Anda di halaman 1dari 15

RASIO FINANSIAL

Rasio finansial atau Rasio Keuangan merupakan alat analisis keuangan perusahaan untuk
menilai kinerja suatu perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan yang terdapat
pada pos laporan keuangan (neraca, laporan laba/rugi, laporan aliran kas). Rasio
menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu
jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Analisis rasio dapat digunakan untuk membimbing
investor dan kreditor untuk membuat keputusan atau pertimbangan tentang pencapaian
perusahaan dan prospek di masa datang. Salah satu cara pemrosesan dan penginterpretasian
informasi akuntansi, yang dinyatakan dalam artian relatif maupun absolut untuk menjelaskan
hubungan tertentu antara angka yang satu dengan angka yang lain dari suatu laporan
keuangan. Analisis rasio keuangan menggunakan data laporan keuangan yang telah ada
sebagai dasar penilaiannya. Meskipun didasarkan pada data dan kondisi masa lalu, analisis
rasio keuangan dimaksudkan untuk menilai risiko dan peluang di masa yang akan datang.
Pengukuran dan hubungan satu pos dengan pos lain dalam laporan keuangan yang tampak
dalam rasio-rasio keuangan dapat memberikan kesimpulan yang berarti dalam penentuan
tingkat kesehatan keuangan suatu perusahaan. Tetapi bila hanya memperhatikan satu alat
rasio saja tidaklah cukup, sehingga harus dilakukan pula analisis persaingan-persaingan yang
sedang dihadapi oleh manajemen perusahaan dalam industri yang lebih luas, dan
dikombinasikan dengan analisis kualitatif atas bisnis dan industri manufaktur, analisis
kualitatif, serta penelitian-penelitian industri.

Jenis-jenis Rasio Keuangan


Secara umum rasio keuangan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Rasio Likuiditas. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menjamin kewajiban-kewajiban lancarnya. Rasio ini antara lain Rasio Kas (cash
ratio), Rasio Cepat (quick ratio), Rasio Lancar (current ratio)
2. Rasio Pengungkit/leverage. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat pengelolaan
sumber dana perusahaan. Beberapa rasio ini antara lain Rasio Total Hutang terhadap
Modal sendiri, Total Hutang terhadap Total Asset, TIE Time Interest Earned.
3. Rasio Efesiensi/Perputaran. Rasio perputaran digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam mengelola asset-assetnya sehingga memberikan aliran kas masuk
bagi perusahaan. Rasio ini antara lain Rasio Perputaran Persediaan, Perputaran Aktiva
Tetap, dan Total Asset Turnover.
4. Rasio Profitabilitas. Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Rasio ini antara lain: GPM (Gross
Profit Margin), OPM(Operating Profit Margin), NPM (Net Profit Margin), ROA
(Return to Total Asset), ROE (Return On Equity).
5. Rasio Nilai Pasar. Rasio yang mengukur harga pasar relatif terhadap Nilai Buku
perusahaan. Rasio ini antara lain: PER (Price Earning Ratio), Devidend Yield,
Devideng Payout Ratio, PBV (Price to Book Value)
RASIO – RASIO KEUANGAN PERUSAHAAN

Untuk dapat memproleh gambaran tentang perkembangan finansial suatu perusahaan, perlu
mengadakan analisa atau interprestasi terhadap data finansial dari perusahaan bersangkutan,
dimana data finansial itu tercermin didalam laporan keuangan. Ukuran yang sering digunakan
dalam analisa finansial adalah ratio. analisa Laporan Keuangan menyangkut pemeriksaaan
keterkaitan angka–angka dalam laporan keuangan dan trend angka –angka dalam beberapa
periode, satu tujuan dari analisis laporan keuangan menggunakan kinerja perusahaan yang
lalu untuk memperkirakan bagaimana akan terjadi dimasa yang akan datang. Meskipun
analisis rasio mampu memberikan informasi yang bermanfaat sehubungan dengan keadaan
operasi dan kondisi keuangan perusahaan, terdapat juga unsur keterbatasan informasi yang
membutuhkan kehati – hatian dalam mempertimbangkan masalah yang terdapat dalam
perusahaan tersebut.
Menurut Kown (2004: 108) : Rasio keuangan setidaknya dapat memberikan jawaban atas
empat pertanyaan yaitu :
1. Bagaimana Likuiditas Perusahaan
2. Apakah Manajemen efektif menghasilkan laba operasi atas aktiva
3. Bagaimana perusahaan didanai
4. Apakah pemegang saham biasa mendapatkan tingkat pengembalian
yang cukup.

