Anda di halaman 1dari 17

Abstrak

Setiap perusahaan secara umum mempunyai suatu struktur organisasi fungsional


yang dapat membantu menjelaskan alur bagaimana suatu proses atau kegiatan di dalam
perusahaan dilakukan. Namun sering kali pada struktur organisasi fungsional melalui
beberapa tahap yang sebenarnya ada kemungkinan untuk dipersingkat. Panjangnya suatu
alur bisnis proses tidak jarang juga mempengaruhi banyaknya keterlibatan karyawan-
karyawan yang harus menyelesaikan satu kegiatan tersebut, sehingga disini terjadi
penumpukan sumber daya yang berlebihan. Disinilah tujuan utama
diimplementasikannya aplikasi ERP. Pengimplemtasian ERP akan memangkas beberapa
alur bisnis proses yang tidak efisien dan efektif tersebut. Pembentukan alur bisnis proses
yang lebih baik akan meningkatkan efektifitas jalur komunikasi antar bagian fungsional
perusahaan sehingga dapat membantu mengurangi permasalahan yang mungkin muncul
antar bagian tersebut dalam melakukan kerja sama suatu kegiatan yang melibatkan
mereka (Hammer, 2003; Llewellyn dan Armistead, 2000).
Langkah awal yang perlu dilakukan dalam implementasi ERP adalah melakukan
identifikasi terhadap struktur organisasi fungsional dari suatu perusahaan dan kemudian
dari situ dapat didefinisikan suatu bisnis proses dari suatu kegiatan di dalam perusahaan.
Langkah selanjutnya adalah mendesain ulang bisnis proses yang ada. Langkah ini
dilakukan untuk membuat suatu bisnis proses yang baru yang dapat menghasilkan tingkat
keefektifan dan keefisienannya paling maksimum. Setelah didapat bisnis proses yang
sesuai maka selanjutnya adalah mendesain aplikasi ERP untuk mendukung perubahan
bisnis proses tersebut. Disini aplikasi ERP yang ada dapat dikembangkan sendiri dari
awal atau dengan memodifikasi dari aplikasi ERP yang berlisensi yang telah dibeli.
Tahap selanjutnya adalah pengimplementasian dari sistem secara keseluruhan tersebut.
Di dalam implementasian ini, selalu dilakukan monitoring dan evaluasi yang
berkesinambungan terhadap sistem.

1
Tujuan dari monitoring dan evaluasi ini adaah untuk menilai apakah sistem yang
berjalan sudah sesuai dengan kebutuhan dalam menyelesaikan satu kegiatan tersebut.
Dari sini akan dapat diputuskan perbaikan ataupun penambahan dari aplikasi yang
mungkin dapat mendukung kegiatan dalam perusahaan tersebut menjadi lebih efektif dan
efisien.
Sebuah implementasi ERP, meskipun pada ideal-nya akan membantu
perusahaan dalam mendapatkan informasi planning/perencanaan dan fungsi advance
(lanjutan) yang dapat memprediksi apapun, tentunya memiliki syarat untuk sampai pada
titik ideal tersebut. Ketika perusahaan melakukan implementasi, penting untuk mengerti
bahwa akan ada efek baik yang positif maupun negatif bagi perusahaan, sehingga yang
terbaik yang bisa dilakukan adalah merancang implementasi sebaik mungkin untuk
mengurangi side effect yang kurang menguntungkan. Suatu hal yang dianggap penting
untuk mengerti bahwa masing-masing perusahaan memiliki keunikan dalam melakukan
implementasi ERP, namun saran terbaik yang bisa dilakukan adalah implementasi secara
bertahap berdasarkan kebutuhan dasar dan kemampuan perusahaan (termasuk budget dan
kemampuan SDM yang ada), atau dengan mempertimbangkan secara matang untuk
merombak keseluruhan business process perusahaan, maka cara ‘big bang’ atau full
modul implement secara berkesinambungan merupakan alternatif lainnya.
(Keyword : Implementation of ERP, Business Process, BPR)

