PENDAHULUAN
Oleh karena banyaknya ragam bahan yang difiltrasi dan bermacam kondisi
operasi, jenis filter pun dapat dimodifikasi. Filtrasi sering diterapkan pada proses-
proses biologis seperti memisahkan ekstrak juice atau memisahkan
mikroorganisme dari medium fermentasinya. Pada proses-proses pemisahan yang
sulit, proses filtrasi konvesional harus didukung dengan teknologi lain agar filtrasi
lebih praktis, cepat, dan kualitas produk tidak terdegradasi.
Kebanyakan filter industri merupakan filter tekanan atau filter vakum. Alat
tersebut dapat dijalankan secara batch atau kontinu, bergantung pada cara
mengeluarkan zat padatnya. Jika filtrasi dijalankan secara batch alat harus
dibongkar untuk pengambilan cake kemudian dipasang kembali, sehingga
diperlukan waktu untuk bongkar pasang sedangkan pada proses kontinu
pengambilan cake dilakukan secara terus menerus dan memerlukan waktu operasi
yang lebih cepat.
Pada praktikum ini digunakan press filter berupa plate and frame filter
press. Filter terdiri atas plate and frame yang tersusun secara selang-seling. Plate
terpisah dari frame dengan suatu filter cloth. Pressing dilakukan untuk
mendapatkan posisi plate dan frame yang sesuai dan dikerjakan dengan putaran
manual dan putaran hidrolik. Slurry dimasukkan melalui lubang-lubang frame dan
filtrat mengalir melalui cloth ditiap sisi sehingga 2 produk (slurry dan cake)
terbentuk secara simultan di tiap ruang penyaringan.
1. Filtration
Pemisahan dapat dilakukan karena adanya media filtrasi seperti kain, kanvas,
pasir. Pemilihan media filtrasi didasarkan atas :
a. Jumlah padatan yang dipisahkan
b. Tipe padatan
c. Viskositas dari fluida
2. Settling and sedimentation
Pada settling and sedimantation, partikel dipisahkan dari fluida dengan adanya
perbedaan gaya gravitasi dan densitas dari partikel tersebut.
3. Centrifugal settling and sedimentation
Proses pemisahan partikel dari fluida karena adanya gaya sentrifugal pada
berbagai ukuran dan densitas fluida.
4. Centrifugal filtration
Proses pemisahan yang dilakukan dengan filtrasi tetapi gaya sentrifugal yang
digunakan menyebabkan perbedaan tekanan dapat diabaikan.
5. Mechanical size reduction and separation
Pemisahan dilakukan dengan cara mengubah diameter partikel, kemudian
dipisahkan dengan ayakan.
2. Filtrasi kontinu
Proses filtrasi secara kontinu banyak diterapkan pada industri kimia. Analisis
operasi filtrasi ini dibagi dalam 3 tahap, yaitu :
a. Pembentukan cake,
b. Pencucian cake untuk membuang larutan
c. Pelepasan cake dari filter.
Jenis lain adalah rotary vacuum filter. Filter jenis ini banyak digunakan
pada industri skala besar dikarenakan dapat menangani padatan yang sulit difilter,
dan banyak dilengkapi sarana otomatis sehingga tenaga manual yang dibutuhkan
tidak banyak. Pada Gambar 1.2 dapat dilihat bentuk dari filter jenis ini. Filter ini
dilengkapi drum yang terus berputar. Tekanan di luar drum adalah tekanan
atmosferik, tetapi di dalam drum mendekati vakum. Drum ini dimasukkan ke
dalam cairan yang mengandung suspensi padatan yang akan difilter, lalu drum
diputar dengan kecepatan rendah selama operasi. Cairan tertarik melewati filter
cloth karena tekanan vakum, sedangkan padatan akan tertinggal di permukaan
luar drum membentuk cake. Jika cake akan diambil dari drum, putaran drum
dihentikan, drum dikeluarkan dari fasa cair, cake dicuci, dikeringkan, dan
kemudian diambil. Pengambilan padatan dari drum dilakukan dengan sejenis
pisau yang juga bermcam-macam jenis dan disainnya bergantung jenis cake.
