Anda di halaman 1dari 49

TUGAS TENGAH SEMESTER

SOAL

1. Pengertian dasar hokum,tujuan, dan manfaat pendidikan kewarganegaraan serta bandingkan


konsepsi kewarganegaraan akan berbagai Negara menurut para ahli
2. Jelaskan konsepsi Hak dan Kewajiban, dan jenis-jenis Hak dan Kewajiban yang diatur dalam
perundang-undangan
3. Jelaskan pengertian demokrasi,prinsip demokrasi,perkembangan demokrasi diberbagai
Negara dan di Indonesia dan bagaimana penerapannya
4. Jelaskan pengertian HAM dan kewajiban HAM menurut para ahli,instrument-instrumen
HAM internasional dan regional yang berlaku saat ini, bentuk-bentuk dan cara penyelesaian
pelanggaran HAM menurut para ahli
5. Jelaskan cirri-ciri Negara hokum dan teori-teori konstitusi dan cara merubah konstitusi
6. Jelaskan jenis dan fungsi lembaga-lembaga Negara setelah empat kali amandemen UUD’45
7. Jelaskan pengertian dasar hukum dan manfaat wawasan nasional bagi Negara
8. Jelaskan konsepsi geo-politik dan geo-strategi menurut para ahli dan teori-teori wawasan
menurut para ahli dan penerapannya sejak perang dunia I,II, dan perang dingin
9. Jelaskan mengenai yang menjadi wadah dan isi tata laku wawasan Indonesia
10. Jelaskan perkembangan wilayah RI sebelum dan sesudah kemerdekaan

JAWAB

1. Dasar hokum pendidikan kewarganegaraan yaitu untuk dapat hidup berguna dan bermakna bagi
Negara dan bangsanya,serta mampu mengantisipasi perkembangan dan perubahan masa
depannya, untuk itu di perlukan penguasaan ilmu pengetahuan,teknologi dan seni (IPTEKS)
yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan,nilai-nilai moral,nilai kemanusiaan dan nilai-nilai
budaya bangsa.Nilai-nilai dasar tersebut berperan sebagai panduan dan pegangan hidup setiap
warganegara dalam kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara.
Tujuan utama pendidikan kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dan
kesadaran bernegara,serta membentuk sikap dan perilaku cinta tanah air yang bersendikan
kebudayaan dan filsafat bangsa pancasila. Sebagai suatu
perbandingan,di berbagai Negara juga dikembangkan materi pendidikan umum (general
education/humanities) sebagai perbekalan dan perilaku warganegaranya.
a. Amerika serikat :history,humanity dan philoshopy
b. Jepang : Japanese history,ethies, dan philosophy
c. Filipina : phipino,family planning,taxation and land reform,the philipine new
constitution dan study of human rights

Diberbagai Negara dikembangkan pula bidang studi yang sejenis dengan pendidikan
kewarganegaraan,yaitu yang dikenal dengan CIVICS EDUCATION.

2. Syarat-syarat utama berdirinya suatu Negara merdeka adalah harus ada wilayah tertentu,ada
rakyat yang tetap dan ada pemerintahan yang berdaulat.Ketiga syarat ini merupakan kesatuan
yang tak dapat dipisahkan,tidak mungkin suatu Negara berdiri tanpa wilayah dan rakyat yang
tetap,namun bila Negara itu tidak memiliki pemerintahaan yang berdaulat secara nasional,maka
Negara itu belum dapat disebut sebagai Negara merdeka.Warganegara adalah rakyat yang
menetap disuatu wilayah dan rakyat tertentu dalam hubungannya dengan Negara.
Pasal-pasal UUD’45 yang menetapkan hak dan kewajiban warganegara mencakup pasal-pasal
27,28,28,30,31,33 dan 34.
a. Pasal 27 ayat (1) ” menetapkan hak warganegara yang sama dalam hokum dan
pemerintahaan,serta kewajiban untuk menjunjung hokum dan pemerintahan”
b. Pasal 27 ayat (2) “ menetapkan hak warganegara atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan”
c. Pasal 27 ayat (3) “dalam perubahan kedua UUD’45 menetapkan hak dan kewajiban
warganegara untuk ikut serta dalam upaya pembelaan Negara”
d. Pasal 28 menetapkan hak kemerdekaan warganegara untuk
berserikat,berkumpul,mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan
e. Pasal 29 ayat (2) “ menyebutkan adanya hak kemerdekaan untuk memeluk agamanya
masing-masing dan beribadat menurut agamanya”
f. Pasal 30 ayat (1) “ dalam perubahan kedua UUD’45 menyebutkan hak dan kewajiban
warga Negara untuk ikutserta dalam usaha pertahanan dan keamanan Negara “
g. Pasal 31 ayat (1) “ menyebutkan bahwa tiap-tiap warga Negara berhak mendapat
pengajaran

3. Demokrasi yaitu pemerintahan atau kekuasaan dari rakyat,oleh rakyat dan untuk rakyat.

PERKEMBANGAN DEMOKRASI
A. Perkembangan Demokrasi di Yunani

Sejarah demokrasi berasal dari sistem yang berlaku di negara-negara kota (city state) Yunani Kuno

pada abad ke 6 sampai dengan ke 3 sebelum masehi. Waktu itu demokrasi yang dilaksanakan adalah

demokrasi langsung yaitu suatu bentuk pemerintahan dimana hak untuk membuat keputusan politik dan

dijalankan secara langsung oleh seluruh warga negaranya yang bertindak berdasarkan prosedur

mayoritas hal tersebut dimungkinkan karena negara kota mempunyai wilayah yang relatif sempit dan

jumlah penduduk tidak banyak (kurang lebih 300 ribu jiwa).


Selain itu, ketentuan-ketentuan menikmati demokrasi hanya berlaku untuk warga negara yang

resmi, sedangkan bagi warga negara yang berstatus budak belian, pedagang asing, perempuan dan anak-

anak tidak dapat menikmatinya.

Robert A. Dahl membagi perkembangan demokrasi menjadi 2 yaitu,

transformasi pertama: demokrasi Yunani kuno pada masa negara-kota dan transformasi kedua:

perkembangan republikanisme, perwakilan dan logika persamaan.

1.Trabsformasi Pertama : Demokrasi Yunani Kuno

Pada abad kelima sebelum Masehi orang-orang Yunani, terutama sekali Athena, menyusun

sebuah konsep baru tentang kehidupan politik dan praktik-praktik yang ditimbulkannya di banyak

negara-kota. Konsep ini mereka beri nama sebagai Demokratia atau pemerintahan oleh rakyat, yang

berasal dari katademos yang berarti rakyat dankratia yang berarti pemerintahan.

Menurut orang-orang Yunani, demokrasi setidaknya harus memenuhi enam persyaratan yaitu:

1. Warga negara harus cukup serasi dalam kepentingannya, sehingga mereka sama-sama memiliki suatu
perasaan yang kuat tentang kepentingan umum dan bertindak atas dasar itu, sehingga tidak nyata- nyata
bertentangan dengan tujuan atau kepentingan pribadi mereka.

2. Mereka harus benar-benar padu dan homogen dalam hal ciri khasnya, jika tidak akan cenderung
menimbulkan konflik politik dan perbedaan pendapat yang tajam mengenai kepentingan umum. Menurut
pandangan ini, tidak ada negara yang dapat berharap menjadi sebuah polis yang baik apabila warga-
negaranya memiliki perbedaan besar dalam sumberdaya ekonominya dan jumlah waktu lowong yang
mereka punyai, atau apabila mereka menganut agama yang berbeda-beda, atau menggunakan bahasa
yang berlainan, atau berbeda dalam hal ras, budaya atau (menurut istilah yang kita gunakan sekarang)
kelompok etnis.

3. Jumlah warga-negara harus sangat kecil, yang secara ideal bahkan jauh lebih kecil dari 40.000 ±
50.000, yang terdapat di Athena di masa Pericles. Jumlah demos yang kecil itu penting karena tiga
alasan, yaitu:

Untuk menghindari keragaman dan ketidakserasian .Agar warga mempunyai pengetahuan tentang kota
dan saudara- saudara mereka sesama warga negara. Memudahkan dalam berkumpul.

4. Warga-negara harus dapat berkumpul dan secara langsung memutuskan undang-undangdan


keputusan-keputusan mengenai kebijakan. Demikian kokohnya pandangan ini dipercayai, sehingga orang
Yunani mengalami kesukaran untuk membayangkan adanya pemerintahan perwakilan, apalagi
menerimanya sebagai alternatif yang sah terhadap demokrasi langsung. Tentu saja, pada waktu-waktu
tertentu dibentuk liga, atau konfederasi dari negara-negara kota itu. Tetapi sistem yang benar-benar
bersifat federal dengan pemerintahan perwakilan telah gagal berkembang, yang tampaknya untuk
sebagian, disebabkan gagasan perwakilan itu tidak dapat berhasil bersaing dengan kepercayaan yang
menonjol dalam keinginan dan legitimasi tentang pemerintahan langsung dengan majelis-majelis
langsung pula.

5. Warga negara berpartisipasi dengan aktif dalam memerintah kota. Orang memperkirakan bahwa di
Athena terdapat lebih dari seribu jabatan yang harus diisi, sebagian kecil di antaranya dengan pemilihan,
tetapi kebanyakan dengan undian, dan hampir semua dari jabatan ini untuk jangka waktu satu tahun dan
hanya dapat diduduki sekali seumur hidup. Bahkan dengan jumlah rakyat yang cukup ³besar´ di Athena,
setiap warga hampir pasti akan menduduki suatu jabatan untuk jangka waktu setahun, dan sebagian
besar akan menjadi anggota dari Dewan Lima Ratus, yang akan amat penting itu, yang akan menentukan
acara untuk Majelis.

6. Negara-kota harus sepenuhnya otonom. Liga, konfederasi, dan aliansi kadang-kadang memang penting
untuk pertahanan atau perang, tetapi semuanya itu tidak boleh dibiarkan mengurangi otonomi mutlak
dari negara-kota dan kedaulatan mejelis dalam negara itu. Karena itu pada prinsipnya setiap kota harus
berswasembada, tidak hanya secara politik, tetapi untuk menghindari ketergantungan yang berlebih-
lebihan pada perdagangan luar negeri, kehidupan yang baik itu sudah pasti pula suatu kehidupan yang
sederhana. Dengan cara begini, demokrasi dihubungkan dengan sifat-sifat kebajikan hidup sederhana,
bukan dengan kemakmuran.

Namun dalam perkembangannya ke depan, konsep demokrasi demikian mengalami berbagai


perubahan-perubahan sesuai perkembangan pengetahuan.

2. Transformasi Kedua : Republikanisme, Logika, Persamaan, dan Perwakilan Robert A. Dahl


menjelaskan bahwa tradisi republiken adalah sejumlah pemikiran yang sangat tidak sistematis atau
terpadu, yang asal- usulnya terdapat bukan pada gagasan dan praktik demokrasi di dunia Yunani kuno,
akan tetapi lebih banyak pada para pengritik demokrasi Yunani, yang paling terkenal yaitu Aristoteles.
Republikanisme tidak banyak melihat pada Athena yang merupakan sumber dari demokrasi kuno Yunani
melainkan pada Sparta dan Roma serta Venesia. Tradisi republikanisme mengalami perkembangannya
pada abad ketujuh belas dan kedelapan belas di Amerika Serikat dan Inggris.

Walaupun republikanisme telah menyimpang dari demokrasi Yunani kuno tetapi masih memiliki
beberapa asumsi pemikiran yang sama dengan demokrasi Yunani yaitu, memandang manusia pada
dasarnya merupakan makhluk sosial dan politik dan memandang setiap orang sejajar di depan hukum.

Kalangan republiken terbagi menjadi dua kelompok yaitu, kalangan republiken aristokratis-

konservatif dan kalangan republiken demokratis yang berkembang di abad ketujuh belas dan kedelapan
belas, yang dalam beberapa hal memiliki pemikiran bertentangan dengan kalangan republiken

konservatif.

Salah satu fokus utama pembahasan kaum republiken adalah mengenai ³rakyat´ itu sendiri.

Republiken aristokratis berpandangan bahwa, meskipun rakyat memiliki peran yang penting dalam

pemerintahan namun peranan mereka sepentasnya terbatas saja. Bagi kalangan republiken aristokratis,

fungsi rakyat hanyalah memilih pemimpin yang cukup memenuhi persyaratan untuk menjalankan tugas

pemerintahan. Karena mereka berpandangan bahwa pemimpin yang benar-benar memenuhi syarat akan

menjalankan pemerintahan sesuai dengan kepentingan rakyat.

Pemikiran tersebut ditolak oleh para republiken demokratis dengan alasan bahwa kepentingan

umum bukanlah mengimbangkan kepentingan rakyat dan kepentingan golongan minoritas. Yang

dimaksud kepentingan umum adalah kesejahteraan rakyat. berkaitan dengan pemerintahan yang

demokratis kalangan republiken demokratis mengingatkan kemungkinan-kemungkinan munculnya

dominasi dari golongan-golongan minoritas rakyat yaitu unsur- unsur aristokrat dan oligarkhi. Untuk

memecahkan persoalan terjadinya dominasi kepentingan salah satu golongan masyarakat, republiken

aristokratis memberikan jalan keluar berupa dibentuknya dua buah lembaga dewan perwakilan, yaitu

kamar atas atau upper chamber yang berisikan kalangan aristokrat dan dewan perwakilan rakyat biasa.

Namun konsep ini ditolak oleh kalangan republiken demokratis. Dengan alasan bahwa dalam sebuah

republik yang demokratis, tidak ada satu kelompok pun yang memiliki keistimewaan.

Meskipun kalangan republiken tidak mampu memberikan solusi untuk menciptakan sebuah

pemerintahan campuran untuk menyelesaikan perbedaan kepentingan antara golongan minoritas

(aristokrat dan oligarkhi) dan golongan mayoritas (rakyat jelata), tapi ada satu gagasan dari kalangan

republiken yang hingga kini tetap dipertahankan yaitu pemikiran Baron de Montesquieu tentang Trias

Politica, pemisahan kekuasaan menjadi tiga cabang yaitu, legislatif, eksekutif dan yudikatif.

Gagasan demokrasi Yunani hilang dari dunia Barat ketika Romawi Barat dikalahkakn oleh suku

German dan Eropa Barat memasukkan Abad Pertengahan. Abad pertengahan di Eropa Barat dicirikan

oleh struktur total yang feodal (hubungan antara Vassal dan Lord). Kehidupan sosial dan spiritual
dikuasai Paus dan pejabat agama lawuja. Kehidupan politiknya ditandai oleh perebutan kekuasaan antar

bangsawan.

B. Perkembangan Demokrasi di Inggris

Perkembangan demokrasi abad pertengahan menghasilkan dokumen penting yaitu Magna Charta

1215. Dalam Magna Charta ditegaskan bahwa Raja mengakui dan menjamin beberapa hak dan hak

khusus(pre vel ege s) bawahannya. Selain itu piagam tersebut juga memuat dua prinsip yang sangat

mendasar:

pertama, adanya pembatasan kekuasaan raja; kedua, hak asasi manusia lebih penting dari pada

kedaulatan raja. Momentum lainnya yang menandai kemunculan kembali demokrasi didunia barat

adalah gerakan renaissance dan reformasi. Renaissance merupakan gerakan yang menghidupkan

kembali minat pada sastra dan budaya Yunani Kuno. Gerakan ini lahir di Barat karena adanya kontak

dengan dunia Islam yang ketika itu sedang berada pada puncak kejayaan peradaban ilmu pengetahuan.

Para ilmuan Islam pada masa itu seperti Ibn Khaldun, Al-Razi, Oemar Khayam, Al-Khawarizmi dan

sebagainya bukan hanya mengasimilasikan pengetahuan Parsi Kuno dan warisan klasik (Yunani Kuno),

melainkan berhasil menyesuaikan berdasarkan kebutuhan-kebutuhan yang sesuai dengan alam pikiran

mereka sendiri. Dengan kata lain renaissance di Eropa yang bersumber dari tradisi keilmuan Islam dan

berintikan pada pemuliaan akal pikiran untuk selalu mencipta dan mengembangkan ilmu pengetahuan

telah mengilhami munculnya kembali gerakan demokrasi. Selanjutnya pada abad ke- 19 muncul gerakan

demokrasi konstitusional. Dari demokrasi konstitusional melahirkan demokrasi welfare state.Untuk

pertama kali seorang raja berkuasa mengikatkan diri untuk mengakui dan menjamin beberapa hak

bawahannya.

Pemikir-pemikir yang mendukung berkembangnya demokrasi antara lain: John Locke dari

Inggris (1632-1704) dan Mostesquieu dari Perancis (1689- 1755) yang mencetuskan Trias politica atau

teori mengenai pemisahan kekuasaan. Hal ini dilatarbelakangi pemikiran bahwa kekuasaan - kekuasaan

pada sebuah pemerintahan yang berdaulat tidak dapat diserahkan kepada orang yang sama dan harus

dipisahkan menjadi dua atau lebih kesatuan kuat yang bebas untuk mencegah penyalahgunaan
kekuasaan oleh pihak yang berkuasa. Dengan demikian diharapkan hak-hak asasi warga negara dapat

lebih terjamin. Locke berpendapat bahwa kekuasaan negara harus dibagi dalam tiga kekuasaan yang

terpisah satu sama lain; kekuasaan legislatif yang membuat peraturan dan

Undang-Undang; kekuasaan eksekutif yang melaksanakan Undang-Undang dan di dalamnya termasuk


kekuasaan mengadili; dan kekuasaan federatif .