2
PENDAHULUAN

1.1 Sejarah Perkembangan


Komputer bukanlah suatu barang yang baru bagi banyak perusahaan-
perusahaan. Terbukti sudah sejak dari tahun 1960-an, dimana komputer sudah dapat
diproduksi untuk kepentingan terbatas bagi keperluan bisnis, komputer merupakan suatu
perangkat yang dapat membantu kegiatan rutinitas yang dilakukan perusahaan menjadi
lebih cepat dan akurat. Pada awal masa ini komputer yang dibeli oleh perusahaan tidak
dapat melakukan apa-apa, karena di dalam komputer tersebut tidak terdapat aplikasi apa-
apa. Kemudian komputer ini untuk dapat digunakan diperlukan aplikasi tertentu dan pada
saat itu aplikasi tersebut dikerjakan oleh divisi sistem informasi perusahaan sendiri.
Dampak dari ini adalah tidak adanya model yang sama antara satu perusahaan dengan
perusahaan yang lain. Pada awal masa ini aplikasi yang dibuat hanya sebatas untuk
perhitungan gaji karyawan yang paling sederhana dan perhitungan financial umum yang
sederhana.
Pada tahun 1960 hingga 1970–an tersebut, dengan kondisi aplikasi tidak tersedia
di dalam komputer yang baru memaksa pemrograman secara mandiri dari internal
perusahaan seperti yang telah diceritakan di atas. Dampak dari hal tersebut adalah
perlunya perencanaan matang mengenai kebutuhan user akan aplikasi dan tentunya
dibutuhkan anggaran lebih untuk mewujudkan aplikasi tersbut. Namun pemrograman
suatu aplikasi bukanlah suatu hal yang mudah, selain prosesnya yang kompleks sehingga
memakan waktu yang cukup lama, seringkali terjadi salah paham antara keinginan user
dengan yang ditafsirkan oleh programmer. Sehingga tingkat kegagalan saat itu adalah
sangat tinggi dan hanya perusahaan besar saja yang bisa memenuhinya.
Kemudian pada tahun 1970 hingga 1980-an, menyadarinya pentingnya suatu
aplikasi yang dapat mendukung kelengkapan suatu komputer, maka beberapa konsultan
komputer dan programmer mulai berpikir untuk membuat suatu aplikasi yang standar
dengan tujuan adalah dapat mempersingkat waktu pengembangan dan implementasi dari
aplikasi terebut untuk memenuhi kebutuhan dari perusahaan tersebut.
3
Jadi disini meskipun standar namun dapat dilakukan modifikasi sesuai
kebutuhan perusahaan. Selain itu dengan adanya aplikasi standar ini juga perusahaan
tidak perlu melakukan uji coba dari aplikasi dan tidak diperlukannya orang-orang yang
sangat berkompeten di bidang ini.
Pada masa ini aplikasi standar yang ada umumnya masih berupa aplikasi-
aplikasi yang terpisah dan berdiri sendiri. Sehingga muncul banyak modul seperti modul
keuangan, modul human resources dan modul manufaktur. Pada tahun 1980an ini
muncul aplikasi yang disebut MRP atau Material Requirement Planning yang merupakan
cikal bakal dari aplikasi ERP atau Enterprise Resources Planning dikemudian hari.
Banyaknya modul yang terpisah-pisah ini membuat penganggaran biaya yang diperlukan
sangat banyak, karena dalam satu perusahaan seringkali dibutuhkan modul lebih dari satu
jenis. Kelemahan lain dari masa aplikasi standar ini adalah tidak didapatnya suatu
aplikasi yang dapat dimanfaatkan secara satu kesatuan, sehingga seringkali menyulitkan
dalam pembaharuan data yang secara berkesinambungan dalam waktu singkat pada setiap
modul-modul tersebut.
Tahun 1990-an perkembangan aplikasi berubah menjadi suite application yaitu
dimana dalam satu aplikasi sudah mencakup beberapa modul-modul standar yang pada
dekade sebelumnya merupakan suatu modul yang terpisah. Dengan adanya suatu aplikasi
dengan berbagai modul di dalamnya, maka dapat dimungkinkannya suatu pembaharuan
pada informasi setiap modul secara berkesinambungan dan serentak karena dengan
aplikasi yang baru ini sudah menggunakan database yang sama untuk setiap modul yang
telah disediakan dalam paket aplikasi tersebut. Suite application inilah yang merupakan
konsep dasar dari Enterprise Planning Resource. Dan kemudian pada tahun 2000,
aplikasi ini di tingkatkan kemampuannya dengan penambahan unsur internetnya, dimana
modul ERP ini dapat dilakukan pembaharuan informasi melalui internet melalui halaman
web perusahaan dengan akses terbatas. Dan pada aplikasi yang telah didukung dengan
unsur internet ini akan ditambahkan fitur-fitur pendukung lainnya seperti e-payment, e-
store dan sebagainya.