Gambar 1.2 Rotary Vacuum Filter
(sumber : www.numna.com)
1. Media primer
Yaitu filter pembantu dapat berupa kain, kanvas, kertas saring .
2. Media sekunder
Yaitu medium filter yang sesungguhnya, yang terbentuk karena adanya
padatan-padatan yang tertahan oleh medium filter primer.
1. Pressure filtration
Merupakan filtrasi yang dilakukan dengan prinsip penekanan. Bentuk alat
tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.3.
2. Gravity filtration
Merupakan filtrasi yang menggunakan gaya gravitasi untuk mengalirkan
cairan.
3. Vacuum filtration
Merupakan filtrasi yang dilakukan dengan prinsip hampa udara untuk
mengalirkan cairan. Alat filtrasi dengan prinsip hampa udara dapat dilihat pada
Gambar 1.4. Filter ini dilengkapi drum yang terus berputar. Tekanan di luar drum
adalah tekanan atmosferik, tetapi di dalam drum mendekati vakum. Drum ini
dimasukkan ke dalam cairan yang mengandung suspensi padatan yang akan
difilter, lalu drum diputar dengan kecepatan rendah selama operasi. Cairan tertarik
melewati filter cloth karena tekanan vakum, sedangkan padatan akan tertinggal di
permukaan luar drum membentuk cake pada proses.
Jika cake akan diambil dari drum, putaran drum dihentikan, drum
dikeluarkan dari fasa cair, cake dicuci, dikeringkan, dan kemudian diambil.
Pengambilan padatan dari drum dilakukan dengan sejenis pisau yang juga
bermcam-macam jenis dan disainnya bergantung jenis cake.
1. Harus dapat menahan zat padat yang akan disaring dan menghasilkan filtrat
yang cukup jernih.
2. Tidak mudah tersumbat
3. Harus tahan secara kimia kuat secara fisik dalam kondisi proses.
4. Harus memungkinkan penumpukan ampas dan pengeluaran ampas secara total
dan bersih
5. Tidak boleh terlalu mahal (Mc. Cabe, 1993)
Dalam industri medium filter yang banyak dipakai adalah kain kanvas.
Masing-masing jenis kanvas dengan ketebalan dan pola anyaman tertentu juga
memiliki kegunaan tertentu. Untuk zat cair yang bersifat korosi digunakan
medium filter seperti kain wol, tenunan logam monel atau baja tahan karat,
tenunan gelas, atau kertas. Kain sintesis seperti nilon, polipropilena, dacron juga
tahan secara kimia.
Berdasarkan kompressibilitasnya, cake dapat dibedakan menjadi
Compressible cake dan Non-compressible cake.
1. Compressible cake
Compressible cake adalah cake yang mengalami perubahan struktur karena
adanya tekanan, sehingga ruang kosong dalam cake semakin kecil, akibatnya
penahanan semakin besar dan filtrasi semakin sulit dilakukan. Nilai koefisien
kompresibilitas (s) untuk cake jenis ini adalah 0,1 < s < 0,8. Untuk mengestimasi
efek faktor kompresibilitas, diasumsikan resistansi spesifik α adalah fungsi dari
ΔP menurut hubungan:
α = α '(ΔP)s (1)
(Geankoplis,1993)
Nilai α’ dan s mudah ditentukan dengan memplot log α terhadap log ΔP. Jika nilai
s besar umpan harus dipretreatment dengan penambahan filter aid.
Umpan Filter
cake
P1
Media
filtrasi
P2
dL
Aliran fluida dalam media porous berbeda dengan aliran fluida melalui pipa
biasa. Dalam media porous, fluida akan mengalir melalui rongga-rongga diantara
partikel padatan sehingga perlu faktor koreksi untuk faktor friksi untuk aliran
fluida dalam media porous.