4. HAM / Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal
dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun. Sebagai
warga negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia tanpa membeda-
bedakan status, golongan, keturunan, jabatan, dan lain sebagainya.

Melanggar HAM seseorang bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Hak
asasi manusia memiliki wadah organisasi yang mengurus permasalahan seputar hak asasi
manusia yaitu Komnas HAM. Kasus pelanggaran ham di Indonesia memang masih banyak
yang belum terselesaikan / tuntas sehingga diharapkan perkembangan dunia ham di
Indonesia dapat terwujud ke arah yang lebih baik. Salah satu tokoh ham di Indonesia adalah
Munir yang tewas dibunuh di atas pesawat udara saat menuju Belanda dari Indonesia.

Pembagian Bidang, Jenis dan Macam Hak Asasi Manusia Dunia :

a. Hak asasi pribadi / personal Right


- Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah-pndah tempat
- Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat
- Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan
- Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan kepercayaan yang
diyakini masing-masing

b. Hak asasi politik / Political Right


- Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan
- hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan
- Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan organisasi politik lainnya
- Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi

c. Hak azasi hukum / Legal Equality Right


- Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan
- Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil / pns
- Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum

d. Hak azasi Ekonomi / Property Rigths


- Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli
- Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak
- Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dll
- Hak kebebasan untuk memiliki susuatu
- Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak
e. Hak Asasi Peradilan / Procedural Rights
- Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan
- Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan dan penyelidikan
di mata hukum.

f. Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right


- Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan
- Hak mendapatkan pengajaran
- Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat

5. a. Istilah konstitusi
Istilah konstitusi telah dikenal sejak zaman Yunani Kuno, hanya saja konstitusi itu masih diartikan materiil
karena konstitusi itu belum diletakkan dalam suatu naskah yang tertulis. Hal ini terbukti paham
Aristoteles yang membedakan istilah politea dan nomoi. Politea diartikan sebagai konstitusi, sedangkan
nomoi adalah Undang-Undang biasa. Perbedaan di antara dua istilah tersebut yaitu bahwa politea
mengandung kekuasaan yang lebih tinggi dari pada nomoi, karena politea mempunyai kekuasaan
membentuk sedangkan pada nomoi kekuasaan itu tidak ada.
b. Pergertian konstitusi
Kata “Konstitusi” berarti “pembentukan”, berasal dari kata kerja yaitu “constituer” (Perancis) atau
membentuk. Yang dibentuk adalah negara, dengan demikian konstitusi mengandung makna awal
(permulaan) dari segala peraturan perundang-undangan tentang negara. Belanda menggunakan istilah
“Grondwet” yaitu berarti suatu undang-undang yang menjadi dasar (ground) dari segala hukum.
Indonesia menggunakan istilah Grondwet menjadi Undang-undang Dasar. Undang Undang Dasar
(Konstitusi) adalah aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan
negara, baik tertulis maupun tidak tertulis. Pembatasan ini adalah kutipan dari alinea pertama
Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi: “Undang undang Dasar suatu negara hanya
sebagian dari hukum dasar negara itu. Undang Undang Dasar ialah hukum dasar yang tertulis sedang
disamping Undang-Undang Dasar itu berlaku juga hukum dasar yang timbul dan terpelihara dalam
praktek penyelenggraan negara, meskipun tidak tertulis”.
Konstitusi adalah hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam penyelenggaraan suatu negara. Konstitusi
dapat berupa hukum tertulis yang lazim disebut Undang-Undang dasar, dan dapat pula tidak tertulis
(Jimly Asshiddiqie, 2006:35). Sedangkan C.S.T Kansil mengartikan UUD 1945 adalah peraturan negara
yang tertinggi dalam negara, yang memuat ketentuan-ketentuan pokok dan menjadi salah satu sumber
dari pada Peraturan Perundangan lainnya yang kemudian dikeluarkan oleh negara itu (Indonesia) (C.S.T
Kansil, 1984: 59).
UUD dari suatu negara hanya merupakan sebagian saja dari hukum dasar negara itu bukanlah satu-
satunya sumber hukum. UUD ialah hukum dasar tertulis, sedang disamping UUD ini berlaku juga hukum
dasar yang yng tidak tertulis yang merupakan sumber hukum lainnya, misalnya: kebiasaan-kebiasaan,
trakat-trakat, dan lain sebagainya.
Jadi dari pengertian-pengertian tersebut Undang-Undang Dasar 1945 merupakan bagian dari konstitusi
atau konstitusi dalam pengertian yang sempit. Dan sesuai dengan sistem konstitusi (konstitusi = UUD
dalam arti luas termasuk UUD tidak tertulis) seperti dalam penjelasan otentik (resmi) dari UUD 1945,
maka UUD 1945 adalah bentuk Peraturan Perundangan yang tertinggi yang menjadi dasar dan sumber
bagi semua Peraturan Perundangan yang berada dibawahnya, yaitu undang-undang/perpu, peraturan
presiden, peraturan pemerintah, peraturan daerah dan peraturan lain dibawahnya. Dan sesuai pula
dengan prinsip (asas) negara hukum, maka setiap Peraturan Perundangan harus bersumber dengan tegas
pada Peraturan Perundangan yang berlaku, yang lebih tinggi tingkatannya.

c. Sifat konstitusi
Dalam teori ilmu hukum, konstitusi dikenal memiliki sifat yang flexible (luwes) atau rigid (kaku), tertulis
dan tidak tertulis.
1. Flexible dan rigid
Sifat konstitusi yang flexible atau rigid ditentukan dengan dua kriteria, yaitu:
a) Dari cara merubah/ perubahan konstitusi.
Suatu konstitusi dikatakan bersifat flexible (luwes), apabila prosedur atau cara perubahannya tidak
diperlukan cara-cara yang istimewa, yakni cukup dilakukan badan pembuat Undang-Undang biasa.
Sebaliknya suatu konstitusi dikatakan rigid (kaku) perubahannya mensyaratkan dengan cara yang
istimewa, misalnya dilakukan oleh rakyat melalui suatu referendum.
b) Apakah konstitusi itu mudah ataukah sulit untuk mengikuti perkembangan zaman.
Konstitusi yang bersifat flexible adalah konstitusi yang dengan mudah mengikuti perkembangan zaman,
dan sebaliknya konstitusi yang rigid adalah konstitusi yang sulit untuk mengikuti perkemangan zaman.
2. Konstitusi tertulis dan tidak tertulis
Suatu konstitusi disebut tertulis apabila ia ditulis dalam satu atau beberapa naskah, sedangkan yang
disebut dengan konstitusi tidak tertulis adalah ketentuan-ketentuan tidak tertulis dalam suatu naskah
tertentu yang mengatur suatu pemerintahan, akan tetapi dalam banyak hal diatur dalam Konvensi
(kebiasaan) atau Undang-Undang biasa, yang tingkatnya lebih rendah dari Konstitusi itu sendiri. Satu-
satunya negara yang mempunyai Konstitusi yang tidak tertulis hanyalah Inggris, namun prinsip-prinsip
yang dicantumkan dalam konstitusi di Inggris dicantumkan dalam Undang-Undang biasa, seperti
misalnya Bill Of Right.
d. Perubahan konstitusi
Orang sepakat bahwa bagaimana pun sempurnanya suatu konstitusi, namun dalam kenyataannya ia akan
tetap tertinggal dari perkembangan masyarakat. Karena itu dapat dimengerti, bagaimana pun juga setiap
konstitusi itu pada suatu saat akan mengalami perubahan. Perubahan itu dimaksudkan untuk
menyesuaikan konstitusi itu dengan perkembangan masyarakat. Dari sudut inilah, dirasakan perlunya
suatu pasal dari setiap konstitusi yang mengatur tentang prosedur perubahan, seperti halnya dalam UUD
1945 yang diatur dalam pasal 37.
Perubahan itu dirasa perlu, manakala salah satu atau beberapa pasalnya tidak lagi sesuai dengan
perkembangan masyarakat, orang sudah merasakan tidak mampu lagi memberikan jaminan kepastian
hukum. Tetapi bicara kapan seharusnya suatu konstitusi itu perlu dirubah, maka persoalannya lebih
terletak dalam bidang politik ketimbang hukum tata negara. Karena itu betapapun sukarnya suatu
konstitusi untuk dirubah, kalau kekuatan politik yang berkuasa menghendaki, maka perubahan itu dapat
diwujudkan. Sebaliknya batapapun mudahnya suatu konstitusi itu untuk dirubah, kalau kekuatan politik
yang berkuasa tidak menghendaki perubahan, maka konstitusi itu tidak akan pernah dirubah.
Untuk merubah suatu konstitusi atau Undang-Undang Dasar itu tergantung pada bunyi pasal perubahan
dalam konstitusi/Undang-Undang Dasar tersebut. Sesuai dengan pembagian konstitusi flexible dan rigid,
maka sudah tentu bagi konstitusi yang tergolong flexible jauh lebih mudah untuk dirubahnya, sehingga
K.C. Wheare mengatakan perubahan perubahnnya cukup dengan “the ordinary legislative process”
seperti di New Zealand. Sedangkan untuk konstitusi yang tergolong rigid, menurut soemantri yang
berpedoman kepada pendapat C.F. Strong, maka perubahannya dapat digolongkan sebagai berikut:
1. oleh kekuasaan legislatif, tetapi dengan pembatasan-pembatasan tertentu.
2. oleh rakyat melalui suatu referendum.
3. oleh sejumlah negara bagian, khusus untuk negara serikat.
4. dengan kebiasaan ketatanegaraan, atau oleh suatu lembaga negara yang khusus dibentuk hanya untuk
keperluan perubahan.
Begitu juga dengan Ismail Suny mengemukakan dalam sebuah karangannya, bahwa proses perubahan
konstitusi dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu:
1. perubahan resmi.
2. penafsiran hakim.
3. kebiasaan ketatanegaraan/ konvensi.
Dalam praktek ketatanegaraan kebiasaan ketatanegaraan sering berfungsi merubah ketentuan yang
telah ada, meskipun sebenarnya kebiasaan ketatanegaraan itu secara formal tidak merubah ketentuan
tersebut, tetapi dalam praktek karena berlakunya kebiasaan ketatanegaraan, maka ketentuan tersebut
menjadi huruf mati atau tidak diikuti. Tapi bukan tidak mungkin ketentuan tersebut akan berlaku
kembali, manakala kebiasaan ketatanegaraan itu ditinggalkan.

Tambahan :

2.4 Proses Perubahan Konstitusi (Amandemen).

Menurut C.F Strong, ada 4 cara untuk mengubah konstitusi, yaitu:

a)By the ordinary legislature but under certain restrictions. Misalnya: UUD 1945.

b)By the people through a referendum (konstitusi dirubah oleh DPR yang baru terbentuk). Misalnya:
Perancis pada masa De Guille.

c)By a majority for all units of a federal state, yaitu terdapat di negara- negara federal.

d)By a special convention, perubahan konstitusi melalui pembentukan badan khusus. Misalnya: Masa
UUDS 1950 di Indonesia.14

Sedangkan menurut K. C. Wheare, ada beberapa proses khusus yang harus dilalui dalam

mengamandemen konstitusi, seperti di Amerika, diantaranya adalah:

a) Amandemen tidak bisa dilakukan oleh legislatif semata, tetapi masih membutuhkan dukungan dari
lembaga- lembaga lain diluar legislatif. 12 K. C Wheare, Konstitusi- Konstitusi Modern (Surabaya: pustaka
Eureka,2003),27.
13K. C Wheare, Konstitusi- Konstitusi Modern (Surabaya: pustaka Eureka,2003),29.
14 Abu Daud Busroh , Intisari Hukum Tatanegara Perbandingan Konstitusi 9 Negara ( Jakarta: Bina

Aksara), 15.

b) Boleh mengamandemen konstitusi hanya melalui dua pertiga mayoritas.


c) Atau setelah pemilu.
d) Atau setelah pembahasan selama tiga bulan.15

2.5 Sejarah Lahirnya Konstitusi di Indonesia.

Pada masa penjajahan Belanda, Indonesia merupakan bagian dari kerajaan Belanda. Aturan yang
digunakan pada saat itu adalah “grondwet”. Dengan aturan tersebut, seluruh hukum ditentukan melalui
salah satu jalan, yaitu “wet” (undang- undang) atau “algemeen maatregel van bestuur” ( keputusan raja
Belanda).

Pada tahun 1855, terjadilah “reegering sreglement” yang menghasilkan “Indische staatsregeling”
yang didalamnya mengenal 4 macam undang- undang, yaitu:

-wet - algemeen maatregel van bestuur

-Ordonnantie -regeerings verordening

Pada masa pendudukan Jepang sejak bulan Maret 1942 hingga 17 Agustus 1945, sistem
ketatanegaraan Indonesia tidak jauh berbeda dengan masa penajahan Belanda. Diantaranya Gubernur
Jenderal diganti oleh Gun- Sei kan, Departemen kehakiman diubah menjadis ihoo-bu.

Sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, ditetapkan suatu undang- undang 1945.
Persiapan itu telah dilakukan sejak akhir Mei 1945. Oleh PPPKI (Panitia Persiapan Penyelidikan
Kemerdekaan Indonesia) yang dipimpin oleh Dr. K. R. T. Radjiman Wedioningrat.

Setelah kekalahan Jepang dari sekutu pada Perang Dunia II, Belanda berusaha kembali ke wilayah
Indonesia dengan NICA (Netherlands Civil Affairs). Akibatnya, beberapa daerah di Indonesia diberi status
Negara Bagian dari suatu negara federasi, yaitu Belanda.

Kemudian pada tanggal 17 Nopember 1945, terjadilah perundingan pertama Indonesia- Belanda
yang diwakili oleh Van Mook dan Sutan Syahrir dengan pimpinan Jenderal Inggris Christison yang tak
menghasilkan apa-apa.

15 K. C Wheare, Konstitusi- Konstitusi Modern (Surabaya: pustaka Eureka,2003),12. Dilanjutkan dengan


persetujuan linggarjati pada tanggal 25 Maret 1947 yang intinya adalah:

A. Pemerintah Belanda mengakui Pemerintah Republik Indonesia berkuasa de facto atas Jawa, Madura,
dan Sumatera.

B. Kedua pemerintah akan bekerjasama untuk waktu singkat untuk membentuk negara federasi yang
berdaulat dan demokratis, bernama Republik Indonesia Serikat.
Berlanjut dengan Agresi Militer I, Persetujuan Renville, dan Agresi Militer II oleh Belanda. Hingga
akhirnya pada tanggal 28 Januari 1949 DK PBB menerima resolusi yang memuat:

A. Supaya segera dilakukan “cease fire” (pemberhentian tembak- menembak).

B. Membebaskan pemimpin- pemimpin Republik Indonesia.

Namun hal itu tak pernah dihiraukan. Hingga akhirnya terjadilah KMB pada tanggal 13 Agustus
1949 di Den Haag. Tidak lama kemudian, Indonesia menjadi Negara Kesatuan. Setelah itu, muncullah
UUDS 1950. Hingga akhirnya berubah menjadi UUD 1945.16

6.

Lembaga Negara yang kewenanganya diberikan oleh UUD 1945  dan Namanya
disebutkan dalam UUD 1945 :

1.      Majelis permusyawaratan Rakyat (MPR) diatur dalam UUD 1945 Pasal 2 ayat 1 ,
(Amandemen IV)

Tugas : Membentuk undang-undang ( Pasal 3 Ayat 1) dan menyelenggarakan pemeriksaan atas


tanggungjawab keuangan dan kekayaan Negara yang digunakan oleh pemerintah.

  Fungsi : Mengawasi pelaksanaan tugas pemerintah

2.      Presiden diatur dalam UUD 1945 Pasal 4 ayat 1

  Tugas : Membentuk UU dengan persetujuan DPR( Pasal 20 ayat 4 Amandemen I ),


melaksanakan undang-undang yang dibuat MPR/DPD, dan menetapkan peraturan pemerintah
untuk menjalankan undang-undang  ( Pasal 5 ayat 2 )

   Fungsi : Menjalankan pemerintahan sebagaimana yang diamanahkan dalam UUD 1945

Wakil Presiden diatur dalam UUD 1945 Pasal 4 ayat 2

  Tugas : Memantau dan mengawasi kinerja menteri-menteri di bawahnya dalam menjalankan


tugas sebagai pembantu presiden menjalankan tugas kenegaraannya.

  Fungsi : Membantu dan mendampingi Presiden dalam menjalankan tugasnya sebagai kepala
Negara.

3.      Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) diatur dalam UUD RI 1945 Pasal 19 Amandemen II
  Tugas : Memberikan persetujuan dalam pembentukan undang-undang ( Pasal 20 ) dan
melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang (Pasal 20A)

   Fungsi : Mengawasi pelaksanaan tugas pemerintah

4.      Dewan Perwakilan Daerah (DPD) diatur dalam UUD RI 1945 Pasal 22C dan 22D
(Amandemen III)

  Tugas : Memberikan nasehat dan pertimbangan kepada Presiden

  Fungsi : Membantu Presiden dalam menjalankan pemerintahan

5.      Mahkamah Konstitusi diatur dalam UUD RI 1945 Pasal 24C dan UU No. 23 Tahun 2003

  Tugas : Menguji Undang-Undang terhadap Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun


1945, dan memutuskan pembubaran partai politik.

