CSR sendiri baru menjadi popular setelah howard bowen menerbitkan buku social

responsibility of businessmen pada 1953. sejak itu perdebatan tentang tanggung jawab

social perusahaan dimulai. Tetapi baru decade 1980-an dunia barat menyutujui penuh

adanya tanggungjawab social itu. Tentu dengan perwujudan berbeda di masing-

masing tempat, sesuai pemahaman perusahaan terhadap apa yang disebut

tanggungjawab social.

Secara umum dibedakan menjadi factor eksternal dan internal. Factor

eksternal terutama berkaitan dengan kritik organisasi masyarakat sipil terhadap

kinerja social dan lingkungan perusahaan. Sejarah hubungan antara perusahaan dan

masyarkat mencatat banyak peristiwa tragis yang disebabkan operasi perusahaan.

Organisasi masyarakat sipil memprotes kinerja yang buruk, yang kemudian

ditanggapi oleh perusahaan. Tanggapan defensive serta kamuflase hijau memperumit

masalah, sedang yang positif menghasilkan perkembangan CSR.


Menurut Nuryana dalam makalahnya∗ bahwa Corporate Social Responsibility

sebagai: “Kesanggupan perusahaan untuk berperilaku dengan cara-cara yang

mengikuti azas-azas ekonomi, sosial dan kelestarian lingkungan tetapi tetap

menghormati kepentingan langsung dari stakeholder.”

Menurutnya pula CSR esensinya adalah sebuah konsep dengan mana

perusahaan memutuskan secara sukarela untuk memberikan kontribusi kepada suatu

masyarakat yang lebih baik kesejahteraannya dan lingkungan yang lebih bersih dan

lestari. Banyak faktor yang mendorong munculnya gerakan CSR: (a) kepedulian dan

harapan baru dari masyarakat warga, konsumen, otoritas publik dan investor dalam

konteks globalisasi dan perubahan industri dalam skala besar; (b) kriteria sosial

meningkat sehingga mempengaruhi keputusan investasi bagi individu dan institusi

sebagai konsumen dan sebagai investor; (c) meningkatnya keprihatinan masyarakat

terhadap kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas ekonomi perusahaan;

(d) transparensi aktivitas bisnis yang di bawa oleh media massa dan teknologi

informasi dan komunikasi modern.

Dengan mengutif definisi WBCSD (World Busness Council for Sustainable

Development) dalam bukunya Yosal Community relations bahwa CSR sebagai

“komitmen berkelanjutan kalangan bisnis untuk berperilaku etis dan memberikan

sumbangan pada pembangunan ekonomi ekaligus memperbaiki mutu hidup angkatan

kerja dan keluarganya serta komunitas lokal dan masyarakat secara keseluruhan.”

Dari kebanyakan definisi tentang pengintegrasian kepedulian terhadap msalah

sosial dan lingkungan hidup ke dalam operasi bisnis perusahaan dan interaksi sukarela

antara perusahaan dan para stake holder-nya.


Makalah ini disampaikan pada “Kursus CSR dan Business Ethics” diselenggarakan oleh CFCD, Hotel Pangrango
II, Bogor, tanggal 12-17 Juli 2005.
Sehingga seorang PR memiliki peran yang sangat besar di perusahaan dalam

menjalin hubungan dengan publik internal dan eksternal. Sehingga terlibat aktif dalam

transformasi pandangan dan sikap yang menunjukan tanggungjawab sosial

perusahaan (CSR) dan di mungkinkan untuk para manajer dan karyawan pun

mengambil keputusan bisnis berdasarkan pendekatan CSR. Bidang Program CSR

menurut Yosal ini meliputi:

a. Komunitas dan masyarakat luas,

b. Program-program karyawan

c. Penanganan pelangganan/produk

d. Lingkungan hidup

e. Keterlibatan Stakeholder

f. Komunikasi dan pelaporan

g. Pemegang saham

h. Pemasok

i. Tata-pamong/tatacara

Menurut bank dunia, yang dikutif tony dalam makalahnya** yakni


tanggungjawab social perusahaan terdiri dari beberapa komponen utama :
perlindungan lingkungan, jaminan kerja, hak azasi manusia, interaksi dan keterlibatan
perusahaan dengan masyarkat, standar usaha, pasar, pengembangan ekonomi dan
badan usaha, perlindungan kesehatan, kepemimpinan dan pendidikan, bantuan
bencana kemanusiaan.
Terdapat tiga tingkat kegiatan program CSR dalam usaha memperbaiki kesejahteraan
masyarakat yakni :