4
1.2 ERP Si Pendobrak Struktur Organisasi Fungsional
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa ERP terlahir dari proses jangka panjang
yang melalui berbagai pemikiran dan inovasi terhadap kebutuhan para user untuk
melakukan kegiatan-kegiatan di dalam perusahaan. Di dalam aplikasi ERP ini telah
ditanamkan modul-modul kegiatan umum perusahaan, yang sebelumnya merupakan
suatu modul terpisah, menjadi suatu bagian yang terintegrasi dalam suatu sistem
database. Modul umum yang tertanam di dalam aplikasi ini adalah seperti modul
produksi, penjualan, keuangan dan sumber daya manusia. Karena terintegrasi dengan satu
sistem database yang sama maka dimungkinkannya terjadinya pertukaran informasi dari
masing-masing modul sesuai dengan alur bisnis proses yang dimiliki oleh perusahaan.
Meskipun dalam satu paket, aplikasi ERP ini dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan
dari masing-masing perusahaan yang mengimplementasikannya. (Esteves dan Pastor,
1999).

5
Gambar 1. Skema umum modul yang terintegrasi pada aplikasi ERP dari
http://www.cyberlearnonline.com/pic/erp-image.jpg

Setiap perusahaan secara umum mempunyai suatu struktur organisasi fungsional


yang dapat membantu menjelaskan alur bagaimana suatu proses atau kegiatan di dalam
perusahaan dilakukan. Namun sering kali pada struktur organisasi fungsional ini
membuat suatu proses atau kegiatan yang ada terlalu berlarut-larut dan melalui beberapa
tahap yang sebenarnya ada kemungkinan untuk dipersingkat. Panjangnya suatu alur
bisnis proses tidak jarang juga mempengaruhi banyaknya keterlibatan karyawan-
karyawan yang harus menyelesaikan satu kegiatan tersebut, sehingga disini terjadi
penumpukan sumber daya yang berlebihan. Disinilah tujuan utama
diimplementasikannya aplikasi ERP.

6
ANALISA DAN PEMBAHASAN

2.1. IMPLEMENTASI ERP


Pengimplementasian ERP akan memangkas beberapa alur bisnis proses yang
tidak efisien dan efektif tersebut. Pembentukan alur bisnis proses yang lebih baik akan
meningkatkan efektifitas jalur komunikasi antar bagian fungsional perusahaan sehingga
dapat membantu mengurangi permasalahan yang mungkin muncul antar bagian tersebut
dalam melakukan kerja sama suatu kegiatan yang melibatkan mereka (Hammer, 2003;
Llewellyn dan Armistead, 2000). Selain itu dapat meningkatkan koordinasi internal
perusahaan dan menciptakan semangat kerja tim yang kuat di sebagian besar perusahaan
(McQueen, 1999). Dengan demikian akan membentuk performa dari kinerja perusahaan
meningkat baik dalam jangka pendek dan jangka panjang.
Namun sebelum mencapai hal tersebut maka perlu dilakukan beberapa tahapan
untuk mendesain ulang suatu bisnis proses yang paling efektif dengan mengukurnya
dengan tiga kriteria yaitu kompleksitas, integrasi dan kedinamisan suatu struktur yang
memenuhi karakteristik masa informasi bisnis sekarang ini (Regev et al., 2005). Berikut
diagram alir dari perubahan model struktur organisasi fungsional menjadi struktur
organisasi berbasis proses.