  Fungsi : Menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan peradilan 

6.      Mahkamah Agung diatur dalam UUD RI 1945 Pasal 24 Ayat 2 (Amandemen III) dan Pasal
24A dan UU No. 5 Tahun 2004S

  Tugas : Memeriksa dan memutuskan permohonan kasasi, memeriksa dan memeutuskan


permohonan peninjauan kembali (PK).

  Fungsi : Melakukan pengawasan tertinggi terhadap penyelanggaraan peradilan, tingkah laku,


dan perbuatan hakim, dan mengatur kelancaran penyelenggaraan Peradilan jika ada hal yang
belum cukup diatur dalam UU No.4/1985

7.      Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) diatur dalam UUD RI 1945 Pasal 23E Ayat 1
(Amandemen III)

  Tugas : Memeriksa tanggungjawab pemerintah tentang keuangan dan kekayaan Negara dan
memeriksa tanggungjawab semua APBN, APBD, anggaran BUMN dan anggaran BUMD
berdasarkan atas ketentuan UU.

  Fungsi : Melaksanakan pengawasan atas tanaggungjawab keuangan Negara sesuai


wewenangnya dalam UUD’45 dan memberikan pertimbangan kepada pemerintah tentang
penguasaan, pengurusan, dan pertanggungjawaban keuangan Negara.

8.      Komisi Yudisial diatur dalam UUD RI 1945 Pasal 24B Ayat 1 (Amandemen III) dan UU No. 22
Tahun 2003

  Tugas : Menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.
  Fungsi : Mengusulkan pengangkatan hakim agung.

9.      TNI diatur dalam UUD Pasal 30 (Amandemen II) dan Pasal 10 UUD 1945
TNI Angkatan Darat diatur dalam Pasal 10 UUD 1945
TNI Angkatan Laut diatur dalam Pasal 10 UUD 1945
TNI Angkatan Udara diatur dalam Pasal 10 UUD 1945

  Tugas : Menegakkan kedaulatan RI dan mempertahankan keutuhan wilayah NKRI yang


berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

  Fungsi : Menangkal terhadap segala bentuk ancaman militer dan ancaman bersenjata dai luar
dan dalam negeri terhadap kadaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa.

10.  Kepolisian Negara diatur dalam UUD Pasal 30 (Amandemen II) dan UU No. 2 Tahun 2002.

  Tugas : Memeilihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, memberikan


pengayoman dan pelayanan kepada masyrakat.

  Fungsi : Dalam keadaan darurat memberikan bantuan kepada TNI yang diatur dengan Undang-
Undang dan membantu secara aktif tugas pemeliharaan perdamaian dunia dibawah bendera
PBB.

Lembaga Negara yang Kewenanganya diberikan oleh UUD 1945 tetapi Namanya tidak disebut
didalam UUD 1945 :

1.       KPU diatur dalam UUD RI 1945 Pasal 22E Ayat 5 (Amandemen III)

  Tugas : Melaksanakan Pemilihan anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan


Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat daerah.

  Fungsi : Mengawasi dan memantau jalannya Pemilihan Umum.

2.      Dewan Pertimbangan Presiden diatur dalam UUD RI Pasal 16 (Amandemen IV)

  Tugas : Memberikan nasehat dan pertimbangan kepada Presiden

  Fungsi : Membantu Presiden dalam menjalankan pemerintahan

3.      Pemerintah Daerah Provinsi diatur dalam UU No. 32 Tahun 2004 Pasal 3 Ayat 1A dan UUD
1945 Pasal 18 (Amandemen II)

Pemerintah Daerah Kabupaten diatur dalam UUD 1945 Pasal 18 (Amandemen II) dan UU 32
Tahun 2004 Pasal 3 Ayat 1B
Lembaga Negara yg kewenanganya tidak diberikan oleh  UUD 1945 tetapi Namanya
disebutkan didalam UUD 1945 :

1.      Gubernur diatur dalam UU No. 32 Tahun 2004 Pasal 24 Ayat 2

  Tugas : Mengkoordinasi penyelenggaraan urusan Pemerintah di daerah provinsi dan


kabupaten/kota.

  Fungsi : Membina dan mengawasi penyelenggaraan urusan pemerintah daerah


kabupaten/kota.

2.      Walikota diatur dalam UU 32 Tahun 2004 Pasal 24 Ayat 2

  Tugas : Memimpin penyelanggaraan pemerintahan daerah berdasarkan kebijakan yang


ditetapkan bersama DPRD.

  Fungsi : mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah

3.      Bupati diatur dalam UU No. 32 Pasal 24 Ayat 2 dan Pasal 18 ayat (4) UUD 1945

  Tugas : mengajukan rancangan dan menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan
bersama DPRD.

  Fungsi : mewakili daerahnya dari dalam dan luar pengadilan serta berusaha mengembangkan
daerahnya agar dapat menarik wisatawan lokal maupun internasional guna menambah
pemasukan daerah. 

4.      DPRD Kota diatur dalam UU 32 Tahun 2004 Pasal 39 Pasal 18 ayat (3) UUD 1945 DPRD
Kabupaten diatur dalam UU 32 Tahun 2004 Pasal 39 dan Pasal 18 ayat (3) UUD 1945

  Tugas : Membentuk Perda yang dibahas dengan kepala daerah untuk mendapatkan persetuuan
bersama dan membahas dan menyetujui rancangan Perda tentang APBD bersama dengan
kepala daerah.
Fungsi : Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan melaksanakan program
pembangunan daerah.

5.      DPRD Provinsi diatur dalam UU No. 32 Tahun 2004 Pasal 39 dan Pasal 18 ayat 3 UUD 1945

  Tugas : Membentuk Perda yang dibahas dengan kepala daerah untuk mendapatkan persetuuan
bersama dan membahas dan menyetujui rancangan Perda tentang APBD bersama dengan
kepala daerah.
  Fungsi : Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan peraturan perundang-
undangan lainnya serta meminta laporan pertanggungjawaban kepala daerah dalam
penyelenggaraan pemerintah daerah.

Lembaga Negara yang kewenanganya tidak diberikan Oleh UUD 1945 dan Namanya tidak
disebutkan didalam UUD 1945 :

1.       BANK INDONESIA

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

:: Tujuan Tunggal  Dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia mempunyai satu
tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah

2.      KPI ( Komisi Penyiaran Indonesia )

Undang-Undang Republik Nndonesia nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran , Bagian Kedua
Pasal 8 ayat 1 dan 2

  wewenang:

a. menetapkan standar program siaran;

b. menyusun peraturan dan menetapkan pedoman perilaku penyiaran;

c. mengawasi pelaksanaan peraturan dan pedoman perilaku penyiaran serta standar program
siaran;

d. memberikan sanksi terhadap pelanggaran peraturan dan pedoman perilaku penyiaran serta
standar program siaran;

e. melakukan koordinasi dan/atau kerjasama dengan Peme-rintah, lembaga penyiaran, dan


masyarakat.

  fungsi : mewadahi aspirasi serta mewakili kepentingan masyarakat akan penyiaran. 

3. KPK ( Komisi Pemberantasan Korupsi), Undang-Undang Republik Indonesia nomor 30 tahun


2002 tentang komisi pemberantasan tindak pidana korupsi, BAB II, Pasal 6, Pasal 7 :

Komisi Pemberantasan Korupsi mempunyai tugas:

a. koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana


korupsi;
b. supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi;

c. melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi;

d. melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; dan

e. melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.

Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang:

a. mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi;

b. menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi;

c. meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada instansi
yang terkait;

d. melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang melakukan
pemberantasan tindak pidana korupsi; dan

e. meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi.

7. Wawasan Nusantara bagi bangsa Indonesia disatu sisi merupakan pedoman dan rambu-
rambu, sedangkan disisi lain menjadi penggerak dan pendorong dalam mencapai tujuan nasional
dalam rangka mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia. Dalam fungsinya sebagai
pedoman dan rambu-rambu, Wawasan Nusantara diharapkan tetap dapat mengarahkan bangsa
ini untuk mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam
penyelenggaraan negara dan pembangunan nasional.
Wawasan Nusantara sebagai penggerak dan pendorong dalam penyelenggaraan kehidupan
nasional dan pembangunan nasional, karena mengandung nilai-nilai kebersamaan, seperti tekad
mewujudkan cita-cita bersama, merasa satu dan senasib sepenanggungan, serta merasa bahwa
bumi nusantara beserta isinya merupakan milik bersama, ingin bersatu dalam memperbaiki
nasib, serta sama-sama berfalsafah hidup Pancasila.
Selain nilai-nilai kebersamaan yang bersifat subyektif tersebut, Wawasan Nusantara juga
berfungsi sebagai penggerak dan pendorong yang dikarenakan beberapa faktor obyektif, seperti
manfaat sumber kekayaan alam, posisi dan konstelasi geografi, keunggulan masing-masing
kawasan atau kelompok masyarakat yang dapat disinergikan, dan kondisi kependudukan yang
ada.

8. a. geopolitik menurut para ahli


- cara pandang suatu bangsa tentang diri dan lingkungannya dalam ekstansi yang serba
terhubung dan pengembangannya ditengah-tengah bangsa lain berdasarkan filsafat
nasionalnya.Menurut buku ( wawasan nusantara) disusun oleh lemhanas tahun 1995

- kamus besar bahasa indonesia (edisi kedua) penerbitan balai pustaka tahun 1991.cara
pandangsuatu bangsa dalam hidup bermasyarakat,berbangsa dan bernegara serta dalam
hubungan antar Negara yang merupakan hasil perenungan filsafat tentang diri dan
lingkungannya dan memperhatikan sejarah dan kondisi social budaya serta
memanfaatkan konstelasi geografis guna menciptakan dorongan dan rancangan dalam
usaha mencapai tujuan nasional

b. geostrategi menurut para ahli

- ketahanan nasional menganut aliran pikiran pancasila,yaitu aliran pikiran integralistik


konprehensif (kesisteman)

- konsepsi ketahanan nasional yang dikembangkan oleh MPR melalui TAP MPR (tahun
1978-1998).ketahanan nasional adalah kondisi yang merupakan integrasi dan kondisi
tiap aspek kehidupan bangsa dan Negara

9. Pada hakekatnya Wawasan Nusantara adalah Wawasan Kebangsaan sekaligus


sebagai wawasan nasional yang dimiliki bangsa Indonesia yang telah menegara sejak
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Perbedaannya terletak
pada konteks pemakaian, yaitu bahwa Wawasan Kebangsaan lebih bersifat universal,
sedangkan Wawasan Nusantara lebih bermakna khas bagi Indonesia sebagai bangsa dan
negara yang berdaulat dari Sabang hingga Merauke, yang disebut Nusantara.

 Untuk memahami lebih jauh, Wawasan Nusantara dirumuskan sebagai berikut : “Wawasan
Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia yang berlingkup dan demi
kepentingan nasional Indonesia, yang bersumber dari Pancasila dan UUD 1945,
tentang diri dan lingkungannya serta tanah airnya sebagai negara kepulauan
dengan semua aspek kehidupannya yang beragam dan dinamis, dengan
mengutamakan persatuan bangsa dan kesatuan wilayah Indonesia, yang tetap
menghargai dan menghormati kebhinekaan dalam semua aspek kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk mewujudkan cita-cita nasional”.

 Dengan memahami Wawasan Nusantara, diharapkan dapat menggugah kesadaran segenap


bangsa Indonesia akan arti penting dan strategisnya posisi negara ditengah percaturan
berbagai kepentingan dunia. Namun demikian kondisi obyektip bangsa dan negara sebagai
akibat kemajemukan etnis, suku, adat-istiadat dan agama; disamping banyaknya celah-celah
geografis yang menjadikan wilayah negara ini sangat terbuka, merupakan kerawanan yang
cukup tinggi. Setiap saat kepentingan luar akan dengan mudah masuk dan menarik dengan
kuat, mengalahkan kepentingan nasional.
 Oleh karena itu dengan memahami Wawasan Nusantara, mengajak segenap komponen
bangsa untuk memandang dalam persepsi yang sama, yaitu betapa pentingnya
mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa dan wilayah negara, yaitu NKRI. Karena
dengan tetap bersatu dan menjaga keutuhan bangsa dan negara, celah-celah kerawanan akan
dapat diatasi bersama, tanpa harus kehilangan ciri khas kebhinekaannya.

a.Hakekat. Wawasan Nusantara adalah kesamaan persepsi pada segenap komponen bangsa
Indonesia sebagai dasar bagi terbangunnya rasa dan semangat nasional yang tinggi dalam semua
aspek kehidupan. Hal mana akan menjadi daya dorong untuk berbuat, mempersembahkan dan
mendarma bhaktikan karya terbaik bagi bangsa dan negara. Lebih dari itu Wawasan Nusantara
menghendaki dimilikinya sikap untuk segera mengakhiri kesetiaan terhadap kelompok (partai,
golongan, suku, dsb) atau peseorangan, manakala kesetiaan terhadap bangsa dan negara diperlukan.

b.Asas.Wawasan Nusantara merupakan norma dasar yang perlu dipahami agar dapat dihayati cara
pandang secara utuh dan menyeluruh.

Adapun asas Wawasan Nusantara :

 Kepentingan Bersama. Kepentingan bersama yang berati persamaan sikap dan kehendak dari
seluruh rakyat Indonesia dalam menghadapi berbagai bentuk ancaman dengan segala
manivestasinya (seperti penjajahan gaya baru) yang dapat merendahkan harkat dan martabat
bangsa, bahkan menghancurkan persatuan bangsa dan kesatuan wilayah Indonesia.
Disamping itu, kita semua mempunai kepentingan bersama dalam mencapai kesejahteraan
dan rasa aman yang lebih baik dari keadaan sebelumnya.
 Keadilan. Keadilan berarti perasaan dan sikap memberikan dan memperoleh hak dan
kewajiban yang pantas pada segenap aspek kehidupan, baik dalam hubungan pusat dan
daerah, antar daerah, intern daerah maupun antar anggota masyarakat. Hal ini dapat tercapai
bila ada kejujuran dan keterbukaan serta niat baik dari semua komponen bangsa.
o Kesetiaan. Dimaksudkan disini adalah kesetiaan terhadap kesepakatan/ikrar bersama
anak bangsa, yang berarti perasaan dan sikap memegang teguh nilai-nilai Kebangkitan
Nasional, Sumpah Pemuda dan Proklamasi Kemerdekaan, yang kesemuanya bermuara
pada berdirinya NKRI. Hal tersebut juga mencerminkan adanya solidaritas, setia
kawan, rasa senasib sepenanggungan dan kerjasama yang harmonis dalam mengisi
kemerdekaan.
c.Arah Pandang.Konsepsi Wawasan Nusantara diarahkan untuk kepentingan nasional
baik kedalam maupun keluar. Arah pandang kedalam bertujuan untuk menjamin
terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa, serta kestuan wilayah. Sedangkan arah
pandang keluar ditujukan demi terjaminnya kepentingan nasional dalam suasana
dunia yang serba berubah.
Dalam penyelenggaraan kehidupan nasional, yaitu kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, Wawasan Nusantara memiliki fungsi, tujuan dan kedudukan
yang diarahkan untuk menjamin tercapainya Tujuan Nasional serta terwujudnya cita-
cita nasional.

Wawasan Nusantara bagi bangsa Indonesia disatu sisi merupakan pedoman dan
rambu-rambu, sedangkan disisi lain menjadi penggerak dan pendorong dalam
mencapai tujuan nasional dalam rangka mewujudkan cita-cita nasional bangsa
Indonesia. Dalam fungsinya sebagai pedoman dan rambu-rambu, Wawasan Nusantara
diharapkan tetap dapat mengarahkan bangsa ini untuk mempertahankan persatuan
dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan negara dan
pembangunan nasional.
Wawasan Nusantara sebagai penggerak dan pendorong dalam penyelenggaraan
kehidupan nasional dan pembangunan nasional, karena mengandung nilai-nilai
kebersamaan, seperti tekad mewujudkan cita-cita bersama, merasa satu dan senasib
sepenanggungan, serta merasa bahwa bumi nusantara beserta isinya merupakan milik
bersama, ingin bersatu dalam memperbaiki nasib, serta sama-sama berfalsafah hidup
Pancasila.
Selain nilai-nilai kebersamaan yang bersifat subyektif tersebut, Wawasan Nusantara
juga berfungsi sebagai penggerak dan pendorong yang dikarenakan beberapa faktor
obyektif, seperti manfaat sumber kekayaan alam, posisi dan konstelasi geografi,
keunggulan masing-masing kawasan atau kelompok masyarakat yang dapat
disinergikan, dan kondisi kependudukan yang ada.
Wawasan Nusantara bertujuan memantapkan rasa dan sikap nasional yang tinggi, rasa
senasib sepenanggungan, sebangsa setanah air, satu tekad bersama yang lenih
mengutamakan kepentingan nasional dari pada kepentingan orang perorang,
kelompok, golongan, suku atau daerah disegala aspek kehidupan nasional untuk
mencapai tujuan nasional.
Hal tersebut bukan berarti menghilangkan kepentingan orang-perorang, kelompok,
suku, dan daerah, melainkan tetap menghormati, mengakui, dan memenuhinya,
selama tidak bertentangan dengan kepentingan nasional atau kepentingan masyarakat
banyak. Rasa dan sikap nasional yang tinggi disegala bidang kehidupan demi
tercapainya tujuan nasional tersebut merupakan perwujudan dari semakin
meningkatnya rasa, faham dan semangat kebangsaan sebagai suatu kesatuan yang
utuh dalam jiwa rakyat untuk melakukan bela bangsa dan bela negara dalam semua
aspek kehidupan, dengan memberikan dan mendarma bhaktikan yang terbaik demi
kejayaan dan kemajuan bangsa dan negara Republik Indonesia.
Mengalir dari fungsi dan tujuan, Wawasan Nusantara secara jelas dapat memberikan
jaminan atas tercapainya kepentingan nasional, baik kedalam maupun keluar. Hal ini
berarti Wawasan Nusantara memberikan gambaran dan arah yang jelas bagi
kelangsungan hidup bangsa, sekaligus perkembangan kehidupan bangsa dan negara
dimasa depan. Oleh karena itu Wawasan Nusantara diposisikan sebagai visi nasional,
yang didalam paradigma nasional berkedudukan sebagai landasan visional, dan
berada pada tataran setelah landasan ideologis dan landasan konstitusional.
Wawasan Nusantara sebagai landasan visional sekaligus menjadikan pedoman dan
menjiwai paradigma nasional pada tataran dibawahnya yaitu landasan konsepsional
(Ketahanan Nasional) maupun landasan operasional (GBHN=jaman dulu=jadul)

10. Prasejarah
Secara geologi, wilayah Indonesia modern (untuk kemudahan, selanjutnya disebut Nusantara)
merupakan pertemuan antara tiga lempeng benua utama: Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-
Australia, dan Lempeng Pasifik (lihat artikel Geologi Indonesia). Kepulauan Indonesia seperti
yang ada saat ini terbentuk pada saat melelehnya es setelah berakhirnya Zaman Es, hanya
10.000 tahun yang lalu.