Angka rasio dapat dibedakan atas :


1. Rasio – rasio neraca ( Balance Sheet Ratio ), yaitu ratio – ratio yang disusun dari data yang
berasal dari neraca, misalnya current ratio, acid test ratio, current asset to total asset ratio,
current liabilities to total asset ratio dan lain sebagainya.
2. Rasio – rasio Laporan Laba Rugi ( Income Statement Ratio ), ialah data yang disusun dari
data yang berasal dari income statement, misalnya gross profit, net margin, operating margin,
operating ratio dan sebagainya.
3. Rasio –rasio antar Laporan Keuangan ( Intern Statement Ratio), ialah ratio –ratio yang
disusun dari data yang berasal dari neraca dan data lainya berasal dari income statement,
misalnya asset turnover, Inventory turnover, receivable turnover, dan lain sebagainya.

Rasio keuangan dapat dibagi kedalam tiga bentuk dipergunakan yaitu : Rasio Likuiditas,
Rasio Solvabilitas ( Leverage ), dan Rasio Rentabilitas.

1. Ratio Likuiditas (Liquidity Ratio)


Merupakan Ratio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajian financial jangka pendek yang berupa hutang – hutang jangka pendek (short time
debt) Menurut Van Horne :”Sistem Pembelanjaan yang baik Current ratio harus berada pada
batas 200% dan Quick Ratio berada pada 100%”. Adapun yang tergabung dalam rasio ini
adalah :

a. Current Ratio ( Rasio Lancar)


Merupakan Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki,
Current Ratio dapat dihitung dengan rumus :
current ratio = Aktiva lancar : Hutang Lancar

Merupakan rasio yang digunaka untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang lebih likuid . Quick Ratio
dapat dihitung dengan rumus yaitu :

Quick Ratio = (Aktiva Lancar – Persediaan ) : Hutang Lancar

c. Cash Ratio ( Rasio Lambat)

Merupakan Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jangka pendek dengan kas yang tersedia dan yang disimpan diBank. Cash Ratio
dapat dihitung dengan Rumus yaitu :

Cash Ratio = (Cash + Efek ) : Hutang Lancar

2. Ratio Solvabilitas

Rasio ini disebut juga Ratio leverage yaitu mengukur perbandingan dana yang disediakan
oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut. Rasio ini
dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang
rasio ini menunjukkan indikasi tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman (Bank).
Adapun Rasio yang tergabung dalam Rasio Leverage adalah :

a. Total Debt to Equity Ratio (Rasio Hutang terhadap Ekuitas)


Merupakan Perbandingan antara hutang – hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan
dan menunjukkan kemampuan modal sendiri, perusahaan untuk memenuhi seluruh
kewajibanya .

b. Total Debt to Total Asset Ratio ( Rasio Hutang terhadap Total Aktiva )

Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang lancar dan hutang jangka panjang dan
jumlah seluruh aktiva diketahui. Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan
aktiva yang dibelanjai oleh hutang.

3. Ratio Rentabilitas

Rasio ini disebut juga sebagai Ratio Profitabilitas yaitu rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan, profitabilitas
suatu perusahaan mewujudkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang
menghasilkan laba tersebut.
Yang termasuk dalam ratio ini adalah :

a. Gross Profit Margin ( Margin Laba Kotor)


Merupakan perandingan antar penjualan bersih dikurangi dengan Harga Pokok penjualan
dengan tingkat penjualan, rasio ini menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai dari jumlah
penjualan.

Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu :


Gross Profit Margin = Laba kotor : Penjualan Bersih
b. Net Profit Margin (Margin Laba Bersih)
Merupakan rasio yang digunaka nuntuk mengukur laba bersih sesudah pajak lalu
dibandingkan dengan volume penjualan.
Rasio ini dapat dihitung dengan Rumus yaitu :

Net Profit Margin = Laba Setelah Pajak : Penjualan Bersih

c. Earning Power of Total investment


Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan netto. . Rasio ini
dapat dihitung dengan rumus yaitu :

Earning Power of Total investment = Laba Sebelum Pajak : Total Aktiva

d. Return on Equity (Pengembalian atas Ekuitas)

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal sendiri untuk
menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang saham, baik saham biasa maupun saham
preferen. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu :
Return on Equity = Laba Setelah Pajak : Ekuitas Pemegang Saham

Tiga Klasifikasi utama Rasio Keuangan :


← Rasio Solvabilitas
← Rasio Profitabilitas
← Rasio Aktivitas

Rasio SOLVABILITAS

← Kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban jangka pendek dan panjang
tepat pada waktunya
← Kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya apabila
perusahaan di liquidasi

RASIO AKTIVITAS
← MENGUKUR EFISIENSI DALAM PENGGUNAAN SUMBER DAYA SUATU
PERUSAHAAN BERKAITAN DENGAN PROFITABILITAS
← MEMPERLIHATKAN PERUSAHAAN YANG MEMPEROLEH LEBIH BANYAK
KEUNTUNGAN DIBANDING PERUSAHAAN LAIN PADA SUMBER DAYA
YANG SAMA.
Contoh soal 1 :

FINANCIAL RATIOS

LIQUIDITY

1. PT. ABC
a. Net Working Capital
= Current assets – Current Liabilities

= 50.000.000 – 32.000.000

= 18.000.000

b. Current Ratio
= Current Assets

Current Liabilities

= 50.000.000

32.000.000

= 1,5625

c. Quick Ratio
= Cash + Marketable Securities + Receivable

Current Liabilities

= 25.000.000

32.000.000
= 0,78125

2. PT. PQR
a. Net Working Capital
= Current assets – Current Liabilities

= 66.000.000 – 40.000.000

= 26.000.000

b. Current Ratio
= Current Assets

Current Liabilities

= 66.000.000

40.000.000

= 1,65

c. Quick Ratio
= Cash + Marketable Securities + Receivable

Current Liabilities

= 34.000.000

40.000.000

= 0,85
3. PT. MNO
a. Net Working Capital

= Current assets – Current Liabilities

= 54.000.000 – 28.000.000

= 26.000.000

b. Current Ratio
= Current Assets

Current Liabilities

= 54.000.000

28.000.000

= 1,92857

c. Quick Ratio
= Cash + Marketable Securities + Receivable

Current Liabilities

= 26.000.000

28.000.000

= 0,92857
Standar of Ratio

Standar Khusus Modal Kerja

Analisis Modal Kerja

a. Net Working Capital


= Current assets – Current Liabilities

Semakin Besar Current assets, maka Net Work Capital juga akan semain besar

Yang mengindikasikannya yaitu makin tingginya keamanan maka ratio ini


berorientasi pada safety bukan pada profit

b. Current Ratio
= Current Assets

Current Liabilities

Bila ratio nya 2:1, maka 50 % dipergunakan untuk pembelajaan, hal ini kurang aman.

Standar : Batas toleransi 10% dengan hasil Current Ratio = 2:1

Batas maximum : 2,2 : 1

Batas minimum : 1,8 : 1

 Artinya, bila perbandingan > 2,2 : 1 maka over liquidity yang mengakibatkan
banyaknya idle money. Maka di sarankan agar dana terus digunakan untuk
mengembangkan usaha.
 Bila <1,8 : 1 maka reputasi perusahaan turun, tapi untuk menaikkannya tidak
boleh dengan cara pengumpulan piutang yang over, karena membuat
perusahaan kehilangan pasar.

c. Quick Ratio
1,2 : 1

d. Absolute Current Ratio Standard

0,8 : 1

Contoh soal 2 :