1. Kegiatan program CSR yang bersifat charity, bentuk kegiatan seperti ini ternyata
dampaknya terhadap masyarakat hanyalah “menyelesaikan masalah sesaat”
hamper tidak ada dampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, selain
lebih mahal, dampak jangka panjang tidak optimal untuk membentuk cutra
perusahaan, dari sisi biaya, promosi kegiatan sama halnya dengan biaya punlikasi
kegiatan. Walaupun masih sangat relevan, tetapi untuk kepentingan perusahaan
dan masyarkat dalam jangka panjang lebih dibuituhkan pendekatan CSR yang
**
tony djogo makalh ini di akses http://goodcsr.wordpress.com/
berorientasi pada peningkatan produktifitas dan mendorong kemandirian
masyarakat.
2. Kegiatan program CSR yang membantu usaha kecil secara parsial. Saat ini makin
banyak perusahaan yang menyadari pentingnya pendekatan CSR yang berorientasi
pada peningkatan produktifitas dan mendorong kemandirian masyarakat, salah
satu bentuk kegiatannya adalah membantu usaha kecil, tetapi bentuk kegiatan
perkuatan tersebut masih parsial, memisahkan kegiatan program yang bersifat
pendidikan, ekonomi, infrasutruktur dan kesehatan. Walaupun lebih baik ternyata
pada tingkatan masyarakat kegiatan ini tidak dapat diharapkan berkelanjutan,
bahkan cenderung meningkatkan keberuntungan masyarkat pada perusahaan,
sehingga efek pada pembentukan citra ataupun usaha untuk menggalang
kerjasama dengan masyarkat tidak dapat secara optimal.
3. Kegiatan program CSR yang berorientasi membangun daya saing masyarakat,
program CSR akan meberi dampak ganda untuk perusahaan dan masyarakat
karena : Dari awal dirancang untuk meningkatkan produktifitas (sebagai ukuran
data saing) guna meningkatkan daya beli sehingga meningkatkan akses pada
pendidikan dan kesehatan jangka panjang, untuk itu perlu diberikan penekanan
pada berkelanjutan penguatan ekonomi secara mandiri (berjangka waktu yang
jelas/mempunyai exit policy yang jelas)***

2.5. Bentuk Kemitraan Pada Perusahaan.

Kemitraan merupakan aktivitas yang terorganisir (terstruktur), karena itu

kemitraan harus dilakukan secara melembaga (dalam bentuk kelembagaan yang

mapan, baik formal maupun informal). Menurut ferry dalam makalahnya3 kemitraan

adalah media intervensi yang handal, karena tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi

sendiri, tanpa bantuan dari pihak lain, dengan adanya ajringan yang terstruktur dengan

baik informasi dan layanan public dapat mudah diakses, tidak ada organisasi yang

mampu beertahan jika hanya menggunakan pola komunikasi “one way trafific”.

Prinsip kemitraan adalah mutualitas, akuntabilitas, non diskriminasi,

kesetaraan, sensitivitas, inisiasi, keberlanjutan dan terstruktur.