1. Bilangan Reynolds
Dihitung berdasarkan diameter partikel ditambah faktor FRe
ρ .v . DP
Re = . FRe (2)
μ
2. Faktor Friksi
Faktor Friksi dalam perhitungan ditambah faktor Ff sehingga persamaan :
v 2 . L . f . Ff
L wf = (3)
2 . gc . Dp
2 . gc . Dp . L wf
f =
L . v 2 . Ff
2 . gc . Dp . ( - ΔP) . f
f = (4)
L . v 2 . Ff . P
Sumber: Geancoupis,C.J(1983)
Hubungan antara L dan V diperoleh dari neracaa massa padatan :
( v + L . A . X ) ρ.x
( 1 - X ) L . A . ρs = (5)
( 1 - x)
v .ρ . x
L=
A [ ρs ( 1 - x ) ( 1 - X ) - ρ . X . x ]
(6)
64
f =
Re
32 . L . v . μ . Ff
( - Δp) f =
gc . Dp 2 . FRe
( - Δp) f = ρ . L wf
gc . Dp 2 . FRe ρ . L wf
V= [ ] [ ]
32 . Ff L.μ
K ( - Δp c )
V=
L .μ
1 dV K ( - Δp c )
= (7)
A dt L.μ
Sumber:Reklaitis.G.V.(1976)
1 dV K . A[ps ( 1 - x ) . ( 1 - X ) - ρ . X . x] ( - Δp c )
=
A dt μ .V .ρ.x
dV K . A 2 [ps ( 1 - x ) . ( 1 - X ) - ρ . X . x] ( - Δp c )
=
dt μ . V .ρ .x
μ .ρ .x
CV = (8)
2K [ps ( 1 - x ) . ( 1 - X ) - ρ . X . x]
dV A 2 . ( - Δp C )
= (9)
dt 2 . CV . V
Pada persamaan (9), (-Δp c ) adalah tekanan sisi masuk cake dikurangi
tekanan sisi keluar cake. Pada kenyataannya, tekanan pada titik-titik tersebut tidak
dapat diukur. Yang dapat diukur adalah selisih tekanan slurry saat akan masuk
dan saat akan keluar dari filter. Jadi, tahanannya bukan dari cake saja, tetapi juga
tahanan yang ditimbulkan oleh saluran-saluran dalam filter dan media penyaring
primer. Jika tahanan tambahan ini dinyatakan dalam volume equivalent (Ve),
2
maka besarnya adalah = (2 . C V . Ve) A , sehingga persamaan (9) menjadi :
dV A 2 . ( - Δp C )
= (10)
dt 2 . C V . ( V + Ve )
dtf 2 . C V . ( V + Ve)
=
dV A 2 . (-Δp C )
dtf 2 . CV 2 . CV
= 2 .V + 2 . Ve (11)
dV A . (-Δp C ) A . (-Δp C )
Δtf 2 . CV 2 . CV
= 2 .V + 2 . Ve
ΔV A . (-Δp C ) A . (-Δp C )
(12)
dengan anggapan pressure drop cukup rendah dan harganya konstan maka Cv
konstan, Ve konstan dan persamaan berupa garis lurus. Dengan mencatat waktu
filtrasi pada setiap volume filtrat tertampung ((∆ V) konstan) maka bisa
diperoleh hubungan antara ∆ t/∆ V dengan V sehingga dengan metoda Least
Square dapat dihitung haraga Cv dan Ve seperti gambar berikut :
ts = tf + tw + tp (13)
dtf
tf = [ ] . Vw (14)
dV akhir
2 . CV 2 . CV
ts = 2 . ( V 2 + 2V. Ve ) + 2 . ( V . Vw + Ve ) + tp
A . (-Δp) A . (- Δp)
Vw = K . V
(15)
CV
ts = 2 [( 1 + 2K ) V 2 + 2( 1 + K ) V. Ve] + tp
A . (- Δp)
(16)
a ( ts/V )
=0
dV
ts CV tp
= 2 [( 1 + 2K ) V + 2( 1 + K ) Ve] +
V A . (- Δp) V
Diperoleh :
A 2 .( - ΔP) tp
Vopt = .