Pada masa Pleistosen, ketika masih terhubung dengan Asia Daratan, masuklah pemukim
pertama. Bukti pertama yang menunjukkan penghuni pertama adalah fosil-fosil Homo erectus
manusia Jawa dari masa 2 juta hingga 500.000 tahun lalu. Penemuan sisa-sisa "manusia Flores"
(Homo floresiensis)[1] di Liang Bua, Flores, membuka kemungkinan masih bertahannya H.
erectus hingga masa Zaman Es terakhir.[2]

Homo sapiens pertama diperkirakan masuk ke Nusantara sejak 100.000 tahun yang lalu
melewati jalur pantai Asia dari Asia Barat, dan pada sekitar 50.000 tahun yang lalu telah
mencapai Pulau Papua dan Australia.[3] Mereka, yang berciri rasial berkulit gelap dan berambut
ikal rapat (Negroid), menjadi nenek moyang penduduk asli Melanesia (termasuk Papua)
sekarang dan membawa kultur kapak lonjong (Paleolitikum). Gelombang pendatang berbahasa
Austronesia dengan kultur Neolitikum datang secara bergelombang sejak 3000 SM dari Cina
Selatan melalui Formosa dan Filipina membawa kultur beliung persegi (kebudayaan Dongson).
Proses migrasi ini merupakan bagian dari pendudukan Pasifik. Kedatangan gelombang
penduduk berciri Mongoloid ini cenderung ke arah barat, mendesak penduduk awal ke arah
timur atau berkawin campur dengan penduduk setempat dan menjadi ciri fisik penduduk
Maluku serta Nusa Tenggara. Pendatang ini membawa serta teknik-teknik pertanian, termasuk
bercocok tanam padi di sawah (bukti paling lambat sejak abad ke-8 SM), beternak kerbau,
pengolahan perunggu dan besi, teknik tenun ikat, praktek-praktek megalitikum, serta pemujaan
roh-roh (animism) serta benda-benda keramat (dinamisme). Pada abad pertama SM sudah
terbentuk pemukiman-pemukiman serta kerajaan-kerajaan kecil, dan sangat mungkin sudah
masuk pengaruh kepercayaan dari India akibat hubungan perniagaan.

Era pra kolonial


Sejarah awal

Para cendekiawan India telah menulis tentang Dwipantara atau kerajaan Hindu Jawa Dwipa di
pulau Jawa dan Sumatra sekitar 200 SM. Bukti fisik awal yang menyebutkan tanggal adalah dari
abad ke-5 mengenai dua kerajaan bercorak Hinduisme: Kerajaan Tarumanagara menguasai Jawa
Barat dan Kerajaan Kutai di pesisir Sungai Mahakam, Kalimantan. Pada tahun 425 agama
Buddha telah mencapai wilayah tersebut.

Di saat Eropa memasuki masa Renaisans, Nusantara telah mempunyai warisan peradaban
berusia ribuan tahun dengan dua kerajaan besar yaitu Sriwijaya di Sumatra dan Majapahit di
Jawa, ditambah dengan puluhan kerajaan kecil yang sering kali menjadi vazal tetangganya yang
lebih kuat atau saling terhubung dalam semacam ikatan perdagangan (seperti di Maluku).

Kerajaan Hindu-Buddha

Pada abad ke-4 hingga abad ke-7 di wilayah Jawa Barat terdapat kerajaan bercorak Hindu-Budha
yaitu kerajaan Tarumanagara yang dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda sampai abad ke-16. Pada
masa abad ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatra.
Penjelajah Tiongkok I Ching mengunjungi ibukotanya Palembang sekitar tahun 670. Pada puncak
kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Barat dan Semenanjung Melayu. Abad
ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih
Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364, Gajah Mada berhasil memperoleh kekuasaan atas
wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung
Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan dalam kebudayaan
Jawa, seperti yang terlihat dalam wiracarita Ramayana.

Kerajaan Islam

Islam sebagai sebuah pemerintahan hadir di Indonesia sekitar abad ke-12, namun sebenarnya
Islam sudah sudah masuk ke Indonesia pada abad 7 Masehi. Saat itu sudah ada jalur pelayaran
yang ramai dan bersifat internasional melalui Selat Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di
Cina, Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah di Asia Barat sejak abad 7.[4]

Menurut sumber-sumber Cina menjelang akhir perempatan ketiga abad 7, seorang pedagang
Arab menjadi pemimpin pemukiman Arab muslim di pesisir pantai Sumatera. Islam pun
memberikan pengaruh kepada institusi politik yang ada. Hal ini nampak pada Tahun 100 H (718
M) Raja Sriwijaya Jambi yang bernama Srindravarman mengirim surat kepada Khalifah Umar bin
Abdul Aziz dari Kekhalifahan Bani Umayyah meminta dikirimkan da'i yang bisa menjelaskan
Islam kepadanya. Surat itu berbunyi: “Dari Raja di Raja yang adalah keturunan seribu raja, yang
isterinya juga cucu seribu raja, yang di dalam kandang binatangnya terdapat seribu gajah, yang
di wilayahnya terdapat dua sungai yang mengairi pohon gaharu, bumbu-bumbu wewangian,
pala dan kapur barus yang semerbak wanginya hingga menjangkau jarak 12 mil, kepada Raja
Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lain dengan Allah. Saya telah mengirimkan kepada
anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak begitu banyak, tetapi sekedar tanda
persahabatan. Saya ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat mengajarkan
Islam kepada saya dan menjelaskan kepada saya tentang hukum-hukumnya.” Dua tahun
kemudian, yakni tahun 720 M, Raja Srindravarman, yang semula Hindu, masuk Islam. Sriwijaya
Jambi pun dikenal dengan nama 'Sribuza Islam'. Sayang, pada tahun 730 M Sriwijaya Jambi
ditawan oleh Sriwijaya Palembang yang masih menganut Budha.[5]
Islam terus mengokoh menjadi institusi politik yang mengemban Islam. Misalnya, sebuah
kesultanan Islam bernama Kesultanan Peureulak didirikan pada 1 Muharram 225 H atau 12
November 839 M. Contoh lain adalah Kerajaan Ternate. Islam masuk ke kerajaan di kepulauan
Maluku ini tahun 1440. Rajanya seorang Muslim bernama Bayanullah.

Kesultanan Islam kemudian semikin menyebarkan ajaran-ajarannya ke penduduk dan melalui


pembauran, menggantikan Hindu sebagai kepercayaan utama pada akhir abad ke-16 di Jawa
dan Sumatera. Hanya Bali yang tetap mempertahankan mayoritas Hindu. Di kepulauan-
kepulauan di timur, rohaniawan-rohaniawan Kristen dan Islam diketahui sudah aktif pada abad
ke-16 dan 17, dan saat ini ada mayoritas yang besar dari kedua agama di kepulauan-kepulauan
tersebut.

Penyebaran Islam dilakukan melalui hubungan perdagangan di luar Nusantara; hal ini, karena
para penyebar dakwah atau mubaligh merupakan utusan dari pemerintahan Islam yang datang
dari luar Indonesia, maka untuk menghidupi diri dan keluarga mereka, para mubaligh ini bekerja
melalui cara berdagang, para mubaligh inipun menyebarkan Islam kepada para pedagang dari
penduduk asli, hingga para pedagang ini memeluk Islam dan meyebarkan pula ke penduduk
lainnya, karena umumnya pedagang dan ahli kerajaan lah yang pertama mengadopsi agama
baru tersebut. Kerajaan Islam penting termasuk diantaranya: Kerajaan Samudera Pasai,
Kesultanan Banten yang menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara Eropa, Kerajaan
Mataram, dan Kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore di Maluku.

Era kolonial
Kolonisasi Portugis dan Spanyol

Afonso (kadang juga ditulis Alfonso) de Albuquerque. Karena tokoh inilah, yang membuat
kawasan Nusantara waktu itu dikenal oleh orang Eropa dan dimulainya Kolonisasi berabad-abad
oleh Portugis bersama bangsa Eropa lain, terutama Inggris dan Belanda.

Dari Sungai Tagus yang bermuara ke Samudra Atlantik itulah armada Portugis mengarungi
Samudra Atlantik, mungkin makan waktu sebulan hingga tiga bulan, melewati Tanjung Harapan
Afrika, menuju Selat Malaka. Dari sini penjelajahan dilanjutkan ke Kepulauan Maluku untuk
mencari rempah-rempah, komoditas yang setara emas kala itu.

”Pada abad 16 saat petualangan itu dimulai biasanya para pelaut negeri Katolik itu diberkati
oleh pastor dan raja sebelum berlayar melalui Sungai Tagus,” kata Teresa. Biara St Jeronimus
atau Biara Dos Jeronimos dalam bahasa Portugis itu didirikan oleh Raja Manuel pada tahun
1502 di tempat saat Vasco da Gama memulai petualangan ke timur.

Museum Maritim atau orang Portugis menyebut Museu de Marinha itu didirikan oleh Raja Luis
pada 22 Juli 1863 untuk menghormati sejarah maritim Portugis.
Selain patung di taman, lukisan Afonso de Albuquerque juga menjadi koleksi museum itu. Di
bawah lukisan itu tertulis, ”Gubernur India 1509-1515. Peletak dasar Kerajaan Portugis di India
yang berbasis di Ormuz, Goa, dan Malaka. Pionir kebijakan kekuatan laut sebagai kekuatan
sentral kerajaan”. Berbagai barang perdagangan Portugis juga dipamerkan di museum itu,
bahkan gundukan lada atau merica.

Ada sejumlah motivasi mengapa Kerajaan Portugis memulai petualangan ke timur. Ahli sejarah
dan arkeologi Islam Uka Tjandrasasmita dalam buku Indonesia-Portugal: Five Hundred Years of
Historical Relationship (Cepesa, 2002), mengutip sejumlah ahli sejarah, menyebutkan tidak
hanya ada satu motivasi Kerajaan Portugis datang ke Asia. Ekspansi itu mungkin dapat diringkas
dalam tiga kata bahasa Portugis, yakni feitoria, fortaleza, dan igreja. Arti harfiahnya adalah
emas, kejayaan, dan gereja atau perdagangan, dominasi militer, dan penyebaran agama Katolik.

Menurut Uka, Albuquerque, Gubernur Portugis Kedua dari Estado da India, Kerajaan Portugis di
Asia, merupakan arsitek utama ekspansi Portugis ke Asia. Dari Goa, ia memimpin langsung
ekspedisi ke Malaka dan tiba di sana awal Juli 1511 membawa 15 kapal besar dan kecil serta 600
tentara. Ia dan pasukannya mengalahkan Malaka 10 Agustus 1511. Sejak itu Portugis menguasai
perdagangan rempah-rempah dari Asia ke Eropa. Setelah menguasai Malaka, ekspedisi Portugis
yang dipimpin Antonio de Abreu mencapai Maluku, pusat rempah-rempah.

Periode Kejayaan Portugis di Nusantara


Periode 1511-1526, selama 15 tahun, Nusantara menjadi pelabuhan maritim penting bagi
Kerajaan Portugis, yang secara reguler menjadi rute maritim untuk menuju Pulau Sumatera,
Jawa, Banda, dan Maluku.

Pada tahun 1511 Portugis mengalahkan Kerajaan Malaka.

Pada tahun 1512 Portugis menjalin komunikasi dengan Kerajaan Sunda untuk menandatangani
perjanjian dagang, terutama lada. Perjanjian dagang tersebut kemudian diwujudkan pada
tanggal 21 Agustus 1522 dalam bentuk dokumen kontrak yang dibuat rangkap dua, satu salinan
untuk raja Sunda dan satu lagi untuk raja Portugal. Pada hari yang sama dibangun sebuah
prasasti yang disebut Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal di suatu tempat yang saat ini menjadi
sudut Jalan Cengkeh dan Jalan Kali Besar Timur I, Jakarta Barat. Dengan perjanjian ini maka
Portugis dibolehkan membangun gudang atau benteng di Sunda Kelapa.

Pada tahun 1512 juga Afonso de Albuquerque mengirim Antonio Albreu dan Franscisco Serrao
untuk memimpin armadanya mencari jalan ke tempat asal rempah-rempah di Maluku.
Sepanjang perjalanan, mereka singgah di Madura, Bali, dan Lombok. Dengan menggunakan
nakhoda-nakhoda Jawa, armada itu tiba di Kepulauan Banda, terus menuju Maluku Utara
hingga tiba di Ternate.

Kehadiran Portugis di perairan dan kepulauan Indonesia itu telah meninggalkan jejak-jejak
sejarah yang sampai hari ini masih dipertahankan oleh komunitas lokal di Nusantara, khususnya
flores, Solor dan Maluku, di Jakarta Kampong Tugu yang terletak di bagian Timur Jakarta, antara
Kali Cakung, pantai Cilincing dan tanah Marunda.

Bangsa Eropa pertama yang menemukan Maluku adalah Portugis, pada tahun 1512. Pada waktu
itu 2 armada Portugis, masing-masing dibawah pimpinan Anthony d'Abreu dan Fransisco Serau,
mendarat di Kepulauan Banda dan Kepulauan Penyu. Setelah mereka menjalin persahabatan
dengan penduduk dan raja-raja setempat - seperti dengan Kerajaan Ternate di pulau Ternate,
Portugis diberi izin untuk mendirikan benteng di Pikaoli, begitupula Negeri Hitu lama, dan
Mamala di Pulau Ambon.Namun hubungan dagang rempah-rempah ini tidak berlangsung lama,
karena Portugis menerapkan sistem monopoli sekaligus melakukan penyebaran agama Kristen.
Salah seorang misionaris terkenal adalah Francis Xavier. Tiba di Ambon 14 Pebruari 1546,
kemudian melanjutkan perjalanan ke Ternate, tiba pada tahun 1547, dan tanpa kenal lelah
melakukan kunjungan ke pulau-pulau di Kepulauan Maluku untuk melakukan penyebaran
agama. Persahabatan Portugis dan Ternate berakhir pada tahun 1570. Peperangan dengan
Sultan Babullah selama 5 tahun (1570-1575), membuat Portugis harus angkat kaki dari Ternate
dan terusir ke Tidore dan Ambon.

Perlawanan rakyat Maluku terhadap Portugis, dimanfaatkan Belanda untuk menjejakkan


kakinya di Maluku. Pada tahun 1605, Belanda berhasil memaksa Portugis untuk menyerahkan
pertahanannya di Ambon kepada Steven van der Hagen dan di Tidore kepada Cornelisz
Sebastiansz. Demikian pula benteng Inggris di Kambelo, Pulau Seram, dihancurkan oleh
Belanda. Sejak saat itu Belanda berhasil menguasai sebagian besar wilayah Maluku. Kedudukan
Belanda di Maluku semakin kuat dengan berdirinya VOC pada tahun 1602, dan sejak saat itu
Belanda menjadi penguasa tunggal di Maluku. Di bawah kepemimpinan Jan Pieterszoon Coen,
Kepala Operasional VOC, perdagangan cengkih di Maluku sepunuh di bawah kendali VOC
selama hampir 350 tahun. Untuk keperluan ini VOC tidak segan-segan mengusir pesaingnya;
Portugis, Spanyol, dan Inggris. Bahkan puluhan ribu orang Maluku menjadi korban kebrutalan
VOC.

kemudian mereka membangun benteng di Ternate tahun 1511, kemudian tahun 1512
membangun Benteng di Amurang Sulawesi Utara. Portugis kalah perang dengan Spanyol maka
daerah Sulawesi utara diserahkan dalam kekuasaan Spanyol (1560 hingga 1660). Kerajaan
Portugis kemudian dipersatukan dengan Kerajaan Spanyol. (Baca buku :Sejarah Kolonial Portugis
di Indonesia, oleh David DS Lumoindong). Abad 17 datang armada dagang VOC (Belanda) yang
kemudian berhasil mengusir portugis dari ternate, sehingga kemudian Portugis mundur dan
menguasai Timor timur (sejak 1515).

