Jiwa adalah Gerakan | 59
aktif. Platon memberikan alegori goa (Politeia 514a-517a)
untuk memberikan visinya guna menekankan bahwa jiwa
juga aétif melepaskan diri dari kungkungan lingkungan
sekitarnya, yang tidak lain adalah konyektur dan doxa*®
fopini).
Dunia lingkungan sehati-hari diumpamakan seperti
goa di bawah tanah. Manusia-manusia terpenjara hidup
di dalamnya, di mana di dinding goa terlihat pantulan
Bayang-bayang akibat api unggun yang bernyala-nyala di
belakang mereka. Karena terantai dan tak bisa menengok
kanan, kiri atau belakang, manusia-manusia itu percaya
wa bayang-bayang di dinding adalah realitas sebenarnya.
mpai suatu saat ada satu yang berhasil membebaskan
diri, dan menengok ke belakang untuk melihat bahwa
realitas lebih riil daripada bayang-bayang pantulan di
inding goa. Bila manusia bebas ini mau berusaha lebih
ras, menaiki tangga terjal untuk pergi ke luar dari goa,
ka ia akan mendapatkan pengetahuan lebih rill lagi.
jula-mula ia akan melihat bayang-bayang benda-benda
g terpancul di permukaan air di luar goa, kemudian
akan melihat benda-bendanya sendiri yang jauh lebih
dah.
Empat tataran pengetahuan dikemukakan Platon di
. Pengetahuan pertama yang hanya melandaskan diri
bayang-bayang adalah pengetahuan konyektural (hanya
-dugaan belaka, gugon thon). Ketika orang melihac
nda riilnya (namun masih di dalam goa), pengetahuan
driawi di sini juga hanya masih berkubang di tingkat
ini (doxa) atau kepercayaan (pistis). Bila ia mau bersusah60 | Arer& Hipur Suxses Menurut PLaTon
payah, ia nantinya akan mencapai pengetahuan tentang hal
sejati (yaitu pengetahuan moetik). Meski itu tidak mudah,
karena sebelum bisa sampai ke noetik, orang harus melihat
dulu bayang-bayangnya, simbol untuk pengetahuan analitis
dan matematis — karena objek matematis merupakan
bayangan dari idea. Dengan demikian, pada level indriawi
(di dalam goa), atas dasar objek indriawi yang ia lihat
(bayang-bayang atau benda riilnya) manusia memang
memiliki sejenis pengertian tetapi hanya dalam arti
konyektur dan doxa. Sedangkan pada level di luar goa
(tingkat intelligible), manusia bisa mencapai pengetahuan
rasional, yang bisa dipilah lagi menjadi dua tahapan:
rasional diskursif-analitis (matematis) dan pengetahuan
rasional intuitif-noetik (berdasarkan idea).
Umpamakan kita berhadapan dengan kasus Bank
Century yang sedang ramai diperbincangkan. Pada level
terendah, sumber informasi yang kita miliki sebagai awam
hanyalah informasi berdasarkan “dengar-dengar” atau
“katanya si ini begini, katanya si itu begitu”. Bila atas
dasar informasi yang sifatnya “bayang-bayang” seperti ini
kita lalu membuat analisa, maka level pengetahuan yang
dihasilkan tak pelak lagi hanyalah duga-dugaan (konyektur)
belaka. Orang yang malas mencari tahu akan sangat
percaya pada konyekcurnya, seolah-oleh itulah kebenaran.
Namun bila kita mau bersusah payah sedikit, kita bisa
meningkatkan pengetahuan atas kasus Bank Century.
Pembuatan Panitia Khusus yang menyelidiki kasus ini
dan pemanggilan pejabat-pejabat yang diduga terlibat
akan membantu mengerti masalah ini dengan lebih baik.