Uraian RH RH RH
(%) (40%) (100%)
EBIT Rp. 28.000.000 Rp. 28.000.000 Rp. 28.000.000
Interest (i) - Rp. 4.800.000 Rp. 12.000.000
EBT Rp. 28.000.000 Rp. 23.200.000 Rp. 16.000.000
T (30%) Rp. 8.470.000 Rp. 6.960.000 Rp. 4.800.000
EAT Rp. 19.600.000 Rp. 16.240.000 Rp. 11.200.000
E Rp.100.000.000 Rp. 60.000.000 0
ROE=EAT x 19.6 % 27,06 % ~
100%
E

Untuk melakukan penganalisaan pada suatu perusahaan dilakukan 3 analisis yaitu :


1. Analisis pertumbuhan

Analisis :

1. Perusahaan yang baik adalah yang memiliki pertumbuhan diatas para pesaing nya
atau di atas rata-rata industri sejenis .
2. Untuk memperoleh pertumbuhan yang stabil , manajemen harus mampu menganalisis
kondisi lingkungan internal dan eksternal . hasil analisis itu digunakan untuk
membuat straegi perusahaan , policy perusahaan , dan program kerja jangka pendek
perusahaan .
3. Disamping itu perusahaan yang mampu tumbuh dan berkembang terus menerus
adalah perusahaan yang mempunyai pelanggan loyal dan mampu melayani pelanggan
sepanjang waktu .
4. Itu berarti bahwa perusahaan mempunyai produk yang berkualitas tinggi dan harga
yang mampu bersaing dengan harga produk pesaing .
5. Perusahaan yang demikian pada umumnya dikelola oleh manajer yang professional .

2. Analisis Kebangkrutan

Altman (1968) menggunakan analisis diskriminan untuk meramalkan kebangkrutan


perusahaan . selanjutnya menjelaskan bahwa untuk menentukan suatu perusahaan bangkrut
atau tidak adalah dihitung dari nilai batas yaitu 2,675 yan merupakan titik tengah dari nilai Z
yang menghasilkan kesalahan klasifikasi minimum . jadi jika Z kurang dari 2,675 bangkrut ,
dan jika Z lebih 2,675 tidak bangkrut .

3. Analisis Penelitian

Yang disebut nilai adalah sesuatu yang dihormati dan dijunjung tinggi . dalam dunia
perusahaan , sesuatu yang dijunjung tinggi dan dihormati adalah laba bersih atau earning after
tax . ukuran penilaian perusahaan didasarkan pada kemampuan manajemen dalam
memperoleh laba bersih yang akan dihubungkan dengan pendapatan persaham , dividen per
share , nilai saham dipasar terhadap pendapatan persaham , nilai saham dipasar terhadap nilai
buku . tekhnik penghitungan nya didasarkan pada jumlah saham yang beredar .

1. Pengertian
Pengertian saham secara umum dan sederhana adalah “surat berharga yang dapat
dibeli atau dijual oleh perorangan atau lembaga di pasar tempat surat tersebut
diperjualbelikan”.

Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling
popular. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika
memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan
instrument investasi yang banyak dipilih para investor karena saham mampu
memberikan tingkat keuntungan yang menarik.

Saham juga dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau
pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan
menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan
perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS).

2.      Bursa Saham


Bursa saham adalah tempat dimana perusahaan dapat menawarkan sahamnya
untuk dijual. Mereka melakukan hal ini melalui penawaran perdana (IPO).

Setelah penawaran perdana, ribuan atau jutaan investor yang telah membeli saham
tersebut dapat kembali ke bursa saham untuk menjual sahamnya kepada investor yang
lain, sehingga dimulailah perdagangan saham. Bursa saham hanyalah semacam
tempat penampungan untuk perdagangan ini.

3.      Menentukan Harga Saham

Harga saham setiap perusahaan tidaklah sama, harganya akan berbeda-beda.


Apa yang menyebabkan perbedaan itu? Semua itu ditentukan oleh pendapat
perusahaan.

Misalnya ada sebuah perusahaan yang menghasilkan profit sebesar 10 juta


setiap tahunnya. Harga berapa kira-kira yang mungkin cocok untuk menjual
perusahaan itu? Katakanlah ditawarkan dengan harga 100 juta. Apakah ada yang akan
mau membelinya?