Model-model kemitraan4 :

1. Model bermitra langsung

***
dapat diakses di (http://goodcsr.wordpress.com/about/tiga-tingkat-kegiatan-program -csr/)
3
dari makalah Staff Ahli menteri social RI yang dimuat pada majalah DEPSOS RI dengan judul
“Pembentukan jaringan Kemitraan Sebagai wujud tanggungjawab Sosial kalangan Lintas Sektor &
nDunia Usaha.” Media Informasi Kerjasama Lintas Sektor & Dunia Usahan Jilid I 2004 hal 6
4
ibid hal 7
a. Mitra Fungsional, yaitu kemitraan yang dijalin dengan mitra yang
mempunyai tanggungjawab fungsional yang sama.
b. Mitra diagonal, yaitu kemitraan yang dijalin dengan mitra yang
mempunyai program yang berbeda
c. Mitra suplementer, yaitu kemitraan yang dijalin dengan mitra yang
mempunyai program yang dapat saling melengkapi.
d. Mitra sposnsorship, yaitu kemitraan yang dijalin untuk mensponsori
kegiatan/program tertentu.
2. Model bermitra tidak langsung

a. Mitra penggalangan dana, yaitu kemitraan yang dijalin untuk


mengumpulkan dan menyalurkan dana,
b. Mitra pengembangan informasi, yaitu kemitraan yang dijalin untuk
menyebarluaskaninformasi (publikasi, penyuluhan social, advokasi,
desiminasi, dsb)
c. Mitra pengembangan SDM, yaitu kemitraan yang dijalin untuk
menyiapkan dan menyalurkan sumber daya manusia.
Kemitraan ini pun merupakan hubungan kerja yang dijalin melalui pendaya

gunaan dan pengembangan potensi masing-masing, dengan memperhatikan prinsip

saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.


BAB III

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan mencoba menguraikan tentang Faktor keberhasilan

program comrel salah satu program PR. Dengan menguraikan beberapa permasalahan

yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisan ini. sebagai penjabaran dari

penulisan yang meninjau langsung serta melakukan wawancara dengan beberapa

pihak dan kepustakaan lebih banyak atau permasalahan yang dianggap penulis itu

sebagai permasalahan PR.

Adapun awal untuk pencarian sumber-sumber untuk penulisan ini, penulis

sendiri mengalami pesimis, karena berbagai persoalan ketidaktahuan atau tidak

memiliki pengetahuan banyak tentang permasalahan yang dibahas. Jadi penulis

mencoba sebatas pengetahuan saja atau hasil dari apa yang dibaca dan kutif.

3.1. Faktor keberhasilan Program Community Relations salah satu program PR

Corporate Sosial Responsibility(CSR)5 perusahaan terhadap masyarakat cukup

hangat dibicarakan dan dipertanyakan oleh berbagai kalangan. Mengapa selalu

dikritisi dan pertanyakan tentang kepedulian social perusahaan terhadap masyarakat

selama ini. Karena sebagian besar perusahaan-perusahaan besar ataupun kecil belum

dan bahkan tidak melakukan Corporate Sosial Responsibility yang berbasis kepada

kebutuhan masyarakat di wilayah operasional perusahaannya.

Ironisnya lagi keberadaan sebuah perusahaan di suatu masyarakat telah

melakukan penguasaan terhadap sumber daya alam dan lingkungannya yang bersifat

akumulatif, ekspansif dan eksploitatif. Akibat penguasaan sumber daya alam yang
5
M Rojuli S Sos. Pangkalankerinci, Pelalawan riau pos online tentang “Kepedulian
Sosial Perusahaan Diperlukan” rabu, 2 maret 2005
Ketika banyak konflik yang tak dapat dihindari dan sering terjadi antara

masyarakat dan perusahaan salah satu pemicu dan penyebab utamanya adalah belum

adanya rasa tanggungjawab social perusahaan terhadap masyarakat di lingkungannya.

Berdasarkan Deklerasi Rio 1992 mengenai sustainable Development and

Environment dan consensus bisnis untuk mewujudkan good business ethic, good

corporate governance dan good corporate citizenship telah mendorong perusahaan-

perusahaan diperlukan melakukan tanggungjawab sosial. akumulatif, ekspansif dan

eksploitatif itu telah mengoyakkan, merapuhkan dan bahkan mematikan sendi-sendi

kehidupan sosial masyarakat.

