Anda di halaman 1dari 3

Dorongan yang keliru yang menghambat penggunaan

sumber daya alam secara berkelanjutan


Sumber daya alam memberikan kontribusi yang besar
kepada PDB Indonesiadan anggaran belanja Pemerintah.
Sektor pertanian, kehutanan, danpertambangan
menyumbang sekitar 25% PDB Indonesia dan sekitar 30%
dariseluruh penerimaan anggaran Pemerintah (pada tahun
2005, pajakpenghasilan atas migas mencapai 7% dari
pendapatan, dan penerimaanbukan pajak atas pendatan
sumber daya alam mencapai 22% dari pendapatannegara).
Namun, kebijakan makro ekonomi Indonesia (kebijakan
pendapatanpajak dan bukan pajak serta pola perimbangan
keuangan) tampaknyamendorong terjadinya pengurasan
sumber daya akibat penggunaan yangterus-menerus karena
melalui kebijakan-kebijakan ini pemerintahkabupaten,
berdasarkan pendapatan sumber daya dan bukan kinerja
ataukepengurusan, tidak memperoleh pendapatan pajak
yang memadai dari usahakehutanan dan perikanan (yang
terkait dengan sumber daya lain), dantidak mengizinkan
diberikannya sumbangan amal oleh individu atau
badanusaha.

Kesenjanganantara kebijakan dan praktek setelah


desentralisasi dapat memperlambatperbaikan yang
signifikan pada kualitas lingkungan
Di bawah sistem desentralisasi, kini sedang diujicoba
sampai sejauhmana pemerintah daerah merasa terikat oleh
garis kebijakan nasional;pelayanan sipil tidak lagi
merupakan bagian dari rantai komandoterpadu, badan-
badan regulator di banyak provinsi dan kabupaten
kiniberada langsung di bawah perintah gubernur atau bupati
yang seringkalijuga menjadi penyokong proyek-proyek atau
kegiatan-kegiatan yang harusdiatur. Meskipun adanya
investasi yang besar pada kebijakan lingkungandan
pengembangan kepegawaian, pelaksanaan peraturan dan
prosedur dilapangan masih buruk. Masalah-masalah ini tidak
mungkin dapat diatasidi bawah sistem desentralisasi kecuali
jika pendekatan yang lebihefektif dapat dikembangkan.

Banyak provinsi dan kabupaten membuat penafsiran-


penafsiran barumengenai peraturan yang ada, atau
berupaya mencari prosedur peraturanyang seluruhnya baru.
Meskipun sebagian inovasi ini memperkuatpengendalian
lingkungan, namun sebagian besar malah
mengendurkanpengendalian atau bahkan mengabaikan
seluruh standar nasional.

Persepsi masyarakat tentang masalah lingkungan dan


prioritas pembangunan Pemerintah
Kesadaran masyarakat penting dalam upaya mengatasi
masalah lingkungandi Indonesia, dari risiko bencana alam
sampai konservasi biodiversitas.Warga masyarakat yang
terinformasi dan sadar dapat mengambil tindakanuntuk
mengatasi masalah-masalah lingkungan dan dapat
membentuk kelompokuntuk peningkatan upaya penanganan
di tingkat politik maupun pemerintahdaerah. Namun, di
tingkat yang lebih luas, nilai-nilai lingkungan belumtertanam
dengan kuat pada masyarakat
sehingga mereka kurang
menghargaisumber daya alam
dan pelayanan lingkungan. Partisipasi dan suara
dalampengambilan keputusan merupakan unsur penting
dalam penyelenggaraanyang baik. Bencana-bencana
lingkungan yang baru-baru ini terjadi(banjir, lumpur,
kebakaran, erosi) memang telah mendorong perhatianyang
lebih besar kepada masalah lingkungan, namun pengkajian
lebihlanjut mengenai pengetahuan, sikap dan praktek masih
perlu dilakukanuntuk mengetahui sampai sejauh mana
pemahaman ini mencapai masyarakatdi luar pusat-pusat
perkotaan, dan apa saja sarana yang paling cocokuntuk
membangun di atas kesadaran dasar ini.

Manfaat sosial, lingkungan dan ekonomi, risiko dan


biaya langkah-langkah alternatif pembangunan
Di Indonesia, kebijakan energi, praktek sektor kehutanan
dan masalahperubahan iklim saling berhubungan erat.
Bahan bakar fosil mendominasikonsumsi energi di
Indonesia, di daerah pedesaan maupun perkotaan,
danIndonesia secara bertahap sedang meningkatkan
penggunaan energi yangdihasilkan oleh batu bara (sekitar
40% pada tahun 2002). Indonesia jugamerupakan penghasil
gas rumah kaca terbesar ketiga di dunia, yangmemproduksi
80% gas rumah kaca dari perubahan penggunaan lahan
selainpenebangan hutan dan kebakaran hutan/gambut.

Kebijakan energinasional mendorong peningkatan


pemanfaatan sumber energi yang dapatdiperbaharui
termasuk biomassa, panas bumi dan tenaga air. Pada
saatyang sama, Pemerintah merencanakan pemanfaatan
batu bara berskala besaruntuk mengurangi ketergantungan
Indonesia pada impor minyak.Peningkatan pemanfaatan
batu bara dapat menimbulkan dampak lingkungannegatif
yang signifikan terkait dengan kandungan sulfur yang tinggi
dandampak potensial terhadap hutan akibat pembukaan
lahan. Solusi energialternatif diperlukan bagi daerah-daerah
yang lebih terpencil denganharga yang sesuai dan
dukungan sektor publik.

Anda mungkin juga menyukai