CV ( 1 + 2K )
(17)
CV
ts opt = 2 [( 1 + 2K ) Vopt 2 + 2( 1 + K ) Vopt . Ve] + tp
A . (- Δp)
(18)
CS . A . h S = C W . A . h W
CS . h S = C W . h W
C W = C S . (h S h W ) (19)
b. Pengenceran berulang
C S) → C S1 → C S2 →
Bila hs = 2 hs0
C s1 = 1 2 C S0
C s 2 = 1 4 C S0 = 1 2 C S1
C s n = (1 2) n C S0 , dimana n = 2x (20)
C S0 hs
CW = n . (21)
2 hW
Pada filtrasi batch laju alir cairan yang akan difiltrasi dapat disusun
menjadi:
dV
v = A dt (22)
k1 µ v (1 − ε ) 2 S 0
2
− ∆Pc
=
L ε3
(23)
k1 = konstanta (4,17)
L A (1-ε) ρp = Cs (V +ε L A) (24)
(Mc.cabe,1993)
− ∆Pc − ∆Pc
dV
= k (1 − ε ) S 0
2
µ C s V = µ Cs V
A dt α
ρp ε A 3
A
(25)
dimana nilai α adalah besarnya tahanan yang dihasilkan karena terjadi tumpukan
cake.
k (1 − ε ) S 0
2
α= (26)
ρp ε 3
untuk tahanan pada media filtrasi (Rm) dapat dianalogkan persamaan (25),
sehingga :
dV − ∆Pc
=
A dt µ Rm
(27)
− ∆P
dV
A dt
= µ α C s V + Rm (28)
A
− ∆P
dV
= µα C s (29)
A dt (V +Ve )
A
Dari persamaan (8) kita dapat menentukan persamaan dasar untuk filtrasi pada
proses batch dengan kondisi tekanan konstan, yaitu :
dt µα Cs µ
= 2 V + Rm
dV A (−∆P ) A ( −∆P )
(30)
dt
= Kp V + B (31)
dV
µα Cs
Kp = (32)
A 2 ( −∆P )
µRm
B = A ( −∆P ) (33)
Slope = Kp/2
t/V
Intercept = B
dt
= Kp V + B
dV
∫ t0 dt = ∫V0 (Kp V + B ) dV
t = Kp/2 V2 + BV (34)
waktu bongkar pasang biasanya ± 20 menit dan waktu pencucian dihitung dengan
rumus:
10 % V f
Waktu pencucian = (35)
laju pencucian
1
Laju pencucian = 4 Kp V + B (36)
f
ρCx
W = Cs V = V (37)
1 −mCx
a. Menentukan Cv dan Ve
Persamaan yang digunakan :
Δtf 2 . CV 2 . CV
= 2 .V + 2 . Ve (38)
ΔV A . (-Δp C ) A . (-Δp C )
Δtf - 3 tf i + (4 tf i +1 ) - (tf i + 2 )
[ ]i = (41)
ΔV 2 ΔV
hs
C W = C S0
hW
Dengan membuat grafik hubungan antara CW dan VW, maka harga VW dapat
dicari yaitu pada saat VW mencapai keadaan konstan atau mendekati konstan
dimana pada saat kurva CW Vs VW mendatar. Grafik hubungan CW Vs VW
dapat ditunjukkan oleh gambar berikut :
Gambar 1.8 Grafik hubungan CW Vs VW untuk penentuan VW opt
A 2 .( - ΔP) tp
Vopt = . (42)
CV ( 1 + 2K )
Vw opt
Dengan K = , maka :
V
CV
ts opt = 2 [( 1 + 2K ) Vopt 2 + 2( 1 + K ) Vopt . Ve] + tp
A . (- Δp)
(43)
1.5 Hipotesis
Operasi filtrasi dengan plate and frame filter press pada pressure drop
konstan akan mengikuti persamaan non compressible cake :
dtf 2 . CV 2 . CV
= 2 .V + 2 . Ve
dV A . (- Δp) A . (- Δp)
Harga ∆ tf/∆ V dapat didekati dengan ∆ tf/∆ V, sehingga grafik hubungan antara
∆ tf/∆ V dengan V adalah linear. Harga CV dan Ve dapat ditentukan dari slope
dan intersep dari persamaan garis yang diperoleh, maka waktu yang diperlukan
untuk filtrasi semakin lama. Hubungan CW dan VW diharapkan berupa kurva
lengkung ke bawah, dan akhirnya konstan, sehingga harga VW dapat dicari.