Kolonialisme dan Imperialisme mulai merebak di Indonesia sekitar abad ke-15, yaitu diawali
dengan pendaratan bangsa Portugis di Malaka dan bangsa Belanda yang dipimpin Cornelis de
Houtmen pada tahun 1596, untuk mencari sumber rempah-rempah dan berdagang.

Perlawanan Rakyat terhadap Portugis


Kedatangan bangsa Portugis ke Semenanjung Malaka dan ke Kepulauan Maluku merupakan
perintah dari negaranya untuk berdagang.

Perlawanan Rakyat Malaka terhadap Portugis

Pada tahun 1511, armada Portugis yang dipimpin oleh Albuquerque menyerang Kerajaan
Malaka. Untuk menyerang colonial Portugis di Malaka yang terjadi pada tahun 1513 mengalami
kegagalan karena kekuatan dan persenjataan Portugis lebih kuat. Pada tahun 1527, armada
Demak di bawah pimpinan Falatehan dapat menguasai Banten,Suda Kelapa, dan Cirebon.
Armada Portugis dapat dihancurkan oleh Falatehan dan ia kemudian mengganti nama Sunda
Kelapa menjadi Jayakarta (Jakarta)

Perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis

Mulai tahun 1554 hingga tahun 1555, upaya Portugis tersebut gagal karena Portugis mendapat
perlawanan keras dari rakyat Aceh. Pada saat Sultan Iskandar Muda berkuasa, Kerajaan Aceh
pernah menyerang Portugis di Malaka pada tahun 1629.

Perlawanan Rakyat Maluku terhadap Portugis

Bangsa Portugis kali pertama mendarat di Maluku pada tahun 1511. Kedatangan Portugis
berikutnya pada tahun 1513. Akan tetapi, Tertnate merasa dirugikan oleh Portugis karena
keserakahannya dalam memperoleh keuntungan melalui usaha monopoli perdagangan rempah-
rempah.

Pada tahun 1533, Sultan Ternate menyerukan kepada seluruh rakyat Maluku untuk mengusir
Portugis di Maluku. Pada tahun 1570, rakyat Ternate yang dipimpin oleh Sultan Hairun dapat
kembali melakukan perlawanan terhadap bangsa Portugis, namun dapat diperdaya oleh
Portugis hingga akhirnya tewas terbunuh di dalam Benteng Duurstede. Selanjutnya dipimpin
oleh Sultan Baabullah pada tahun 1574. Portugis diusir yang kemudian bermukim di Pulau
Timor.

Kolonisasi Spanyol

Fernando Magelhans (kadang juga ditulis Ferdinan) Magelan. Karena tokoh inilah, yang
memimpin armada yang pertama kali mengelilingi dunia dan membuktikan bahwa bumi bulat,
saat itu itu dikenal oleh orang Eropa bumi datar. Dimulainya Kolonisasi berabad-abad oleh
Spanyol bersama bangsa Eropa lain, terutama Portugis,Inggris dan Belanda.

Dari Spanyol ke Samudra Pasifik itulah armada Portugis mengarungi Samudra Pasifik, melewati
Tanjung Harapan Afrika, menuju Selat Malaka. Dari sini penjelajahan dilanjutkan ke Kepulauan
Maluku untuk mencari rempah-rempah, komoditas yang setara emas kala itu.
”Pada abad 16 saat petualangan itu dimulai biasanya para pelaut negeri Katolik itu diberkati
oleh pastor dan raja sebelum berlayar melalui samudera.

Pada tanggal 20 September 1519, San Antonio, Concepción, Victoria, dan Santiago—yang
terbesar hingga yang terkecil—mengikuti kapal induk Magelhaens, Trinidad, kapal terbesar
kedua, seraya mereka berlayar menuju Amerika Selatan. Pada tanggal 13 Desember, mereka
mencapai Brasil, dan sambil menatap Pāo de Açúcar, atau Pegunungan Sugarloaf, yang
mengesankan, mereka memasuki teluk Rio de Janeiro yang indah untuk perbaikan dan mengisi
perbekalan. Kemudian mereka melanjutkan ke selatan ke tempat yang sekarang adalah
Argentina, senantiasa mencari-cari el paso, jalur yang sulit ditemukan yang menuju ke samudera
lain. Sementara itu, udara semakin dingin dan gunung es mulai tampak. Akhirnya, pada tanggal
31 Maret 1520, Magelhaens memutuskan untuk melewatkan musim salju di pelabuhan San
Julián yang dingin.

Pelayaran tersebut kini telah memakan waktu enam kali lebih lama daripada pelayaran
Columbus mengarungi Samudra Atlantik yang pertama kali—dan belum terlihat satu selat pun!
Semangat juang mereka mulai sedingin cuaca di San Julián, dan pria-pria, termasuk beberapa
kapten serta perwira, merasa putus asa dan ingin pulang saja. Tidaklah mengherankan bila
terjadi pemberontakan. Namun, berkat tindakan yang cepat dan tegas di pihak Magelhaens, hal
itu digagalkan dan dua pemimpin pemberontak tersebut tewas.

Kehadiran kapal asing di pelabuhan pastilah menarik perhatian penduduk lokal yang kuat—dan
berbadan besar. Merasa seperti orang kerdil dibandingkan dengan raksasa-raksasa ini, para
pengunjung tersebut menyebut daratan itu Patagonia—dari kata Spanyol yang berarti "kaki
besar"—hingga hari ini. Mereka juga mengamati 'serigala laut sebesar anak lembu, serta angsa
berwarna hitam dan putih yang berenang di bawah air, makan ikan, dan memiliki paruh seperti
gagak'. Tentu saja tidak lain tidak bukan adalah anjing laut dan pinguin!

Daerah lintang kutub cenderung mengalami badai yang ganas secara tiba-tiba, dan sebelum
musim dingin berakhir, armada itu mengalami korban pertamnya—Santiago yang kecil. Namun,
untunglah para awaknya dapat diselamatkan dari kapal yang karam itu. Setelah itu, keempat
kapal yang masih bertahan, bagaikan ngengat kecil bersayap yang terpukul di tengah arus laut
yang membeku dan tak kunjung reda, berjuang sekuat tenaga menuju ke selatan ke perairan
yang semakin dingin—hingga tanggal 21 Oktober. Berlayar di bawah guyuran air hujan yang
membeku, semua mata terpaku pada sebuah celah di sebelah barat. El paso? Ya! Akhirnya,
mereka berbalik dan memasuki selat yang belakangan dikenal sebagai Selat Magelhaens!
Namun, bahkan momen kemenangan ini ternoda. San Antonio dengan sengaja menghilang di
tengah jaringan rumit selat itu dan kembali ke Spanyol.

Ketiga kapal yang masih bertahan, diimpit oleh teluk yang sempit di antara tebing-tebing
berselimut salju, dengan gigih berlayar melewati selat yang berkelok-kelok itu. Merek
mengamati begitu banyaknya api di sebelah selatan, kemungkinan dari perkemahan orang
Indian, jadi mereka menyebut daratan itu Tierra del Fuego, “Tanah Api”.
Tiba di Pilipina Magelhaens mengajak banyak penduduk lokal dan penguasa mereka pada
agama Katolik. Tetapi semangatnya juga menjadi kebinasaannya. Ia menjadi terlibat dalam
pertikaian antarsuku dan, dengan hanya 60 pria, menyerang sekitar 1.500 penduduk pribumi,
dengan keyakinan bahwa senapan busur, senapan kuno, dan Allah akan menjamin
kemenangannya. Sebaliknya, ia dan sejumlah bawahannya tewas. Magelhaens berusia sekitar
41 tahun. Pigafetta yang setia meratap, 'Mereka membunuh cerminan, penerang, penghibur,
dan penuntun sejati kita'. Beberapa hari kemudian, sekitar 27 perwira yang hanya menyaksikan
dari kapal mereka, dibunuh oleh para kepala suku yang sebelumnya bersahabat.

Karena sekarang jumlah awak pelayaran itu tinggal sedikit, tidak mungkin untuk berlayar dengan
tiga kapal, jadi mereka menenggelamkan Concepción dan berlayar dengan dua kapal yang masih
tinggal ke tujuan terakhir mereka, Kepulauan Rempah. Kemudian, setelah mengisi muatan
dengan rempah-rempah, kedua kapal itu berpisah. Akan tetapi, awak kapal Trinidad ditangkap
oleh Portugal dan dipenjarakan.

Namun, Victoria, di bawah komando mantan pemberontak Juan Sebastián de Elcano, luput.
Sambil menghindari semua pelabuhan kecuali satu, mereka mengambil risiko melewati rute
Portugal mengelilingi Tanjung Harapan. Namun, tanpa berhenti untuk mengisi perbekalan
merupakan strategi yang mahal. Sewaktu mereka akhirnya mencapai Spanyol pada tanggal 6
September 1522—tiga tahun sejak keberangkatan mereka—hanya 18 pria yang sakit dan tidak
berdaya yang bertahan hidup. Meskipun demikian, tidak dapat dibantah bahwa merekalah
orang pertama yang berlayar mengelilingi bumi. Juan Sebastián de Elcano pun menjadi
pahlawan. Sungguh suatu hal yang menakjubkan, muatan rempah Victoria seberat 26 ton
menutup ongkos seluruh ekspedisi!

Ketika satu kapal yang selamat, Victoria, kembali ke pelabuhan setelah menyelesaikan
perjalanan mengelilingi dunia yang pertama kali, hanya 18 orang laki-laki dari 237 laki-laki yang
berada di kapal pada awal keberangkatan. Diantara yang selamat, terdapat dua orang Itali,
Antonio Pigafetta dan Martino de Judicibus. Martino de Judicibus (bahasa Spanyol: Martín de
Judicibus) adalan orang dari Genoa[1] yang bertindak sebagai Kepala Pelayan. Ia bekerja dengan
Ferdinand Magellan pada perjalanan historisnya untuk menemukan rute barat ke Kepulauan
Rempah-rempah Indonesia. [2] Sejarah perjalanannya diabadikan dalam pendaftaran nominatif
pada Archivo General de Indias di Seville, Spanyol. Nama keluarga ini disebut dengan patronimik
Latin yang tepat, yakni: "de Judicibus". Pada awalnya ia ditugaskan pada Caravel Concepción,
satu dari lima armada Spanyol milik Magellan. Martino de Judicibus memulai ekspedisi ini
dengan gelar kapten. (baca selengkapnya dalam buku "Sejarah Kolonial Spanyol di Indonesia"
oleh David DS Lumoindong.

Sebelum menguasai kepulauan Filipina pada 1543, Spanyol menjadikan pulau Manado Tua
sebagai tempat persinggahan untuk memperoleh air tawar. Dari pulau tersebut kapal-kapal
Spanyol memasuki daratan Sulawesi-Utara melalui sungai Tondano. Hubungan musafir Spanyol
dengan penduduk pedalaman terjalin melalui barter ekonomi bermula di Uwuran (sekarang
kota Amurang) ditepi sungai Rano I Apo. Perdagangan barter berupa beras, damar, madu dan
hasil hutan lainnya dengan ikan dan garam.

Gudang Kopi Manado dan Minahasa menjadi penting bagi Spanyol, karena kesuburan tanahnya
dan digunakan Spanyol untuk penanaman kofi yang berasal dari Amerika-Selatan untuk
dipasarkan ke daratan Cina. Untuk itu di- bangun Manado sebagai menjadi pusat niaga bagi
pedagang Cina yang memasarkan kofi kedaratan Cina. Nama Manado dicantumkan dalam peta
dunia oleh ahli peta dunia, Nicolas_Desliens‚ pada 1541. Manado juga menjadi daya tarik
masyarakat Cina oleh kofi sebagai komoditi ekspor masyarakat pedalaman Manado dan
Minahasa. Para pedagang Cina merintis pengembangan gudang kofi (kini seputar Pasar 45) yang
kemudian menjadi daerah pecinan dan pemukiman. Para pendatang dari daratan Cina berbaur
dan berasimilasi dengan masyarakat pedalaman hingga terbentuk masyarakat pluralistik di
Manado dan Minahasa bersama turunan Spanyol, Portugis dan Belanda.

Kemunculan nama Manado di Sulawesi Utara dengan berbagai kegiatan niaga yang dilakukan
Spanyol menjadi daya tarik Portugis sejak memapankan posisinya di Ternate . Untuk itu Portugis
melakukan pendekatan mengirim misi Katholik ke tanah Manado dan Minahasa pada 1563 dan
mengembangkan agama dan pendidikan Katholik. Lomba Adu Pengaruh di Laut Sulawesi

Antara Minahasa dengan Ternate ada dua pulau kecil bernama Mayu dan Tafure. Kemudian
kedua pulau tadi dijadikan pelabuhan transit oleh pelaut Minahasa. Waktu itu terjadi
persaingan Portugis dan Spanyol dimana Spanyol merebut kedua pulau tersebut. Pandey asal
Tombulu yang menjadi raja di pulau itu lari dengan armada perahunya kembali ke Minahasa,
tapi karena musim angin barat lalu terdampar di Gorontalo. Anak lelaki Pandey bernama
Potangka melanjutkan perjalanan dan tiba di Ratahan. Di Ratahan, dia diangkat menjadi
panglima perang karena dia ahli menembak meriam dan senapan Portugis untuk melawan
penyerang dari Mongondouw di wilayah itu. Tahun 1563 diwilayah Ratahan dikenal orang
Ternate dengan nama “Watasina” karena ketika diserang armada Kora-kora Ternate untuk
menhalau Spanyol dari wilayah itu (buku “De Katholieken en hare Missie” tulisan A.J. Van
Aernsbergen). Tahun 1570 Portugis dan Spanyol bersekongkol membunuh raja Ternate sehinga
membuat keributan besar di Ternate. Ketika itu banyak pedagang Islam Ternate dan Tidore lari
ke Ratahan. Serangan bajak laut meningkat di Ratahan melalui Bentenan, bajak laut
menggunakan budak-budak sebagai pendayung. Para budak tawanan bajak laut lari ke Ratahan
ketika malam hari armada perahu bajak laut dirusak prajurit Ratahan – Pasan. Kesimpulan
sementara yang dapat kita ambil dari kumpulan cerita ini adalah Penduduk asli wilayah ini
adalah Touwuntu di wilayah dataran rendah sampai tepi pantai Toulumawak di pegunungan,
mereka adalah keturunan Opok Soputan abad ke-tujuh. Nama Opo' Soputan ini muncul lagi
sebagai kepala walak wilayah itu abad 16 dengan kepala walak kakak beradik Raliu dan
Potangkuman. Penduduk wilayah ini abad 16 berasal dari penduduk asli dan para pendatang
dari Tombulu, Tompakewa (Tontemboan), Tonsea, Ternate dan tawanan bajak laut mungkin dari
Sangihe.

Perjuangan Minahasa Melawan Spanyol


Ratu Oki berkisar di tahun 1644 sampai 1683. Waktu itu, terjadi perang yang hebat antara anak
suku Tombatu (juga biasa disebut Toundanow atau Tonsawang) dengan para orang-orang
Spanyol. Perang itu dipicu oleh ketidaksenangan anak suku Tombatu terhadap orang-orang
Spanyol yang ingin menguasai perdagangan terutama terhadap komoditi beras, yang kala itu
merupakan hasil bumi andalan warga Kali. Di samping itu kemarahan juga diakibatkan oleh
kejahatan orang-orang Spanyol terhadap warga setempat, terutama kepada para
perempuannya. Perang itu telah mengakibatkan tewasnya 40 tentara Spanyol di Kali dan Batu
(lokasi Batu Lesung sekarang – red). Naasnya, di pihak anak suku Tombatu, telah mengakibatkan
tewasnya Panglima Monde bersama 9 orang tentaranya. Panglima Monde tidak lain adalah
suaminya Ratu Oki. Menurut yang dikisahkan dalam makalah itu, Panglima Monde tewas
setelah mati-matian membela istrinya, Ratu Oki.Menurut P.A. Gosal, dkk., dalam masa
kekuasaan Ratu Oki, anak suku Toundanow (sebutan lain untuk anak suku Tombatu atau
Tonsawang) yang mendiami sekitar danau Bulilin hidup sejahtera, aman dan tenteram. “Atas
kebijaksanaan dan kearifannya memimpin anak suku Toudanow maka Ratu Oki disahkan juga
sebagai Tonaas atau Balian. Selama kepemimpinnan Ratu Oki, Spanyol dan Belanda tidak pernah
menguasai atau menjajah anak Toundanow,”

Perang Minahasa lawan Spanyol

Para pelaut awak kapal Spanyol berdiam di Minahasa dan bahkan membaur dengan masyarakat.
Mereka menikah dengan wanita-wanita Minahasa, sehingga keturunan mereka menjadi
bersaudara dengan warga pribumi.

Tahun 1643 pecah perang Minaesa Serikat melawan kerajaan Spanyol. dalam suatu peperangan
di Tompaso, pasukan spanyol dibantu pasukan Raja Loloda Mokoagouw II dipukul kalah, mundur
oleh gabungan pasukan serikat Minaesa, dikejar hingga dipantai tapi

Tahun 1694 dalam suatu peperangan di Tompaso, pasukan Raja Loloda Mokoagouw II dipukul
kalah, mundur oleh gabungan pasukan serikat Minahasa, dikejar hingga ke pantai tapi dicegah
dan ditengahi oleh Residen V.O.C. Herman Jansz Steynkuler. Pada tahun 1694 bulan September
tanggal 21, diadakanlah kesepakatan damai, dan ditetapkan perbatasan Minahasa adalah sungai
Poigar. Pasukan Serikat Minaesa yang berasal dari Tompaso menduduki Tompaso Baru,
Rumoong menetap di Rumoong Bawah, Kawangkoan mendiami Kawangkoan bawah, dan lain
sebagainya.