Dengan demikian perubahan yang paling mendasar bagi masyarakat yang belum

berdaya selama ini adalah terjadinya perubahan prilaku yang menjurus kepada

perubahan pola pikir ke arah yang lebih baik. Terjadinya perubahan prilaku dan pola

pikir akan menciptakn perobahan pendapatan dan penghasilan di bidang ekonomi

kerakyatan. Konsekwensinya adalah apabila terjadi perubahan itu, maka kesejahteraan

mandiri masyarakat yang dicita-citakan pembangunan bangsa akan tercapai. (M

Rojuli S Sos. Pangkalankerinci, Pelalawan : Riau Pos-online)

Dorongan kuat yang menyebabkan perlunya pengembangan komunitas atau

comrel adalah seperti hal yang telah disebut sebagai ‘negara yang bertujuan

mengupayakan kemakmuran rakyat’ (welfare state). Merujuk pada Mukadimah UUD

1945, dapat ditegaskan bahwa Republik Indonesia adalah salah satu dari negara yang

harus disebut sebagai welfare state tersebut

Kasus yang sama juga menyertai tumbuhnya industri tenun di Majalaya. Jauh

sebelum industri tekstil berkembang di Indonesia, di Majalaya seudah berkembang

beberapa pabrik tenun tradisional. Penduduk menempati pemukiman yang terpisah

dari pabrik tersebut. Belekangan pemerintah Jawa Barat menjadikan Majalaya sebagai
pusat industri tekstil (selain pusat industri sepatu di Cibaduyut dan industri keramik di

Plered). Apa akibatnya? Daerah ini berkembang menjadi semacam industrial estate,

dan mengundang banyak investor untuk memnafaatkan fasiltias yang disediakan.

Tenaga kerja pun berdatagan ke tempat ini, dan mereka bermukim di sekitar lokasi

pabrik tenun tradisional. (tulisan tentang Hubungan dengan komunitas Lokal

dengan sumber buku: Manajemen Public relations :Rhenaldi kasali).

Atau dapat kita lihat ke daerah cirebon ke desa trusmi sebagai pusat pembuatan

batik di kab. cirebon dan berbagai komunitas industri kecil dan menengah seperti

halnya kerajinan tangan Atau di majalengka, kuningan hasil kerajinan, sukabumi

missal dan lainnya.

Sektor bisnis memiliki potensi positif bagi pembangunan, terutama Usaha Kecil

dan Menengah (UKM) yang menjadi bagian dari ekonomi lokal dan

bertanggungjawab terhadap masyarakat lokal. Tapi, perdebatan berkembang mengenai

bagaimana pertanggungjawaban perusahaan terhadap pemangku kepentingan

(stakeholder) lainnya–selain kepada pemegang saham – dapat ditingkatkan.

Berbagai upaya dilakukan oleh kalangan bisnis untuk membangun berbagai

mekanisme sukarela (sebagai alternatif dari peraturan yang mengikat). Saat ini yang

sedang gencar dipromosikan adalah konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

(Corporate Social Responsibility/CSR). Tapi seringkali mekansime sukarela ini --

kalaupun dilakukan-- hanya menjadi pemanis atau dilakukan untuk memperbaiki

image perusahaan, tanpa benar-benar memenuhi kewajiban-kewajiban mereka dan

memperbaiki kinerja mereka secara mendasar.

Dan peran PR disini harus bisa mentralisir sehingga seorang PR tidak hanya

menghadapi permasalahannya saja ketika masyarkat berbodong - bondong

keperusahaan untuk meminta ganti rugi karena persoalan sengketa tanah atau karena
kenaikan harga, ataupun kasus lainnya. atau memberikian kerja bantuan kepada

masyarakat. Konsep tanggung jawab sosial korporat sendiri harus bisa melahirkan

tantangan bagi praktisi public relations. Melalui konsep ini, citra atau reputasi

organisasi harus diikhtiarkan agar tetap terjaga. Disamping itu, melalui kegiatan

communty relations, organisasi bisnis dituntut untuk memainkan peran dalam

mengatasi permasalahan sosial yang dialami satu komunitas.