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
Keterangan Gambar :
1. Tangki pencuci 4. Kran 7. a. Frame
2. Tangki umpan 5. Pompa b. Plate
3. Pengaduk 6. Manometer 8. Gelas ukur
4. Percobaan :
Slurry CaCO3 dimasukkan dalam tangki umpan, kran umpan dibuka,
pressure drop dijaga konstan dengan mengatur kran recycle. Tekanan
yang digunakan adalah 1 bar. Lalu, Filtrate ditampung setiap 200 cm3
dicatat waktunya. Filtrasi dihentikan setelah tidak ada lagi filtrat keluar.
5. Pencucian :
Kran air pencuci dibuka dan air pencuci yang keluar ditampung. Setiap
200 cm3 diambil sampelnya untuk ditentukan konsentrasinya. Pencucian
dihentikan bila warna air cucian relatif konstan.
6. Bongkar pasang
Plate and frame filter press dibongkar untuk membersihkannya dari cake
dan kotoran, dan filter cloth dicuci. Kemudian alat filtrasi dipasang lagi
untuk operasi selanjutnya. Waktu bongkar pasang di catat.
Untuk massa CaCO3 100 gram dengan tekanan 1 bar, nilai tahanan
media filtrasi (Rm) yang diperoleh adalah 1,26 x 104 m-1 dan nilai
tahanan ampas (α) yang diperoleh adalah 13,191 m/kg.
Gambar 3.2 Grafik hubungan konsentrasi air pencuci (Cw) dan
volume air pencuci (Vw)
Dari gambar 3.2 dapat dilihat bahwa semakin besar volume air
pencuci (Vw) maka nilai konsentrasi air pencuci (Cw) semakin turun
hingga menuju nilai konstan. Hal tersebut disebabkan karena semakin
besar volume semakin berkurang kepekatan warna
larutan.Berdasarkan perhitungan, grafik diatas memiliki Vopt 2166,87
cm3 dan tsopt9,47 menit. Vopt dan tsopt merupakan volume optimum dan
waktu optimum yang terjadi pada proses filtrasi. Tsopt terdiri dari
jumlah waktu proses, waktu pencucian dan waktu bongkar pasang
(Tim Penyusun, 2010)
Untuk massa CaCO3 150 gram dengan tekanan 1 bar, nilai tahanan
media filtrasi (Rm) yang diperoleh adalah 25,38 x 105 m-1 dan nilai
tahanan ampas (α) yang diperoleh adalah 17,36 m/kg.
Gambar 3.4 Grafik hubungan konsentrasi air pencuci (Cw) dan
volume air pencuci (Vw)
Dari gambar 3.4 dapat dilihat bahwa semakin besar volume air
pencuci (Vw) maka nilai konsentrasi air pencuci (Cw) semakin turun
hingga menuju nilai konstan. Hal tersebut disebabkan karena semakin
besar volume semakin berkurang kepekatan warna larutan.
Berdasarkan perhitungan, grafik diatas memiliki Vopt 2166,87 cm3 dan
tsopt 9,47 menit. Vopt dan tsopt merupakan volume optimum dan waktu
optimum yang terjadi pada proses filtrasi. Tsopt terdiri dari jumlah
waktu proses, waktu pencucian dan waktu bongkar pasang.
c. Massa CaCO3 = 100 gr dan P = 1,4 bar
Untuk massa CaCO3 100 gram dengan tekanan 1.4 bar, nilai
tahanan media filtrasi (Rm) yang diperoleh adalah 6,32 x 105 m-1 dan
nilai tahanan ampas (α) yang diperoleh adalah 18,469 m/kg.
Gambar 3.6 Grafik hubungan konsentrasi air pencuci (Cw) dan
volume air pencuci (Vw)
Dari gambar 3.6 dapat dilihat bahwa semakin besar volume air
pencuci (Vw) maka nilai konsentrasi air pencuci (Cw) semakin turun
hingga menuju nilai konstan. Hal tersebut disebabkan karena semakin
besar volume semakin berkurang kepekatan warna larutan.
Berdasarkan perhitungan, grafik diatas memiliki Vopt 2166,87 cm3 dan
tsopt 9,47 menit. Vopt dan tsopt merupakan volume optimum dan waktu
optimum yang terjadi pada proses filtrasi. Tsopt terdiri dari jumlah
waktu proses, waktu pencucian dan waktu bongkar pasang.
d. Massa CaCO3 = 150 gr dan P = 1,4 bar
Untuk massa CaCO3 150 gram dengan tekanan 1.4 bar, nilai tahanan
media filtrasi (Rm) yang diperoleh adalah 48,768 x 105 m-1 dan nilai
tahanan ampas (α) yang diperoleh adalah 24,309 m/kg.