Pada pasa pemerintahan kolonial Belanda maka daerah ini semula masih otonom tetapi lama
kelamaan kelamaan kekuasaan para raja dikurangi dengan diangkatnya raja menjadi pejabat
pemerintahan Belanda, sehingga raja tinggal menjadi pejabat wilayah setingkat 'camat'.

Tahun 1521 Spanyol Mulai Masuk perairan Indonesia


Awak kapal Trinidad yang ditangkap oleh Portugal dan dipenjarakan kemudian dengan bantuan
pelaut Minahasa dan Babontewu dari kerajaan Manado mereka dapat meloloskan diri. Ke 12
pelaut ini kemudian berdiam dipedalaman Minahasa, ke Amurang terus ke Pontak, kemudian
setelah beberapa tahun mereka dapat melakukan kontak kembali dengan armada Spanyol yang
telah kembali ke Pilipina. 1522 Spanyol memulai kolonisasi di Sulawesi Utara 1560 Spanyol
mendirikan pos di Manado

Minahasa memegang peranan sebagai lumbung beras bagi Spanyol ketika melakukan usaha
penguasaan total terhadap Filipina.

Pada tahun 1550 Spanyol telah mendirikan benteng di Wenang dengan cara menipu Kepala
Walak Lolong Lasut menggunakan kulit sapi dari Benggala India yang dibawa Portugis ke
Minahasa. Tanah seluas kulit sapi yang dimaksud spanyol adalah tanah seluas tali yang dibuat
dari kulit sapi itu. Spanyol kemudian menggunakan orang Mongodouw untuk menduduki
benteng Portugis di Amurang pada tahun 1550-an sehingga akhirnya Spanyol dapat menduduki
Minahasa. Dan Dotu Kepala Walak (Kepala Negara) Lolong Lasut punya anak buah Tonaas Wuri'
Muda.

Nama Kema dikaitkan dengan pembangunan pangkalan militer Spanyol ketika

Bartholomeo de Soisa mendarat pada 1651 dan mendirikan pelabuhan di daerah yang
disebutnya ‘La Quimas.’ Penduduk setempat mengenal daerah ini dengan nama ‘Maadon’ atau
juga ‘Kawuudan.’ Letak benteng Spanyol berada di muara sungai Kema, yang disebut oleh
Belanda, "Spanyaardsgat, " atau Liang Spanyol.

Dr. J.G.F. Riedel menyebutkan bahwa armada Spanyol sudah mendarat di Kema tepat 100 tahun
sebelumnya.Kema berkembang sebagai ibu negeri Pakasaan Tonsea sejak era pemerintahan
Xaverius Dotulong, setelah taranak-taranak Tonsea mulai meninggalkan negeri tua, yakni Tonsea
Ure dan mendirikan perkampungan- perkampungan baru. Surat Xaverius Dotulong pada 3
Februrari 1770 kepada Gubernur VOC di Ternate mengungkapkan bahwa ayahnya, I. Runtukahu
Lumanauw tinggal di Kema dan merintis pembangunan kota ini. Hal ini diperkuat oleh para
Ukung di Manado yang mengklaim sebagai turunan dotu Bogi, putera sulung dari beberapa
dotu bersaudara seperti juga dikemukakan Gubernur Ternate dalam surat balasannya kepada
Xaverius Dotulong pada 1 November 1772.

Asal nama Kema

Misionaris Belanda, Domine Jacobus Montanus dalam surat laporan perjalanannya pada 17
November 1675, menyebutkan bahwa nama Kema, yang mengacu pada istilah Spanyol, adalah
nama pegunungan yang membentang dari Utara ke Selatan. Ia menulis bahwa kata ‘Kima’
berasal dari bahasa Minahasa yang artinya Keong. Sedangkan pengertian ‘Kema’ yang berasal
dari kata Spanyol, ‘Quema’ yaitu, nyala, atau juga menyalakan. Pengertian itu dikaitkan dengan
perbuatan pelaut Spanyol sering membuat onar membakar daerah itu. Gubernur Robertus
Padtbrugge dalam memori serah terima pada 31 Agustus 1682 menyebutkan tempat ini dengan
sebutan "Kemas of grote Oesterbergen, " artinya adalah gunung-gunung besar
menyerupai Kerang besar. Sedangkan dalam kata Tonsea disebut ‘Tonseka,’ karena berada di
wilayah Pakasaan Tonsea.

Hendrik Berton dalam memori 3 Agustus 1767, melukiskan Kema selain sebagai pelabuhan
untuk musim angin Barat, juga menjadi ibu negeri Tonsea. Hal ini terjadi akibat pertentangan
antara Manado dengan Kema oleh sengketa sarang burung di pulau Lembeh. Pihak ukung-
ukung di Manado menuntut hak sama dalam bagi hasil dengan ukung-ukung Kema. Waktu itu
Ukung Tua Kema adalah Xaverius Dotulong.

Portugis dan Spanyol merupakan tumpuan kekuatan gereja Katholik Roma memperluas wilayah
yang dilakukan kesultanan Ottoman di Mediterania pada abad ke-XV. Selain itu Portugis dan
Spanyol juga tempat pengungsian pengusaha dan tenaga-tenaga terampil asal Konstantinopel
ketika dikuasai kesultanan Ottoman dari Turki pada 1453. Pemukiman tersebut menyertakan
alih pengetahuan ekonomi dan maritim di Eropa Selatan. Sejak itupun Portugis dan Spanyol
menjadi adikuasa di Eropa. Alih pengetahuan diperoleh dari pendatang asal Konstantinopel
yang memungkinkan bagi kedua negeri Hispanik itu melakukan perluasan wilayah-wilayah baru
diluar daratan Eropa dan Mediterania. Sasaran utama adalah Asia-Timur dan Asia-Tenggara.
Mulanya perluasan wilayah antara kedua negeri terbagi dalam perjanjian Tordisalles, tahun
1492. Portugis kearah Timur sedangkan Spanyol ke Barat. Masa itu belum ada gambaran bahwa
bumi itu bulat. Baru disadari ketika kapal-kapal layar kedua belah pihak bertemu di perairan
Laut Sulawesi. Kenyataan ini juga menjadi penyebab terjadi proses reformasi gereja, karena
tidak semua yang menjadi "fatwa" gereja adalah Undang-Undang, hingga citra kekuasaan Paus
sebagai penguasa dan wakil Tuhan di bumi dan sistem pemerintahan absolut theokratis ambruk.
Keruntuhan ini terjadi dengan munculnya gereja Protestan rintisan Martin Luther dan Calvin di
Eropa yang kemudian menyebar pula ke berbagai koloni Eropa di Asia, Afrika dan Amerika.

Dari kesepakatan Tordisalles itu, Portugis menelusuri dari pesisir pantai Afrika dan samudera
Hindia. Sedangkan Spanyol menelusuri Samudera Atlantik, benua Amerika Selatan dan melayari
samudera Pasifik. Pertemuan terjadi ketika kapal-kapal Spanyol pimpinan Ferdinand Maggelan
menelusuri Pasifik dan tiba di pulau Kawio, gugusan kepulauan Sangir dan Talaud di Laut
Sulawesi pada 1521. Untuk mencegah persaingan di perairan Laut Sulawesi dan Maluku Utara,
kedua belah pihak memperbarui jalur lintas melalui perjanjian Saragosa pada tahun 1529.
Perjanjian tersebut membagi wilayah dengan melakukan batas garis tujuhbelas derajat lintang
timur di perairan Maluku Utara. Namun dalam perjanjian tersebut,

Spanyol merasa dirugikan karena tidak meraih lintas niaga dengan gugusan kepulauan penghasil
rempah-rempah. Untuk itu mengirimkan ekspedisi menuju Pasifik Barat pada 1542. Pada bulan
Februari tahun itu lima kapal Spanyol dengan 370 awak kapal pimpinan Ruy Lopez de Villalobos
menuju gugusan Pasifik Barat dari Mexico . Tujuannya untuk melakukan perluasan wilayah dan
sekaligus memperoleh konsesi perdagangan rempah-rempah di Maluku Utara.

Dari pelayaran ini Villalobos mendarat digugusan kepulauan Utara disebut Filipina, di ambil dari
nama putera Raja Carlos V, yakni Pangeran Philip, ahli waris kerajaan Spanyol. Sekalipun Filipina
tidak menghasilkan rempah-rempah, tetapi kedatangan Spanyol digugusan kepulauan tersebut
menimbulkan protes keras dari Portugis. Alasannya karena gugusan kepulauan itu berada di
bagian Barat, di lingkungan wilayahnya. Walau mengkonsentrasikan perhatiannya di Amerika-
Tengah, Spanyol tetap menghendaki konsesi niaga rempah-rempah Maluku-Utara yang juga
ingin didominasi Portugis. Tetapi Spanyol terdesak oleh Portugis hingga harus mundur ke
Filipina. Akibatnya Spanyol kehilangan pengaruh di Sulawesi Utara yang sebelumnya menjadi
kantong ekonomi dan menjalin hubungan dengan masyarakat Minahasa.

Pengenalan kuliler asal Spanyol di Minahasa

Peperangan di Filipina Selatan turut mempengaruhi perekonomian Spanyol. Penyebab utama


kekalahan Spanyol juga akibat aksi pemberontakan pendayung yang melayani kapal-kapal
Spanyol. Sistem perkapalan Spanyol bertumpu pada pendayung yang umumnya terdiri dari
budak-budak Spanyol. Biasanya kapal Spanyol dilayani sekitar 500 - 600 pendayung yang
umumnya diambil dari penduduk wilayah yang dikuasai Spanyol. Umumnya pemberontakan
para pendayung terjadi bila ransum makanan menipis dan terlalu dibatasi dalam pelayaran
panjang, untuk mengatasinya Spanyol menyebarkan penanaman palawija termasuk aneka
ragam cabai (rica), jahe (goraka), kunyit dll.

Kesemuanya di tanam pada setiap wilayah yang dikuasai untuk persediaan logistik makanan
awak kapal dan ratusan pendayung.

Sejak itu budaya makan "pidis" yang di ramu dengan berbagai bumbu masak yang
diperkenalkan pelaut Spanyol menyebar pesat dan menjadi kegemaran masyarakat Minahasa.

Ada pula yang menarik dari peninggalan kuliler Spanyol, yakni budaya Panada. Kue ini juga asal
dari penduduk Amerika-Latin yang di bawa oleh Spanyol melalui lintasan Pasifik. Bedanya,
adonan panada, di isi dengan daging sapi ataupun domba, sedangkan panada khas Minahasa di
isi dengan ikan.

Kota Kema merupakan pemukiman orang Spanyol, dimulai dari kalangan "pendayung" yang
menetap dan tidak ingin kembali ke negeri leluhur mereka. Mereka menikahi perempuan-
perempuan penduduk setempat dan hidup turun-temurun. Kema kemudian juga dikenal para
musafir Jerman, Belanda dan Inggris. Mereka ini pun berbaur dan berasimilasi dengan
penduduk setempat, sehingga di Kema terbentuk masyarakat pluralistik dan memperkaya
Minahasa dengan budaya majemuk dan hidup berdampingan harmonis. Itulah sebabnya hingga
masyarakat Minahasa tidak canggung dan mudah bergaul menghadapi orang-orang Barat.

Pergerakan Mengusir Penjajahan lawan Spanyol

Minahasa juga pernah berperang dengan Spanyol yang dimulai tahun 1617 dan berakhir tahun
1645. Perang ini dipicu oleh ketidakadilan Spanyol terhadap orang-orang Minahasa, terutama
dalam hal perdagangan beras, sebagai komoditi utama waktu itu. Perang terbuka terjadi nanti
pada tahun 1644-1646. Akhir dari perang itu adalah kekalahan total Spanyol, sehingga berhasil
diusir oleh para waranei (ksatria-ksatria Minahasa).
Dampak Spanyol Bagi Ekonomi Indonesia Utara
Diplomasi para pemimpin pemerintahan Walak mendekati Belanda berhasil mengusir Spanyol
dari Minahasa. Namun konsekwensi yang harus dialami adalah rintisan jalur niaga laut di Pasifik
hasil rintisan Spanyol sejak abad ke-17 terhenti dan mempengaruhi perekonomian Sulawesi
Utara. Sebab jalur niaga ini sangat bermanfaat bagi penyebaran komoditi eskpor ke Pasifik.
Sejak itupun pelabuhan Manado menjadi sepi dan tidak berkembang yang turut mempengaruhi
pengembangan kawasan Indonesia bagian Timur hingga Pasifik Barat Daya. Dilain pihak,
pelabuhan Manado hanya menjadi persinggahan jalur niaga dari Selatan (berpusat di Surabaya,
Tanjung Priok yang dibangun oleh Belanda sejak abad ke-XVIII) ke Asia-Timur melalui lintasan
Selat Makassar. Itupun hanya digunakan musiman saat laut Cina Selatan tidak di landa
gelombang ganas bagi kapal-kapal. Sedangkan semua jalur niaga Asia-Timur dipusatkan melalui
Laut Cina Selatan, Selat Malaka, Samudera Hindia, Tanjung Harapan Atlantik-Utara yang
merupakan pusat perdagangan dunia.

Sebagai akibatnya kegiatan hubungan ekonomi diseputar Laut Sulawesi secara langsung dengan
dunia luar praktis terlantar. Karena penyaluran semua komoditi diseluruh gugusan nusantara
melulu diatur oleh Batavia yang mengendalikan semua jaringan tata-niaga dibawah kebijakan
satu pintu. Penekanan ini membawa derita berkepanjangan bagi kegiatan usaha penduduk
pedalaman Minahasa.

Garis waktu kolonialisasi


Kolonialisasi Spanyol

 1521 Spanyol memulai petualangannya di Sulawesi Utara


o 1560 Spanyol mendirikan pos di Manado.
o 1617 Gerakan perlawanan rakyat Minahasa di Sulawesi Utara untuk mengusir kolonial
Spanyol.
o 1646 Spanyol di usir dari Minahasa dan Sulawesi Utara. Tahun selanjutnya Spanyol masih
mencoba mempengaruhi kerajaan sekitar untuk merebut kembali minahasa tapi gagal,
terakhir dengan mendukung Bolaang Mongondow yang berakhir tahun 1692.

Kolonialisasi Portugis

 1509 Portugis tiba pertama kali di Melaka.


 1511 April, Admiral Portugis Alfonso de Albuquerque memutuskan berlayar dari Goa ke Melaka.
o 10 Agustus, Pasukan Albuquerque menguasai Melaka.
o Sultan Melaka melarikan diri ke Riau.
o Portugis di Melaka menghancurkan armada Jawa. Kapal mereka karam dengan seluruh
hartanya dalam perjalanan kembali ke Goa.
o Patih Unus menaklukkan Jepara
o Desember, Albuquerque mengirim tiga kapal di bawah Antonio de Abreu dari Melaka
untuk menjelajah ke arah Timur.

 1512 Perjalanan ekspedisi De Abreu dari Melaka menuju Madura, Bali, Lombok, Aru dan Banda.
o Dua kapal rusak di Banda. Da Breu kembali ke Melaka; Francisco Serrão memperbaiki
kapal dan melanjutkan menuju ke Ambon, Ternate, dan Tidore. Serrão menawarkan
dukungan bagi Ternate dalam perselisihannya dengan Tidore, pasukannya mendirikan
sebuah pos Portugis di Ternate.
 1513 Pasukan dari Jepara dan Palembang menyerang Portugis di Melaka, tetapi berhasil dipukul
mundur. Maret, Portugis mengirim seorang duta menemui Raja Sunda di Pajajaran. Portugis
diizinkan untuk membangun sebuah benteng di Sunda Kelapa (sekarang Jakarta).
o Portugis menghubungi Raja Udara, anak dari Girindrawardhana dan penguasa bekas
kerajaan Majapahit
o Portugis membangun pabrik-pabrik di Ternate dan Bacan.
o Udara menyerang Demak dengan bantuan dari Raja Klungkung dari Bali. Pasukan
Majapahit dipukul mundur, tapi Sunan Ngudung tewas dalam pertempuran. Banyak
pendukung Majapahit melarikan diri ke Bali.

 1514
o Ali Mughayat Syah mendirikan Kesultanan Aceh, dan menjadi Sultan Aceh pertama.

 1515
o Portugis pertama kali tiba di Timor.

 1518
o Sultan Mahmud dari Melaka mengambil alih kekuasaan di Johore.
o Raden Patah meninggal dunia; Patih Unus menjadi Sultan Demak.

 1520
o Aceh mulai menguasai pantai timur laut Sumatra.
o Rakyat Bali menyerang Lombok.
o Para pedagang Portugis mulai mengunjungi Flores dan Solor.
o Banjar di Kalimantan menjadi Islam.

1521 – 1530

 1521
o Unus memimpin armada dari Demak dan Cirebon melawan orang-orang Portugis di
Melaka. Unus terbunuh dalam pertempuran. Trenggono menjadi Sultan Demak.
o Portugis merebut Pasai di Sumatra;
o Gunungjati (dari Cirebon) meninggalkan Pasai berangkat ke Mekkah.
o Kapal terakhir dari ekspedisi Magelhaenz mengeliling dunia berlayar antarapulau
Lembata dan Pantar di Nusa Tenggara.