7
Gambar 2. Diagram alir dari perubahan model struktur organisasi fungsional menjadi
struktur organisasi berbasis proses (U. Kumar et al., 2008)

Untuk mendapatkan suatu bisnis proses dengan memanfaatkan implementasi


ERP pada sistem perusahaan, langkah awal yang perlu dilakukan adalah melakukan
identifikasi terhadap struktur organisasi fungsional dari suatu perusahaan dan kemudian
dari situ dapat didefinisikan suatu bisnis proses dari suatu kegiatan di dalam perusahaan.
Bisnis proses ini menyimpan informasi mengenai langkah-langkah yang berhubungan
dan terstruktur dalam melakukan satu kegiatan di dalam perusahaan, contohnya proses
produksi.
8
Dari setiap langkah ini akan diukur tingkat keefisienan dan kefektifitasannya.
Apakah pada langkah tersebut memakan banyak waktu, pengalokasian sumber daya baik
itu manusia ataupun pendukung yang berlebih atau tidak, tingkat keperluan melalui
langkah tersebut untuk menyelesaikan kegiatan yang dituju, dan lain-lain.
Langkah selanjutnya adalah mendesain ulang bisnis proses yang ada. Langkah
ini dilakukan untuk membuat suatu bisnis proses yang baru yang dapat menghasilkan
tingkat keefektifan dan keefisienannya paling maksimum. Pada langkah ini tidak selalu
dilakukan dengan memotong mata rantai dari bisnis proses yang ada. Ada kemungkinan
penambahan suatu mata rantai pada bisnis proses tersebut namun tetap dengan tujuan
meningkatkan value dari kegiatan tersebut. Selain itu juga dimungkinkan adanya
pengembangan lebih mendalam pada salah satu mata rantai apabila memang mata rantai
tersebut mempunyai tingkat potensi yang cukup tinggi untuk dikembangkan dalam
mendukung mata rantai bisnis proses tersebut. Setelah didapat bisnis proses yang sesuai
maka selanjutnya adalah mendesain aplikasi ERP untuk mendukung perubahan bisnis
proses tersebut. Disini aplikasi ERP yang ada dapat dikembangkan sendiri dari awal atau
dengan memodifikasi dari aplikasi ERP yang berlisensi yang telah dibeli.
Tahap selanjutnya adalah pengimplementasian dari sistem secara keseluruhan
tersebut. Di dalam implementasian ini, selalu dilakukan monitoring dan evaluasi yang
berkesinambungan terhadap sistem. Tujuan dari monitoring dan evaluasi ini adalah untuk
menilai apakah sistem yang berjalan sudah sesuai dengan kebutuhan dalam
menyelesaikan satu kegiatan tersebut. Dari sini akan dapat diputuskan perbaikan ataupun
penambahan dari aplikasi yang mungkin dapat mendukung kegiatan dalam perusahaan
tersebut menjadi lebih efektif dan efisien.

