Anda di halaman 1dari 4

Sindroma Terowongan Karpal

Pendahuluan

Salah satu penyakit yang sering mengenai nervus medianus adalah neuropati tekanan/ kompresi.
Di pergelangan tangan, nervus medianus berjalan melalui terowongan karpal (carpal tunnel) dan
menginnervasi kulit telapak tangan dan punggung tangan di daerah ibu jari, telunjuk, jari tengah,
dan setengah sisi radial jari manis. Pada saat berjalan melalui terowongan inilah nervus medianus
paling sering mengalami tekana yang dapat menyebabkan terjadinya neuropati tekanan yang
dikenal dengan istilah Sindroma Terowongan Karpal (STK).

Tahun 1988, Wibowo melakukan studi prospektif pasien STK di Jakarta dan mendapatkan 58
pasien, yang teridri dari 8 laki-laki dan 50 wanita dengan usia terbanyak 46-59 tahun. Wanita
yang menderita STK 2-5 kali lebih banyak daripada laki-laki.

Definisi

STK merupakan neuropati tekanan pada saraf medianus dalam terowongan karpal pada
pergelangan tangan, disebabkan tekanan mekanis oleh suatu gerakan berulang dan ritmis.

Anatomi

Rongga karpal dibatasi oleh dinding kaku yang dibentuk oleh tulang dan sendi carpal serta
ligamentum carpal transversum (fleksor retinakulum) yang tebal. Terowongan carpal dibatasi
oleh tulang distal radius, lunatum, dan capitatum di sisi dorsal; tulang skaphoid, jaringan fibrous
untuk terowongan fleksorcarpiradialis di sisi radial; tulang triquetrum dan ligamentum
pisohamatum di sisi ulnar; ligamentum carpal tranversum yang tebal membentang dari tulang
pisiform ke skaphoid-trapezoid di sisi polar. Carpal tunnel berisi ligamentum fleksor digitorum
superfisialis dan profundus, flexor pollicis longus, dan n. medianus yang lebih ke radial.

Fisiologi

Persarafan tangan terdiri atas saraf radialis, medianus, dan ulnaris. Dari ketiga saraf ini hanya
saraf medianus yang melewati terowongan carpal, sehingga pada STK menimbulkan gangguan
fungsi saraf medianus dari terowongan carpal ke distal, walaupun rasa nyerinya dapat dirasakan
sampai ke arah proksimal di leher tempat saraf medianus berasal. Selain fungsi motoris dan
sensoris, saraf medianus juga merupakan saraf simpatis, sehingga ketiga fungsi ini dapat
terganggu pada STK.

Patogenesis

Ada beberapa hipotesis mengenai patogenesis dari STK. Sebagian besar berpendapat bahwa
faktor mekanik dan vaskuler memegang peranan penting dalam terjadinya STK.

Sebagian besar STK terjadi perlahan-lahan (kronis) akibat gerakan pada pergelangan tangan
yang terus-menerus sehingga terjadi penebalan atau tenosinovitis pada fleksor retinakulum, yang
menyebabkan tekanan terhadap nervus medianus. Tekanan yang berulang-ulang dan lama akan
mengakibatkan peninggian tekanan intrafasikuler. Akibatnya aliran darah vena intrafasikuler
melambat. Kongesti yang terjadi ini akan mengganggu nutrisi intrafasikuler lalu diikuti oleh
anoksia yang akan merusak endotel. Kerusakan endotel ini akan mengakibatkan kebocoran
protein sehingga terjadi edema epineural. Hipotesis ini menerangkan bagaimana keluhan nyeri
dan sembab yang timbul terutama pada malam/ pagi hari akan berkurangsetelah tangan
dikibaskan atau diurut (mungkin akibat terjadinya perbaikan sementara pada aliran darah).
Apabila kondisi ini terus berlanjut, akan terjadi fibrosis epineural yang merusak serabut saraf.
Lama-kelamaan saraf menjadi atrofi dan digantikasn oleh jaringan ikat yang mengakibatkan
fungsi nervus medianus terganggu secara menyeluruh.

Pada STK akut biasanya terjadi penekanan yang melebihi tekanan perfusi kapiler sehingga
terjadi gangguan mikrosirkulasi dan timbul iskemik saraf.

Etiologi

1. Trauma langsung ke carpal tunnel yang menyebabkan penekanan, misalnya Colles


frakture, edem akibat trauma.
2. Posisi pergelangan tangan, misalnya fleksi akut saat tidur, imobilisasi pada posisi fleksi
dan deviasi ulnar yang cukup besar.
3. Trauma akibat gerkan fleksi-ekstensi berulang pergelangan tangan dengan kekuatan yang
cukup seperti saat mencuci.
4. Tumor atau benjolan yang menekan carpal tunnel.
5. Edem akibat inflamasi, kehamilan, atau infeksi
6. Osteofit sendi carpal akibat proses degenerasi.
7. Kelainan sistemik seperti : obesitas, DM, tiroid,dll..

Gambaran Klinis

1. Nyeri di tangan yang biasanya timbul malam/ pagi hari. Penderita sering terbangun
karena nyeri dan berusaha mengatasi keluhannya dengan menggerak-gerakan tangan atau
mengurutnya. Nyeri berkurang saat istirahat dan bertambah pada aktivitas yang
melibatkan pergelangan tangannya.
2. Rasa baal, kesemutan, pada jari-jari ke 1,2,3, dan 4 sisi radial.
3. Kadang nyeri sampai lengan atas dan leher , tapi rasa baal, kesemutan hanya pada distal
pergelangan tangan saja.
4. Jari-jari, tangan, dan pergelangan tangan edem pada pagi hari dan menghilang setelah
mengerjakan sesuatu.
5. Gerakan jari kurang terampil.
6. Otot telapak tangan mengecil.

Diagnosis

1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik berupa : Flick’s sign, thenar wasting, menilai kekuatan otot, wrist
extension test, phalen test, torniket test, tinel sign, pressure test, luthy sign, pemeriksaan
sensibilitas, pemeriksaan fungsi otonom.
3. Pemeriksaan radiologis, dengan sinar X pada pergelangan tangan.
4. Pemeriksaan laboratorium, untuk mengetahui etiologi.

Diagnosis Banding

1. Cervical radiculopathy, biasanya keluhan berkurang bila leher diistirahatkan dan


bertambah bila leher bergerak. Distribusi gangguan sensorik sesuai dermatomnya.
2. Pronator teres sindrom
3. de Quervain sindrom.

Terapi

1. Terapi langsung terhadap STK, berupa terapi konservatif dan terapi operatif.
2. Terapi terhadap keadaan atau penyakit yang mendasari STK.

Prognosis

Prognosis STK cukup baik, tetapi risiko kambuh masih ada.


Daftar Pustaka

1. Asnawi dan Margono. 2007. Gambaran Umum tentang Neuropati. In : Kapita Selekta
Neurologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
2. Ginsberg, Lionel. 2008. Lecture Notes Neurologi. Ed : ke-8. Jakarta: Penerbit Erlangga.
3. Mardjono dan Sidharta. 2008. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat.
4. Ngoerah, I Gusti. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Saraf. Surabaya: Airlangga
University Press.
5. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 1996. Buku Ajar Neurologi Klinis.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
6. Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Prose-Prose Penyakit. Ed: Ke-6.
Jakarta: EGC.
7. Tonam, dkk. 2004. Kisi-Kisi Neurologi. Jakarta: BPFKUI.

Anda mungkin juga menyukai