 1522
o Februari ekspedisi Portugis di bawah De Brito tiba di Banda.
o Mei, ekspedisi De Brito tiba di Ternate, membangung sebuah benteng Portugis.
o Kerajaan Sunda, yang masih beragama Hindu, meminta bantuan Portugis untuk
menghadapi kemungkinan serangan Demak yang Muslim. Kontrak kerjasama
ditandatangani dan sebuah padrao didirikan di Sunda Kalapa
o Sisa-sisa ekspedisi Magelhaenz berkeliling dunia mengunjungi Timor.
o Portugis membangun benteng di Hitu, Ambon.

 1523
o Gunungjati kembali dari Mekkah, kembali ke Cirebon, dan menetap di Demak, menikahi
saudara perempuan Sultan Trenggono.

 1524
o Gunungjati dari Cirebon dan anaknya Hasanuddin (di Banten) melakukan dakwah secara
terbuka dan rahasia di Jawa Barat untuk memperlemah Kerajaan Sunda yang beribukota
di Pajajaran dan persekutuannya dengan Portugis. Pemerintah lokal di Banten, yang
tadinya tergantung pada Pajajaran, masuk Islam dan bergabung dengan pihak Cirebon
dan Demak.
o Aceh merebut Pasai dan Pedir di Sumatra utara.

 1525
o Hasanuddin (dari Banten}, anak dari Gunungjati (dari Cirebon), melakukan dakwah di
Lampung.

 1526
o Portugis membangun benteng pertama di Timor.

 1527
o Demak menaklukkan Kediri, sisa-sisa Hindu dari kerajaan Majapahit; Sultan-sultan
Demak mengklaim sebagai pengganti Majapahit; Sunan Kudus ikut serta.
o Demark merebut Tuban.
o Cirebon, dibantu Demak, menduduki Sunda Kelapa, pelabuhan Kerajaan Sunda.
Fatahilah mengganti namanya menjadi Jayakarta. (Sukses ini dikatakan berkat pimpinan
"Fatahillah"—atau, sesuai dengan kekeliruan ucapan Portugis, "Falatehan"—namun
mungkin ini adalah nama yang diberikan kepada Sunan Gunungjati dari Cirebon.) Para
penjaga keamanan pelabuhan Kerajaan Sunda didorong mundur meninggalkan daerah
pesisir. Dengan demikian pembangunan gudang atau benteng sesuai perjanjian dagang
antara Portugis dengan Kerajaan Sunda batal terwujud.
o Kerajaan Palakaran di Madura, yang berbasis di Arosbaya (kini Bangkalan), menjadi Islam
di bawah Kyai Pratanu.
o Ekspedisi dari Spanyol dan Meksiko berusaha mengusir Portugis dari Maluku.

 1529
o Demak menaklukkan Madiun.
o Raja-raja Spanyol dan Portugal sepakat bahwa Maluku harus menjadi milik Portugal, dan
Filipina menjadi milik Spanyol.

 1530
o Salahuddin menjadi Sultan Aceh.
o Surabaya dan Pasuruan takluk kepada Demak. Demak merebut Balambangan, kerajaan
Hindu terakhir di ujung timur Jawa.
o Gowa mulai meluas dari dari Makassar.
o Banten memperluas pengaruhnya atas Lampung.

1531 – 1540

 1536
o Serangan besar Portugis terhadap Johore.
o Antonio da Galvão menjadi gubernur di pos Portugis di Ternate; mendirikan pos Portugis
di Ambon.
o Portugis membawa Sultan Tabariji dari Ternate ke Goa karena mencurigainya melakukan
kegiatan-kegiatan anti Portugis activity, menggantikannya dengan saudara-saudaranya.
 1537
o Serangan Aceh atas Melaka gagal. Salahuddin dari Aceh digantikan oleh Alaudin Riayat
Syah I.

 1539
o Aceh menyerang suku Batak di selatan mereka.

 1540
o Portugis berhubungan dengan Gowa.
o Kesultanan Butung didirikan.

1541 – 1550

 1545
o Demak menaklukkan Malang.Gowa membangun benteng di Ujung Pandang.
 1546
o Demak menyerang Balambangan namun gagal.
o Trenggono dari Demak meninggal dan digantikan oleh Prawata. Menantunya, Joko
Tingkir memperluas pengaruhnya dari Pajang (dekat Sukoharjo sekarang).
o St. Fransiskus Xaverius pergi ke Morotai, Ambon, dan Ternate.

 1547
o Aceh menyerang Melaka.

 1550
o Portugis mulai membangun benteng-benteng di Flores.

1551 – 1560

 1551
o Johore menyerang Portugis Melaka dengan bantuan dari Jepara.
o Pasukan-pasukan dari Ternate menguasai Kesultanan Jailolo di Halmahera dengan
bantuan Portugis.

 1552
o Hasanuddin memisahkan diri dari Demak dan mendirikan Kesultanan Banten, lalu
merebut Lampung untuk Kesultanan yang baru.
o Aceh mengirim duta ke Sultan Ottoman di Istanbul.

 1558
o Leiliato memimpin suatu pasukan dari Ternate untuk menyerang Portugis di Hitu.
o Portugis membangun benteng di Bacan.
o Ki Ageng Pemanahan menerima distrik Mataram dari Joko Tinggir, memerintah di
Pajang.
o Wabah cacar di Ternate.

 1559
o Para misionaris Portugis mendarat di Timor. Khairun menjadi Sultan Ternate.

 1560
o Portugis mendirikan pos misi dan perdagangan di Panarukan, di ujung timur Jawa.
o Spanyol mendirikan pos di Manado.

1561 – 1570

 1561
o Sultan Prawata dari Demak meninggal dunia.
o Misi Dominikan Portugis didirikan di Solor.

 1564
o Wabah cacar di Ambon.

 1565
o Aceh menyerang Johore.
o Kutai di Kalimantan menjadi Islam.

 1566
o Misi Dominikan Portugis di Solor membangun sebuah benteng batu.

 1568
o Serangan yang gagal oleh Aceh di Melaka Portugis.

 1569
o Portugis membangun benteng kayu di pulau Ambon.

 1570
o Aceh menyerang Johore lagi, namun gagal.
o Sultan Khairun dari Ternate menandatangani sebuah perjanjian damai dengan Portugis,
tetapi esok harinya ternyata ia diracuni. Agen-agen Portugis dicurigai melakukannya.
Babullah menjadi Sultan (hingga * 1583), dan bersumpah untuk mengusir Portugis
keluar dari benteng-benteng mereka.
o Maulana Yusup menjadi Sultan Banten.

1571 – 1580

 1571
o Alaudin Riayet Shah meninggal, kekacauan di Aceh hingga 1607.

 1574
o Jepara memimpin serangan yang gagal di Melaka.

 1575
o Sultan Babullah mengusir Portugis dari Ternate. Karena itu Portugis membangun sebuah
benteng di Tidore.

 1576
o Portugis membangun benteng di kota Ambon sekarang.

 1577
o Ki Ageng Pemanahan mendirikan Kota Gede (dekat Yogyakarta sekarang).

 1579
o Banten menyerang dan meluluhlantakkan Pajajaran merebut sisa-sisa Kerajaan Sunda,
dan menjadikannya Islam. Raja Sunda terakhir yang enggan memeluk Islam, yaitu Prabu
Ragamulya atau Prabu Suryakancana, meninggalkan ibukota Kerajaan Sunda tersebut
dan meninggal dalam pelarian di daerah Banten.
o November, Sir Francis Drake dari Britania, setelah menyerang kapal dan pelabuhan
Spanyol di Amerika, tiba di Ternate. Sultan Babullah, yang juga membenci orang-orang
Spanyol, mengadakan perjanjian persahabatan dengan Britania.

 1580
o Maulana Muhammad menjadi Sultan Banten.
o Portugal jatuh ke tangan kerajaan Spanyol; usaha-usaha kolonial Portugis tidak
dipedulikan.
o Drake mengunjungi Sulawesi dan Jawa, dalam perjalanan pulang ke Britania.
o Ternate menguasai Butung.

 1581
o Sekitar saat ini, Kyai Ageng Pemanahan mengambil alih distrik Mataram (yang telah
dijanjikan kepadanya oleh Joko Tingkir, yang menundanya hingga Sunan Kalijaga dari
Wali Songo mendesaknya), mengubah namanya menjadi Kyai Gedhe Mataram.

 1584
o Sutawijaya menggantikan ayahnya Kyai Gedhe Mataram sebagai pemerintah lokal dari
Mataram, memerintah dari Kota Gede.

 1585
o Sultan Aceh mengirim surat kepada Elizabeth I dari Britania.
o Kapal Portugis yang dikirim untuk membangun sebuah benteng dan misi di Bali karam
tepat di lepas pantai.

 1587
o Sutawijaya mengalahkan Pajang dan Joko Tingkir meninggal; garis keturunan beralih
kepada Sutawijaya. Gunung Merapi meletus.
o Portugis di Melaka menyerang Johore.
o Portugis menandatangani perjanjian perdamaian dengan Sultan Aceh.
o Sir Thomas Cavendish dari Britania mengunjungi Jawa.

 1588
o Sutawijaya mengganti namanya menjadi Senopati; merebut Pajang dan Demak.
 1590
o Desa asli Medan didirikan.

1591 – 1659

 1591
o Senopati merebut Madiun, lalu Kediri.
o Sir James Lancaster dari Britania tiba di Aceh dan Penang, tetapi misinya gagal.
o Ternate menyerang Portugis di Ambon.

 1593
o Ternate mengepung Portugis di Ambon kembali.

 1595
o 2 April, ekspedisi Belanda di bawah De Houtman berangkat ke Hindia Belanda.
o Suriansyah menjadikan Banjar di Kalimantan sebuah Kesultanan (belakangan
Banjarmasin).
o Portugis membangun benteng di Ende, Flores.

Kolonisasi VOC

Mulai tahun 1602 Belanda secara perlahan-lahan menjadi penguasa wilayah yang kini adalah
Indonesia, dengan memanfaatkan perpecahan di antara kerajaan-kerajaan kecil yang telah
menggantikan Majapahit. Satu-satunya yang tidak terpengaruh adalah Timor Portugis, yang
tetap dikuasai Portugal hingga 1975 ketika berintegrasi menjadi provinsi Indonesia bernama
Timor Timur. Belanda menguasai Indonesia selama hampir 350 tahun, kecuali untuk suatu masa
pendek di mana sebagian kecil dari Indonesia dikuasai Britania setelah Perang Jawa Britania-
Belanda dan masa penjajahan Jepang pada masa Perang Dunia II. Sewaktu menjajah Indonesia,
Belanda mengembangkan Hindia-Belanda menjadi salah satu kekuasaan kolonial terkaya di
dunia. 350 tahun penjajahan Belanda bagi sebagian orang adalah mitos belaka karena wilayah
Aceh baru ditaklukkan kemudian setelah Belanda mendekati kebangkrutannya.

Pada abad ke-17 dan 18 Hindia-Belanda tidak dikuasai secara langsung oleh pemerintah
Belanda namun oleh perusahaan dagang bernama Perusahaan Hindia Timur Belanda (bahasa
Belanda: Verenigde Oostindische Compagnie atau VOC). VOC telah diberikan hak monopoli
terhadap perdagangan dan aktivitas kolonial di wilayah tersebut oleh Parlemen Belanda pada
tahun 1602. Markasnya berada di Batavia, yang kini bernama Jakarta.

Tujuan utama VOC adalah mempertahankan monopolinya terhadap perdagangan rempah-


rempah di Nusantara. Hal ini dilakukan melalui penggunaan dan ancaman kekerasan terhadap
penduduk di kepulauan-kepulauan penghasil rempah-rempah, dan terhadap orang-orang non-
Belanda yang mencoba berdagang dengan para penduduk tersebut. Contohnya, ketika
penduduk Kepulauan Banda terus menjual biji pala kepada pedagang Inggris, pasukan Belanda
membunuh atau mendeportasi hampir seluruh populasi dan kemudian mempopulasikan pulau-
pulau tersebut dengan pembantu-pembantu atau budak-budak yang bekerja di perkebunan
pala.

VOC menjadi terlibat dalam politik internal Jawa pada masa ini, dan bertempur dalam beberapa
peperangan yang melibatkan pemimpin Mataram dan Banten.

Kolonisasi pemerintah Belanda

Setelah VOC jatuh bangkrut pada akhir abad ke-18 dan setelah kekuasaan Britania yang pendek
di bawah Thomas Stamford Raffles, pemerintah Belanda mengambil alih kepemilikan VOC pada
tahun 1816. Sebuah pemberontakan di Jawa berhasil ditumpas dalam Perang Diponegoro pada
tahun 1825-1830. Setelah tahun 1830 sistem tanam paksa yang dikenal sebagai cultuurstelsel
dalam bahasa Belanda mulai diterapkan. Dalam sistem ini, para penduduk dipaksa menanam
hasil-hasil perkebunan yang menjadi permintaan pasar dunia pada saat itu, seperti teh, kopi dll.
Hasil tanaman itu kemudian diekspor ke mancanegara. Sistem ini membawa kekayaan yang
besar kepada para pelaksananya - baik yang Belanda maupun yang Indonesia. Sistem tanam
paksa ini adalah monopoli pemerintah dan dihapuskan pada masa yang lebih bebas setelah
1870.

Pada 1901 pihak Belanda mengadopsi apa yang mereka sebut Politik Etis (bahasa Belanda:
Ethische Politiek), yang termasuk investasi yang lebih besar dalam pendidikan bagi orang-orang
pribumi, dan sedikit perubahan politik. Di bawah gubernur-jendral J.B. van Heutsz pemerintah
Hindia-Belanda memperpanjang kekuasaan kolonial secara langsung di sepanjang Hindia-
Belanda, dan dengan itu mendirikan fondasi bagi negara Indonesia saat ini.

Gerakan nasionalisme

Pada 1905 gerakan nasionalis yang pertama, Serikat Dagang Islam dibentuk dan kemudian
diikuti pada tahun 1908 oleh gerakan nasionalis berikutnya, Budi Utomo. Belanda merespon hal
tersebut setelah Perang Dunia I dengan langkah-langkah penindasan. Para pemimpin nasionalis
berasal dari kelompok kecil yang terdiri dari profesional muda dan pelajar, yang beberapa di
antaranya telah dididik di Belanda. Banyak dari mereka yang dipenjara karena kegiatan politis,
termasuk Presiden Indonesia yang pertama, Soekarno.

Perang Dunia II

Pada Mei 1940, awal Perang Dunia II, Belanda diduduki oleh Nazi Jerman. Hindia-Belanda
mengumumkan keadaan siaga dan di Juli mengalihkan ekspor untuk Jepang ke Amerika Serikat
dan Britania. Negosiasi dengan Jepang yang bertujuan untuk mengamankan persediaan bahan
bakar pesawat gagal di Juni 1941, dan Jepang memulai penaklukan Asia Tenggara di bulan
Desember tahun itu. Di bulan yang sama, faksi dari Sumatra menerima bantuan Jepang untuk
mengadakan revolusi terhadap pemerintahan Belanda. Pasukan Belanda yang terakhir
dikalahkan Jepang pada Maret 1942.
Pendudukan Jepang

Pada Juli 1942, Soekarno menerima tawaran Jepang untuk mengadakan kampanye publik dan
membentuk pemerintahan yang juga dapat memberikan jawaban terhadap kebutuhan militer
Jepang. Soekarno, Mohammad Hatta, dan para Kyai memperoleh penghormatan dari Kaisar
Jepang pada tahun 1943. Tetapi, pengalaman dari penguasaan Jepang di Indonesia sangat
bervariasi, tergantung di mana seseorang hidup dan status sosial orang tersebut. Bagi yang
tinggal di daerah yang dianggap penting dalam peperangan, mereka mengalami siksaan, terlibat
perbudakan seks, penahanan sembarang dan hukuman mati, dan kejahatan perang lainnya.
Orang Belanda dan campuran Indonesia-Belanda merupakan target sasaran dalam penguasaan
Jepang.

Pada Maret 1945 Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI). Pada pertemuan pertamanya di bulan Mei, Soepomo membicarakan
integrasi nasional dan melawan individualisme perorangan; sementara itu Muhammad Yamin
mengusulkan bahwa negara baru tersebut juga sekaligus mengklaim Sarawak, Sabah, Malaya,
Portugis Timur, dan seluruh wilayah Hindia-Belanda sebelum perang.

Pada 9 Agustus 1945 Soekarno, Hatta dan Radjiman Widjodiningrat diterbangkan ke Vietnam
untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang menuju
kehancuran tetapi Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada 24 Agustus.

Era kemerdekaan
Proklamasi kemerdekaan

Mendengar kabar bahwa Jepang tidak lagi mempunyai kekuatan untuk membuat keputusan
seperti itu pada 16 Agustus, Soekarno membacakan "Proklamasi" pada hari berikutnya. Kabar
mengenai proklamasi menyebar melalui radio dan selebaran sementara pasukan militer
Indonesia pada masa perang, Pasukan Pembela Tanah Air (PETA), para pemuda, dan lainnya
langsung berangkat mempertahankan kediaman Soekarno.