Gambar 3.8 Grafik hubungan konsentrasi air pencuci (Cw) dan
volume air pencuci (Vw)
Dari gambar 3.8 dapat dilihat bahwa semakin besar volume air
pencuci (Vw) maka nilai konsentrasi air pencuci (Cw) semakin turun
hingga menuju nilai konstan. Hal tersebut disebabkan karena semakin
besar volume semakin berkurang kepekatan warna larutan.
Berdasarkan perhitungan, grafik diatas memiliki Vopt 2166,87 cm3 dan
tsopt 9,47 menit. Vopt dan tsopt merupakan volume optimum dan waktu
optimum yang terjadi pada proses filtrasi. Tsopt terdiri dari jumlah
waktu proses, waktu pencucian dan waktu bongkar pasang.
e. Massa CaCO3 = 100 gr pada P = 1 bar dan 1,4 bar
3.2 Pembahasan
Dari grafik 3.9 dapat dilihat bahwa semakin banyak massa CaCO3
(konsentrasi slurry semakin tinggi) dengan tekanan yang sama , maka
diperoleh nilai Δtf/ΔV naik. Hal ini diperoleh karena semakin banyak
massa CaCO3 maka semakin banyak juga cake yang tertahan di plate
filtrasi sehingga waktu filtrasi semakin lama dan menyebabkan Δtf/ΔV
semakin naik seiring bertambahnya volume filtrat tertampung yang
ditunjukan dengan grafik yang linier.
Dari grafik 3.10 dapat dilihat bahwa semakin tinggi tekanan operasi
maka semakin kecil nilai Δtf/ΔV nya. Hal ini dikarenakan semakin tinggi
tekanan operasi pada proses filtrasi maka semakin banyak padatan yang
membentuk cake pada filter sehingga menyebabkan penyumbatan pada
plate filtrasi yang ditandai dengan semakin lamanya waktu yang
diperlukan untuk menampung filratnya sehingga diperoleh Δtf/ΔV
semakin kecil.
4.1 KESIMPULAN
4.2 SARAN
Keterangan pengolahan data Tabel 3.1, 3.3, 3.5 dan Tabel 3.7:
Data dibagi menjadi tiga kelompok data yaitu data awal dari nomor 1 – 13 , data
tengah dari no 14-27, dan data akhir nomor 27-39.
y = 1E-04x - 0,25223
Slope = 9 ×10 −6
Intersep =0,0003
( − ∆p ) = 1 bar = 1 ×10 5 Pa
CV = =
(
Slope x A 2 .( - ∆P ) 9 .10 -6. ( 0,28 ) (100000 )
2
= 0,03528
)
2 2
2CV
int ersep = Ve = slope ×Ve
A ( − ∆p )
2
Dengan data di atas, maka didapatkan nilai volume optimal (Vopt) dan nilai
waktu siklus optimum (ts opt) :
Vopt =
A 2 .( - ∆P )
.
tp
=
( 0,28 ) 2 (1.10 5 ) . 65,5
= 2166,87 m 3
CV (1 + 2K ) 0,03528 (1 + 2(1,05 ) )
Dan
CV
[(1 + 2K )Vopt + 2(1 + K )Vopt . Ve] + tp
2
ts opt =
A . (- ∆p)
2
0,03528
[(1 + 2(1,05 ) )( 2166 ,87 ) + 2(1 +1,05 )( 2166 ,87 ). 33,33] + 65,5
2
ts opt =
( 0,28 ) 2 5
. (1.10 )
B (Intercept) = 0.0003
Maka nilai tahanan media filtrasi (Rm) dan tahanan ampas (α) adalah :
Kp A 2 ( ∆P )
α =
µCs
= 13,191 m/kg
B A ( ∆P )
Rm =
µ
DAFTAR PUSTAKA
Coulson,J.M. and Richardson, J.F,1989,”An Introduction to Chemical
Engineering Design”, vol.6 pp.765-771.