9
2.2 Life Cycle dari ERP Sistem
Suatu sistem di informasi di dalam perusahaan mempunyai suatu jangka waktu
atau life cycle tertentu. Hal ini dapat dipastikan karena adanya perubahan teknologi dan
penyempurnaan dari suatu aplikasi yang bergerak sangat cepat, ini dapat dilihat dari
sejarah perkembangan aplikasi yang telah dijabarkan sebelumnya. Untuk mendefinisikan
life cycle dari sistem ERP ini digunakan model yang dibuat oleh Esteves dan Pastor
(1999). Dengan model ini akan dapat memberikan gambaran mengenai life cycle dari
sistem ERP tersebut yang dibagi dalam enam tahap. Yaitu keputusan untuk adopsi,
akuisisi, implementasi, penggunaan dan perawatan, evolusi dan tahap peralihan ke
teknologi baru.
Seperti telah dijabarkan di atas, tahap awal dari implementasi ERP adalah
pengenalan latar belakang dan bisnis proses dari perusahaan. Biasanya untuk proses
tersebut dilakukan oleh konsultan Sistem Informasi yang disewa. Disini nantinya setelah
konsultan ini selesai dengan proses pengenalan seluk beluk perusahaan, konsultan juga
akan melakukan analisa sistem yang dibutuhkan, baik perangkat lunak maupun perangkat
keras, analisa tujuan yang ingin dituju dan kekurangan serta kelebihan yang mungkin
muncul dari dampak implementasi sistem baru pada bisnis dan setiap tingkatan dalam
struktur organisasi. Kemudian setelah proses ini maka perlunya keputusan dari manajer
untuk mengadopsi sistem atau tidak.
Setelah tahap keputusan adopsi diambil, maka selanjutnya adalah tahap akusisi.
Pada tahap akusisi ini melakukan analisa dan pemilihan dari vendor penyedia ERP sistem
ini. Pemilihan dari produk ERP ini sangatlah penting dikarenakan beberapa hal yaitu :
1. setiap produk ERP adalah unik, artinya disini adalah produk ERP yang
diimplementasikan dalam perusahaan lain belum tentu dapat digunakan dalam
perusahaan yang mau menerapkan sistem ERP ini, dikarenakan setiap perusahaan
juga mempunyai keunikan masing-masing dalam menjalankan bisnis utamanya.

10
2. pemilihan produk ERP harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan dari setiap
user di setiap bagian yang ada di dalam perusahaan. Hal ini perlu dilakukan
dengan baik karena implementasi ERP merupakan investasi yang cukup mahal.

3. pemilihan produk ERP yang tepat dapat membantu minimalisasi kostumisasi dari
aplikasi agar dapat memenuhi kebutuhan dari perusahaan. Dengan minimalnya
kostumisasi aplikasi maka semakin menghemat investasi yang harus dilakukan ke
dalam sistem ini
4. pemilihan produk dari ERP juga harus didasarkan pada pelayanan tambahan yang
diberikan oleh vendor seperti training atau pelayanan perawatan sistem, selain itu
juga tentunya harga yang ditawarkan

Setelah produk ERP diputuskan maka selanjutnya masuk ke tahap implementasi


dari sistem ERP ke dalam perusahaan. Pada tahap ini, selengkap apapun modul yang
diberikan dari vendor umumnya modul tersebut merupakan model standar. Pada model
standar ini modul yang disediakan berupa kebutuhan umum dari perusahaan, sehingga
tidak sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan dari keunikan bisnis proses dari
perusahaan. Sehingga pada proses ini perlu dilakukan modifikasi terhadap aplikasi
tersebut. Modifikasi bukan berupa modifikasi perubahan pada tampilan saja, namun juga
pada penyesuaian bisnis proses yang telah dianalisa dan diperbaharui. Jadi disini
dilakukan urutan logika dari proses itu sehingga nantinya setiap modul yang berhubungan
dengan suatu kegiatan diintegrasikan dengan modul yang mendukung. Sehingga nantinya
terbentuk logika komunikasi antar setiap bagian dari perusahaan tersebut. Selain
pembentukan logika komunikasi, disini juga dibuat logika paramater yang dapat
membantu dalam menyelesaikan suatu kegiatan tersebut, sehingga apabila terjadi
kekurangan dalam pemenuhan paramater itu akan dilakukan logika yang dapat
memperbaiki kekurangan tersebut dengan memberikan arahan untuk menyelesaikannya.