Pembeli potensial akan menilai situasi ini dengan pertanyaan “Berapa profit
yang akan saya peroleh jika saya menginvestasikannya ke tempat lain?”. Jika ada
wahana lain yang dapat menghasilkan lebih besar maka ia tidak akan membeli
perusahaan tersebut. Mungkin perusahaan itu harus mengurangi harganya.

Faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah potensi pertumbuhan


keuntungan. Perusahaan tadi mungkin hanya dapat menghasilkan 10 juta tahun ini,
tapi tahun depan berpeluang mendapatkan 20 juta. Untuk tingkat keuntungan 10% dan
potensi pertumbuhannya, mungkin perusahaan tersebut bisa dijual dengan harga 150
juta.
Inilah yang menjadi alasan banyak saham yang mengalami kenaikan yang
sangat pesat walaupun sekarang mereka tidak lagi banyak menghasilkan keuntungan.

4. Apa yang Menyebabkan Gejolak Harga Saham?

Faktor-faktor yang menyebabkan gejolak harga saham dapat dibagi menjadi faktor
makro dan mikro.

Faktor makro adalah faktor-faktor yang mempengaruhi ekonomi secara


keseluruhan. Tingkat suku bunga yang tinggi, inflasi, tingkat produktivitas nasional,
politik dan lain sebagainya dapat memiliki dampak penting pada potensi keuntungan
perusahaan hingga pada akhirnya juga akan mempengaruhi harga sahamnya.

Faktor mikro adalah faktor-faktor yang berdampak secara langsung pada


perusahaan itu sendiri. Perubahan manajemen, harga dan ketersediaan bahan mentah,
produktivitas pekerja dan lain sebagainya yang akan dapat mempengaruhi kinerja
keuntungan perusahaan tersebut secara individual.

Apa yang menyebabkan volatilitas atau gejolak harga adalah karena sering adanya
perbedaan opini tentang kemana arah profitabilitas perusahaan tersebut. Di saat
banyak orang berpikir bahwa profitabilitas suatu perusahaan menurun, maka akan
lebih banyak yang menjual sahamnya sehingga harganya juga akan menurun. Tentu
saja, hal yang sebaliknya juga dapat terjadi.

5.      Bagaimana Mengenai Dividen dalam Saham?

Selain kenaikan harga ataupun penambahan modal, dividen merupakan salah cara
untuk dapat menghasilkan keuntungan. Banyak perusahaan yang juga membayarkan
dividen tahunan. Ini adalah pembayaran tunai yang mencerminkan bagian dari profit
perusahaan tersebut. Tetapi tentu saja sepenuhnya merupakan kebijaksanaan dari
perusahaan tersebut untuk memberikan dividen atau tidak. Mereka tidak wajib
melakukannya. Tetapi pada umumnya, mereka tetap akan memberikan sebagian dari
profitnya sebagai bentuk penghargaan kepada para investornya.
Tipe Saham
Ada dua jenis saham yang jamak dipasarkan, yaitu saham biasa (common stock) dan
saham preferen (preferred stock).
a.       Saham biasa (common stock).
Pemegang saham jenis ini mewakili kepemilikan di perusahaan sebesar
modal yang ditanamkan. Keuntungan yang didapatkan oleh pemegang saham
ini berupa dividen yang berasal dari keuntungan perusahaan. Pemegang saham
ini tidak memiliki jaminan pasti atas return yang dihasilkan perusahaan.
Apabila perusahaan mendapatkan keuntungan, maka pemegang saham akan
mendapatkan dividen sebesar alokasi yang ditetapkan oleh RUPS. Namun,
apabila perusahaan suatu saat dilikuidasi atau bangkrut, pemegang saham jenis
ini adalah yang paling akhir mendapatkan hak atas aset perusahaan setelah
semua kewajiban perusahaan dilunasi dan pemegang saham preferen dibayar
sebesar nilai par sekuritas mereka.
Selain keuntungan berupa dividen, pemegang saham biasa juga bisa
mendapatkan keuntungan dari selisih nilai beli dengan nilai jual sahamnya.
Katakanlah, jika anda membeli sebuah saham pada harga Rp 500 dan
menjualnya saat harga mencapai Rp 600, maka anda akan memperoleh
keuntungan sebesar Rp 100 dikalikan dengan jumlah saham yang anda jual.
Keuntungan jenis ini disebut capital gain. Sebaliknya jika harga saham
mengalami penurunan, maka anda mengalami kerugian yang disebut capital
loss.
Karakteristik lain dari saham biasa, selain klaim atas aset perusahaan
paling rendah dibandingkan dengan komponen perusahaan yang lain, juga
tidak adanya maturity date atau tanggal jatuh tempo.
 