Community Relations (comrel) menurut jefkins adalah “kelompok orang yang

tinggal disekitar wilayah operasi satu organisasi yang bisa berupa pabrik, area

penambangan, kantor atau bengkel”. Sedangkan bell telephone “komunitas

bukanlagi sekedar kumpulan orang yang tinggal pada lokasi yang sama tapi juga

menunjukan terjadinya interaksi di antara kumpulan orang tersebut. Jadi, selain

karena factor-faktor fisik yakni tinggal di lokasi yang sama, komunitas itu juga bisa

merupakan unit social yang terbentuk lantaran adanya interaksi diantara mereka.

Dengan kata lain mununjuk pada lokalitas saja melainkan juga struktur”(yosal

2004:40)

Hubungan antara komunitas dan organisasi lebih tepat dipandang sebagai relasi

yang dikembangkan untuk membuka ruang bagi terwujudnya tanggungjawab social

organisasi. Kembali meminjam ungkapan jefkin tetangga yang baik tentu berperan

dalam menunjang keberhasilan. Sehingga komunitas disekitar lokasi operasi

organisasi pun demikian pun demikian adanya, akan menunjang keberhasilan satu

organisasi untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. (security by people).

Dan hubungan organisasi bisnis dan masyarakat takbisa di pandang dalam

konteks relasi ekonomi saja, melainkan relkasi social. Sehingga wakil presiden RI

dalam wawancaranya di suatu media “ sudah selayaknya mengalokasikan dana CSR,

bukan sebagai social cost tetapi social invest”


3.2. Bentuk Kemitraan Pada Perusahaan

Dengan bekerjasama lebih erat dengan mitra bisnis, perusahaan dapat

menurunkan kompleksitas dan biaya dan meningkatkan kualitas. Pemilihan pemasok

tidak selalu secara ekslusif melalui penawaran yang kompetitif. Hubungan dengan

aliansi bisnis dan mitra joint venture dan dengan franchisees juga sama pentingnya.

Dalam jangka panjang, membangun hubungan yang baik dapat melahirkan harga yang

adil, harapan jangka panjang atau keberlanjutan dan kualitas yang baik dan

pengiriman yang reliable. Dalam mengadospi praktek bisnis yang bertanggung jawab

secara sosial, semua perusahaan harus menghargai aturan yang relevan dan undang-

undang kompetisi yang sehat.

3.3. Hambatan apa aja yang dilakukan punulis pada pembuatan makalah Faktor

keberhasilan Program Community Relations

3.4. Usaha apa yang dilakukan Penulis untuk melanjutkan pembuatan makalah

Faktor Keberhasilan Community Relations

Citra organisasi

Istilah image atau citra telah dipakai sebagai kata yang popular pada tahun 1950-an

dan akhir-akhir ini dipakai dalam konteks anatara lain: organization image, corporate

image, national image, brnad image, public image, self image, dan sebagainya.

Penggunaaan kata citra cenderung membingungkan artinya bahwa jika ditinjau secara

luas dalam pemakaian. Dalam buku wastu Catra dinyatakan bahwa jika mendirikan
sesuatu harus diperhatikan dua lingkungan masalah, yaitu lingkungan masalah guna

dan lingkungan masalah citra (J.B. Mangunwijaya, 1988 :25). Guna menunjukan pada

keuntungan, pemanfaatan yang diperoleh, pelayanan yang diperoleh, dan lebih dari

itu, punya daya untuk meningkatkan suatu kehidupan. Citra menunjukan pada suatu

gambaran (image), suatu kesan penghayatan yang menangkap arti bagi seseorang.

Citra memang tidak jauh dari guna namun lebih bertingkat spiritual, lebih

menyangkut derajat dan martabat manusia didalamnya. Citra menunjukan tingkat

kebudayaan, sedangkan guna lebih menuding pada segi keterampilan atau kemapuan.

Seperti mesin mobil misalnya, tidak berbeda tugas dengan kuda atau gerobak tetapi

jauh berganda hasil tariknya. Demikian juga rumah bias dipandang suatu alat untuk

mempergandakan hasil proses kehidupan dan kediaman dalam arti hasil proses

produksi dan lain sebagainya. Lebih dari itu, rumah atau bangunan atau sesuatu

wadah lain mempunyai citra, cahaya pantulan jiwa dan cita-cita, merupakan lambing

yang membahasakan segalanya yang manusiawi, keindahan dan keagungan,

kesederhanaan dan kewajaran yang memperteguh hati setiap manusia, atau bahkan

sebaliknya.