11
Pada proses ini pada umumnya didampingi oleh konsultan Sistem Informasi
yang nantinya akan memberikan bantuan pelatihan terhadap user akan sistem ini.Tahap
selanjutnya adalah penggunaan dan perawatan. Pada tahap inilah ERP yang
diimplementasikan diuji kehandalannya. Selain dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari
kegiatan perusahaan, disini sitem ERP yang ada juga dievaluasi apakah sudah memenuhi
atau sesuai dengan bisnis proses yang sudah direncanakan sebelumnya, sehingga apakah
sudah memberikan nilai tambah pada perusahaan dalam melakukan kegiatannya. Setelah
diterapkan sistem ERP ini juga masih harus tetap dilakukan perawatan terhadap sistem,
baik itu dalam unsur fisik infrastruktur dan secara aplikasi.
Tahap berikutnya adalah evolusi merupakan tahap yang merupakan rencana
peningkatan kemmpuan dari ERP sistem ini. Peningkatan kemampuan ini bisa berupa
penamabahan modul baru pada sistem yang telah ada, atau memperbaharui atau
mengembangkan bisnis proses yang baru sehingga perlu pengintegrasian baru dari modul
yang dibutuhkan. Juga disini dimungkinkan pengembangan karena adanya
pengembangan kerjasama dengan perusahaan lain.
Tahap peralihan ke teknologi atau aplikasi terbaru. Masa ini terjadi apabila di
masa yang akan datang aplikasi ERP ini sudah tidak dapat memenuhi lagi kebutuhan dari
bisnis proses dari perusahaan. Disini juga dimungkinkan karena adanya suatu sistem
informasi yang terbaru dengan kelebihan yang tidak dimiliki oleh ERP.

2.3. Perlukah implementasi ERP?


Perkembangan arus informasi yang cepat di era globalisasi ini menuntut adanya
respon yang cepat pula dari internal perusahaan dalam mengambil keputusan dan
membuat suatu kebijakan yang dapat mendukung tujuan yang ingin diraih perusahaan.
Namun informasi yang ada itu sifatnya adalah eksternal. Suatu informasi eksternal yang
ada dapat berupa suatu kesempatan atau kebalikannya bagi perusahaan.

12
Selain itu informasi eksternal yang berupa kesempatan pun tidak akan dapat
diraih dengan maksimal apabila tidak adanya ketepatan pengambilan keputusan dari
manajemen tingkat atas. Sehingga disini diperlukan suatu aplikasi yang dapat membantu
manajemen tingkat atas untuk mengenal kelebihan dan kekurangan dari perusahaan
sendiri dengan adanya informasi internal perusahaan. Informasi internal perusahaan yang
berupa suatu analisa strategis tidak mungkin didapat apabila tidak ada input informasi
atau laporan dari karyawan yang berada di lapis satu yang bertugas memasukan data-
data, seperti data penjualan, pembeliaan, inventori, produksi dan lain-lain. Selain itu juga
diperlukan suatu aplikasi yang dapat mendukung pengambilan keputusan dari manajemen
tingkat atas tersebut. Disinilah aplikasi ERP dapat membantu mempermudah hal tersebut.
Itu merupakan salah satu kelebihan yang ditawarkan dari aplikasi ERP yaitu
dalam hal pengambilan keputusan bagi manajemen tingkat atas. Selain itu juga ERP
memberikan kelebihan dalam hal komunikasi antar bagian di dalam perushaaan, dimana
informasi dapat dimanfaatkan untuk keseluruhan perusahaan bagi bagian-bagian yang
terkait dengan kegiatan tersebut (Davenport, 1998). Dapat dicontohkan adalah pada saat
adanya proses pemesanan produk dari konsumen maka data awal akan masuk ke dalam
modul penjualan dan kemudian modul penjualan ini yang telah terintegrasi dengan modul
produksi dapat memberikan informasi pada bagian produksi akan permintaan tersebut.
Kemudian dari bagian produksi akan mengecek ketersediaan bahan baku dan apabila
terjadi kekurangan maka informasi dapat dikirimkan ke bagian distribusi bahan baku
untuk mengirimkan bahan baku yang ada di gudang untuk dikirim ke pabrik. Dan
seterusnya hingga produk jadi dan dikirimkan ke konsumen. Semua proses tersebut
dilakukan hanya dengan satu aplikasi dengan modul-moodul yang saling terintegrasi.
Selain itu dari contoh di atas, dapat dilihat terjadinya minimalisasi penggunaan
pengantara antar satu bagian dengan bagian yang lainnya. Ini berarti dapat membantu
mempercepat waktu proses dari kegiatan tersebut, meminimalkan sumber daya manusia
yang tak dibutuhkan dan meminimalisasi kesalahpahaman antar bagian karena disini jalur
komunikasi yang ada lebih singkat.