b.      Saham preferen (preferred stock).
Saham jenis ini memiliki sifat hybrid yang artinya selain memiliki
karakteristik sebagai saham, juga memiliki sifat seperti halnya obligasi. Jika
anda memiliki saham jenis ini, anda akan mendapatkan pembayaran secara
teratur sebesar harga pari saham dikalikan dengan bunga setiap tahun (sifat
obligasi). Apabila saham preferen anda berjenis cumulative, maka jika anda
belum menerima pembayaran dividen tahun lalu akan diakumulasikan dengan
dividen tahun berjalan. Jenis yang lain yaitu non cumulative, yang artinya
anda tidak akan menerima dividen yang tidak dibayarkan periode lalu,
sedangkan yang berjenis participating akan menerima peningkatan nilai
dividen proporsional mengikuti peningkatan dividen saham biasa. Pemilik
saham preferen memiliki hak suara untuk memilih direktur perusahaan, hanya
jika dividen tidak dibayarkan selama setahun atau lebih.

Teknik Analisa Saham


 

Dalam melakukan suatu investasi, seorang investor sering dihadapkan pada pertanyaan
mendasar, seperti apakah harga saham dipasar mencerminkan nilai yang sebenarnya dari
perusahaan? Jika tidak, berapa nilai sebenarnya dari saham tersebut? Nilai intrinsik (intrinsic
value) merupakan nilai sebenarnya dari suatu saham, dan merupakan standar untuk
mempertimbangkan apakah saham dinilai terlalu rendah (undervalued), wajar (fairly priced),
atau dinilai terlalu tinggi (overvalued). Sedangkan harga pasar saham (current market price)
adalah harga yang terbentuk di pasar jual beli saham.

        Investor perlu menganalisis saham dengan tujuan untuk menaksir nilai
intrinsiksuatu saham perusahaan, lalu membandingkannya dengan harga saham saat ini untuk
mengetahui tingkat kewajaran harga saham. Untuk itu, ada dua pendekatan yang digunakan
dalam menganalisis saham suatu perusahaan yaitu sebagai berikut:

1. Analisis Teknikal

    Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan
mengamati perubahan harga saham di periode yang lalu, dan upaya untuk menentukan
kapan investor harus membeli, menjual atau mempertahankan sahamnya dengan
menggunakan indikator-indikator teknis atau menggunakan analisis grafik. Indikator teknis
yang digunakan adalah moving average, volume perdagangan, dan short-interest ratio.
Sedangkan analisis grafik diharapkan dapat mengidentifikasi berbagai pola seperti key
reserval, head and shoulders, dan sebagainya.Analisis ini menggunakan data pasar dari
saham, seperti harga dan volume transaksi penjualan saham untuk menentukan nilai saham.

2. Analisis Fundamental

    Analisis fundamental ini menyatakan bahwa setiap saham memiliki nilai intrinsik.
Analisis ini mencoba untuk menghitung nilai intrinsik dari suatu saham dengan menggunakan
data fundamental yaitu Laporan Keuangan Perusahaan, seperti laba, dividen, penjualan,
struktur modal, resiko dan sebagainya. Analisis ini akan membandingkan nilai intrinsik
dengan harga pasarnya untuk menentukan apakah harga saham pasar sudah mencerminkan
nilai intrinsiknya atau belum.

Ada dua pendekatan yang digunakan dalam menghitung nilai intrinsik suatu saham,
yaitu:

a. Pendekatan Present Value


b. Pendekatan Price Earning Ratio.

DAFTAR PUSTAKA

Google .com

Buku studi kelayakan bisnis

Anda mungkin juga menyukai