Pada 18 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) melantik Soekarno
sebagai Presiden dan Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden dengan menggunakan
konstitusi yang dirancang beberapa hari sebelumnya. Kemudian dibentuk Komite Nasional
Indonesia Pusat (KNIP) sebagai parlemen sementara hingga pemilu dapat dilaksanakan.
Kelompok ini mendeklarasikan pemerintahan baru pada 31 Agustus dan menghendaki Republik
Indonesia yang terdiri dari 8 provinsi: Sumatra, Kalimantan (tidak termasuk wilayah Sabah,
Sarawak dan Brunei), Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, Maluku (termasuk Papua)
dan Nusa Tenggara.

Perang kemerdekaan
Dari 1945 hingga 1949, persatuan kelautan Australia yang bersimpati dengan usaha
kemerdekaan, melarang segala pelayaran Belanda sepanjang konflik ini agar Belanda tidak
mempunyai dukungan logistik maupun suplai yang diperlukan untuk membentuk kembali
kekuasaan kolonial.

Usaha Belanda untuk kembali berkuasa dihadapi perlawanan yang kuat. Setelah kembali ke
Jawa, pasukan Belanda segera merebut kembali ibukota kolonial Batavia, akibatnya para
nasionalis menjadikan Yogyakarta sebagai ibukota mereka. Pada 27 Desember 1949 (lihat artikel
tentang 27 Desember 1949), setelah 4 tahun peperangan dan negosiasi, Ratu Juliana dari
Belanda memindahkan kedaulatan kepada pemerintah Federal Indonesia. Pada 1950, Indonesia
menjadi anggota ke-60 PBB.

Demokrasi parlementer

Tidak lama setelah itu, Indonesia mengadopsi undang-undang baru yang terdiri dari sistem
parlemen di mana dewan eksekutifnya dipilih oleh dan bertanggung jawab kepada parlemen
atau MPR. MPR terbagi kepada partai-partai politik sebelum dan sesudah pemilu pertama pada
tahun 1955, sehingga koalisi pemerintah yang stabil susah dicapai.

Peran Islam di Indonesia menjadi hal yang rumit. Soekarno lebih memilih negara sekuler yang
berdasarkan Pancasila sementara beberapa kelompok Muslim lebih menginginkan negara Islam
atau undang-undang yang berisi sebuah bagian yang menyaratkan umat Islam takluk kepada
hukum Islam.Demokrasi Parlementer, adalah suatu demokrasi yang menempatkan kedudukan
badan legislatif lebih tinggi dari pada badan eksekutif. Kepala pemerintahan dipimpin oleh
seorang Perdana Menteri. Perdana menteri dan menteri-menteri dalam kabinet diangkat dan
diberhentikan oleh parlemen. Dalam demokrasi parlementer Presiden menjabat sebagai kepala
negara.

Demokrasi Terpimpin

Pemberontakan yang gagal di Sumatera, Sulawesi, Jawa Barat dan pulau-pulau lainnya yang
dimulai sejak 1958, ditambah kegagalan MPR untuk mengembangkan konstitusi baru,
melemahkan sistem parlemen Indonesia. Akibatnya pada 1959 ketika Presiden Soekarno secara
unilateral membangkitkan kembali konstitusi 1945 yang bersifat sementara, yang memberikan
kekuatan presidensil yang besar, dia tidak menemui banyak hambatan.

Dari 1959 hingga 1965, Presiden Soekarno berkuasa dalam rezim yang otoriter di bawah label
"Demokrasi Terpimpin". Dia juga menggeser kebijakan luar negeri Indonesia menuju non-blok,
kebijakan yang didukung para pemimpin penting negara-negara bekas jajahan yang menolak
aliansi resmi dengan Blok Barat maupun Blok Uni Soviet. Para pemimpin tersebut berkumpul di
Bandung, Jawa Barat pada tahun 1955 dalam KTT Asia-Afrika untuk mendirikan fondasi yang
kelak menjadi Gerakan Non-Blok.
Pada akhir 1950-an dan awal 1960-an, Soekarno bergerak lebih dekat kepada negara-negara
komunis Asia dan kepada Partai Komunis Indonesia (PKI) di dalam negeri. Meski PKI merupakan
partai komunis terbesar di dunia di luar Uni Soviet dan China, dukungan massanya tak pernah
menunjukkan penurutan ideologis kepada partai komunis seperti di negara-negara lainnya.

Nasib Irian Barat

Pada saat kemerdekaan, pemerintah Belanda mempertahankan kekuasaan terhadap belahan


barat pulau Nugini (Papua), dan mengizinkan langkah-langkah menuju pemerintahan-sendiri
dan pendeklarasian kemerdekaan pada 1 Desember 1961.

Negosiasi dengan Belanda mengenai penggabungan wilayah tersebut dengan Indonesia gagal,
dan pasukan penerjun payung Indonesia mendarat di Irian pada 18 Desember sebelum
kemudian terjadi pertempuran antara pasukan Indonesia dan Belanda pada 1961 dan 1962.
Pada 1962 Amerika Serikat menekan Belanda agar setuju melakukan perbincangan rahasia
dengan Indonesia yang menghasilkan Perjanjian New York pada Agustus 1962, dan Indonesia
mengambil alih kekuasaan terhadap Irian Jaya pada 1 Mei 1963.

Konfrontasi Indonesia-Malaysia

Soekarno menentang pembentukan Federasi Malaysia dan menyebut bahwa hal tersebut
adalah sebuah "rencana neo-kolonial" untuk mempermudah rencana komersial Inggris di
wilayah tersebut. Selain itu dengan pembentukan Federasi Malaysia, hal ini dianggap akan
memperluas pengaruh imperialisme negara-negara Barat di kawasan Asia dan memberikan
celah kepada negara Inggris dan Australia untuk mempengaruhi perpolitikan regional Asia.
Menanggapi keputusan PBB untuk mengakui kedaulatan Malaysia dan menjadikan Malaysia
anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, presiden Soekarno mengumumkan pengunduran
diri negara Indonesia dari keanggotaan PBB pada tanggal 20 Januari 1965 dan mendirikan
Konferensi Kekuatan Baru (CONEFO) sebagai tandingan PBB dan GANEFO sebagai tandingan
Olimpiade. Pada tahun itu juga konfrontasi ini kemudian mengakibatkan pertempuran antara
pasukan Indonesia dan Malaysia (yang dibantu oleh Inggris).

Gerakan 30 September

Hingga 1965, PKI telah menguasai banyak dari organisasi massa yang dibentuk Soekarno untuk
memperkuat dukungan untuk rezimnya dan, dengan persetujuan dari Soekarno, memulai
kampanye untuk membentuk "Angkatan Kelima" dengan mempersenjatai pendukungnya. Para
petinggi militer menentang hal ini.

Pada 30 September 1965, enam jendral senior dan beberapa orang lainnya dibunuh dalam
upaya kudeta yang disalahkan kepada para pengawal istana yang loyal kepada PKI. Panglima
Komando Strategi Angkatan Darat saat itu, Mayjen Soeharto, menumpas kudeta tersebut dan
berbalik melawan PKI. Soeharto lalu menggunakan situasi ini untuk mengambil alih kekuasaan.
Lebih dari puluhan ribu orang-orang yang dituduh komunis kemudian dibunuh. Jumlah korban
jiwa pada 1966 mencapai setidaknya 500.000; yang paling parah terjadi di Jawa dan Bali.

Era Orde Baru


Setelah Soeharto menjadi Presiden, salah satu pertama yang dilakukannya adalah mendaftarkan
Indonesia menjadi anggota PBB lagi. Indonesia pada tanggal 19 September 1966
mengumumkan bahwa Indonesia "bermaksud untuk melanjutkan kerjasama dengan PBB dan
melanjutkan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan PBB", dan menjadi anggota PBB kembali pada
tanggal 28 September 1966, tepat 16 tahun setelah Indonesia diterima pertama kalinya.

Pada 1968, MPR secara resmi melantik Soeharto untuk masa jabatan 5 tahun sebagai presiden,
dan dia kemudian dilantik kembali secara berturut-turut pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988,
1993, dan 1998.

Presiden Soeharto memulai "Orde Baru" dalam dunia politik Indonesia dan secara dramatis
mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang ditempuh Soekarno pada
akhir masa jabatannya. Orde Baru memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi sebagai
tujuan utamanya dan menempuh kebijakannya melalui struktur administratif yang didominasi
militer namun dengan nasehat dari ahli ekonomi didikan Barat. Selama masa pemerintahannya,
kebijakan-kebijakan ini, dan pengeksploitasian sumber daya alam secara besar-besaran
menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar namun tidak merata di Indonesia. Contohnya,
jumlah orang yang kelaparan dikurangi dengan besar pada tahun 1970-an dan 1980-an. Dia juga
memperkaya dirinya, keluarganya, dan rekan-rekat dekat melalui korupsi yang merajalela.

Irian Jaya

Setelah menolak supervisi dari PBB, pemerintah Indonesia melaksanakan "Act of Free Choice"
(Aksi Pilihan Bebas) di Irian Jaya pada 1969 di mana 1.025 wakil kepala-kepala daerah Irian
dipilih dan kemudian diberikan latihan dalam bahasa Indonesia. Mereka secara konsensus
akhirnya memilih bergabung dengan Indonesia. Sebuah resolusi Sidang Umum PBB kemudian
memastikan perpindahan kekuasaan kepada Indonesia. Penolakan terhadap pemerintahan
Indonesia menimbulkan aktivitas-aktivitas gerilya berskala kecil pada tahun-tahun berikutnya
setelah perpindahan kekuasaan tersebut. Dalam atmosfer yang lebih terbuka setelah 1998,
pernyataan-pernyataan yang lebih eksplisit yang menginginkan kemerdekaan dari Indonesia
telah muncul.

Timor Timur

Dari 1596 hingga 1975, Timor Timur adalah sebuah jajahan Portugis di pulau Timor yang dikenal
sebagai Timor Portugis dan dipisahkan dari pesisir utara Australia oleh Laut Timor. Akibat
kejadian politis di Portugal, pejabat Portugal secara mendadak mundur dari Timor Timur pada
1975. Dalam pemilu lokal pada tahun 1975, Fretilin, sebuah partai yang dipimpin sebagian oleh
orang-orang yang membawa paham Marxisme, dan UDT, menjadi partai-partai terbesar, setelah
sebelumnya membentuk aliansi untuk mengkampanyekan kemerdekaan dari Portugal.

Pada 7 Desember 1975, pasukan Indonesia masuk ke Timor Timur. Indonesia, yang mempunyai
dukungan material dan diplomatik, dibantu peralatan persenjataan yang disediakan Amerika
Serikat dan Australia, berharap dengan memiliki Timor Timur mereka akan memperoleh
tambahan cadangan minyak dan gas alam, serta lokasi yang strategis.

Pada masa-masa awal, pihak militer Indonesia (ABRI) membunuh hampir 200.000 warga Timor
Timur — melalui pembunuhan, pemaksaan kelaparan dan lain-lain. Banyak pelanggaran HAM
yang terjadi saat Timor Timur berada dalam wilayah Indonesia.

Pada 30 Agustus 1999, rakyat Timor Timur memilih untuk memisahkan diri dari Indonesia dalam
sebuah pemungutan suara yang diadakan PBB. Sekitar 99% penduduk yang berhak memilih
turut serta; 3/4-nya memilih untuk merdeka. Segera setelah hasilnya diumumkan, dikabarkan
bahwa pihak militer Indonesia melanjutkan pengrusakan di Timor Timur, seperti merusak
infrastruktur di daerah tersebut.

Pada Oktober 1999, MPR membatalkan dekrit 1976 yang mengintegrasikan Timor Timur ke
wilayah Indonesia, dan Otorita Transisi PBB (UNTAET) mengambil alih tanggung jawab untuk
memerintah Timor Timur sehingga kemerdekaan penuh dicapai pada Mei 2002 sebagai negara
Timor Leste.

Krisis ekonomi

Pada pertengahan 1997, Indonesia diserang krisis keuangan dan ekonomi Asia (untuk lebih jelas
lihat: Krisis finansial Asia), disertai kemarau terburuk dalam 50 tahun terakhir dan harga minyak,
gas dan komoditas ekspor lainnya yang semakin jatuh. Rupiah jatuh, inflasi meningkat tajam,
dan perpindahan modal dipercepat. Para demonstran, yang awalnya dipimpin para mahasiswa,
meminta pengunduran diri Soeharto. Di tengah gejolak kemarahan massa yang meluas, serta
ribuan mahasiswa yang menduduki gedung DPR/MPR, Soeharto mengundurkan diri pada 21
Mei 1998, tiga bulan setelah MPR melantiknya untuk masa bakti ketujuh. Soeharto kemudian
memilih sang Wakil Presiden, B. J. Habibie, untuk menjadi presiden ketiga Indonesia.

Era reformasi
Pemerintahan Habibie

Presiden Habibie segera membentuk sebuah kabinet. Salah satu tugas pentingnya adalah
kembali mendapatkan dukungan dari Dana Moneter Internasional dan komunitas negara-negara
donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga membebaskan para tahanan politik dan
mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat dan kegiatan organisasi.
Pemerintahan Wahid

Pemilu untuk MPR, DPR, dan DPRD diadakan pada 7 Juni 1999. PDI Perjuangan pimpinan putri
Soekarno, Megawati Sukarnoputri keluar menjadi pemenang pada pemilu parlemen dengan
mendapatkan 34% dari seluruh suara; Golkar (partai Soeharto - sebelumnya selalu menjadi
pemenang pemilu-pemilu sebelumnya) memperoleh 22%; Partai Persatuan Pembangunan
pimpinan Hamzah Haz 12%; Partai Kebangkitan Bangsa pimpinan Abdurrahman Wahid (Gus
Dur) 10%. Pada Oktober 1999, MPR melantik Abdurrahman Wahid sebagai presiden dan
Megawati sebagai wakil presiden untuk masa bakti 5 tahun. Wahid membentuk kabinet
pertamanya, Kabinet Persatuan Nasional pada awal November 1999 dan melakukan reshuffle
kabinetnya pada Agustus 2000.

Pemerintahan Presiden Wahid meneruskan proses demokratisasi dan perkembangan ekonomi


di bawah situasi yang menantang. Di samping ketidakpastian ekonomi yang terus berlanjut,
pemerintahannya juga menghadapi konflik antar etnis dan antar agama, terutama di Aceh,
Maluku, dan Papua. Di Timor Barat, masalah yang ditimbulkan rakyat Timor Timur yang tidak
mempunyai tempat tinggal dan kekacauan yang dilakukan para militan Timor Timur pro-
Indonesia mengakibatkan masalah-masalah kemanusiaan dan sosial yang besar. MPR yang
semakin memberikan tekanan menantang kebijakan-kebijakan Presiden Wahid, menyebabkan
perdebatan politik yang meluap-luap.

Pemerintahan Megawati

Pada Sidang Umum MPR pertama pada Agustus 2000, Presiden Wahid memberikan laporan
pertanggung jawabannya. Pada 29 Januari 2001, ribuan demonstran menyerbu MPR dan
meminta Presiden agar mengundurkan diri dengan alasan keterlibatannya dalam skandal
korupsi. Di bawah tekanan dari MPR untuk memperbaiki manajemen dan koordinasi di dalam
pemerintahannya, dia mengedarkan keputusan presiden yang memberikan kekuasaan negara
sehari-hari kepada wakil presiden Megawati. Megawati mengambil alih jabatan presiden tak
lama kemudian.Kabinet pada masa pemerintahan Megawati disebut dengan kabinet gotong
royong.

Pemerintahan Yudhoyono

Pada 2004, pemilu satu hari terbesar di dunia diadakan dan Susilo Bambang Yudhoyono tampil
sebagai presiden baru Indonesia. Pemerintah baru ini pada awal masa kerjanya telah menerima
berbagai cobaan dan tantangan besar, seperti gempa bumi besar di Aceh dan Nias pada
Desember 2004 yang meluluh lantakkan sebagian dari Aceh serta gempa bumi lain pada awal
2005 yang mengguncang Sumatra.

Pada 17 Juli 2005, sebuah kesepakatan bersejarah berhasil dicapai antara pemerintah Indonesia
dengan Gerakan Aceh Merdeka yang bertujuan mengakhiri konflik berkepanjangan selama 30
tahun di wilayah Aceh.
Catatan kaki
1. ^ Masih diperdebatkan, apakah termasuk H. erectus atau H. sapiens
2. ^ Swisher et al. 1996 (cit. Capelli et al. 2001. Am. J. Hum. Genet. 68:432-443) menyebutkan
hingga 25.000 tahun yang lalu.
3. ^ Roberts 1990.
4. ^ Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, 2005, Rajawali Press, hal. 8-9; Ahmad
Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah, 1998, cet. IV, Mizan, hal. 92-93; A. Hasymi, Sejarah
Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia: Kumpulan prasaran pada seminar di Aceh, 1993,
cet. 3, al-Ma'arif, hal. 7; Hadi Arifin, Malikussaleh: Mutiara dari Pasai, 2005, PT. Madani Press,
hal. Xvi; Ensiklopedia Tematis Dunia Islam Asia Tenggara, Kedatangan dan Penyebaran Islam oleh
Dr. Uka Tjandrasasmita, 2002, Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, hal 9-27. Dalam beberapa
literatur lain disebutkan bahwa Islam masuk ke Indonesia abad ke 9. Ada juga yang menyebutkan
abad ke 13. Namun, sebenarnya Islam masuk ke Indonesia abad 7M, lalu berkembang menjadi
institusi politik sejak abad 9M, dan pada abad 13M kekuatan politik Islam menjadi amat kuat.
5. ^ Musyrifah Sunanto, op cit. hal 6.

Anda mungkin juga menyukai