13
Hal ini dapat terjadi karena ERP membantu menspesifikasikan bisnis proses,
yang merupakan referensi dari praktek bisnis terbaik dari hasil mengenal latar belakang
dan bisnis proses awal perusahaan, yang harus dilakukan oleh perusahaan dalam
melaksanakan kegiatan bisnisnya (Kumar dan hillegersberg, 2000).

Gambar 3. Contoh Flow Diagram dari proses penjualan produk

14
KESIMPULAN DAN SARAN

Sebuah implementasi ERP, meskipun pada ideal-nya akan membantu


perusahaan dalam mendapatkan informasi planning/perencanaan dan fungsi advance
(lanjutan) yang dapat memprediksi apapun, tentunya memiliki syarat untuk sampai pada
titik ideal tersebut. Ketika perusahaan melakukan implementasi, penting untuk mengerti
bahwa akan ada efek, baik yang positif maupun negatif bagi perusahaan, sehingga yang
terbaik yang bisa dilakukan adalah merancang implementasi sebaik mungkin untuk
mengurangi side effect yang kurang menguntungkan. Suatu hal yang dianggap penting
untuk mengerti bahwa masing-masing perusahaan memiliki keunikan dalam melakukan
implementasi ERP, namun saran terbaik yang bisa dilakukan adalah implementasi secara
bertahap berdasarkan kebutuhan dasar dan kemampuan perusahaan (termasuk budget dan
kemampuan SDM yang ada), atau dengan mempertimbangkan secara matang untuk
merombak keseluruhan business process perusahaan, maka cara ‘big bang’ atau full
modul implement secara berkesinambungan merupakan alternatif lainnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Esteves, Carvalho & Santos, 2001. “Towards an erp life cycle costs model”, published in
Managing Information Technology in a Global Economy.

Alvarez Rosio, 2002. ”The myth of integration : a case study of an ERP Implementation”,
published in Enterprise Resource Planning: Global Opportunities and Chalenge, University of
Massachusetts, USA.

Shields G Murrel, John Wiley & Sons.Inc, 2001. “E-Business and ERP : Rapid
Implementation and Project Planning”, (Page.1-7).

U kumar et al, 2008. “Measurement of Buiness Process Orientation in Transitional


Oragnizations : An Empirical Study”, Sprott School of Business, Carleton University, Springer
– Verlag Berlin Heidelberg

Rao Subba Siriginidi, 2000. “Enterprise resource planning : business needs and technologies,
Industrial Management & data System”.

Wallace F. thomas & Kremzar H. Michael, John Wiley & Sons, Inc., 2001. “Making it happen :
the implementers’ Guide to success with enterprise resource planning”.

Esteves, J., and Pastor, J., “Enterprise Resource Planning Systems Research: An Annotated
Bibliography”, Communications of AIS, 7(8) pp. 2-54.
Waldner, Jean-Baptiste (1992). “CIM: Principles of Computer Manufacturing”. Chichester:
John Wiley & Sons Ltd. pp. p47.

Anderegg, Travis, “MRP/MRPII/ERP/ERM — Confusting Terms and Definitions for a


Murkey Alphabet Soup”, http://www.wlug.org.nz/EnterpriseSpeak (retrieved on 2007-10-25)
Monk, Ellen; Wagner, Bret, 2006. “Concepts in Enterprise Resource Planning” (Second ed.),
Boston: Thomson Course Technology

16
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI…………………………………………………………………..
ABSTRAK…………………………………………………………………….
PENDAHULUAN…………………………………………………………….
Sejarah Perkembangan…………………………………………………
ERP Si Pendobrak Struktur Organisasi Fungsional……………………

ANALISA DAN PEMBAHASAN……………………………………………


Implementasi ERP………………………………………………………
Life Cycle dari ERP Sistem…………………………………………….
Perlukah implementasi ERP?..................................................................

KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………………….

Anda mungkin juga menyukai