3.2. Analisa Deduktif

pembentukan citra suatu perusahaan atau organisasi adalah an image is the sum of

belief, ideas, and impression that the person has of an object. Pembentukan citra ini

sangat tergantung dari persepsi personal terhadap organisasi atau perusahaan. Karena

bersifat persepsi personal maka sangat dimungkinkan persepsi dari seseorang akan

berbeda dengan orang lainnya, hal ini dipengaruhi sudut pandang dan kepentingan

dari personal tersebut. Dalam hal ini persepsi konsumen terhadap citra perusahan atau

seperti kasus pembahasan diatas, secara bersama-sama menentukan pembentukan


citra perusahaan. Sedangkan bila dilakukan pengujian secara partial sangat maka citra

perusahaan ditentukan oleh kehandalan, daya tanggap dan jaminan keamanan

sedangkan empati dan wujud kurang dapat memberikan atau meningkatkan citra yang

tercipta.

Bahwa jasa layanan kontak personal dan lingkungan fisik sangat berpengaruh

terhadap persepsi pelanggan terhadap citra perusahaan. Tatap muka merupakan aturan

penting dalam proses manajemen untuk meningkatkan citra perusahaan. Dari sudut

pandang konsumen tatap muka (kontak fisik) merupakan dimensi yang sangat penting

untuk citra organisasi. Hal terpenting dari kontak fisik ini adalah strategi komunikasi

dari petugas yang didalamnya juga telah tercakup penampilan. Kompetensi dan

perilaku.

Konsumen sering ingin mengetahui proses penyerahan jasa yang ditawarkan, oleh

sebab itu kontak menjadi factor yang sangat penting dalam membentuk persepsi

konsumen terhadap organisasi. Manajemen perusahaan sangat memperhatikan

konteks fisik dan lingkungan fisik dala menciptakan citranya, hal ini dapat dilihat dari

nilai yang diberikan oleh responden untuk kontak fisik (kehandalan, daya tanggap,

dan jaminan kemanan) yang tinggi.

Kehandalan merupakan sutau variabel yang penting dalam peningkatan citra

perusahaan, hal ini membuktikan bahwa perusahaan proaktif dalam menjembatani

kepentingan perusahaan pada satu pihak dan pada pihak lain mampu menampung

aspirasi serta keinginan masyarakat dunia usaha. Berperan aktif dalam menciptakan

iklim usaha yang kondusif dan dinamis. Dapat memberikan pelayanan yang sesuai

dengan prosedur yang dijanjikan dan dapat memberikan informasi yang akurat dan

dapat dipercaya.
Daya tanggap berpengaruh terhadap penciptaan citra perusahaan, untuk mebuktikan

bahwa perusahaan bersedia, siap dan cepat dalam memberikan layanan yang

dibutuhkan pelanggan.

Dan jaminan keamanan atau dapat dipercaya (assurance) berpengaruh dalam

menciptakan citra perusahaan membuktikan bahwa karyawan mempunyai

pengetahuan dan kesopanan, kemampuan untuk menimbulkan kepercayaan dan

keyakinan, selalu bersikap ramah dan sopan, dalam melaksanakan tugasnya. Jujur

dalam meberikan informasi, mampu melakukan komunikasi timbal balik dan selalu

respek akan kepentingan masyarakat dunia usaha dan menampung keluhan untuk

selanjutnya disampaikan kepada pimpinan perusahaan.

Sedangkan empati dan wujud kurang memberikan kontribusi dalam penciptaan citra

perusahaan. Adapun komponen empati ini merupakan variable yang dianggap tidak

berpengaruh adalah mudah dihubungi, pelayanan sesuai dengan jam kerja, dapat

memahami keperluan informasi bagi masyarakat dunia usaha. Sedangkan komponen

wujud adalah fasilitas fisik seperti bangunan kantor, tempat parkir, ruang tunggu

tamu, ruang pertemuan dan kamar kecil yang memadai dan bersih, peralatan dan

perlengkapan kantor dengan komplit dan memadai, penampilan fisik karyawan bersih

dan rapi. Namun ini kurang dapat memberikan kontribusi dikarenakan menurut

persepsi konsumen hal-hal tersebut diatas harus menjadi bagian dasar dalam

penciptaan citra suatu organisasi.


BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

berdasarkan uraian diatas menunjukan bahwa penilaian atau persepsi calon investor

tentang citra dan kualitas pelayanan perusahaan dalam kasus hal ini nike yang terdiri

dari komponen kehandalan, daya tanggap, jaminan keamanan, empati dan berwujud,

secara bersama-sama berpengaruh terhadap citra perusahaan.


Secara parsial menghasilkan citra perusahaan hanya di pengaruhi kehandalan pelayan,

daya tanggap pelayanan dan jaminan keamanan (kepercayaan). Sdangkan empati dan

berwujud tidak berpengaruh secara parsial terhadap citra perusahaan.

4.2. Rekomendasi/Saran

untuk meningkatkan citra perusahaan berdasarkan anilisis empati tidak berpengaruh

secara parsial terhadap citra perusahaan. Oleh sebab itu, perlu adanya penyesuaian

rasa empati yang diberikan dengan kebutuhan investor atau calon investor.

Demikian pula untuk berwujud menunjukan bahwa fasilitas fisik yang disediakan bagi

investor atau calon investor tidak terlalu berpengaruh kepada minat investor untuk

melakukan investasi karena fasilitas fisik yang ditawarkan telah sesuai dengan

keinginan investor, dimasa mendatang fasilitas yang ada perlu ditingkatkan lagi untuk

lebih menarik investor menanamkan modalnya di perusahaan.


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah, yang karena kebesaran-Nya, terselubung dari

pandangan, dan arena kegemilangan dan kekuasaan-Nya dimuliakan atas segala yang

dapat dicapai akal; yang esensi-Nya, karena tiada duanya, tidak sama dengan esensi

para makhluk yang dilahirkan sepanjang waktu. Dialah yang permulaan, yang tak

pernah lenyap, yang kekal dan tak pernah mati. Maha tinggi Dia dari segala

penyaman, penentangan dan pelukisan bentuk. Diantara mereka, Allah telah

menempatkan orang-orang terpilih, unggul saleh; kebaikan Alloh telah datang pada

mereka sejak dini. Karena itu penulis dapat menyelesaikan laporan ini dalam rangka

memenuhi tugas dari penilaian Smemter Pendek.

Meski penyusunan laporan Mata kuliah ini, penulis menyadari bahwa dalam

masih banyak kekurangan-kekurangannya, baik segi pemikiran ataupun penulisannya,

hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.
Akan tetapi hal tersebut tidak menjadikan saya pesimis untuk dapat melangkah lebih

baik lagi.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas ini, banyak mendapat

dorongan, bantuan dan bimbingan yang berharga dari berbagai pihak dan sedikit

banyak mengutip berbagai buku dan tulisan orang lain. Untuk itu, pada kesempatan

ini saya mendapat kesempatan untuk mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada Bapak/ibu yang telah menulis baik berupa buku maupun makalah

atau tulisan lainnya yang telah dijadikan referensi tugas.

Penulis

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas menunjukan Kegiatan community relations salah satu

program public relations sebagai bentuk kemitraan pada perusahaan dalam hal ini

sebagaui tanggung jawab social perusahaan (CSR) yang membentuk pola kemitraan

kepada komunitas yang berada di lokasi perusahaan atau melalui kerjasama dengan

berbagai pihak peningkatan UMKM dan cara pendekatannya terhadap komunitas

lainnya berdasarkan kulitas atau kemampuan masyarakat.

4.2. Rekomendasi/Saran

OUTLINE
Outline diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam kelulusan sidang sarjana
Jurusan Ilmu Komunikasi Fisip Universitas Pasundan

WENDI MAULANA AKHIRUDIN


NRP 012050115

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2007

Anda mungkin juga menyukai